• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN SERAT DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA REMAJA

Dalam dokumen CAKUPAN ASI EKSLUSIF KABUPATEN BREBES TA (Halaman 150-155)

(Studi pada siswa SMA Negeri 4 Semarang) Zulfiana Fitriani*), S.A Nugraheni**), Laksmi Widajanti**)

Alumnus,**)Dosen Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

zulfianafitriani90@gmail.com ABSTRAK

Pola konsumsi remaja yang cenderung tidak seimbang energi dan serat dengan kadar glukosa, dapat berisiko terhadap kadar glukosa darah terganggu. Penelitian ini bertujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan serat dengan kadar glukosa darah pada remaja di SMA Negeri 4 Semarang. Penelitian bersifat explanatory research dan metode survei dan pendekatan cross sectional dengan uji korelasi Pearson Product Momment. Sampel dalam penelitian siswa berusia 15-17 tahun yang termasuk kategori remaja sejumlah 39 responden.Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yang didasarkan kriteria inklusi meliputi responden tidak perokok dan tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. Data yang diambil meliputi konsumsi energi, serat, aktivitas fisik melalui wawancara dan status gizi (IMT/U) melalui pengukuran langsung, dan kadar glukosa darah sewaktu diperoleh melalui metode Enzymatic Colorimetric test "GOD-PAP‖. Hasil penelitian menunjukkan 64% tingkat konsumsi energi termasuk kategori kurang, 100% tingkat konsumsi serat defisit, 80% status gizi normal, 51,3% aktivitas fisik ringan, dan 89,7% hipoglikemi. Uji korelasi menunjukkan ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan kadar glukosa darah sewaktu (p=0,000) dan ada hubungan tingkat konsumsi serat dengan kadar glukosa darah sewaktu (p=0,000). Kesimpulan ada hubungan tingkat konsumsi energi dan serat dengan kadar glukosa darah. Semakin rendah tingkat konsumsi energi dan serat berhubungan dengan kadar glukosa darah terganggu. Saran bagi peneliti selanjutnya mengetahui lebih mendalam terhadap konsumsi energi dan serat cenderung defisit dan kejadian hipoglikemi pada remaja.

Kata kunci : remaja, tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi serat, status gizi (IMT/U), aktivitas fisik, kadar glukosa.

Latar Belakang

Pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi memiliki peran penting dalam mempengaruhi status kesehatan seseorang. Pemenuhan kebutuhan asupan gizi pangan yang tidak sesuai dengan kecukupan yang diperlukan tubuh akan menimbulkan dampak pada kesehatan dan meningkatkan timbulnya berbagai gangguan kesehatan, seperti penyakit degeneratif.1Kadar glukosa tinggi disebabkan karena peningkatan deretan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa, kembali menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan sumber energi.4

Kelebihan atau kekurangan asupan energi berkaitan dengan kemampuan untuk menghasilkan sekresi insulin. Asupan energi yang tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dibutuhkan tubuh jika berlangsung lama maka akan mengganggu kinerja insulin dalam tubuh.3 Saat tubuh kekurangan asupan makanan menyebabkan kadar glukosa rendah, hal ini membuat insulin yang disimpan di hati dilepaskan untuk mempertahankan keseimbangan glukosa darah dalam tubuh.5

Perilaku makan pada remaja yang cenderung kurang memperhatikan asupan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh menyebabkan remaja kini mengalami gangguan kesehatan seperti penyakit degeneratif. Era globalisasi ikut berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada remaja. Di kota besar, pengaruh gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan diluar rumah, dan lebih memilih untuk mengkonsumsi makananan yang

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 158

serba instan dan cepat.8 Adanya pemilihan selera makan terhadap produk teknologi pangan salah satunya fast food yang tidak lagi mempertimbangkan kandungan gizi baik, tetapi lebih terhadap rasa, aroma, cita rasa, dan tekstur yang cenderung tinggi natrium, kalori, lemak, defisit serat, serta zat gizi mikro lainnya.8 Data yang dikeluarkan Puslitbang Gizi mengungkapkan bahwa konsumsi serat masyarakat Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 50% dari angka kecukupan yang dianjurkan. Pola konsumsi yang cenderung tinggi kandungan gula, lemak, dan rendah serat tersebut berisiko terhadap kadar glukosa darah.7 Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi dan serat dengan kadar glukosa darah sewaktu pada remaja di SMA Negeri 4 Semarang.

Materi dan Metode

Penelitian ini menggunakan metode survei. Peneliti melakukan pengukuran status gizi ( IMT/U ), kadar glukosa sewaktu, serta perhitungan konsumsi energi dan serat, menggunakaan food recall 2x 24 jam dan aktifitas fisik menggunakaan recall activity kemudian dilakukan analisis. Jenis penelitian explanatory research dengan metode survei dan pendekatan yang digunakan adalah design cross sectional karena variabel-variabel yang akan diteliti diambil dalam waktu bersamaan.10 Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov- Smirnov. Berdasarkan uji normalitas, diperoleh data tingkat konsumsi energi, serat, status gizi, dan kadar glukosa berdistribusi normal (p>0,05). Oleh karena itu, uji hubungan yang digunakan adalah Pearson Product Momment. Data aktivitas fisik diketahui tidak berdistribusi normal maka untuk uji hubungan digunakan uji Rank Spearman.

Hasil dan Pembahasan Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang dipilih termasuk tingkatan masa remaja. Rata- rata usia responden pada penelitian ini adalah siswa kelas X-5 dan X-6 dengan usia 15 -17 tahun. Jumlah responden dalam penelitian berjenis kelamin laki-laki 18 responden (46,8%) dan responden berjenis kelamin perempuan 21 responden (53.2%).

Kadar Glukosa Darah

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pengujian terhadap kadar glukosa darah sewaktu pada semua responden didapatkan kategori kadar glukosa darah sewaktu reponden pada Gambar 4.1:

Gambar 1 Distribusi Kadar Glukosa Sewaktu Responden

Rerata kadar glukosa darah sewaktu responden adalah 82,9 ± 15,3 mg/dL dengan nilai minimal 60 mg/dL dan nilai maksimal 118 mg/dL. Kategori kadar glukosa darah dapat kategorikan hipoglikemi (< 110 mg/dL), dan normal (110-199 mg/dL). Sebagian besar responden mempunyai kadar glukosa darah hipoglikemi (<110 mg/dL), sebesar 35 responden (89,7%) . Sedangkan responden yang memiliki kadar glukosa darah sewaktu normal (110-199 mg/dL) sebesar sebanyak 4 responden (10,3%).

Tingkat Konsumsi Energi

Berdasarkan hasil data analisis melalui food recall 2 x 24 jam didapatkan tingkat konsumsi energi responden yang dilakukan dapat dikategorikan pada Gambar 4.2. Berdasarkan pendekatan dengan wawancara responden menggunakaan food recall 2 x 24 jam diketahui rerata asupan energi responden adalah 90,5 ± 20,4 %AKE. Nilai minimal adalah 60,2% AKE dan nilai maksimal adalah 150,8% AKE. Jika asupan energi dikategorikan berdasarkan Angka Kecukupan Energi (AKE) tingkat konsumsi energi kurang 100% AKE (<100% AKE), normal jika tingkat konsumsi energi antara 100-105% AKE, dan lebih jika

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 159

tingkat konsumsi energi lebih dari 105% AKE (>105%). Maka dilihat dari diagram dapat diketahui bahwa 71,7% memiliki asupan energi kurang, 17,9 % memiliki asupan energi normal, dan 10,4 % memiliki asupan energi lebih.

Gambar 2 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Responden Tingkat Konsumsi Serat

Berdasarkan pendekatan dengan wawancara responden menggunakaan food recall 2 x 24 jam diketahui rerata asupan serat responden adalah 8,9 ± 2,1 g/hr angka kecukupan serat. Nilai tingkat konsumsi serat minimal adalah 5,1 g/hr dan nilai tingkat konsumsi serat maksimal adalah 13,5 g/hr. Jika asupan serat dikategorikan berdasarkan tingkat konsumsi serat, kategori kurang jika asupan serat < 25 g/hr , kategori baik jika tingkat konsumsi serat ≥ 25 g/hr. Hasil analisis pengolahan data tingkat konsumsi serat diketahui bahwa 100% responden memiliki asupan serat dengan kategori kurang (< 25g/hr).

Status Gizi (IMT/U)

Berdasarkan hasil data penelitian didapatkan kategori status gizi responden berdasarkan IMT/U menurut standar antropometeri 2007 pada Gambar 4.3 :

Gambar 4.3 Distribusi Status Gizi Berdasarkan IMT/U WHO 2007

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa didapatkan rerata nilai status gizi dengan perhitungan IMT/U bedasarkan standar baku antrhopometri WHO 2007 responden adalah 1,2 ± 0,8 SD, dengan nilai minimal 0,02 SD dan nilai maksimal 3,3 SD. Menurut standar baku antropometri WHO 2007 mengatakan bahwa status gizi lebih dikatakan jika skor Z > +2 SD, status gizi normal jika skor Z -2 SD dan +2 SD, dan status gizi kurang jika skor Z <-2SD dan <+2SD. Hasil penelitian setelah dilakukan perhitungan didapatkan responden memiliki status gizi lebih sebesar 8 responden (20,5%), dan status gizi normal sebesar 31 responden (79,5%).

Aktivitas Fisik

Berdasarkan pendekatan dengan wawancara responden menggunakaan recall activity didapatkan tingkat aktivitas fisik responden yang dilakukan dapat dikategorikan sebagai berikut pada Gambar 4:

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 160

Berdasarkan kategori aktivitas fisik ditentukan dengan perhitungan Resting Energy Expenditure (REE), dimana kategorinya dibagi menjadi lima, yaitu istirahat, sangat ringan, ringan, sedang, dan berat. Rerata aktivitas fisik responden adalah 1,5 ± 0,4. Berdasarkan dengan hasil wawancara kepada responden diketahui responden dengan aktivitas fisik sangat ringan 48,7 % dan responden dengan aktivitas ringan 51,3%.

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Serat Dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Berdasarkan uji statistik Pearson Product Momment Correlation diperoleh hasil p- value 0,000 (P <0,05) Hal ini berarti bahwa Ho ditolak atau ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan kadar glukosa darah sewaktu responden. Koefisien korelasi yang didapatkan r=0,748. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai korelasi positif yang kuat, berarti semakin rendah konsumsi energi maka semakin rendah kadar glukosa darah sewaktu pada responden. Hasil ini sama dengan penelitian yang oleh Manalu yang menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi energi dengan kadar glukosa darah.11 Penelitian lain menyatakan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Puji Astuti yang menjelaskan adanya pengaruh karbohidrat, lemak, protein terhadap penurunan kadar glukosa darah, hal ini disebabkan karena kepatuhan responden terhadap diit makanan yang dikonsumsi.12

Hal ini sesuai dengan teori bahwa energi dapat mempengaruhi kadar glukosa darah seseorang. Dalam penelitian ini diketahui tingkat konsumsi energi responden sebagian besar cenderung kurang dan diperoleh hasil tingkat kadar glukosa responden sebagian besar kategori hipoglikemi (< 100mg/dl). Faktor lain yang menyebabkan kadar glukosa sewaktu rendah pada responden disebabkan karena saat pengambilan sampel darah berlangsung di lakukan saat jam pulang pelajaran sekolah sehingga sebagian besar responden belum makan siang

Mengetahui hubungan tingkat konsumsi serat dengan kadar glukosa darah sewaktu berdasarkan uji statistik Pearson Product Momment Correlation diperoleh hasil p-value 0,000. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak atau ada hubungan tingkat konsumsi serat dengan kadar glukosa darah sewaktu responden. Koefisien korelasi yang didapatkan r=0,616. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai korelasi positif dengan hubungan yang kuat, berarti semakin rendah konsumsi serat menunjukkan kadar glukosa darah terganggu pada responden.

Responden yang diperoleh tingkat konsumsi serat lebih banyak (84,6%) ditemukan pada kelompok kadar glukosa hipoglikemi (<110 mg/dL) sebanyak 35 responden. Konsumsi serat responden berasal dari buah-buahan, sayuran, cemilan namun jumlah yang dikonsumsi jarang dan jumlahnya sedikit, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan serat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sekar Andita menunjukan semakin tinggi konsumsi

Gambar 5 Diagram Histogram Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Serat Dengan Kadar Glukosa darah Sewaktu

serat, semakin tinggi kadar glukosa darah 2 jam post prandial.13 Penelitian lain yang dilakukan oleh Soegondo dan Sukaji berpendapat bahwa konsumsi serat mempunyai pengaruh pada glukosa darah, terutama serat tertentu pada buah apel, jeruk, oat bran, dan kacang-kacangan.5

14,3 100 50 84,6 85,7 15,4 0 20 40 60 80 100 120 p re sen tase % tingkat konsumsi hipogli kemi

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 161

Konsumsi serat yang kurang jika berlangsung terus menerus dapat memicu penyakit degenaratif misalnya diabetes mellitus, kolestrol, hipertensi, dll. Pada penelitian ini berdasarkan wawancara terbuka kemungkinan sebagian besar responden tak begitu peduli dan pengetahuan yang kurang terhadap manfaat konsumsi serat yang dibutuhkan tubuh. Untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi dan serat dengan kadar glukosa darah dapat dilihat pada diagram histogram berikut :

Kesimpulan dan saran Kesimpulan

1. Responden menunjukan kadar glukosa darah sewaktu hipoglikemi (<110mg/dl), sebesar 35 responden (89,7%) dan yang memiliki kadar glukosa darah normal (110-199mg/dl) sebesar sebanyak 4 responden (10,3%) .

2. Tingkat konsumsi energi responden menunjukan bahwa 71,7 % yang memiliki asupan energi kurang, 17,9% memiliki asupan energi baik, dan 10,4 % memiliki asupan energi lebih.

3. Tingkat konsumsi serat pada responden menunjukan 100% termasuk kategori defisit. Rerata asupan serat responden adalah 8,9 ± 2,1 g/hr.

4. Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan kadar glukosa sewaktu dan ada hubungan tingkat konsumsi serat dengan kadar glukosa sewaktu.

Saran

Mengkonsumsi makanan yang cukup energi dan serat sesuai dengan angka kecukupan gizi dan melakukan pengontol kadar glukosa, khususnya bagi remaja yang memiliki kadar glukosa yang dibawah standar normal perlu melakukann pemeriksaan kadar glukosa darah secara rutin sebagai pengendalian tinggi rendahnya kadar glukosa darah.

Daftar Pustaka

1. Sulististyoningsih, Hariyani. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011.

2. PERKENI.Konsensus Pengolaan Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta. 1998

3. Suyono, Selamet. Kecendrungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes Mellitus Terpadu. Pusat Diabetes & Lipid RSU Nasional Dr.Ciptomangunkusumo. FKUI. Depkes RI & Word Health Organization CV Aksara Buana. 1995

4. Irianto, K. Waluyo, K. Gizi dan Pola Hidup Sehat. CV Yarama Widya. Jakarta, 2004 5. Soegondo, Sidartawan dan Sukardji, Kartini. Hidup secara mandiri dengan Diabetes

Melitus;Kencing manis;Sakit gula. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 2008

6. Siagian Albiner, Rimbawan. Indeks Glikemik Pangan, Cara Mudah Memilih Pangan Yang Menyehatkan. Penebar Swadaya. Jakarta. 2004

7. Arisman. Gizi Dalam Daur kehidupan. EGC. Jakarta, 2004

8. Katharina, Nelly. Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan ibu, Pola Makan, dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas di SMU Tri Sakti Medan. www.library.usu.ac.id. 2009. Diakses tanggal 10 November 2011

9. Sari Permata Hesti. Perbedaan Kadar Gula Darah sewaktu Antara Remaja Putri Dengan Status Gizi Baik Dan Status Gizi Lebih. Artikel Penelitian. Undip. Semarang, 2010 10. Machfoedz, Ichram. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan

Kebidanan. Yogyakarta. 2007

11. PB PERKENI. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. EGC.Jakarta.2002

12. Astuti, Puji. Faktor-Faktor Determinan yang Berpengaruh Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Ungaran. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Semarang, 2000

13. Andita, Sekar. Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Western Fast Food dan Serat dengan Kadar Glukosa Darah. Skripsi Gizi Kedokteran. Universitas Diponegoro. 2011

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 162

HUBUNGAN KONTRIBUSI ENERGI, VITAMIN A DAN ZAT BESI DARI SARAPAN

Dalam dokumen CAKUPAN ASI EKSLUSIF KABUPATEN BREBES TA (Halaman 150-155)

Garis besar

Dokumen terkait