• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENJELASAN UMUM 1. Dasar Pemikiran

II. PENJELASAN PASAL PER PASAL Pasal 1

Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan fungsi pemerintahan adalah fungsi-fungsi pelayanan, pengaturan, perlindungan, pembangunan, dan pengembangan.

Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g

Yang dimaksudkan dengan dalam hal tertentu adalah dalam rangka melaksanakan urusan-urusan tertentu, daerah atau desa yang bersangkutan tidak cukup memiliki sarana atau perlengkapan dan tenaga ahli atau terampil yang memadai, sehingga pemerintah atau pemerintah daerah untuk kelancaran pelaksanaan tugas diwajibkan untuk menyediakannya

Huruf h

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Huruf i

Yang dimaksud dengan batas-batas wilayah adalah cakupan luas wilayah dengan batas-batas yang pasti dan juga wewenang untuk mengelola potensi wilayah dengan batasan secara jelas yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.

Huruf j

Wewenang mengatur adalah wewenang untuk menciptakan norma hukum yang berlaku umum. Norma hukum dapat berupa Peraturan Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah yang bersifat pengaturan wewenang Mengurus adalah wewenang untuk melaksanakan norma hukum yang berlaku umum Huruf k Cukup jelas. Huruf I Cukup jelas. Huruf m Cukup jelas. Huruf n

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Camat diberikan tugas ol eh Bupati/Walikota untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dan desa.

Huruf o

Cukup jelas. Huruf p

Yang dimaksud dengan nama lain adalah nama yang sesuai dengan asal-usul atau adat istiadat setempat.

Huruf q Cukup jelas Huruf r Cukup jelas. Huruf s Cukup jelas. Huruf t Cukup jelas

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net www.parlemen.net Huruf u Cukup jelas Huruf v Cukup jelas Huruf w Cukup jelas Huruf x Cukup jelas. Huruf y Cukup jelas. Huruf z Cukup jelas. Huruf aa Cukup jelas. Huruf bb

Kawasan perdesaan ada yang merupakan sebagian besar wilayah daerah otonom, ada yang berada pada bagian tertentu dari wilayah daerah otonom, ada yang berada pada bagian dua atau lebih wilayah daerah otonom.

Sedangkan yang dimaksud dengan bercirikan perdesaan adalah kawasan yang kegiatan utama masyarakatnya dibidang lingkup pertanian, termasuk kegiatan pengelolaan sumber daya alam, dan kondisi fisik wilayahnya menggambarkan susunan fungsi kawasan sebagai permukiman, pelayanan jasa dan sosial, kegiatan ekonomi, dan pemerintahan.

Huruf cc

Kawasan perkotaan ada yang merupakan sebagian besar wilayah daerah otonom, ada yang berada pada bagian tertentu dan wilayah daerah otonom, ada yang berada pada bagian dua atau lebih wilayah daerah otonom, serta ada kawasan perkotaan yang dibangun atau dikembangkan dari kawasan perdesaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan bercirikan perkotaan adalah kawasan yang kegiatan utama masyarakatnya di bidang non pertanian, dan kondisi fisik wilayahnya menggambarkan susunan fungsi kawasan sebagai pusat permukiman, distribusi, pelayanan jasa dan sosial, kegiatan ekonomi, industri, perdagangan, perbankan dan pemerintahan

Huruf dd

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net www.parlemen.net Huruf ee Cukup jelas. Huruf ff Cukup jelas Pasal 2

Dalam Pemerintah menjalan kebijakan desentralisasi dapat dilihat dalam penjelasan umum, ialah kemudian mengenai pengaturan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara umum berdasarkan undang-undang ini Keberadaan daerah yang bersifat khusus dan atau istimewa selain diatur berdasarkan undang-undang ini , sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat juga diatur berdasarkan undang-undang tersendiri

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan wilayah 'daerah dalam ayat ini pada dasarnya adalah daratan. Artinya, daratan sebagai wilayah utama yang bagian-bagian tertentu masih digenangi air maupun tidak dan dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut dan intruisi garam. Dengan demikian wilayah itu dapat mencakup pula wilayah pantai, rawa, pesisir, sungai dan danau. Mengingat wilayah negara antara lain berbentuk pulau besar, pulau kecil, kepulauan dan gugusan pulau-pulau yang jarak satu sama lain ada yang luas dan ada yang sempit, dimana jarak yang sempit seolah-olah berhimpit hanya dipisahkan dalam ukuran puluhan sampai ratusan meter Oleh karena itu untuk menentukan wilayah daerah tidak dapat disamaratakan, hanya hal yang bersifat umum dapat dilakukan pengaturan, sedangkan pengaturan secara spesifik ditentukan oleh kondisi fisik geografis masing-masing daerah dalam undang-undang pembentukan daerah.

Ayat (3)

Provinsi sebagai daerah otonom sekaligus adalah sebagai wilayah administrasi, dapat diartikan bahwa Kepala Daerah provinsi sekaligus juga Kepala wilayah Administrasi provinsi. Sebagai Kepala wilayah provinsi diberikan pelimpahan untuk menangani sebagian kewenangan pengelolaan wilayah oleh Pemerintah

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net www.parlemen.net Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Daya saing daerah adalah merupakan kombinasi antara faktor kondisi ekonomi daerah, kualitas kelembagaan publik daerah dan teknologi, yang secara agregat membangun kemampuan daerah untuk bersaing dengan daerah lain di Indonesia dan di luar negeri.

Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Hubungan kewilayahan, artinya bahwa daerah otonom itu dibentuk, disusun dan diselenggarakan didalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi otoritasnya negara Jadi wilayah daerah merupakan satu kesatuan wilayah negara yang utuh dan bulat Dengan demikian wilayah itu tidak diotonomikan dan disusun bertingkat-tingkat, namun Daerah diberi wewenang untuk melaksanakan dan mengelola sebagian wewenang Pemerintah dari bagian urusan kewilayahan.

Hubungan Kewenangan, artinya bahwa daerah otonom memilik tugas, wewenang, kewajiban, hak, dan tanggung jawab untuk mengatur dan mengurus sebagian urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, yang berasal dan pemberian dan pengakuan oleh Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan. Karena, otonomi daerah itu berasal dari pemberian ataupun pengakuan Pemerintah maka daerah wajib untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada Pemerintah. Dengan demikian seluas dan sebesar apapun tugas, wewenang, kewajiban, hak suatu daerah (otonomi daerah), tetap ada dalam batas, ruang lingkup dan kendali wewenang Pemerintah. Hubungan Keuangan adalah hubungan yang merupakan suatu konsekuensi untuk mencapai tujuan dibentuknya daerah otonom dan diberikannya otonomi daerah. Artinya kepada Daerah Otonom diberikan tugas, wewenang, yang sekaligus diberi hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dalam menyelenggarakan otonominya. Oleh karena itu Daerah oleh Pemerintah

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

diberikan sumber-sumber pendapatan, yang pada awalnya sumber pendapatan itu menjadi kewenangan Pemerintah.

Dengan demikian hubungan antara daerah dan Pusat dapat dilihat dari hubungan keuangan yang seperti itu. Hubungan keuangan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat dilihat dari sistem dan prosedur dalam pembagian hasil pengelolaan sumber-sumber pendapatan yang diatur oleh Pemerintah, salah satunya adalah Daerah diberi sumber-sumber keuangan yang dapat dikelola sendiri. Ada pula dengan subsidi, bantuan, ataupun bentuk lain, baik dengan suatu arahan ataupun diberi keleluasaan pengelolaannya, ada pula dengan bagi hasil.

Hubungan Administratif dan Manajemen, artinya bahwa tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Nasional (Pusat) karena externalities (dampak) akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara. Peran Pemerintah dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut.

Dalam melaksanakan otonominya, Daerah berwenang membuat kebijakan Daerah. Kebijakan yang diambil Daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi Dalam banyak hal keputusan yang bersifat administratif yang dibuat oleh daerah keabsahannya setelah mendapatkan legalitas dari Pemerintah atau setidak-tidaknya mengacu pada pedoman yang ditetapkan. Oleh P emerintah. Sebagai konsekuensi bagi setiap daerah yang dalam pembuatan keputusan administrasi menyimpangi apalagi bertentangan dengan pedoman ataupun ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah, maka Pemerintah berwenang untuk membatalkannya dan Daerah wajib untuk mentaati.

Hubungan pemanfaatan sumber daya adalah merupakan konsekuensi dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang keberadaannya sering kali melingkupi beberapa daerah otonom Dalam kaitan ini hubungan dimaksud diwujudkan dalam kerjasama pengelolaan dan/atau bagi hasil atas pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dimaksud

Atas dasar uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah bersifat saling bergantung (dependent), dan subordinat

Urusan pemerintahan yang tidak diserahkan adalah urusan yang bersifat absolut menjadi kewenangan pemerintah seperti urusan pemerintahan dalam bidang hubungan luar negeri, yustisi, pertahanan, keamanan, moneter, fiskal nasional, agama, dan bagian tertentu urusan pemerintahan lainnya.

Pasal 8

Dalam penyelenggaraan pemerintahan urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada Daerah dapat dilaksanakan oleh Pemerintah atau didekonsentrasikan kepada

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

perangkat pusat dan/atau Gubernur selaku wakil pemerintah ataupun ditugas pembantuankan kepada daerah dan desa. Hubungan penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasar asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan diselaraskan dengan penyelenggaraan otonomi daerah.

Pasal 9

Ayat (1)

Kawasan khusus adalah kawasan strategis yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak dari sudut politik, sosial, budaya, lingkungan, dan pertahanan keamanan. Dalam kawasan khusus diselenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu sesuai kepentingan nasional. Kawasan khusus dapat berupa kawasan otorita, kawasan perdagangan bebas, dan kegiatan industri dan sebagainya.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 10

Kawasan Khusus berskala regional adalah cakupan kerja dan pelayanannya sebatas Provinsi yang dapat berbentuk lahan untuk pengembangan perumahan, industri kecil. pariwisata, ekonomi terpadu, perdagangan dan sebagainya

Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan evaluasi terhadap kemampuan daerah dalam ayat ini adalah penilaian dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja serta indikator-indikatornya, yang meliputi masukan, proses, keluaran, dan dampak. Pengukuran dan indikator kinerja digunakan untuk memperbandingkan antara satu daerah dengan daerah lain, dengan angka rata-rata secara nasional untuk masing-masing tingkat pemerintahan, atau dengan hasil tahun-tahun sebelumnya untuk masing-masing daerah.

Aspek lain yang dievaluasi antara lain adalah keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, upaya-upaya dan kebijakan yang diambil, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan kebijakan nasional; dan dampak dari kebijakan daerah

Ayat (3)

Hasil evaluasi dapat berupa pengelompokan daerah otonom sesuai tingkat kemampuannya, misalnya kelompok daerah mampu, kelompok daerah kurang mampu, dan kelompok daerah tidak mampu, atau dalam model

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

pengelompokan lainnya dengan maksud untuk lebih memudahkan menetapkan bentuk dan cara pembinaan atau memberikan fasilitasi

Untuk melakukan pembinaan daerah yang kurang mampu, perlu diidentifikasi permasalahannya, dan apabila permasalahan itu menyangkut kesulitan solvabilitas dapat diberikan data darurat oleh pemerintah

Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 14

Ayat (1)

Penetapan Undang-undang pada ayat ini dilengkapi dengan peta wilayah yang menggambarkan batas dan cakupan wilayah untuk memberikan kepastian letak geografis setiap daerah secara tepat.

Ayat (2)

Peraturan Pemerintah yang dimaksud dalam ayat ini sekurang-kurangnya memuat materi pengaturan mengenai kemampuan ekonomi, kemampuan keuangan, potensi daerah, pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rakyat, sumber daya manusia, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas wilayah, pertahanan, dan keamanan serta kriteria, prosedur, pentahapan, penggabungan, dan penghapusan suatu daerah.

Begitu pula peraturan pemerintah mengenai perluasan wilayah daerah dan perubahan batas wilayah sekurang-kurangnya memuat materi pengaturan mengenai tata cara melakukan pengkajian, ruang lingkup objek kajian, persyaratan teknis dan administratif, prosedur, dan untuk pemindahan ibu kota daerah masih diperlukan ketentuan mengenai studi kel ayakan, daya dukung wilayah serta aksesibilitas terhadap wilayah yang dilayani

Ayat (3)

Yang dimaksud rupa bumi adalah bagian-bagian wilayah yang senyatanya ada dan/atau kemudian ada, namun belum diberi nama, seperti tanah timbal, semenanjung, bukit/gunung/pegunungan, sungai, delta, danau, lembah, selat, pulau, dan sebagainya.

Pasal 15 Ayat (1)

Urusan pemerintahan yang tidak bersifat absolut dapat diserahkan kepada Daerah dengan menggunakan kriteria dalam rangka untuk mewujudkan proporsionalitas dalam pembagian urusan pemerintahan. Kriteria yang digunakan dalam undang-undang ini meliputi :

a. Kriteria eksternalitas adalah pendekatan dalam pendistribusian bagian urusan dengan mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan yang memerlukan pelayanan tersebut. Eksternalitas sangat terkait dengan akuntabilitas. Makin tuas eksternalitas yang ditimbulkan akan makin tinggi otoritas yang diperlukan untuk menangani urusan tersebut Contoh,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

sungai atau hutan yang mempunyai eksternalitas regional seyogyanya menjadi tanggung jawab Provinsi untuk mengurusnya.

b. Kriteria akuntabilitas adalah pendekatan dalam pendistribusian bagian urusan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari bagian urusan yang harus ditangani tersebut, dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin.

c. Kriteria Efisiensi adalah pendekatan dalam pendistribusian bagian urusan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan Apabila suatu bagian urusan dalam penanganannya dipastikan akan lebih berdayaguna dan berhasilguna dilaksanakan oleh daerah Provinsi dan/atau Daerah Kabupaten/Kota dibandingkan apabila ditangani oleh Pemerintah maka bagian urusan tersebut diserahkan kepada Daerah Provinsi dan/atau Daerah Kabupaten/Kota.

Sebaliknya apabila suatu bagian urusan akan lebih berdayaguna dan berhasilguna bila ditangani oleh Pemerintah maka bagian urusan tersebut tetap ditangani oleh Pemerintah

Hal ini bermakna bahwa penyelenggaraan suatu bagian urusan pemerintah pada strata pemerintahan tertentu sekaligus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya ekonomi biaya tinggi.

Untuk itu pendistribusian bagian urusan harus disesuaikan dengan memperhatikan ruang lingkup wilayah beroperasinya bagian urusan pemerintah tersebut. Ukuran dayaguna dan hasilguna tersebut dilihat dan besarnya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan besar kecilnya resiko yang harus dihadapi.

Selain 3 (tiga) kriteria tersebut harus juga mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkatan pemerintahan yang berarti bahwa urusan pemerintah yang dikerjakan oleh tingkatan pemerintahan yang berbeda bersifat saling berhubungan (int er-koneksi) dan saling tergantung (inter-dependensi) dalam suatu sistem, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan tidak berakibat timbulnya friksi antar daerah.

Ayat (2)

Urusan yang bersifat wajib merupakan urusan pemerintahan yang harus dilaksanakan oleh Daerah Otonom dalam rangka memberikan pelayanan dasar kepada masyarakatnya.

Urusan yang bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang dikembangkan oleh suatu daerah dengan mengingat potensi dan karakter masing-masing daerah. Urusan yang bersifat pilihan ini dilaksanakan oleh Daerah dalam rangka untuk mengembangkan daya saing daerah.

Ayat (3)

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan moneter dan fiskal nasional adalah kebijakan makro ekonomi.

Khusus dibidang keagamaan sebagian kegiatannya dapat ditugaskan oleh Pemerintah kepada Daerah sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah dalam menumbuh-Kembangkan kehidupan beragama.

Ayat (5)

Huruf a

Yang dimaksud dengan norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan dan pengendalian dalam melakukan kegiatan; yang dimaksud dengan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan, yang dimaksud dongan prosedur adalah tahap dan tala cara yang harus dilalui dan diikuti untuk menyelesaikan suatu kegiatan

Huruf b

Pembinaan kepada Daerah dilakukan Pemerintah dengan memberikan fasilitasi, supervisi, dan bimbingan penyelenggaraan otonomi daerah Sedangkan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah dengan memberlakukan pengawasan preventif terhadap peraturan daerah tertentu, dan pengawasan represif terhadap semua produk kebijakan daerah.

Huruf c

Yang dimaksud Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang berskala nasional adalah pengelolaan sumber daya manusia secara nasional yang meliputi aspek perencanaan, formasi, rekrutmen, penempatan. pengembangan karir, penggajian, kesejahteraan, penilaian, mutasi, dan pemberhentian PNS, termasuk kegiatan supervisi, fasilitasi dan peningkatan kapasitas PNS dalam pengelolaan kepegawaian Daerah Huruf d

Cukup jelas. Ayat (6)

Peraturan perundang-undangan dalam ayat ini meliputi Undang-undang. peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan Keputusan Presiden

Pasal 16 Ayat (1)

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi adalah urusan-urusan yang berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi memerlukan cakupan wilayah pelayanan antar Kabupaten/Kota (regional) dengan cakupan wilayah pelayanan antar Kabupaten/Kota yaitu pelayanan yang meliputi lebih dan satu Kabupaten atau Kota dalam satu wilayah Provinsi. Jenis-jenis urusan pelayanan tersebut seperti urusan aliran sungai, hutan, perhubungan, irigasi, jasa, lintas Kabupaten/Kota,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net www.parlemen.net Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a

Yang dimaksud regional adalah cakupan wilayah dalam sate Provi nsi atau lintas Kabupaten/Kota dalam satu wilayah Provinsi

Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f

Dapat menyelenggarakan pendidikan sendiri dan atau hanya memberikan perijinan untuk pihak lain menyelenggarakannya

Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Cukup jelas Huruf j Cukup jelas Huruf k Cukup jelas. Huruf I Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net www.parlemen.net Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 17 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan semua urusan pemerintahan adalah urusan-urusan pemerintahan yang bersifat tidak absolut/concurrent yang berdasarkan kriteria menjadi kewenangan Kabupaten/Kota untuk diatur dan diurus sesuai dengan prinsip otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c

Seperti: jalan, drainase, irigasi, penyediaan air bersih, pemak aman, penanggulangan kebakaran, kebersihan, pertamanan, pasar, angkutan umum, penerangan jalan, rumah potong hewan, penanganan dan pengelolaan limbah;

Huruf d

Seperti: penegakan peraturan daerah, penanganan gangguan sosial. kerukunan antar warga;

Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h

Yang dimaksud dengan pelayanan administrasi umum pemerintahan antara lain meliputi administrasi kependudukan, perijinan, pemberian keterangan dan informasi kepada masyarakat

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Huruf i

Seperti : keselamatan di jalan raya, alat transportasi, pemukiman, pangan, obat, dll.

Huruf j

Seperti : seperti: layanan pos, telekomunikasi, listrik, bank, sarana ibadah, sarana olah raga, dan

Huruf k

Urusan wajib lainnya adalah urusan-urusan pemerintahan yang berdampak lokal yang menyangkut pelayanan dasar masyarakat yang berkembang terus sesuai dengan dinamika perkembangan kebutuhan masyarakat. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7)

Pengakuan dari pemerintah dimaksudkan agar urusan pemerintahan yang diaktualisasi oleh Daerah betul-betul merupakan urusan pemerintahan yang dapat meningkatkan daya saing daerah namun tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Ayat (1)

Pemberian kewenangan oleh Pemerintah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya lainnya di wilayah taut dalam bidang dan batas tertentu dilakukan dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional

Ayat (2)

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Pasal 21 Ayat (1)

Hubungan keuangan ditandai dengan adanya sistem pendanaan dan Pemerintah Pusat kepada Daerah. Hubungan ini dapat pula terbentuk apabila ada tugas pembantuan dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota dalam wilayahnya yang diikuti dengan pendanaannya.

Huruf a.

Pendanaan urusan pemerintahan yang didesentralisasikan ditandai dengan adanya sistem perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.

Huruf b.

Pendanaan urusan pemerintahan yang didekonsentrasikan ditandai dengan adanya pendanaan yang bersumber dan APBN melalui instansi vertikal yang menugaskan

Huruf c.

Pendanaan urusan pemerintahan yang ditugas -pembantuankan ditandai dengan adanya pendanaan yang bersumber dari APBN dan atau melalui APBD Provinsi, Kabupaten/Kota dalam rangka penyelenggaraan tugas Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Dokumen terkait