• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD dan peraturan perundang-undangan;

b. mengupayakan terlaksananya kewajiban Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27,Pasal 28, dan Pasal 29;

c. menetapkan peraturan daerah dengan persetujuan bersama DPRD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama; dan

e. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya.

Pasal 53 (1). Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas :

a. membantu Kepala Daerah dalam bidang koordinasi kegiatan perangkat daerah, penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah, tindak lanjut laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, pelaksanaan pemberdayaan perempuan dan pemuda, upaya pengembangan dan pelestarian sosial-budaya dan lingkungan hidup

b. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi Wakil Kepala Daerah Provinsi;

c. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan desa dan,atau kelurahan bagi Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota, d. memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah dalam

penyelenggaraan kegiatan Pemerintah Daerah,

e. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan daerah lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah; dan

f. mewakili Kepala Daerah dalam melaksanakan tugasnya apabila Kepala Daerah berhalangan;

(2). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah

Pasal 54

(1). Dalam melaksanakan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dan Pasal 54, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempunyai kewajiban :

a. mengamalkan Pancasila;

b. melaksanakan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan;

c. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan dalam pembinaan kemasyarakatan;

d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan daerah;

e. meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat di daerah; f. menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

g. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan gotongan;

h. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

i. menjalin kerja sama di antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan semua instansi yang ada di Daerah dalam melaksanakan tugas;

j. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait; dan

k. Mengembangkan daya saing daerah.

(2). Kepala Daerah selain mempunyai kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkewajiban pula untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Presiden, dan memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD dalam pelaksanaan tugas desentralisasi dan menginformasikan dokumen atau hasil laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

(3). Dokumen laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk Gubernur, dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk Bupati/Walikota sekurang-kurangnya sekal dalam satu tahun, atau apabila Kepala Daerah memandang perlu, atau apabila diminta oleh Pemerintah.

(4). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur dengar; Peraturan Pemerintah.

Pasal 55

Dokumen laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) digunakan Pemerintah sebagai dasar pertimbangan penilaian penyelenggaraan pemerintahan Daerah berdasarkan kriteria dan tolak ukuran yang ditetapkan dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasa l 56

(1). Kepala Daerah menyampaikan laporan pelaksanaan kebijakan Daerah kepada DPRD (2). Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepanjang mengenai APBD disampaikan

dalam sidang paripurna yang bersifat terbuka untuk umum.

(3). Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dalam peraturan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah

Paragraf Keempat

Larangan Bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 57

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dilarang:

a. turut serta dalam suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik Negara/Daerah, atau dalam yayasan bidang apapun juga;

b. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi dirinya, anggota keluarganya, kroninya, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang secara nyata bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan merugikan kepentingan umum atau mendiskriminasikan warga negara dan golongan masyarakat lain;

c. melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan daerah yang bersangkutan;

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

d. melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme serta menerima uang, barang dan/atau jasa dan pihak !ain yang patut diduga akan mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;

e. menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan selain yang dimaksud dalam Pasal 52; dan

f. merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, merangkap jabatan sebagai anggota DPRD, maupun menjadi hakim pada badan peradilan, dan ketentuan larangan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Paragraf Kelima

Pemberhentian Kepala Daerah Pasal 58

(1). Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah berhenti karena: a. meninggal dunia;

b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri, atau c. diberhentikan.

(2). Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diberhentikan karena:

a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Pejabat yang baru;

b. tidak. dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35;

d. dinyatakan melanggar sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2);

e. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1); dan

f. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57.

(3). Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf diusulkan oleh DPRD dengan keputusan DPRD setelah diberitahukan oleh Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna

(4). Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diusulkan oleh DPRD dengan keputusan DPRD setelah melalui rapat Paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

Pasal 59

(1). Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan sementara oleh Pemerintah tanpa melalui usulan DPRD apabila diduga melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun penjara berdasarkan putusan pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2). Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan oleh Pemerintah tanpa melalui usulan DPRD apabila terbukti melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(3). Dalam hal Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Pemerintah merehabilitasi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Pasal 60

(1). Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan sementara dari jabatannya oleh Pemerint ah tanpa melalui usulan DPRD, karena diduga melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2). Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan oleh Pemerintah tanpa usulan DPRD karena terbukti melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(3). Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah melalui proses peradilan ternyata tidak terbukti melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah merehabilitasi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

(4). Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diusulkan oleh DPRD dengan keputusan DPRD setelah melalui rapat Paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

Pasal 61

(1). Dalam hal Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diduga melakukan tindakan pelanggaran ketentuan pidana yang mengakibatkan krisis kepercayaan publik yang luas dan melibatkan tanggung jawabnya, DPRD dapat menggunakan Hak Angket.

(2). Penggunaan Hak Angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan rapat Paripurna DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap Kepala, Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah.

(3). Dalam hal ditemukan bukti-bukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD menyerahkan proses penyelesaiannya kepada Aparat Penegak Hukum sesuai peraturan perundang-undangan.

(4). Apabila seorang Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara berdasarkan Putusan Pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3), DPRD mengusulkan pemberhentian sementara dengan keputusan DPRD.

(5). Berdasarkan keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pemerintah menetapkan pemberhentian sementara Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

(6). Apabila seorang Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (4) DPRD mengusulkan pemberhentian dengan keputusan DPRD (7). Berdasarkan keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Pemerintah

memberhentikan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

(8). Dalam hal Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (6), DPRD mengusulkan rehabilitasi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang bersangkutan dengan keputusan DPRD

(9). Berdasarkan keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (8), Pemerintah merehabilitasi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

(10). Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), dan ayat (9) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Pasal 62

(1). Apabila Kepala Daerah diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1), Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 61 ayat (4), Wakil Kepala Daerah melaksanakan tugas dan kewajiban K epala Daerah sampai ada keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2). Apabila Wakil Kepala Daerah diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1), Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 61 ayat (4), Pemerintah menetapkan Pejabat atas usul Kepala Daerah untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Wakil Kepala Daerah sampai ada keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (3). Apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1). Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 61 ayat (4), Pemerintah menetapkan Penjabat Gubernur dan menetapkan Penjabat Bupati/Walikota atas usul Gubernur sampai ada keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 63

(1). Apabila Kepala Daerah berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 59 ayat (2), dan Pasal 60 ayat (2), jabatan Kepala Daerah diganti oleh Wakil Kepala Daerah sampai berakhir masa jabatan Kepala Daerah yang digantikannya yang proses pelaksanaannya didasarkan alas usulan DPRD dengan Keputusan DPRD dan disahkan oleh Pemerintah.

(2). Dalam hal Wakil Kepala Daerah berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 59 ayat (2), dan Pasal 60 ayat (2) dan/atau untuk pengisian jabatan Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat -lambatnya 60 (enam puluh) hari sudah dipilih oleh DPRD dari 2 (dua) orang calon yang diusulkan oleh Kepala Daerah yang berasal dari Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang menang pada saat pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

(3). Dalam hal Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) berasal dari calon independen, selambat -lambatnya 60 (enam puluh) hari sudah dipilih oleh DPRD dari 2 (dua) orang calon yang diusulkan oleh Kepala Daerah yang diambil dari calon yang berasal dari pihak yang mengusulkan.

Pasal 64

(1). Tindakan penyidikan terhadap Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Presiden.

(2). Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud paria ayat (1) adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; atau

b. dituduh telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 (lima) tahun.

(3). Setelah tindakan penyidikan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan, harus dilaporkan kepada Presiden selambat-lambatnya dalam 2 kali 24 jam

Paragraf Keenam Perangkat Daerah

Pasal 65

(1). Perangkat Daerah Provinsi terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah;

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

(2). Perangkat Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Camat, dan Lurah;

(3). susunan organisasi perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah

(4). Pengendalian organisasi Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) oleh Pemerintah untuk Provinsi dan oleh Gubernur untuk Kabupaten/Kota berpedoman pada Peraturan Pemerintah

(5). Formasi dan persyaratan jabatan perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.

Pasal 66

(1). Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) dan ayat (2) dipimpin oh. Sekretaris Daerah.

(2). Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban membantu Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah dalam hal teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah

(3). Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah

Pasal 67

(1). Sekretaris Daerah diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan (2). Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Provinsi diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

(3). Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Kabupaten/Kota diangkat dari diberhentikan oleh Bupati/Walikota atas persetujuan Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 68

(1). Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) dan ayat (2) dipimpin oleh Sekretaris DPRD yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah dengan pertimbangan Pimpinan DPRD dari PNS yang memenuhi persyaratan

(2). Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD

b. menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD, c. mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; dan

d. mengkoordinasi dan menyediakan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah

(3). Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara tek nis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah

(4). Susunan organisasi Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Pasal 69

(1). Dinas Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) dan ayat (2) merupakan pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas.

(2). Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah

Pasal 70

(1). Lembaga teknis daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) dan ayat (2) merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, dapat berbentuk Badan atau Kantor

(2). Badan atau Kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala Badan atau Kepala Kantor yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah

Pasal 71

(1). Kecamatan dibentuk di wilayah kerja Bupati/Walikota dengan Peraturan Daerah berpedoman kepada Peraturan Pemerintah

(2). Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

(3). Selain lugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Camat juga menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan umum meliputi :

a. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, b. mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat;

c. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan masyarakat; d. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; e. membina penyelenggaraan pemerintahan Desa dan/atau Kelurahan;

f. mengkoordinasikan instansi ataupun pejabat yang ruang lingkup tugasnya ada pada tingkat wilayah Kecamatan.

(4). Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota dari Pegawai Negeri Sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan lain.

(5). Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibantu oleh perangkat Kecamatan, dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

(6). Perangkat kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertanggung jawab kepada Camat

(7). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5),dan ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Bupati atau Walikota dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.

Pasal 72

(1). Kelurahan dibentuk di wilayah kerja Camat dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

(2). Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah (3). Lurah mempunyai tugas :

a. pelayanan masyarakat;

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

c. penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan d. pemberdayaan masyarakat;

(4). Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dan Pegawai Negeri Sipil yang menguasai pengetahuan tek nis pemerintahan dan memenuhi persyaratan lain.

(5). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Lurah bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat.

(6). Lurah dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibantu oleh perangkat kelurahan.

(7). Perangkat kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) bertanggung jawab kepada Lurah.

(8). Untuk kelancaran pelaksanaan tugas lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dengan peraturan Daerah.

(9). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) ditetapkan dengan Keputusan Bupati atau Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 73

Pengaturan mengenai DPRD sepanjang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan lain diatur dalam undang-undang ini.

Pasal 74

Tugas dan wewenang DPRD selain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lain, juga meliputi :

a. menyaring pasangan bakal calon; b. menetapkan pasangan calon; dan

c. membahas rancangan peraturan daerah bersama Pemerintah Daerah. Pasal 75

(1). Pimpinan DPRD terdiri atas seorang Ketua dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang Wakil Ketua untuk DPRD Provinsi dan 2 (dua) orang Wakil Ketua untuk DPRD Kabupaten/Kota, yang dipilih dari dan oleh anggota DPRD dalam Sidang Paripurna DPRD, dan ditetapkan dengan Keputusan DPRD.

(2). Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disahkan oleh Menteri Dalam Negeri bagi Ketua dan Wakil-wakil Ketua DPRD Provinsi, dan oleh Gubernur bagi Ketua dan Wakil-wakil Ketua DPRD Kabupaten/Kota, atas nama Presiden.

(3). Unsur Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari fraksi yang sama.

(4). DPRD yang mempunyai kurang dari 4 (empat) fraksi bagi Provinsi dan 3 (tiga) fraksi bagi Kabupaten/Kota dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 76 (1). Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam Fraksi.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

(2). Jumlah anggota setiap Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya sama dengan jumlah alat kelengkapan DPRD.

(3). Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari partai politik yang tidak cukup membentuk satu Fraksi, wajib bergabung dengan Fraksi yang ada atau dapat membentuk Fraksi Gabungan.

Pasal 77

(1). DPRD membentuk Komisi dan Panitia untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya

(2). Jumlah Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maksimal 5 (lima) Komisi untuk DPRD Provinsi dan 4 (empat) Komisi untuk DPRD Kabupaten/Kota

(3). Jumlah Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan jumlah anggota Komisi, program/kegiatan dan kemampuan anggaran.

Pasal 78

(1). DPRD mengadakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) kali dalam satu tahun

(2). Rapat-rapat dapat dilakukan selain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) atas permintaan sekurang-kurangnya seperlima dari jumlah anggota atau dalam hal-hal tertentu atas permintaan Kepala Daerah.

(3). Hasil rapat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Keputusan DPRD dan hasil rapat Pimpinan DPRD ditetapkan dalam keputusan Pimpinan DPRD. (4). Keputusan DPRD dan Keputusan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum

(5). Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dievaluasi oleh Pemerintah untuk penetapan kebijakan lebih lanjut

Pasal 79

(1). Rapat-rapat DPRD bersifat terbuka untuk umum, kecuali yang dinyatakan tertutup berdasarkan Peraturan Tata Tertib DPRD atau atas kesepakatan di antara Pimpinan DPRD.

(2). Rapat tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengambil keputusan, kecuali :

a. pemilihan Ketua/Wakil Ketua DPRD; b. penetapan pasangan calon Kepala Daerah; c. persetujuan rancangan Peraturan Daerah; d. anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

e. penetapan, perubahan, penghapusan pajak dan retribusi daerah; f. utang piutang, pinjaman dan pembebanan kepada daerah; g. Badan Usaha Milik Daerah;

h. penghapusan tagihan sebagian atau seluruhnya;

i. persetujuan penyelesaian perkara perdata secara damai; j. kebijakan tata ruang;

k. kerja sama antar daerah;

l. pemberhentian dan penggantian Ketua/Wakil Ketua DPRD; m. penggantian antar waktu anggota DP RD;

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

o. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Pasal 80

(1). DPRD menetapkan kode etik anggota DPRD untuk pelaksanaan tugas dan kewajibannya,

(2). Kode etik anggota DP RD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat :

a. pengertian kode etik; b. tujuan kode etik,

c. pengaturan sikap, perilaku, ucapan tata kerja, tata hubungan antar lembaga pemerintahan daerah dan antar anggota serta antara anggota DPRD dengan pihak lain.

d. Hal-hal lain yang layak, baik, wajar dan sepantasnya dilakukan atau sebaliknya yang menggambarkan kepribadian dan tanggung jawab yang harus dipedomani setiap anggota DPRD.

e. sopan santun penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban sanggahan dan f. etika lain yang wajib dipatuhi oleh .anggota DPRD

Pasal 81

(1). Badan Kehormatan DPRD dibentuk oleh DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD

(2). Anggota Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah ganjil, sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang, terdiri dari unsur anggota DPRD dan unsur luar DPRD.

(3). Pimpinan Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas seorang Ketua dan Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Kehormatan. (4). Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh sekretariat yang

secara fungsional dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD. Pasal 82

(1). Anggota DPRD yang diberhentikan karena tidak melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPRD, tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai anggota DPRD, dan dinyatakan melanggar sumpah/janji, kode etik DPRD dan/atau tidak melaksanakan kewajiban anggota DPRD, diproses oleh Badan Kehormatan DPRD

(2). Proses yang dilakukan oleh Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyelidikan, verifikasi dan pengambilan keputusan yang didasarkan atas pengaduan Pimpinan DPRD, pemilih dan/atau masyarakat

(3). Pengaduan Pimpinan DPRD, pemilih, dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Badan Kehormatan DPRD melalui Sekretaris DPRD

Pasal 83

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79, Pasal 80, Pasal 81, dan Pasal 82, diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Bagian Kelima

Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah Pasal 84

(1). Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dengan melibatkan masyarakat luas dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah dan penjabaran lebih lanjut dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

(2). Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan Peraturan Daerah lain

(3). Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah oleh Kepala Daerah

(4). Khusus Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pajak Daerah ret ribusi Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan tata ruang Daerah sebelum diundangkan dalam Lembaran Daerah harus dievaluasi oleh Pemerintah

(5). Setiap Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur, setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah didaftarkan kepada Pemerintah untuk Provinsi dan kepada Gubernur untuk Kabupaten/Kot a

Pasal 85

peraturan Daerah dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan Pasal 86

Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama tiga bulan at au denda sebanyak -banyaknya Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan atau tidak merampas barang tertentu untuk Daerah, kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan

Dokumen terkait