• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAJANAN PADA REMAJA PUTR

Dalam dokumen CAKUPAN ASI EKSLUSIF KABUPATEN BREBES TA (Halaman 131-139)

Ainun Niswati 1), Dina Rahayuning Pangestuti 2), Siti Fatimah Pradigdo 1) Alumni FKM UNDIP, 2) FKM UNDIP

ain_niez@yahoo.co.id ABSTRAK

Remaja putri mempunyai gaya hidup sering makan di luar rumah, menyukai pangan jajanan, dan suka mencoba makanan baru sehingga rawan terkena foodborne disease dan gangguan kesehatan lain. Survei BPOM tahun 2006 menunjukkan bahwa 49,43% jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat. Kasus keracunan akibat pangan jajanan yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2005 sebesar 13%, dan meningkat menjadi 15% pada tahun 2010. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen dengan pemilihan pangan jajanan pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian Explanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah populasi adalah 103 siswi dengan sampel 79 siswi yang dipilih secara Random Sampling. Analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji laboratorium semua sampel tergolong aman dari kandungan pewarna sintetis berbahaya, sampel es teh dan nasi goreng positif mengandung mikroba patogen; 51,90% responden memiliki pengetahuan baik tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya; 73,40% memiliki pengetahuan kurang tentang kandungan mikroba patogen; 97,50% memiliki total pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen tergolong baik. Seluruh responden memilih pangan jajanan tergolong aman untuk kandungan pewarna sintetis berbahaya, sebagian besar reponden memilih pangan jajanan tergolong tidak aman untuk kandungan mikroba patogen (81,01%). Seluruh kategori pengetahuan tentang pewarna sintetis berbahaya (baik dan kurang) memilih pangan jajanan yang aman (tidak mengandung pewarna sintetis berbahaya). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan tentang kandungan mikroba patogen dengan pemilihan pangan jajanan (p=0,001), tidak ada hubungan total pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen dengan pemilihan pangan jajanan (p=1,000). Saran bagi responden supaya diberikan penyuluhan tentang keamanan pangan, terutama pengetahuan mengenai mikroba patogen dalam pangan jajanan.

Kata Kunci : pengetahuan, pewarna sintetis, mikroba patogen, jajanan, remaja putri. Latar Belakang

Menjamurnya makanan jajanan saat ini menyebabkan semakin beragamnya pilihan para remaja yang cenderung banyak menghabiskan waktunya di luar rumah.1) Remaja Putri sangat penting sebagai sasaran penelitian, karena berada pada masa persiapan menuju dewasa dan sebagai calon ibu yang harus cukup zat gizi. Akan tetapi, masih banyak remaja putri yang memiliki kebiasaan makan yang tidak baik sehingga berdampak pada status gizinya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dalam Raudhoh Chuslah menunjukkan bahwa remaja laki-laki cenderung menyukai makanan yang mengenyangkan, sedangkan remaja putri cenderung menyukai makanan ringan (jajanan) yang tidak terlalu mengenyangkan.2) Selain itu, gaya hidup remaja putri juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan makan mereka. Mereka cenderung lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan dimakannya, mereka juga sering mencoba-coba makanan baru, dan mereka mempunyai selera makan yang berubah-ubah. 3) Gaya hidup tentang kebiasaan makan para remaja putri seperti ini akan sangat berpeluang terkena penyakit akibat makanan (foodborne disease) dan gangguan kesehatan lainnya dikarenakan ketidak hati-hatian dalam pola konsumsi pangan jajanan.

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 139

Pengetahuan gizi remaja sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan remaja dapat diperoleh baik secara internal maupun secara eksternal.4) Semakin tinggi pengetahuan tentang konsumsi makanan pada seseorang, akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya.

Salah satu masalah keamanan pangan adalah penyakit bawaan makanan (Foodborne disease). Foodborne disease merupakan penyakit baik menular atau beracun di alam, yang disebabkan oleh agen yang masuk ke tubuh melalui konsumsi makanan. 5) Dari seluruh kasus keracunan yang hampir setiap tahun selalu ada, semua bersumber pada pengolahan makanan yang tidak higienis. Selain kandungan agen/mikroba patogen, sejumlah bahan kimia (pewarna sintetis) ditengarai ikut mengontaminasi pangan manusia. Berdasarkan survei Badan POM tahun 2006, terdapat 49.43% sampel jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat. Sampel tersebut mengandung sakrin, siklamat, boraks, rhodamin B, cemaran mikroba patogen. 6)

Hasil survei pendahuluan pada makanan dan minuman jajanan yang tersedia di SMP Negeri 21 Semarang, terdapat beberapa makanan dan minuman jajanan yang dicurigai mengandung pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen. Pada survei pendahuluan, diketahui 83% remaja putri mempunyai alasan memilih pangan jajanan tersebut sesuai dengan keinginan sendiri dan sebanyak 60% siswi memilih makanan jajanan karena ingin mencoba- coba makanan jajanan tersebut. Berdasarkan latar belakang dan survei pendahuluan, memberikan ketertarikan peneliti untuk meneliti adakah hubungan pengetahuan keamanan pangan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen dengan pemilihan makanan jajanan pada remaja putri.

Materi dan Metode

Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah seluruh siswi kelas VIII SMP Negeri 21 Semarang yang berjumlah 103 siswi. Sampel penelitian adalah 79 responden yang dipilih secara Proportional Random Sampling. Adapun kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: bersedia menjadi sampel atau responden, berjenis kelamin perempuan, berumur 12-15 tahun, dan tercatat sebagai siswi SMP Negeri 21 Semarang, tidak sedang melakukan program diet oleh anjuran dokter gizi (sehingga membatasi konsumsi makanan jajanan di luar rumah), tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan minuman tertentu, tidak sarapan pagi saat penelitian, tidak membawa bekal saat penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai April 2011, bertempat di SMP Negeri 21 Semarang. Pengamatan awal dilaksanakan pada bulan Desember 2010 di lingkungan SMP Negeri 21 Semarang, sedangkan penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Januari 2011. Pengumpulan Data dilakukan melalui Uji Laboratorium pangan jajanan, wawancara kepada responden mengenai pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen pada makanan jajanan, serta pemilihan jenis makanan jajanan.

Analisis pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen pada pangan jajanan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Tengah dari 10 jenis makanan jajanan. Makanan jajanan ini dipilih berdasarkan hasil recall dan FFQ dan dicurigai mengandung pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen berdasarkan hasil survei BPOM. Makanan jajanan tersebut adalah Makaroni, Siomay, Batagor, Cilok, Bakso saos, es teh, gorengan, nasi goreng, mie goreng, dan es campur.

Hasil dan Pembahasan

1. Makanan Jajanan di SMP Negeri 21 Semarang

SMP Negeri 21 Semarang memiliki 3 kantin di dalam halaman sekolah dan beberapa penjual makanan jajanan di luar halaman sekolah. Kantin di sekolah mendapat pembinaan dan pengawasan langsung dari guru supaya jenis-jenis makanan jajanan yang dijual aman dikonsumsi oleh para siswa. Disamping itu, tiap tahun diadakan pemeriksaan dan penyuluhan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tentang keamanan pangan jajanan. Setelah melakukan recall dan mengkroscek menggunakan FFQ makanan jajanan yang disukai oleh siswi SMP Negeri 21 Semarang didapat hasil makanan jajanan yang paling disukai yaitu Makaroni,

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 140

siomay, batagor, cilok, bakso saos, es teh, gorengan, nasi goreng, mie goreng, dan es campur. Sampel yang memiliki frekuensi paling besar dipilih oleh responden maka sampel tersebut yang di uji dan pemilihan sampel yang akan diuji didasarkan pada hasil pemeriksaan BPOM untuk kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen. Peneliti meneliti sebanyak sepuluh sampel makanan jajanan. 5 sampel kelompok pertama diuji untuk kandungan pewarna sintetis berbahaya dan 5 sampel kelompok kedua diuji untuk kandungan mikroba patogen. Berikut adalah hasil pengujian sampel makanan jajanan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Tabel 1 Hasi Uji Laboratorium Sampel Pangan Jajanan yang dicurigai Mengandung Pewarna Sintetis Berbahaya (Rhodamin B dan Methanil Yellow)

No Jenis Pangan Jajanan Analisis

1. Makaroni AMAN

2. Siomay AMAN

3. Batagor AMAN

4. Cilok AMAN

5. Bakso saos AMAN

Tabel 2 Hasi Uji Laboratorium Sampel Pangan Jajanan yang dicurigai Mengandung Mikroba Patogen (E. coli).

No Jenis Pangan Jajanan Analisis

1. Es teh TIDAK AMAN

2. Gorengan AMAN

3. Nasi goreng TIDAK AMAN

4. Mie goreng AMAN

5. Es campur AMAN

Hasil uji Laboratorium yang menyatakan bahwa semua sampel kelompok pertama aman (tidak mengandung pewarna sintetis berbahaya), maka pemilihan pada 79 responden tergolong aman. Hal ini disebabkan karena para penjual makanan jajanan di luar pagar sekolah memakai pewarna yang aman. Dinas Kesehatan Kota Semarang setiap tahun mengadakan pemeriksaan dan memberikan penyuluhan kepada para penjual di kantin sekolah. Setelah diperiksa dan diberi penyuluhan, kantin sekolah kemudian mendapatkan sertifikat kantin Laik Sehat dari Dinkes Kota Semarang. Pemeriksaan dan penyuluhan dari Dinkes Kota Semarang terakhir pada tahun 2008.

Kelompok pangan jajanan kedua yang sering dikonsumsi responden adalah nasi goreng, mie goreng, gorengan, es teh, dan es campur. Hasil uji laboratorium dari kelima pangan jajanan kelompok kedua ini didapatkan untuk sampel nasi goreng dan es teh terbukti mengandung mikroba patogen (E.coli) sehingga tergolong tidak aman. Kedua jenis pangan jajanan yang positif mengandung E.coli tersebut dijual di kantin sekolah. Hal ini disebabkan oleh hygiene dan sanitasi para penjual kantin yang masih kurang. Pemeriksaan hygiene dan sanitasi pangan jajanan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang di SMP Negeri 21 Semarang pada tiap tahunnya hanya berlaku untuk beberapa saat saja, hal ini terbukti dengan ditemukannya praktek penjamah makanan di kantin sekolah masih menggunakan tangan untuk menyajikan nasi goreng, sehingga sangat memungkinkan terjadinya kontaminasi E.coli pada nasi goreng yang dijajakan.

Selain itu, nasi goreng yang dijual di kantin sekolah tidak dimasak secara langsung jika ada pesanan (tidak fresh). Hal ini sangat memungkinkan terdapat perkembangbiakan bakteri E.coli karena makanan disiapkan sebelum diperlukan dan disimpan dalam zona suhu berbahaya (5 - 63°C) lebih lama dari yang diperlukan. 9) Sedangkan es teh yang positif mengandung E.coli kemungkinan disebabkan karena es batu yang terdapat dalam es teh. Es batu berasal dari air, dan kandungan 200 koloni/100 ml dalam suatu perairan, sudah tidak

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 141

layak dikonsumsi, sebab sangat berpotensi menyebarkan penyakit infeksi seperti demam typhoid, hepatitis, gastroenteritis, disentri, dan infeksi telinga. 10)

2. Analisis Pemilihan Pangan Jajanan Responden

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang menunjukkan semua sampel pangan jajanan aman (tidak mengandung pewarna sintetis berbahaya), maka pemilihan pangan jajanan 79 responden memilih pangan jajanan tergolong aman (100%). Sedangkan pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pemilihan pangan jajanan responden untuk kandungan mikroba patogen didapat mayoritas responden (81,01%) memilih pangan jajanan yang tidak aman (mengandung mikroba patogen).

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Total Pemilihan Pangan Jajanan

Dalam penelitian ini, total pemilihan pangan jajanan responden tergolong tidak aman yaitu sebesar 81,01%. Hasil dapat dilihat dalam gambar 2.

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Total Pemilihan Pangan Jajanan 3. Analisis Tingkat Pengetahuan Responden

a. Pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya

Pengetahuan responden tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dibagi menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan baik dan pengetahuan kurang. Rata-rata total skor adalah 16,18 dengan skor terendah 9 dan skor tertinggi 20. ada gambar 3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (51,90%) memiliki pengetahuan baik tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya Gambar 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Kandungan Pewarna Sintetis Berbahaya di SMP Negeri 21 Semarang Tahun 2011.

b. Pengetahuan tentang kandungan mikroba patogen

Pengetahuan responden tentang kandungan mikroba patogen, dibagi menjadi 2 kategori pengetahuan baik dan pengetahuan kurang. Rata-rata total skor adalah 15,00, skor terendah 9 dan skor tertinggi 19. Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (73,40%) memiliki pengetahuan kurang tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya.

Gambar 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Responden Tentang Kandungan Mikroba Patogen di SMP Negeri 21 Semarang Tahun 2011. c. Total Pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba

patogen

Total pengetahuan responden adalah jumlah antara total skor pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dengan total skor pengetahuan tentang kandungan mikroba patogen. Jumlah skkor tertinggi adalah 38 dan jumlah skor terendah adalah 18 dengan rata- rata skor 31,18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 77

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 142

responden memiliki total pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen dengan kategori baik (97,50%).

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Total Pengetahuan Tentang Kandungan Pewarna Sintetis Berbahaya dan Mikroba Patogen di SMP Negeri 21 Semarang Tahun 2011.

Sebanyak 55,70% responden menyebutkan pernah mendapatkan informasi tentang BTM (Bahan Tambahan Makanan) dan sebagian besar mendapatkan informasi tersebut berasal dari media elektronik. Pengetahuan responden yang kurang hanya terbatas seputar pengetahuan mengenai jenis pewarna sintetis yang tidak diperbolehkan oleh pemerintah, pengertian pewarna rhodamin B dan methanil yellow, ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna rhodamin B dan methanil yellow.

Berbeda dengan pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya, penerimaan informasi tentang kandungan mikroba patogen dalam makanan pada responden masih kurang dibandingkan dengan pengetahuan tentang BTM (Bahan Tambahan Makanan). Apabila dilihat dari nilai skor pengetahuan responden tentang kandungan mikroba patogen dapat diketahui bahwa pengetahuan responden mayoritas masih tergolong kurang, hal ini disebabkan masih banyak anak yang tidak tahu mengenai apa saja kelompok bakteri patogen yang dapat mencemari makanan dan minuman jajanan, penyakit akibat makanan (foodborne disease), bakteri indikator hygiene sanitasi makanan, bagaimana cara mencegah kontaminasi pangan penyebab keracunan, dan bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar. 4. Analisis hubungan pengetahuan tentang kandungan mikroba patogen dan pewarna

sintesis berbahaya dengan pemilihan pangan jajanan

Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase pemilihan pangan yang tidak aman (mengandung mikroba patogen) lebih banyak pada responden yang memiliki pengetahuan mengenai kandungan mikroba patogen dengan kategori kurang (89,7%). Namun masih ditemukan responden dengan kategori pengetahuan baik juga masih memilih pangan jajanan yang tergolong tidak aman (mengandung mikroba patogen) sebanyak 12 responden (57,1%). Secara statistik tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tenang kandungan mikroba dengan pemilihan jajanan

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Tentang Kandungan Mikroba Patogen dengan Pemilihan Pangan Jajanan

Demikian juga dengan pengetahuan tentang pewarna sintetis yang tidak berhubungan dengan pemilihan jajan (tabel 4).

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 143

Semua kategori pengetahuan responden (baik, kurang) sama-sama memilih pangan jajanan yang aman (tidak mengandung pewarna sintetis berbahaya). Hal ini tidak sesuai dengan teori Sediaoetama dalam penelitian Fatmalina Febry bahwa orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin tinggi pengetahuan gizinya lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut. 8)

Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya mayoritas tergolong baik (51,90%). Hal ini disebabkan lokasi SMP Negeri 21 Semarang terletak di daerah perkotaan sehingga lebih mudah akses informasinya. Sebanyak 55,70% responden menyebutkan pernah mendapatkan informasi mengenai BTM (Bahan Tambahan Makanan) dan sebagian besar informasi berasal dari media elektronik. Pengetahuan responden yang kurang hanya terbatas seputar pengetahuan mengenai jenis-jenis pewarna sintetis berbahaya yang tidak diperbolehkan pemerintah, dan bagaimana ciri-ciri pangan jajanan yang menggunakan tambahan pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow. Selain itu, materi pelajaran yang diberikan di sekolah lebih menunjang karena SMP Negeri 21 Semarang termasuk salah satu SMP negeri yang berkualitas dan telah menuju Sekolah Rintisan Berbasis Internasional (RSBI).

Beberapa sampel pangan jajanan yang sering dikonsumsi responden yang terdapat di lingkungan sekolah tersebut merupakan pangan jajanan yang bebas dari kandungan pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow. Para penjual makanan jajanan di luar pagar sekolah memakai pewarna yang aman. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran pihak sekolah dalam mengawasi pangan jajanan yang dijajakan para penjual di lingkungan sekolah, baik di dalam sekolah dan di luar pagar sekolah secara berkala.

Apabila dilihat dari nilai skor pengetahuan responden mengenai kandungan mikroba patogen dapat diketahui bahwa pengetahuan responden mayoritas masih tergolong kurang, hal ini disebabkan masih banyak anak yang tidak tahu mengenai apa saja kelompok bakteri patogen yang dapat mencemari makanan dan minuman jajanan, penyakit akibat makanan (foodborne disease), bakteri patogen yang mencemari pangan, bakteri indikator hygiene dan sanitasi makanan, bagaimana cara mencegah kontaminasi pangan penyebab keracunan, dan bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar. Selain itu, dapat dilihat dalam gambar 4.1 bahwa mayoritas responden memilih pangan jajanan tidak aman (positif mengandung mikroba patogen) sebanyak 81,01%.

Hasil uji statistiknya sangat signifikan, karena mayoritas responden mempunyai pengetahuan tentang mikroba patogen dengan kategori kurang dan mayoritas memilih pangan jajanan yang tidak aman (mengandung mikroba patogen). Hal ini berarti bahwa tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan seseorang sangat berpengaruh terhadap pemilihan pangan yang akan dikonsumsinya. Dengan pengetahuan keamanan pangan yang baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka masyarakat dapat terhindar dari berbagai bahaya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak aman. Masyarakat dapat terhindar dari bahaya keracunan makanan akibat mengkonsumsi makanan yang tidak bebas dari cemaran logam berat, pestisida, bahan tambahan pangan dan racun, cemaran biologis seperti seperti bakteri, virus, kapang, parasit, protozoa, dan terhindar dari cemaran fisik seperti pecahan gelas, potongan tulang, kerikil, kawat dan sebagainya.

Penyebab lain adanya hubungan antara pengetahuan tentang kandungan mikroba patogen dengan pemilihan pangan jajanan pada remaja putri di SMP Negeri 21 Semarang adalah perilaku responden yang sebagian besar memilih pangan jajanan sesuai keinginan. Hal ini sesuai dengan teori Suhardjo bahwa gaya hidup remaja putri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah dan mereka juga lebih sering mencoba-coba makanan baru.3) Selain itu, pemilihan pangan jajanan sesuai keinginan adalah cerminan dari pengetahuan responden. Mayoritas responden pernah mendapatkan informasi tentang BTM (Bahan Tambahan Makanan) dari berbagai media terutama melalui media elektronik, namun mereka jarang

Seminar Nasional World Fit for Children

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

6 Oktober 2012 Page 144

mendapatkan informasi tentang kandungan mikroba patogen dalam pangan, sehingga pengetahuan mereka masih kurang mengenai kandungan mikroba patogen dalam pangan.

Winarno dalam penelitian Raudhoh Chuslah menyebutkan bahwa pengetahuan konsumen tentang keamanan pangan jajanan dapat dijadikan pedoman dalam memilih makanan jajanan yang bersih dan sehat serta dapat menjadi alat kontrol yang efektif bagi pedagang untuk selalu berusaha melakukan penanganan makanan yang higienis karena konsumen dapat mengingatkan langsung kepada pedagang untuk berperilaku baik seperti menyediakan tempat sampah tertutup di lokasi jualan, menggunakan penjepit makanan atau sendok, dan tidak membungkus makanan dengan koran. 2)

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas responden dengan kategori total pengetahuan baik memilih pangan jajanan yang tergolong tidak aman, berarti semakin baik tingkat total pengetahuan responden mengenai kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen belum tentu perilaku pemilihan pangan jajanan juga baik. Faktor yang mempengaruhi perilaku pemilihan pangan jajanan adalah ketersediaan pangan jajanan yang dijual di kantin dan di luar pagar sekolah. Pangan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah terbukti tidak mengandung pewarna sintetis berbahaya, namun terbukti dengan hasil laboratorium beberapa sampel pangan jajanan (nasi goreng dan es teh) positif mengandung mikroba patogen (E.coli) sehingga tergolong tidak aman. Kesadaran para penjual pangan jajanan terutama di kantin sekolah tentang hygiene dan sanitasi juga masih kurang sehingga memungkinkan pencemaran mikroba dalam pangan yang dijajakan.

Penyebab lain tidak adanya hubungan antara total pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya dan mikroba patogen dengan pemilihan pangan jajanan pada remaja putri di SMP Negeri 21 Semarang adalah secara keseluruhan responden memiliki total pengetahuan dengan kategori baik, karena mayoritas responden pernah mendapatkan informasi tentang BTM namun informasi tentang kandungan mikroba patogen dalam makanan masih kurang. Informasi mengenai kandungan mikoba patogen yang masih kurang tersebut mengakibatkan responden tidak pandai dalam memilih pangan jajanan yang menurutnya bersih dan aman dari mikroba patogen untuk dikonsumsi, sehingga dapat dilihat dalam gambar 4.2 bahwa total pemilihan pangan jajanan responden tergolong tidak aman. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulianingsih yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dan sikap anak dalam memilih makanan jajanan di Madrasah Ibtidaiyah Tanjunganom, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri.11) Hasil penelitian lain yang yang menunjang adalah penelitian Purtiantini yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura. 12)

Kesimpulan

1. Semua sampel kelompok pertama (makaroni, cilok, bakso saos, batagor, siomay) aman dari kandungan pewarna sintetis berbahaya (Rhodamin B dan Methanil Yellow), sampel es teh dan nasi goreng mengandung mikroba patogen (E.coli).

2. Seluruh responden (100%) memilih pangan jajanan yang aman dari kandungan pewarna sintetis berbahaya, dan sebagian besar reponden memilih pangan jajanan tergolong tidak aman untuk kandungan mikroba patogen (81,01%).

3. Ada hubungan pengetahuan tentang kendungan mikroba patogen dengan pemilihan pangan jajanan pada siswi SMP Negeri 21 Semarang Tahun 2011. (p=0,001 dimana p<0,05).

4. Tidak ada hubungan total pengetahuan tentang kandungan pewarna sintetis berbahaya

Dalam dokumen CAKUPAN ASI EKSLUSIF KABUPATEN BREBES TA (Halaman 131-139)

Garis besar

Dokumen terkait