• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian ini akan mengidentifikasi hubungan antara modal sosial penerima Program PUAP terhadap tingkat partisipasi petani penerima program dalam Program PUAP di Desa Ngetuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengkaji peran modal sosial dalam mendukung dan membantu partisipasi petani dalam program tersebut. Namun sebelum melihat lebih jauh hubungan keduanya, akan dikemukan terlebih dahulu tingkat partisipasi Program PUAP di Desa Ngetuk yang dilihat dari beberapa indikator yaitu tahap perencanaan, tahap partisipasi, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi.

Identifikasi Tingkat Partisipasi Penerima Program PUAP

Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif (Nasdian 2014). Partisipasi pada program pembangunan sendiri diterapkan untuk membuat program dapat berjalan sesuai tujuan dan keinginan peserta. Berdasarkan teori diatas, program pembangunan seperti Program PUAP dapat berjalan dengan baik jika partisipasi tumbuh dari inisiatif dan dibimbing oleh cara berfikir masyarakat penerima program sendiri. Berikut merupakan hasil penelitian seberapa jauh penerapan partisipasi penerima Program PUAP di Desa Ngetuk dari keempat tahap.

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan keterlibatan pelaksana program dalam kegiatan-kegiatan terkait perencanaan Program PUAP agar dapat diterapkan di masyarakat. Bentuk keterlibatan perencanaan tersebut dilihat dari partisipasi penerima program dalam perkumpulan rapat selama setahun terakhir. Berdasarkan Tabel 32 menujukan bahwa tingkat partispasi pada tahap perencanaan cenderung berada pada tingkat rendah dengan frekuensi sebesar 38 orang atau 84.4 persen dan nilai median pada tingkat rendah. Sementara tingkat sedang sebesar 4 orang atau 8.9 persen dan 3 orang atau 6.7 persen.

Tabel 32 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tahap perencanaan Program PUAP 2016

Tahap Perencanaan Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 38 84.4

Sedang 4 8.9

Tinggi 3 6.7

Total 45 100.0

Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dikategorikan rendah dikarenakan rapat hanya dihadiri oleh pengurus dan beberapa anggota saja. Sementara tidak semua dari peserta yang hadir ikut menyampaikan pendapat. Penyampaian pendapat dan masukan sebagian besar didominasi oleh pengurus dan

54

tokoh saja. Hal tersebut dikarenakan anggota kurang mengerti mengenai ilmu simpan pinjam dan kurang mendapat informasi masalah yang terjadi sehingga kebanyakan anggota hanya menyampaikan sedikit komentar dan sisanya hanya mengikuti jalannya rapat saja. Selanjutnya terkait anggota hanya sedikit yang hadir dalam rapat dikarenakan pada rapat pengurus hanya pengurus yang dundang rapat saja dan ketika rapat gapoktan hanya beberapa perwakilan dari anggota poktan saja yang diundang. Jumlah frekuensi anggota yang dundang rapat dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 33 Jumlah dan persentase responden berdasarkan undangan rapat perencanaan Program PUAP 2016

Diundang Rapat Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak 30 66.7

Pernah 11 24.4

Sering 4 8.9

Total 45 100.0

Tabel 33 menunjukan bahwa sebanyak 30 orang atau 66.7 persen responden penerima program tidak diundang rapat. Sedangkan yang pernah diundang sebanyak 11 orang atau 24.4 persen dan yang sering diundang rapat hanya 4 orang atau 8.9 persen. Berdasarkan penuturan dari informan, rapat pengurus dilakukan setiap bulan sekali ketika penerimaan angsuran. Sementara rapat gapoktan tidak terjadwal pasti hanya ketika ada hal penting yang dibahas saja seperti RAT dan persiapannya. Sebelumnya perlu diketahui bahwa rapat gapoktan dan RAT merupakan rapat perencanaan dan evaluasi dikarenakan dalam rapat tersebut membahas evaluasi program berjalan dan merencanakan kembali pembenahan dari masalah yang ada.

Pada pelaksanaan rapat gapoktan yang diundang hanya pengurus dan perwakilan aanggota dari setiap kelompok tani saja dikarenakan efektifitas dan efisiensi dari rapat tersebut. Efektifitas dan efisiensi dalam arti tidak mengundang semua anggota karena jumlahnya terlalu banyak mencapai 125 orang sementara tidak semuanya memahami permasalahan PUAP sehingga lebih efektif jika yang diundang hanyalah perwakilan kelompok tani yang memimpin dan mengetahui saja. Selain itu dikarenakan setiap pertemuan di Desa Ngetuk lazimnya seorang pengundang rapat harus menyediakan konsumsi suguhan peserta untuk menjamu dan meghormati peserta yang hadir rapat. Sedangkan dana milik gapoktan terbatas diambil dari biaya jasa pinjaman yang hanya satu persen sehingga kurang mencukupi jika mengundang semua anggota. Hal tersebut didukung penuturan informan dibawah ini.

“Belum bisa semua anggota kita hadirkan belum bisa, kedepan ya maunya sih hadir semua sehingga tahu floor kita, tapi ya itu melihat dana, kalau dana kurang mampu sehingga hanya perwakilan lah” (SKT, 46 Tahun)

55

Tabel 34 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengambilan keputusan perencanaan Program PUAP 2016

Pengambilan Keputusan Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Tahu 29 64.4

Pengelola PUAP, Penyuluh,

Pemerintah Desa 3 6.7

Pengurus Gapoktan 3 6.7

Kesepakatan bersama 10 22.2

Total 45 100.0

Minimnya anggota gapoktan yang diundang rapat berdampak pada persepsi pengambilan keputusan yang cenderung bias. Tabel 34 menunjukan bahwa sebanyak 29 orang atau 64.4 persen penerima program menyatakan tidak tahu. Hal ini dikarenakan sebanyak 66.7 persen dari penerima program tidak diundang rapat sehingga hampir dari keseluruhan penerima yang tidak diundang tersebut menyatakan tidak tahu siapa yang mengambil keputusan dalam rapat. Sementara dari 16 orang responden yang hadir rapat, 10 diantaranya menyatakan kesepakatan bersama dengan persentase 22.2 persen. Hal ini membuktikan bahwa dalam pelaksanaan rapat gapoktan cenderung berjalan demokratis dengan memberi kesempatan peserta untuk menyampaikan saran dan mempertimbangkannya secara bersama-sama. Namun karena didominasi oleh pengurus dan tokoh dalam berpendapat sehingga ada peserta yang berpendapat bahwa keputusan diambil oleh pengurus gapoktan ataupun pemerintah desa. Berikut pernyataan responden yang menyatakan keputusan bersama.

“Nek rapat nggeh bersama, ketoke apik tur sae nggeh bersama (Jika rapat ya dirembuk bersama, jika bagus ya diputuskan bersama)” (SHT, 35 Tahun)

Tahap Implementasi

Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari seluruh Program PUAP yang sudah direncanakan. Implementasi bisa dibilang inti dari program pembangunan karena seberapa tinggi rencana yang dibuat jika tidak dilaksanakan maka tidak diketahui hasilnya. Tingkat partisipasi pada tahap implementasi untuk melihat sejauh mana keterlibatan penerima program dalam membantu keberlangsungan Program PUAP baik pada pengelolaan dana maupun pada pengelolaan pinjaman untuk usaha masing-masing. Namun sebelum melihat seberapa jauh tingkat partisipasi penerima pada tahap implemetasi, perlu dilihat dahulu kesesuaian perencanaan dengan implementasi sebagai dasar penerapan implementasi.

Tabel 26 menunjukan bahwa implementasi Program PUAP di Desa Ngetuk ini sudah sesuai dengan rapat perencanaan dengan median berada pada tingkat sesuai dan frekuensi sesuai berjumlah 35 orang atau 77.8 persen. Sementara tingkat sangat sesuai sebayak 6 orang ata 13.3 peren dan tidak sesuai hanya 4 orang atau 8.9 persen. Hal ini menunjukan hasil dari rapat pengurus dan rapat gapoktan telah diterapkan sehingga simpan pinjam berjalan lancer dan masalah-masalah yang ada dapat diatasi. Pengurus berusaha memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan

56

saran dari penerima program dengan harapan penerima program tidak merasa kesulitan untuk membayar sehingga tercipta hubungan saling membantu demi kelancaran program.

Tabel 35 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kesesuaian perencanaan dan implementasi Program PUAP 2016

Kesesuaian Perencanaan Dengan

Implementasi Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Sesuai 4 8.9

Sesuai 35 77.8

Sangat Sesuai 6 13.3

Total 45 100.0

Jika dilihat dari tingkat partisipasi penerima program pada tahap implementasi, Pengelolaan program PUAP kurang memanfaatkan partisipasi dari penerima program. Tabel 35 menunjukan bahwa partisipasi tahap implementasi penerima program cenderung pada tingkat rendah dengan nilai median pada tingkat rendah dan jumlah frekuensi sebanyak 31 orang atau 68.9 persen. Sementara tahap sedang diisi 14 orang atau 31.1 persen dan tidak ada yang mengisi tingkat partisipasi tinggi.

Tabel 36 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi tahap implementasi Program PUAP 2016

Tahap Implementasi Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 31 68.9

Sedang 14 31.1

Total 45 100.0

Penerima program dominan pada tingkat partisipasi implementasi rendah dikarenakan dalam tahap implementasi ini penerima hanya dilibatkan sebagai nasabah peminjam dana dan lebih difokuskan untuk mengelola usaha tani masing- masing. Sementara pengelolaan dana PUAP hanya di kelola oleh gapoktam karena menurut salah satu informan, simpan pinjam ini lebih efektif jika dikelola oleh beberapa orang saja yang kompeten agar mempermudah pengelolaan dana. Sementara penerima lebih bisa berfokus untuk mengembangkan usaha tani mereka agar dapat berkembang sesuai dengan harapan petani dan tujuan Program PUAP juga.

Faktor lain yang membuat tingkat partisipasi tahap implementasi rendah dikarenakan tidak ada pelatihan untuk penerima selama kepengurusan satu tahun terakhir. Penyuluh pendamping tidak menerapkan program pelatihan kepada kelompok tani dalam bentuk apapun, peran penyuluh pendamping selama kepengurusan terakhir hanya membantu mengontrol dan memberi solusi dalam rapat ketika ada kendala. Menurut penyuluh pendamping, tidak adanya pelatihan apapun ini memang dikarenakan dari dinas pertanian kabupaten juga belum ada program lagi yang ditujukan untuk memberi pelatihan anggota tani. Pelatihan dari kabupaten dan provinsi yang ada selama setahun kepengurusan terakhir hanya pelatihan untuk perwakilan pengurus ke luar desa seperti sosialisasi jasa keuangan, prima tani, peningkatan kapasitas kelembagaan koperasi, dan penilaian software

57

SIGAP sehingga penerima program tidak merasakan pelatihannya. Sesuai dengan pernyataan salah satu inforan dbawah ini.

“Belum saya belum terima, belum ada pelatihan ya. Dari kecamatan juga belum ada. Kalau kemaren sosialisasi tentang jasa keuangan ada bulan maret apa oktober, dari OJK di rembang dan perwakilan ya ikut hadir.” (SKT, 46 Tahun)

Tabel 37 Jumlah dan persentase responden berdasarkan implementasi pengelolaan usaha pribadi 2016

Pengelolaan Usaha Pribadi Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Pernah 4 8.9

Pernah 14 31.1

Sering 27 60.0

Total 45 100.0

Namun jika dilihat partisipasi penerima program khususnya indikator partisipasi pengelolaan usaha tani pribadi, Tabel 37 menunjukan bahwa penerima program sering mengelola usaha tani pribadi dengan median pada tingkat sering dan frekuensi sebanyak 27 orang atau 60 persen. Sementara tingkat pernah sebanyak 14 orang atau 31.1 persen dan penerima yang tidak pernah mengelola usaha sebanyak 4 orang atau 8.9 persen. Hal ini dikarenakan baik penerima program yang aktif maupun yang kurang aktif kegiatan sama-sama diperbolehkan meminjam modal untuk mengelola usaha masing-masing sehingga kontribusi mereka dalam mengembangkan usaha pribadi tergolong tinggi. Hal ini juga menunjukan sebagian besar penerima program menggunakan pinjaman PUAP untuk mengembangkan usaha pribadi.

Tahap Pemanfaatan

Tahap pemanfaatan merupakan benefit atau keuntungan baik materi maupun non-materi yang didapat selama implementasi telah dilaksanakan. Tingkat pemanfaatan yang baik terjadi ketika benefit dapat benar-benar dirasakan baik oleh pengurus maupun penerima Program PUAP. Hasil penelitian pada Tabel 38 menunjukan tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan ini dominan sedang dengan nilai median pada tingkat sedang dan frekuensi penerima sebanyak 42 orang atau 93.3 persen. Nilai ini sangat tinggi jika dibanding tingkat tinggi hanya 3 orang atau 6.7 persen dan tidak ada penerima yang mengisi tingkat rendah.

Tabel 38 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pemanfaatan Program PUAP 2016

Tahap Pemanfaatan Jumlah (n) Persentase (%)

Sedang 42 93.3

Tinggi 3 6.7

Total 45 100.0

Tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan dominan tinggi menunjukan bahwa Program PUAP tersebut mampu memberi manfaat dan dapat dirasakan oleh

58

masyarakat. Meskipun manfaat yang dirasakan tidak terlalu tinggi karena hanyalah bantuan modal sebesar 1-2 juta rupiah untuk tambahan modal usaha yang notabenenya hanya mampu untuk usaha skala menengah ke bawah. Bentuk manfaat yang sudah mulai terasa adalah manfaat dalam bentuk materi. Sebagian penerima program merasakan peningkatan penghasilan maupun skala usaha mereka meskipun tidak terlalu besar. Salah satu penerima program mengatakan jika modal yang mereka punya jumlahnya kecil maka penghasilan mereka juga kecil, namun jika modal yang mereka miliki semakin besar maka penghasilan mereka juga semakin besar. Namun manfaat tersebut hanya dirasakan secara materi, sedangkan bentuk non materi seperti peningkatan pengetahuan dan keterampilan kurang dirasakan masyarakat penerima program dikarenakan tidak ada pelatihan khusus untuk anggota tani baik pelatihan pertanian maupun usaha tani. Hal tersebut sesuai penuturan salah satu responden dan tabel dibawah ini.

“Penghasilan nggeh enten. Halah meningkat, wong makanan ringan nggeh ngoteniku to mas. Nek modale gede yo gede, nek modale cilik nggeh saget nggo madang ngoten mawon. Peningkatan ilmu nggeh mboten (Ada peningkatan penghasilan. Makanan ringan memang seperti itu, jika modalnya banyak ya hasilnya banyak. Jika modal sedikit ya hanya cukup untuk makan. Peningkatan ilmu tidak ada.)” (HWT, 45 Tahun)

Tabel 39 Jumlah dan persentase responden berdasarkan perubahan skala usaha Program PUAP 2016

Perubahan Skala Usaha Jumlah (n) Persentase (%)

Menurun 1 2.2

Tetap 16 35.6

Meningkat 28 62.2

Total 45 100.0

Tabel 39 menunjukan bahwa skala usaha penerima program cenderung meningkat dengan nilai median berada pada tingkat meningkat dan frekuensi sebanyak 28 orang atau 62.2 persen. Sementara skala usaha tetap sebesar 1 orang atau 35.6 persen dan menurun hanya 1 orang atau 2.2 persen. Pendapat responden diatas menggambarkan bahwa mekanisme skala usaha meningkat tersebut diihat dari adanya tambahan modal membuat penerima dapat membeli bahan baku dan perawatan yang lebih banyak lagi. Hal ini berdampak ketika penerima program mengelola usaha dengan konsisten akan mengahasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari sebelumnya karena stok bahan baku yang dijual juga lebih banyak. Sementara untuk penerima dengan skala usaha tetap merasa bahwa bentuk tambahan modal tersebut belum mampu memperbesar usahanya karena peningkatannya relatif kecil. Ada juga penerima yang tidak menggunakan pinjaman untuk melakukan usaha sehingga penerima tidak merasakan peningkatan skala usaha.

59

Tabel 40 Jumlah dan persentase responden berdasarkan perubahan keterampilan Program PUAP 2016

Perubahan Keterampilan Jumlah (n) Persentase (%)

Tetap 19 42.2

Meningkat 24 53.3

Sangat Meningkat 2 4.4

Total 45 100.0

Sementara jika dilihat perubahan keterampilan dengan adnaya program PUAP, Tabel 40 menunjukan bahwa adanya Program PUAP mampu memberi peningkatan keterampilan mereka dengan nilai median pada tahap meningkat dan frekuensi sebesar 24 atau 53.3 persen. Selisih sedikit dengan keterampilan tetap sebesar 19 orang atau 42.2 persen dan sangat meningkat 2 orang atau 4.4 persen. Kondisi ini menunjukan bahwa keterampilan penerima program dalam mengelola usaha mengalami peningkatan setelah menerima tambahan modal. Peningkatan keterampilan ini dikarenakan dengan adanya tambahan modal menyebabkan skala usaha penerima meningkat. Adanya peningkatan skala usaha penerima diharuskan mampu mengelola usahanya agar lebih berkembang lagi sehingga mengalami peningkatan pengalaman dan peningkatan keterampilan mengelola usaha. Sementara sebagian penerima yang merasa keterampilannya tetap dikarenakan peningkatan modal hanya memberi dampak kecil pada usahanya sehingga penerima tersebut merasa keterampilannya kurang bertambah. Selain itu tidak adanya pelatihan dan pembinaan dari gapoktan dan penyuluh menyebabkan petani kurang memperoleh keterampilan baru.

Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap peninjauan kembali Program PUAP yang sudah berjalan apakah sudah tepat sasaran dan sesuai tujuan yang diharapkan dan mencari solusi kendala-kendala yang perlu diperbaiki. Rapat tahap evaluasi pada Program PUAP dilakukan pada setiap tahun dengan nama Rapat Akhir Tahun (RAT) untuk mengevaluasi jalannya satu tauhun kepengurusan. Partisipasi dari penerima program, pengurus, dan stakeholder lain dalam tahap evaluasi sangat diperlukan agar mampu menjadi umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan Program PUAP selanjutnya. Khususnya pada penerima program, Tabel 41 menunjukan bahwa tingkat partisipasi penerima program pada tahap evaluasi Program PUAP dominan berada pada tingkat rendah dengan median pada tingkat rendah dan frekuensi tingkat rendah sangat banyak sebesar 33 orang atau 73.3 persen. Sementara tingkat sedang hanya 9 orang atau 20 persen dan tingkat tinggi hanya 3 orang atau 6.7 persen.

Tabel 41 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat evaluasi Program PUAP 2016

Tahap Evaluasi Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 33 73.3

Sedang 9 20.0

Tinggi 3 6.7

60

Partisipasi pada Rapat Akhir Tahun (RAT) ini dominan rendah karena serupa dengan kejadian di rapat perencanaan, hanya sebagaian kecil penerima program yang diundang rapat yaitu hanya perwakilan poktan saja. Smeentara pada RAT ini yang banyak diundang adalah pengurus gapoktan dan poktan, pemerintah desa, penyuluh pendamping, pihak kecamatan, dan Peyelia Mitra Tani (PMT). Menurut salah satu informan mengatakan bahwa tidak semua anggota tani bisa diundang rapat dikarenakan dana yang terbatas. Sementara setiap rapat minimal harus ada konsumsi untuk menghargai undangan yang datang sehingga jalan tengah yang dipilih hanya mengundang sebagian anggota tani sebagai perwakilan saja.

Selain itu tingkat partisipasi rendah dikarenakan tidak semua penerima program memberikan pendapat. Pendapat dalam RAT lebih didominasi oleh pengurus gapoktan, penyuluh pendamping, dan pemerintah desa dikarenakan latar belakang pendidikan mereka lebih tinggi dan pengurus gapoktan yang lebih banyak tahu permasalahan kerena terjun langsung ke lapang. Namun dalam pengambilan keputusan akhir evaluasi tetap mengacu pada persetujuan seluruh peserta rapat untuk mencapai mufakat.

Berdasarkan hasil evaluasi, salah satu pengurus mengatakan bahwa Program PUAP ini akan dapat lebih berkembang jika pengelolaan dana dan tenaga diperbaiki. Kondisi saat ini dana PUAP sebesar 100 juta masih belum cukup dikarenakan jumlah peminjam sangat banyak dan membutuhkan pinjaman yang lebih besar sehingga banyak anggota tani yang mengantri untuk mendapatkan pinjaman modal usaha mereka. Sebagian dari pengantri tersebut ada yang masih meminjam kepada lintah darat karena sudah terpepet kebutuhan. Jumlah bunga yang terlalu besar pada lintah darat tersebut akhirnya menyebabkan keuntungan usaha petani sangat kecil karena harus dibayarkan kepada lintah darat. Selain itu yang harus diperbaiki kembali dari segi SDM pengurus adalah manajemen pengelolaan dana PUAP sendiri. Sebagian dari pengurus masih belum paham manajemen dan akuntansi yang baik sehingga beberapa kali sempat mengalami kekeliruan perhitungan dan miss komunikasi diantara pengurus. Hal ini sesuai penuturan salah satu pengurus dibawah ini.

“Setau saya, karena di koperasi itu kurang modal. Kemudian masyarakat ngetuk membutuhkan dana, sehingga larinya kan ke lintah darat atau renternir. Kalo rentenir kan ada yang 10 persen 20 persen. Sebenarnya kasian tapi ya mau gimana lagi” (SD, 49 Tahun) “Ya jelas manajemen, saya sendiri belum tau koperasi. Tapi ya jelas manajemennya semuanya tidak paham. Kan mereka yang mengatur. Ya itu yang jelas untuk memperbaiki ya menajemen, sesuatu yang tidak diatur itu kan tidak teratur” (SD, 49 Tahun)

Tabel 42 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keberlanjutan Program PUAP 2016

Keberlanjutan Program Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak 2 4.4

Berkelanjutan 32 71.2

Sangat Berkelanjutan 11 24.4

61

Terlepas dari banyaknya evaluasi Program PUAP yang harus dibenahi, namun anggota tani Desa Ngetuk percaya bahwa progam ini mampu tes bekelanjutan untuk membantu petani. Terbukti dari Tabel 42 yang menunjukan tingkat keberlanjutan Program PUAP dengan nilai median pada tingkat keberlanjutan dan memiliki frekuensi tinggi sebesar 32 orang atau 71.2 persen. Sementara didukung dengan tingkat sangat berkelanjutan 11 orang atau 24.4 peresen dan tingkat tidak berkelanjutan hanya 2 orang atau 4.4 peresen. Hal tersebut menggambarkan pengelolaan PUAP selama 4 tahun kepengurusan ini akan terus berlanjut dan berkembang kedepannya. Hampir semua anggota tani membutuhkan program ini dan mereka percaya bahwa Program PUAP akan terus dikelola gapoktan dan terus berkembang agar semakin banyak membantu masalah permodalan petani kecil. Sesuai dengan pendapat salah satu pengurus dibawah ini

“Ya memang itu harus berkembang, karena itu bukan dana hibah. Itu kan tugasnya pengelola kan untuk mengembangkan atau untuk modal petani walaupun toh hanya sedikit tapi dapat memancing modal biaya” (TM, 64 Tahun)

Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi pada Program PUAP merupakan tingkatan seberapa jauh keterlibatan penerima program secara aktif, berdasarkan inisiatif sendiri, dan dibimbing cara berfikir mereka sendiri untuk keluar dari permasalahan usaha tani kecil dan kurang berkembang. Terutama tingkat partisipasi penerima program perlu dilihat seberapa jauh mereka berkontribusi dalam memecahkan masalah mereka sendiri. Tabel 43 menunjukan bahwa tingkat partisipasi penerima Program PUAP secara keseluruhan berada pada tingkat rendah dengan nilai median tingkat rendah dan memiliki frekuensi sebanyak 28 orang atau 62.2 persen. Sedangkan pada tingkat sedang berjumlah 15 orang atau 33.3 persen dan tingkat tinggi 2 orang atau 4.4 persen.

Tabel 43 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi Program PUAP 2016

Tingkat Partisipasi Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 28 62.2

Sedang 15 33.3

Tinggi 2 4.4

Total 45 100.0

Tingkat partisipasi disini merupakan akumulasi dari keempat tahapan dan hasilnya menunjukan pada tingkat rendah dikarenakan tingkat partisipasi di beberapa tahap juga rendah. Pada tahap perencanaan dan evaluasi tingkat partisipasi rendah dikarenakan hanya sebagian kecil penerima program yang diundang dan menghadiri rapat. Pada tahap implementasi tingkat partisipasi tinggi hanya pada pengelolaan usaha tani pribadi, namun pada kegiatan lain juga masih rendah karena sudah ditangani pengurus. Sementara pada tahap pemanfaatan tergolong tinggi dikarenakan hampir dari seluruh penerima program merasakan manfaatnya

62

meskipun tidak terlalu tinggi. Bentuk partisipasi yang bisa dilakukan oleh penerima program adalah rapat RAT, membayar angsuran, mengelola usaha tani pribadi, dan membantu penerima lain.

Selanjutnya jika dilihat partisipasi dari pihak-pihak lain yang ikut mengembangkan program, pengurus gapoktan tergolong sangat aktif dalam setiap tahap dan dalam mengelola dana PUAP. Bentuk partisipasi pengurus awalnya tumbuh atas inisiatif sendiri untuk bekerja sosial mengelola dana demi mengembangkan usaha tani anggota. Pemerintah desa cukup aktif dalam membantu mencari solusi ketika terjadi permasalahan dan hadir dalam rapat RAT. Sedangkan peran dari penyuluh pendamping dan PMT dinilai kurang aktif dalam program. Penyuluh pendamping pada tahun ini hanya hadir setiap bulan sekali ke balai desa untuk mengontrol pinjaman, namun penyuluh tidak terjun ke setiap poktan dan