• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Muslim dengan Non-Muslim dalam Al Qur’an Menurut Beberapa Tokoh Mufassir

HUBUNGAN MUSLIM DENGAN NON-MUSLIM DALAM AL QUR’AN A Pengertian Muslim dan Non-Muslim

B. Hubungan Muslim dengan Non-Muslim dalam Al Qur’an Menurut Beberapa Tokoh Mufassir

Dalam kehidupan sehari-hari, Islam mengajarkan agar muslim dapat selalu menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Islam memiliki konsep dan prinsip-prinsip yang dapat memberikan solusi konkrit dalam memecahkan problem hidup bertetangga yang tertuang dalam ajaran akhlak. Akhlak yang dapat digunakan untuk mendorong manusia bagaimana harusnya berbuat baik pada khalik dan bagaiman seharusnya berbuat baik kepad makhluk (sesama manusia). Dalam hal ini termasuk pula bagaimana berbuat baik kepada non muslim.

Hubungan antara Muslim dan Non-Muslim terkait dengan hubungan sehari- hari meliputi dua pokok penting yaitu hubungan toleran dan intoleran. Namun pada karya ini, penulis ingin memaparkan hubungan toleran antara Muslim dan Non-Muslim, sebagai beriku:

اوُفارااعا تِل الِئاابا قاو ًبًوُعُش ْمُكاانْلاعاجاو ىاثْ نُأاو ٍراكاذ ْنِم ْمُكاانْقالاخ ننَِّإ ُساننلا ااهُّ ياأ ايَ

ۖ

ننِإ

ْمُكااقْ تاأ ِنللَّا ادْنِع ْمُكامارْكاأ

ۖ

ٌيِباخ ٌميِلاع انللَّا ننِإ

( 49:13 ) Artinya:

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal.”64(QS Al-Hujurat [49]:13)

Allah menciptakan seluruh makhluk di dunia ini sudah dengan tujuan. Begitu juga diciptakannya manusia supaya saling mengenal dan saling memahami, saling melengkapi. Dan menjadikan manusia di dunia supaya bertaqwa kepada-Nya.

Menurut M. Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbah65, setelah

memberi petujuk tata krama pergaulan dengan sesama muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu, ayat di atas tidak lagi menggunakan pangilan yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman , tetapi kepada semua jenis manusia. Allah berfirman: Hai manusia, senungguhnya kami menciptakan kamudari seorang

64 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah...,hlm 517.

65 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an

laki-laki dan perempuan, yakni Adam dan Hawa, atau dari sperma (benh laki- laki) dan ovum (indung perempuan), serta menjadikan kamu berbangsa dan

bersuku-suku supaya kamu aling kenal-mengenalyang mengantar kamu untuk

bantu-membantu serta saling melengkapi, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal sehingga tidak

ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, walau detak detik jantung dan niat seseorang.

Sedangkan menurut Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam kitab tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur66Wahai manusia, sesungguhnya Kami

menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, maka

bagaimanakah kamu menghinakan sebagian yang lain sedangkan kamu sebenarnya adalah orang seketurunan. Dan kami menjadikan kamu bersuku-

suku dan berbangsa supaya kamu saling mengenal, bukan untuk saling

bermungsuh-mungsuhan. Jelasnya, Allah menjadikan kamu terdiri dari beberapa bangsa dan warna kulit supaya kamu lebih tertarik untuk saling berkenalan. Inilah dasar demokrasi yang benar di dalam Islam, yang menghilangkan kasta-kasta dan dan perbedaan-perbedaan bangsa. Masih adanya perbedaan rasial (apartheid) sangat ditentang oleh agama Islam. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang

paling bertaqwa. Orang yang paling mulia dan tinggi kedudukannya di dunia

serta di akhirat adalah yang paling bertaqwa kepada-Nya. Taqwa adalah suatu

66 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur,(Semarang, PT.

prinsip umum yang mencakup: takut kepada Allah dan mengerjakan apa yang diridhai-Nya, yang melengkapi kebajikan dunia dan kebajikan akhirat.

Kemudianmenurut Allamah Kamal Faqih Imani dalam kitab tafsir

Nurul Qur’an67 Islam menolak semua perbedan rasial, politik, golongan,

geografis, ekonomi, intelektual budaya, sosial dan militer, serta menempatkan taqwa kepada Allah SWT sebagai setandar untuk membedakan kebajikan dan kejahatan. Maka dinyatakan, Sesungguhnya, orang yang paling mulis di antara kalia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara

kalian. Pada ayat-ayat terdahulu seruannyaditujukan kepada orang-orang

yang beriman, sedangkan dalam ayat ini digunakan frase “Wahai manusia!” berbagai ayat al-Qur’an membicarakan tentang faktor-faktor yang menjadi pembangun “masyarakat beriman”, serta mencegah dan melarang masyarakat dari perbuatan-perbuatan tertentu.

Ayat ke-13 ini memiliki cakupan paling luas, yang ditujukan kepada seluruh manusia, dan menjelaskan tentang prinsip-prinsip penting yang menjamin disiplin, stabilitas dan standar nilai-nilai kemanusiaan; mana nilai yang benar mana nilai yang salah. Ayat ini menyatakan, Wahai manusia! Sesungguhnya, kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dans eorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kalian saling mengenal. Penciptaan manusia dari seorang laki-

laki dan perempuan menunjukkan bahwa silsilah manusia berawal dari Adam dan Hawa. Semua umat manusia berasal dari akar yang sama, sehingga

membangga-banggakan silsilah, kabilah, dan suku menjadi kurang ada artinya. Allah menciptakan karakteristik yang berberda pada setiap suku bukan sebagai diskriminasi, melainkan untuk memelihara tatanan sosial, karena karakteristik yang berbeda seperti itu justru memberikan “kekayaan” dalam jati diri kelompok-kelompok manusia. Tanpa adanya ciri-ciri tertentu tersebut maka aturan sosial dalam masyarakat menjadi tidak berharga, sehingga akan timbul kekacauan yang melanda mereka.

2. Kebaikan dan Keadilan (Birr wa Adl)

ُجِرُْيُ ْالَاو ِنيِ دلا ِفِ ْمُكوُلِتااقُ ي ْالَ انيِذنلا ِناع ُنللَّا ُمُكااهْ نا ي الَ

اوُطِسْقُ تاو ْمُهوُّابَات ْناأ ْمُكِرايَِد ْنِم ْمُكو

ْمِهْيالِإ

ۖ

ايَِّطِسْقُمْلا ُّبُِيُ انللَّا ننِإ

( 60:8 ) Artinya:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”68 (QS. Al-Mumtahanah [60]:8)

Dalam ayat ini jelas tidak lagi berbicara etika sesama muslim saja, akan tetapi kita (sebagai seorang Muslim) mengaplikasikan ajaran-ajaran yang ada di dalam al-Qur’an dengan baik. Yaitu dengan berbuat baik kepada siapa saja dan berbuat adil, tidak membedakan ras, suku, bangsa, serta agama.

Islam adalah agama yang sempurna, sehingga manusia harusnya mengimbangi apa yang sudah Allah berikan kepadanya (manusia) dengan menjunjung tinggi nilai-nilai/ajaran-ajaran yang ada di dalamnya serta menerapkannya.

Menurut M. Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbah69 ayat ke-8 menggariskan prinsip dasar hubungan interaksi antara kaum Muslimin dan Non- Muslim. Ayat di atas secara tegas menyebut nama Yang Maha Kuasa dengan menyatakan: Allah yang memerintahkan kamu bersikap tegas terhadap orang kafir, walaupun keluarga kamu tidak melarang kamu menjalin hubungan dan berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak mmerangi kamu karena agama

dan tidak mengusir kamu dari negari kamu. Allah tidak melarang kamu berbuat

baik dalam bentuk apa pun bagi mereka dan tidak juga melarang kamu berlaku

adil kepada mereka. Kalau demikian, jika dalam interaksi sosial mereka berada

dipihak yang benar,sedang salah seorang dari kamudipihak yang salah, kamu harus membela dan memenangkan mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang berlaku adil. Allah tidak lain hanya melarang kamu menyangkut

orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari negeri

kamu dan membantu orang lain dalam mengusir kamu. Melarang kamu untuk

menjadikan mereka teman-teman akrab tempat menyimpan rahasia dan penolong-

penolong yang kamu andalkan. Barang siapa yang mengindahkan tuntunan ini, merekalah orang-orang yang beruntung dab barang siapa menjadikan mereka

69 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an

sebagai teman-teman akrab tempat menyimpan rahasia maka mereka itulah yang sungguh jauh kebejatannya, merekalah tidak lain selain mereka orang-orang

zalim yang sungguh mantap kezalimannya.

Kemudian menurut Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam kitab tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur70Allah tidak melarang kamu berbuat kebajikan dan berlaku jujur terhadap orang-orang yang tiada memerangi kamu dan tidak mengusirmu dari kampung-kampungmu: sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang jujur. Allah mencegah kita membuka rahasia-rahasia perang dan lain-

lain yang menguntungkan musuh. Tetapi adakah Allah juga melarang kita menolong mereka dengan harta kekayaan serta berlaku adil? Allah menyuruh Rasul-Nya berbuat kebajikan kepada mereka dan menepati janji hingga berakhirnya masa perjanjian. Diriwayatkan oleh Ahmad dan lain-lain dari Abdullah Ibn Zubair: pada suatu hari Qutaillah binti Abdil Uzza (masih kafir) datang kepada anaknya Asma’ binti Abu Bakar dengan membawa beberapa

hadiah. Asma’ menolak hadiah itu, bahkan melarang dia masuk ke dalam rumah

sebelum Asma’ bertanya kepada Aisyah, bagaimana pendapat Rosul. Berkenaan dengan itu turunlah ayat 8. Nabi menyuruh asma’ menerima hadiah dari ibunya dan menyambutnya sebagaimana mestinya.

Sedangkan menurut Allamah Kamal Faqih Imani dalam kitab tafsir Nurul

Qur’an71 ayat ke-8 menyatakan bahwa Allah SWT tidak melarangmu untuk

berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena

70 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur,..., hlm 4193.

71 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, (Jakarta; Nur Al-Huda, Jld 18, 2013),

kamu memluk agama Islam dan tidak mengusirmu dari negerimu, karena Allah SWT mencintai orang-orang yang berlaku adil.

BAB IV

Dokumen terkait