• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

6.6 Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Telinga Dengan Gangguan Pendengaran

Penggunaan alat pelindung telinga (APT) merupakan langkah terakhir dalam hirarki pengendalian kebisingan di tempat kerja. Penggunaan alat pelindung telinga dapat mengurangi tingkat kebisingan beberapa dBA tergantung dari jenis dan noise reduction rate dari alat pelindung telinga tersebut. Meskipun pengendalian ini mungkin tidak lebih efektif jika dibandingkan dengan melakukan engineering ataupun administrative control pengendalian ini banyak diterapkan karena relatif lebih murah dan mudah untuk dilakukan (Pujiriani, 2008).

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa 38 dari 66 pekerja (57,6%) tidak menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja, sedangkan 28 dari 66 pekerja (42,4%) menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja. Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel 5.9, dapat diketahui bahwa penggunaan alat pelindung telinga memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015 (pvalue = 0,055).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istantyo (2010), yang menyatakan bahwa APT merupakan variabel yang paling berpengaruh dengan gangguan pendengaran. Pekerja yang tidak menggunakan APT memiliki resiko sebesar 65,297 kali untuk menderita gangguan pendengaran dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APT. Hal ini menandakan bahwa APT dapat mencegah timbulnya gangguan pendengaran.

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa terdapat perilaku buruk pekerja yaitu tidak selalu menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja di tempat yang bising (sering melepas APT). Pekerja tersebut beralasan bahwa APT yang diberikan tidak nyaman (71,4% pekerja) dan kadang menimbulkan sakit kepala. Walaupun alat pelindung telinga tersebut tidak nyaman seharusnya pekerja tetap menggunakannya untuk mengurangi paparan bising kontinu yang diterima pekerja, mengingat perusahaan belum dapat memberikan pengendalian lain untuk mengurangi tingkat kebisingan di lingkungan kerja.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan pekerja yang menggunakan pelindung telinga berupa kapas dan headset. Alat tersebut tidak sesuai digunakan karena kapas dan headset bukanlah alat pelindung telinga. Kapas kering hanya berperan sedikit atau tidak sama sekali dalam melindungi telinga (Ballenger, 1997), tetapi kapas ini banyak dipakai. Begitupun dengan headset yang digunakan oleh pekerja ternyata digunakan juga untuk mendengarkan musik saat bekerja di tempat bising. Sehingga kebisingan yang diterima pekerja akan lebih besar.

Dilihat dari jenis APT yang disediakan oleh perusahaan, PT. Dirgantara Indonesia (Persero) sudah menyediakan alat pelindung pendengaran yang tepat yaitu earmuff dan earplug untuk para pekerja. Earmuff (tutup telinga) dapat menutupi seluruh telinga eksternal dan digunakan untuk mengurangi bising sebesar 40-50 dB. Earplug (sumbat telinga) digunakan dengan cara dimasukan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani dan dapat mengurangi bising sampai dengan 30

dB. Earmuff dirancang untuk menutupi telinga luar. Pada frekuensi di atas 1000 Cps, earmuff memberikan proteksi yang sama dengan earplug. Untuk frekuensi di bawah 1000 Cps, telah dibuat earmuff khusus yang memberi perlindungan lebih dari earplug.

Earplug merupakan APT yang paling banyak digunakan di departemen Metal Forming dan Heat Treatment yaitu digunakan oleh 89,3% pekerja. Meskipun sudah menyediakan APT namun di dalam pemakaiannya perusahaan belum memperhatikan Noise Reduction Rating (NRR) yang dimiliki alat tersebut. Selama ini pemberian APT kepada para pekerja hanya berdasarkan kenyamanan saja, tidak melihat pada efektivitas APT dalam mereduksi kebisingan.

Pemilihan earplug dan earmuff atau pun keduanya tergantung pada situasi pekerjaan. Disesuaikan dengan besar ruangan bekerja apakah terlalu sempit sehingga tidak mungkin menggunakan earmuff dan apakah pekerja juga harus menggunakan helm selain APT. Ada keuntungan dan kerugian pada penggunaan earmuff atau earplug dan sebelum ditentukan pilihan, semua keadaan lingkungan dari pekerjaan tertentu harus dipertimbangkan (Ballenger, 1997). Selain itu pemilihan APT juga harus memperhatikan beberapa hal berikut yaitu derajat perlindungan yang diperlukan dalam tempat kerja, kesesuaian dengan jenis pekerjaan dan lingkungan tempat kerja, kenyamanan digunakan, kesesuaian dengan pekerja serta keselamatan pekerja dan teman kerja (Shofwati, 2009).

Pengawasan terhadap penggunaan APT juga kurang ketat, yang berarti pekerja boleh memakai APT dan boleh tidak memakai APT. Karena pemakaian APT masih dianggap sebagai himbauan saja, pekerja yang tidak menggunakannya tidak diberikan sanksi apapun. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada para pekerja diketahui bahwa sebagian besar pekerja mengaku bahwa perusahaan belum memberikan pelatihan terkait penggunaan APT. Pelatihan APT tidak diberikan setiap tahun, sehingga banyak pekerja yang belum mendapatkan pelatihan. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan bahwa perilaku menggunakan APT yang tidak sesuai tersebut dikarena faktor ketidaktahuan pekerja. Ketidaktahuan mengenai fungsi penggunaan APT ini dapat berakibat pada kelalaian pekerja dalam menggunakan APT sehingga menambah risiko terjadinya gangguan pendengaran. Belum adanya alat peredam maupun penggantian alat kerja yang menimbulkan suara bising tinggi, menyebabkan APT menjadi sebuah pencegahan tunggal bagi pekerja dari kehilangan pendengaran.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah memberikan pelatihan terkait penggunaan alat pelindung telinga. Pelatihan harus diberikan agar pekerja menyadari pentingnya alat pelindung telinga bagi kesehatan mereka, sehingga dampak buruk berupa gangguan pendengaran dapat dicegah. Pelatihan tersebut dapat berisi tentang pengendalian bising, pemakaian alat pelindung telinga dan pemeriksaan audiometri.

Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung telinga kepada pekerja dan memberikan kebijakan

yang ketat terhadap pekerja yang tidak menggunakan APT di area kerja yang bising. Pengawasan berguna untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran akibat bising sedangkan kebijakan akan membuat pekerja lebih memperhatikan kesehatan dirinya saat bekerja. Menurut Nurrahman (2003), adanya kebijakan perusahaan tentang penggunaan alat pelindung diri terhadap perilaku maka ditemukan adanya penurunan presentase perilaku penggunaan APD yang kurang baik.

Berdasarkan program konservasi pendengaran, pemilihan, penggunaan, perawatan dan penggantian APT perlu diperhatikan. Tersedianya APT akan berguna untuk mereduksi kebisingan yang terdapat di lingkungan kerja. Selain itu, penggunaan APT juga dapat melindungi saluran telinga dari infiltrasi beberapa jenis bahan kerja yang berbahaya (Benjamin, 2007).

6.7Hubungan Antara Riwayat Merokok Dengan Gangguan Pendengaran