• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENJELASAN UMUM 1. Dasar Pemikiran

3. Hubungan Antar Tingkat Pemerintahan

Hubungan antar strata pemerintahan secara umum dapat dilihat dari adanya hubungan kewilayahan, hubungan pemanfaatan sumberdaya, hubungan kewenangan, hubungan keuangan, serta hubungan administrasi dan manajemen. Hubungan kewilayahan, artinya bahwa daerah otonom itu dibentuk, disusun dan diselenggarakan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi otoritas negara. Jadi wilayah daerah merupakan satu kesatuan wilayah negara yang utuh dan bulat. Dengan demikian wilayah itu tidak diotonomikan dan disusun bertingkat-tingkat, namun Daerah diberi wewenang untuk melaksanakan dan mengelola sebagian wewenang Pemerintah dari bagian urusan kewilayahan, misalnya dalam bentuk pembinaan wilayah.

Hubungan Kewenangan, artinya bahwa daerah otonom memiliki tugas, wewenang, kewajiban, hak, dan tanggung jawab untuk mengatur dan mengurus sebagian urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, yang berasal dari pemberian dan pengakuan oleh Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan. Karena otonomi daerah itu berasal dari pemberian ataupun pengakuan Pemerintah maka daerah wajib untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada Pemerintah. Pemerintah berwenang untuk mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun dalam pengaturan hubungan tersebut haruslah mempertimbangkan aspirasi Daerah sehingga tercipta sinergi antara kepentingan Pusat dan Daerah Hubungan Keuangan adalah hubungan yang merupakan suatu konsekuensi untuk mencapai tujuan dibentuknya daerah otonom dan diberikannya otonomi daerah Artinya kepada Daerah Otonom diberikan tugas, wewenang, yang sekaligus diberi hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dalam menyelenggarakan otonominya. Oleh karena itu Daerah oleh Pemerintah di berikan sumber-sumbe r pendapatan, yang pada awalnya sumber pendapatan itu menjadi kewenangan Pemerintah

Hubungan keuangan antara Provi nsi dan Kabupaten/Kota dapat dilihat dari sistem dan prosedur dalam pembagian hasil pengelolaan sumber-sumber pendapatan yang diatur oleh Pemerintah, salah satunya adalah Daerah diberi sumber-sumber keuangan yang dapat dikelola sendiri. Ada pula dengan subsidi, bantuan ataupun bentuk lain, baik dengan suatu arahan ataupun diberi keleluasaan pengelolaannya, ada pula dengan bagi hasil Pada saat ini salah satu sumber pendapatan dimaksud adalah Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan lain-lain yang sah maupun bagian dari pendapatan BUMD dan dinas-dinas Di samping itu daerah juga memperoleh sumber-sumber pendapatan yang berasal dari

pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus Di luar itu dimungkinkan juga bagi daerah untuk dapat melakukan pinjaman dari Pemerintah, Pemerintah Daerah yang lain, dan masyarakat yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hubungan Administratif dan Manajemen, artinya bahwa tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Nasional (Pusat) karena externalities (dampak) akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara Peran Pemerintah dalam kerangka otonomi daerah akan banyak

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

bersifat menentukan kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut

4. Pembagian wewenang/urusan pemerintahan

Penyelenggaraan desentralisasi menuntut persebaran (distribusi) urusan pemerintah oleh Pemerintah kepada daerah otonom Distribusi urusan pemerintah tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintah yang secara absolut tidak diserahkan kepada Daerah. Berbagai urusan pemerintah tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintah dimaksud meliputi : politik luar negeri dalam arti mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan kebijakan luar negeri, melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri, dan sebagainya; pertahanan misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, beta negara bagi setiap warga negara dan sebagainya; keamanan misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang, kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara dan sebagainya; moneter misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang dan sebagainya; yustisi misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-undang, Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional, dan lain sebagainya; dan agama, misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada daerah.

Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya suatu urusan pemerintah yang penanganannya dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi bagian Pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan kepada Provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada Kabupaten/Kota Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurrent secara proporsional antara Pemerintah. Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota maka disusunlah kriteria yang meliputi eksternalitas, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, dengan mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan.

Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan karakteristik daerah

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Kriteria eksternalitas adalah pendekatan dalam pendistribusian bagian urusan dengan mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam

bagian urusan yang ditangani oleh suatu tingkat pemerintahan artinya bahwa Suatu urusan pemerintah akan ditangani oleh Kabupaten/Kota apabila Daerah itu lebih langsung terkena dampak/akibat dan membutuhkan kecepatan dalam penanganannya dari bagian urusan tersebut. Oleh Provinsi apabila penanganan bagian urusan memerlukan kesatuan kebijakan operasional di tingkat regional Oleh Pemerintah apabila penanganan bagian urusan memerlukan kesatuan kebijakan operasional secara nasional.

Kriteria akuntabilitas adalah pendekatan dalam pendistribusian bagian urusan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dan bagian urusan yang harus ditangani tersebut, dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin

Kriteria efisiensi dan efektifitas adalah pendekatan dalam pendistribusian bagian urusan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan. Artinya apabila suatu bagian urusan dalam penanganannya dipastikan akan lebih berdayaguna dan berhasilguna dilaksanakan oleh daerah Provinsi dan/atau Daerah Kabupaten/Kota dibandingkan apabila ditangani oleh Pemerintah maka bagian urusan tersebut diserahkan kepada Daerah Provinsi dan/atau Daerah Kabupaten/Kota. Sebaliknya apabila suatu bagian urusan akan lebih berdayaguna dan berhasil guna bila ditangani oleh Pemerintah maka bagian urusan tersebut tetap ditangani oleh Pemerintah. Sekaligus ini bermakna bahwa penyelenggaraan suatu bagian urusan pemerintah pada strata pemerintahan tertentu mempertimbangkan terhadap kemungkinan terjadinya ekonomi biaya tinggi. Untuk itu pendistribusian bagian urusan harus disesuaikan dengan memperhatikan ruang lingkup wilayah beroperasinya bagian urusan pemerintah tersebut. Ukuran dayaguna dan hasilguna tersebut dilihat dari besarnya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan besar kecilnya resiko yang harus dihadapi.

Selanjutnya yang dimaksud dengan keserasian hubungan ialah bahwa pengelolaan bagian urusan pemerintah yang dikerjakan oleh tingkat pemerintahan yang berbeda, bersifat saling berhubungan koneksi), saling tergantung (inter-dependensi), dan saling mendukung sebagai sale kesatuan sistem dengan memperhatikan cakupan kemanfaatan. Pendistribusian bagian urusan tersebut ditempuh melalui mekanisme penyerahan dan atau pengakuan atas usul Daerah terhadap bagian urusan-urusan pemerintah yang akan diatur dan diurusnya. Berdasarkan usulan tersebut Pemerintah melakukan verifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan pengakuan atas bagian urusan-urusan yang akan dilaksanakan oleh Daerah. Terhadap bagian urusan yang saat ini masih menjadi kewenangan Pemerintah dengan kriteria tersebut dapat diserahkan kepada Daerah. Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah, telah terdapat urusan pemerintah yang melekat pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat sendiri yang sekaligus merupakan kewajiban Daerah misainya urusan pelayanan pemakaman umum, urusan kebersihan lingkungan, urusan administrasi umum pemerintahan, urusan perlindungan terhadap masyarakat, urusan ketentraman dan ketertiban umum dan sebagainya. Di samping itu terdapat urusan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

pemerintahan baik yang telah diserahkan pada Daerah melalui undang-undang Pembentukan Daerah maupun berdasarkan peraturan perundang-undangan lainnya untuk ditangani Daerah yang disesuaikan berdasarkan undang-undang ini Namun karena urusan pemerintah bersifat dinamis, maka pendistribusian dan penataan alokasi penanganan urusan dapat berubah Artinya ada bagian urusan Pemerintah yang pada kurun waktu tertentu masih ditangani Pemerintah, pada suatu saat dapat diserahkan pada Daerah atau urusan yang telah ditangani oleh Daerah Kabupaten/Kota dapat diserahkan ke Daerah Provi nsi atau ditangani Pemerintah Begitu pula urusan yang telah ditangani Daerah Provinsi dapat diserahkan ke Daerah Kabupaten/Kot a dan/atau ditangani pemerintah dengan memperhatikan dinamika penyelenggaraan urusan itu Oleh karena itu untuk menjamin kepastian, maka setiap perubahan tersebut perlu diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Sejalan dengan hal tersebut, Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya memacu lahan-lahan tertentu sebagai lokasi pengembangan sektor-sektor tertentu pada skala daerah. Lahan tertentu tersebut misalnya lahan untuk pengembangan perumahan, industri kecil, pariwisata, ekonomi terpadu, perdagangan dan sebagainya, yang semuanya dalam skala daerah sesuai dengan tata ruang daerah.

Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD) dan Pemerintah Daerah. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang merupakan unsur lembaga pemerintahan daerah dan sebagai wahana demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Susunan dan kedudukan DPRD yang mencakup keanggotaan, pimpinan, fungsi, tugas, wewenang, hak, kewajiban, penggantian antar waktu, alat kelengkapan, protokoler, keuangan, peraturan tata tertib, larangan dan sanksi, diatur tersendiri didalam Undang-Undang mengenai Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tersebut dan yang masih memerlukan pengaturan lebih lanjut baik yang bersifat penegasan maupun melengkapi diatur dalam undang-undang ini. Hal-hal yang belum cukup diatur itu misalnya mengenai hubungan DPRD dan Kepala Daerah, tata cara penyaluran aspirasi masyarakat kepada DPRD, tata cara penyerapan aspirasi masyarakat oleh DPRD, pengawasan masyarakat terhadap DPRD, tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD terutama dalam kaitannya dengan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, tata cara pembentukan peraturan daerah, tata cara Pembahasan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Badan Kehormatan DPRD, dan lain sebagainya. Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang untuk Provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut Bupati, dan untuk Kota disebut Walikota, yang semuanya dipilih secara demokratis. Pemilihan secara demokratis terhadap Kepala Daerah tersebut, dengan mengingati bahwa tugas dan wewenang DPRD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyatakan antara lain bahwa DPRD tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pemilihan secara demokratis dalam Undang-undang

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

ini dilakukan oleh rakyat secara langsung. Kepala Daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah, dan perangkat daerah. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan t3akal calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dapat dicalonkan baik oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu yang memperoleh sejumlah kursi tertentu dalam DPRD maupun bakal calon itu mencalonkan diri ataupun dicalonkan oleh suatu organisasi di luar partai politik dengan persyaratan dan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan Dengan demikian bakal calon dapat bersumber dari anggota-anggota partai politik ataupun bukan yang dapat disebut bakal calon independen atau non partisan

Penyaringan dan penetapan pasangan bakal calon dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh DPRD yang anggotanya terdiri dari anggota DPRD,anggota KPUD dan warga masyarakat Pasangan bakal calon untuk provinsi yang telah ditetapkan dengan Keputusan DPRD dikonsultasikan kepada Pemerintah, sedangkan pasangan bakal calon untuk kabupaten/kota yang telah ditetapkan dengan Keputusan DPRD dikonsultasikan kepada Gubernur Hasil konsultasi tersebut menjadi dasar bagi DPRD dalam, menetapkan pasangan calon, kemudian diserahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) untuk diproses pemilihannya melalui pemungutan suara. Hasil pemungutan suara ditetapkan oleh KPUD dengan Berita Acara, selanjutnya KPUD menyerahkan kepada DPRD untuk ditetapkan sebagai calon terpilih, kemudian diproses pengusulannya kepada Pemerintah guna mendapatkan pengesahan.

Mengingat daerah otonom itu ada beberapa yang berciri khusus, diantaranya ada daerah istimewa dan daerah berotonomi khusus, maka tata cara pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada daerah istimewa dan di daerah yang melaksanakan otonomi khusus dimaksud berbeda dengan daerah secara umum seperti untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta untuk Provinsi-provinsi di Papua memperhatikan juga ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Namun pada dasarnya pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung oleh rakyat Daerah.

Untuk menjaga keserasian, keselarasan, dan keharmonisan hubungan kerja antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah maka ditetapkan pembagian tugas secara jelas. Secara umum tugas Wakil Kepala Daerah adalah membantu tugas-tugas Kepala Daerah. Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi berfungsi pula sebagai wakil Pemerintah di Daerah dalam pengertian untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata Pemerintah Kabupaten dan Kota.

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung dan bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.

Dokumen terkait