• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Energi dan Zat Gizi dari Jajanan Anak terhadap Kecukupan Energi dan Zat Giz

Dalam dokumen CAKUPAN ASI EKSLUSIF KABUPATEN BREBES TA (Halaman 163-167)

DI LINGKUNGAN KUMUH PERKOTAAN SURAKARTA Listyani Hidayati 2 , Juliani Prasetyaningrum 3 , Zahara Abdul Manaf

H. Kontribusi Energi dan Zat Gizi dari Jajanan Anak terhadap Kecukupan Energi dan Zat Giz

Grafik pada Gambar 1 mengindikasikan bahwa jajanan memberikan kontribusi energi dan protein yang cukup berarti pada kedua kelompok yaitu lebih dari 25% dari kecukupan, namun pada anak yang stunting menunjukkan kontribusi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan anak yang nonstunting.

Gambar 1. Kontribusi Energi dan Protein dari Jajanan Anak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuantitas dan jenis makanan diberikan kepada anak dan frekuensi makanan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan kejadian stunting pada anak. Stunting menunjukkan pertumbuhan yang rendah dan merupakan efek kumulatif dari asupan energi, makronutrien atau mikronutrien yang tidak memadai dalam waktu jangka panjang atau hasil dari infeksi kronis, yang berkontribusi terhadap morbiditas dan kematian dari penyakit infeksi seperti infeksi pernafasan akut, diare, campak dan malaria.

Hal yang sama ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 2 dan 3, bahwa jajanan anak mempunyai andil yang cukup berarti bagi kecukupan gizi pada kedua kelompok, namun pada anak yang non stunting kontribusi vitamin B1, B2, B6 dan vitamin C lebih besar.

Gambar 2. Kontribusi Vitamin B1, B2, B6 dan Vitamin C dari Jajanan Anak

0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50

stunted nonstunted

Tk. Kec. Energi & Protein Tk. Kec. Energi & Protein

mean of rdasn_e mean of rdasn_prot

Graphs by stunted1

0 10 20 30 40 0 10 20 30 40

stunted nonstunted

Tk. Kec. Vit B1 Vit B2 Vit B6 VitC Tk. Kec. Vit B1 Vit B2 Vit B6 VitC

mean of rdasn_b1 mean of rdasn_b2

mean of rdasn_b6 mean of rdasn_vitc

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 171

Masalah gizi seringkali dikaitkan dengan kekurangan makanan di masyarakat yang dihasilkan oleh pembangunan ekonomi yang rendah, distribusi kekayaan yang tidak merata, kemiskinan, faktor musim, dan peperangan. Faktor-faktor lain seperti ukuran besar keluarga, praktek pemberian makan yang salah dan prevalensi penyakit menular yang tinggi juga mempunyai peranan terjadinya masalah gizi. Hasil kajian Muller and Crawinkel (2005) disebutkan bahwa pengenalan awal terhadap makanan pertama yang rendah kualitas dan kuantitasnya, rendahnya pemberian ASI eksklusif dan tingginya frekuensi penyakit pada masa awal bayi merupakan alasan-alasan sebab terjadinya lambatnya pertumbuhan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sangat sedikit, yaitu 2.99%. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian di negara sedangg berkembang lainya seperti di India yang mencapai 7,8% (Tiwari, et al., 2009), maka angka ASI eksklusif di daerah penelitian ini masih lebih rendah.

Kejadian stunting pada anak dapat juga disebabkan asupan energi yang rendah. Dalam penelitian ini terungkap bahwa asupan energi dari jajanan pada anak yang stunting lebih rendah dibandingkan dengan aanak yang normal. Energi merupakan bagian yang sangat penting dalam seluruh proses metabolisme tubuh (Gibson, 2005). Protein merupakan bahan dasar untuk membentuk semua sel-sel jaringan tubuh, mengatur keseimbangan cairan antara jaringan, saluran darah dan di dalam sel. Vitamin B1 berfungsi sebagai koe-enzim dari enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbihidrat dalamproses pembentukan energi, vitamin B2 selain sebagai ko-enzim dalam reaksi oksidasi-reduksi juga sebagai katalisator berbagai reaksi kimia tubuh. Sementara itu, vitamin B6 mempunyai peran dalam glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa dari lemak dan protein, selain itu juga berperan dalam metabolisme sel darah merah dan sintesis neurotransmitter. Vitamin C penting dalam proses oksidasi-reduksi dan dikenal luas fungsi lainnya dalam berbagai metabolisme tubuh.

Gambar 3. Kontribusi Mineral Fe dan Zn dari Jajanan Anak

Seng (Zn) dan besi (Fe) telah diketahui perannya dalam proses pertumbuhan. Arsenault, et al. (2008) mengungkapkan hasil penelitian pada anak-anak di Peru membuktikan bahwa anak-anak yang menerima suplementasi seng memiiliki berat tubuh lebih besar 0,41 kg dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat seng dan terbukti bahwa defiseinsi seng dapat menghambat pertumbuhan. Shrimpton, et al. (2005) dan Penny, et al., (2004), serta Gibson et al (2003) melaporkan tentang manfaat suplementasi besi dalam proses pertumbuhan. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh hasil penelitian Walker, et al (2007) yang menyatakan tidak ada pengaruh suplementasi besi dengan atau tanpa seng terhadap pertumbuhan anak, namun penelitian ini menggunakan dosis yang rendah dan diberikan tidak setiap hari melainkan

0 10 20 30 0 10 20 30

stunted nonstunted

Tk. Kec. Mineral Fe dan Zn Tk. Kec. Mineral Fe dan Zn

mean of rdasn_fe mean of rdasn_zn

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 172

sekali dalam seminggu. Mekanisme yang pasti bagaimana seng dapat mempengaruhi pertumbuhan sampai sat ini belum jelas akan tetapi efek secara langsung yang telah diketahui adalah seng dapat menstimulasi rasa dan asupan energi serta meningkatkan massa bebas lemak pada tubuh (Arsenault, et al., 2008).

Tingginya prevalensi stunting ditemukan di antara anak-anak usia 1-3 tahun dalam studi ini menunjukkan bahwa malnutrisi tersebar luas di kalangan anak-anak di daerah ini. Kejadian stunting pada anak dari hasil beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa stunting sangat ditentukan oleh kemiskinan. Bloss, et al., (2004) menyatakan bahwa di Kenya, prevalensi anak yang malnutrisi: stunting 47%, undernutrition 30% dan wasting 7%, dan faktor-faktor yang menjadi prediktor bagi terjadinya malnutrisi di Kenya adalah pemberian makanan yang lebih awal pada saat bayi, vaksinasi memproteksi stunting, tinggal bersama orang tua angkat secara signifikan dapat meningkatkan risiko stunting. Hasil penelitian Deolalikar (2005) menemukan bahwa ada perbedaan yang cukup besar kejadian malnutrisi pada anak berdasarkan gender, wilayah geografis dan status ekonomi, sedangkan hasil kajian Gur, et al (2006) beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian malnutrisi di Istanbul adalah yaitu faktor umur, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga. Pada penelitian ini juga menunjukkan hal yang sama, bahwa pada keluarga yang berpendapatan rendah cenderung memiliki jumlah anak yang stunting lebih banyak. Kemiskinan yang diperparah dengan rendahnya status gizi ibu akan menyebabkan meningkatnya beban untuk perawatan anak. Konsekuensi gizi buruk pada seorang ibu dan janinnya akan memberikan pengaruh pada kehidupan anak di kemudian hari, bahkan kemungkinan ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, penelitian tentang kehidupan anak-anak yang stunting ini di kemudian hari adalah sesuatu yang penting untuk ditindaklanjuti.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa hampir semua anak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi jajanan. Jajanan yang dikonsumsi anak berupa jajanan tradisional, jajanan ―moderen‖ serta minuman kemasan. Frekuensi jajan anak berkisar 2-7 kali dalam sehari. Terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan dan kontribusi energi, protein, vitamin B1, B2, B6, vitamin C, mineral Fe dan Zn yang bersumber dari jajanan antara anak yang stunted dan nonstunted.

Saran

Produsen jajanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan jajanan yang berkualitas, baik ditinjau dari nilai gizinya maupun keterjaminan kebersihan jajanannya. Diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak terutama produsen dan instansi terkait untuk bersama-sama turut membentuk generasi yang sehat dan kuat melalui jajanan yang sehat.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada DP2M-DIKTI yang telah memberikan dana melalui program Hibah Kerjasama Internasional. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan pada batita dan responden serta semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Arsenault, JE., de Romaña, DL., Penny, ME., Van Loan, MD., Brown, KH. 2008 . Additional Zinc Delivered in a Liquid Supplement, but Not in a Fortified Porridge, Increased Fat-Free Mass Accrual among Young Peruvian Children with Mild-to- Moderate Stunting . J. Nutr; 138:108-114.

Bloss, E., Wainaina, F., Bailey, RC. Prevalence and Predictors of Underweight, Stunting, and Wasting among Children Aged 5 and Under in Western Kenya. Journal of Tropical Pediatrics; 50(5):260-270.

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 173

Deolalikar, AB. 2005. Poverty and Child Malnutrition in Bangladesh . Journal of Developing Societies, Vol. 21, No. 1-2, 55-90

Georgieff, MK. 2007. Nutrition and the developing brain: nutrient priorities and measurement. Am J Clin Nutr, 85: 614S-20S.

Gibson. 2005. Only A Small Proportion Of Anemia In Northeast Thai Schoolchildren Is Associated With Iron Deficiency. Am. J. Clin. Nutr.; 82: 380 - 387.

Grantham-McGregor S. and Baker-Henningham, H. 2005. Review of the evidence linking protein and energy to mental development. Public Health Nutr, 8: 1191-1201.

Gür, E., Can, G., Akku, S., Ercan, G., Arvas, A., Güzelöz, S., and Çifçili , S. 2006. Undernutrition a Problem among Turkish School Children?: Which Factors have an Influence on It? Journal of Tropical Pediatrics; 52(6):421-426.

Hamadani, JD., Huda, SN., Khatun, F., and Grantham-McGregor, SM. 2006. Psychosocial stimulation improve the development of undernourisheed children in rural Bangladesh. J. Nutr, 136: 2645-2652.

Kariger, PK., Stoltzfus RJ., Olney, D., Sazawa, S., Black, R., Tielsch, JM., Frongillo, EA., Khalfan, SS., and Pollitt, E.. 2005. Iron deficiency and physical growth predict attainment of walking buut not crawling in poorly nourished Zanzibari infants. J. Nutr. 135: 814-819.

Khan, AA., Bano, N.,Salam, A. 2007. Child Malnutrition in South Asia, A comparative Perspective. South Asian Survey; 14(1): 129-145.

Liu, J., Raine, A., Venables, PH., Dalais, C., Mednick, SA. 2003. Malnutrition at Age 3 Years and Lower Cognitive Ability at Age 11 Years: Independence From Psychosocial Adversity. Arch Pediatr Adolesc Med; 157: 593 - 600.

Müller, O., Krawinkel, M. Malnutrition and health in developing countries. 2005. Can. Med. Assoc. J., 173: 279 - 286.

Olney DK, Pollitt E, Kariger PK, Sabra, Khalfan K, Ali NS, Tielsch JM, Sazawal S, Black R, Mast D, Allen LH, and Stoltzfus RJ. 2007. Young Zanzibari children with iron deficiency, iron deficiency anemia, stunting, or malaria have lower motor activity scores and spend less time in locomotion. J Nutr., 137: 2756-2762.

Penny, ME., Marin, RM., Duran, A., Peerson, JM., Lanata, CF., Bo Lönnerdal, Black, RE., Brown, KH. 2004. Randomized Controlled Trial Of The Effect Of Daily Supplementation With Zinc Or Multiple Micronutrients On The Morbidity, Growth, And Micronutrient Status Of Young Peruvian Children. Am J Clin Nutr;79:457 65. Pongou, R. Salomon, JA., Ezzati, M. 2006. Health impacts of macroeconomic crises and

policies: determinants of variation in childhood malnutrition trends in Cameroon. International Journal of Epidemiology , 35:648–656

Powell, CA. And Grantham-McGregor, S.. 1985. The ecology of nutritioon status and development in young children in Kingston, Jamaica. Am. J. Clin. Nutr.41: 1322-1331. Shrimpton, R., Gross, R., Darnton-Hill, I., Young. M. 2005. Zinc deficiency: what are the

most appropriate interventions? BMJ ;330;347-349

Tarleton, JL., Haque, R., Mondal, D., Shu, J., Farr, BM., Petri, WA. 2006. Cognitive Effects Of Diarrhea, Malnutrition, And EntamoebaHistolytica Infection On School Age Children InDhaka, Bangladesh. Am. J. Trop. Med. Hyg., 74(3): 475–481.

Torpy, JM., Cassio Lynm; Richard M. Glass. 2004. Malnutrition in Children JAMA;292(5):648.

Walker, CLF., A H Baqui, S Ahmed, K Zaman, S El Arifeen, N Begum, M Yunus, R E Black, and L E Caulfield. 2007. Low-dose weekly supplementation with iron and/or zinc does

not affect growth among Bangladeshi infants

FASEB J; 21: A681.

WHO. 2004. Malnutrition: the global picture. WHO. Geneva.

WHO. 2005. Communicable Diseases and Severe Food Shortage Situations. http://www.who.org. Diakses 3 April 2009.

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 174

KONSUMSI GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Dalam dokumen CAKUPAN ASI EKSLUSIF KABUPATEN BREBES TA (Halaman 163-167)

Garis besar

Dokumen terkait