• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENJELASAN UMUM 1. Dasar Pemikiran

10. Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau Wakil Pemerintah di Daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembentukan daerah dan pemberian otonomi daerah secara lebih efisien dan efektif berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka pembinaan oleh Pemerintah, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing dengan saling berkoordinasi. Pembinaan oleh Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Propinsi dilaporkan kepada Presiden. Pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah tersebut antara lain meliputi 1.) Pemberian pedoman, terhadap penyelenggaraan Pemerintah Propinsi,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

evaluasi atas akuntabilitas kinerja Gubernur, Bupati, dan Walikota beserta perangkat daerah lainnya sesuai dengan bidang tugas masing-masing. 2.) Bimbingan terhadap penyusunan prosedur dan tata kerja pelaksanaan

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota sesuai dengan bidang tugas masing-masing

3.) Pelatihan dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia aparat Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota dalam bentuk Pendidikan dan Pelatihan

4.) Arahan terhadap penyusunan rencana program dan kegiatan/proyek yang bersifat nasional dan regional sesuai dengan per tahapannya.

5.) Supervisi terhadap pelaksanaan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota, sesuai dengan bidang tugas masing-masing

Dalam melakukan pembinaan, Pemerintah dapat melimpahkan sebagian tugas pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten dan Kota kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah di Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pembinaan oleh Gubernur terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota dilaporkan kepada Pemerintah baik secara menyeluruh maupun secara sektoral sesuai ruang lingkup masing-masing sektor.

Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pemerintah dapat melimpahkan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah di Daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah dilakukan dengan 2 (dua) cara sebagai berikut :

1.) Pengawasan represif, yaitu pengawasan yang dilakukan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan Daerah berupa Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah, dan ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan Daerah. Pengawasan represif meliputi pengawasan terhadap Perda dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur.

Pengawasan represif dilakukan oleh :

(a.) Menteri Dalam Negeri berkoordinasi dengan Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.

(b.) Gubernur selaku Wakil Pemerintah.

2.) Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah dan retribusi daerah. Setiap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan APBD, dan tata ruang wajib disampaikan/konsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk memperoleh persetujuan. Mekanisme ini ditempuh dalam rangka untuk mencegah munculnya pungutan-pungutan daerah yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi atau dengan kepentingan umum.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan daerah baik secara perorangan maupun kelembagaan dan produknya, apabila diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara pemerintahan daerah tersebut Sanksi dimaksud antara lain dapat berupa penataan kembali suatu daerah otonom, penundaan pengalokasian dana perimbangan, pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan daerah baik Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah, dan ketentuan lain yang ditetapkan daerah serta dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

11. Kecamatan

Kecamatan adalah suatu wilayah kerja Perangkat daerah Kabupaten dan/atau Kota. perangkat itu disebut Camat. Dengan demikian Camat adalah sebagai perangkat desentralisasi Suatu Kecamatan terdiri dan beberapa Desa ataupun Kelurahan yang pembentukan dan susunannya diatur dengan Peraturan Daerah berdasarkan pedoman yang ditetapkan Pemerintah.

Tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab Camat pada dasarnya melaksanakan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan umum tersebut seperti melakukan upaya pemeliharaan kerukunan dan persatuan warga masyarakat; memberikan pelayanan administratif

mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan masyarakat, pengetrapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, membina penyelenggaraan pemerintahan Desa dan/atau Kelurahan dan tugas, wewenang lain yang didelegasikan oleh Bupati dan/atau Walikota sesuai dengan kondisi dan situasi serta tingkat kebutuhan masing-masing kecamatan Di samping itu Camat juga berwenang untuk mengkoordinasikan instansi ataupun pejabat yang ruang lingkup tugasnya ada pada tingkat wilayah kecamatan.

Lembaga Kecamatan yang ada pada saat ini merupakan Kecamatan yang dimaksud dengan undang-undang ini. Begitu pula tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab Camat yang ada sebelumnya dan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini adalah merupakan tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab Camat menurut undang-undang ini Jabatan Camat merupakan jabatan karier pegawai negeri sipil, oleh karena itu yang dapat diangkat sebagai Camat adalah pegawai negeri sipil yang memenuhi kualifikasi jabatan Camat antara lain berpengetahuan dan berpengalaman mengenai penyelenggaraan tata pemerintahan.

12. Desa

Desa berdasarkan Undang-undang ini adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas -batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Desa juga merupakan suatu "daerah" dalam bentuk yang kecil dilihat dari struktur daerah otonom atau sering disebut sebagai kesatuan masyarakat hukum, dimana keberadaan desa

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

sampai saat ini sebagian besar merupakan desa adat atau juga dapat disebut sebagai desa geneologis, yang pada dasarnya telah memiliki otonomi yang sering disebut sebagai otonomi asli. Namun dalam perkembangannya Desa-desa seperti itu ada yang memang masih seperti keadaan semula ada pula yang sudah berubah baik karena pengaruh perkembangan masyarakat maupun karena pembangunan dan pengembangan suatu daerah, sehingga norma adat sudah berinteraksi dengan adat dan budaya dari luar Desa semula.

Undang-undang ini mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah ataupun Pemerintah Daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu Sedang terhadap desa di luar desa geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan dari desa itu sendiri.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan suatu penyelenggaraan pemerintahan dalam sistem pemerintahan nasional sehingga pemerintahan Desa merupakan subsystem dalam system pemerintahan nasional Dalam hal ini perlu pemahaman terhadap konsep penyelenggaraan pemerintahan Desa dengan konsep pengelolaan Desa Penyelenggaraan pemerintahan Desa merupakan pengelolaa n Desa yang bersifat administratif, sedangkan pengelolaan Desa diluar itu dapat bersifat fisik. sosial ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya sesuai dengan Kondisi, potensi, serta posisi dari masing-masing Desa yang dalam pelaksanaannya dapat bersamaan, seiring dan disinerjikan

Untuk Desa-desa tertentu seperti Desa yang pemimpinnya masih tergantung kepada Kepala Suku ataupun Pemangku Adat sehingga belum memungkinkan memenuhi kualifikasi jabatan Kepala Desa dari segi administrasi pemerintahan, maka posisi Kepala Desa dapat diisi oleh Kepala Suku atau pemangku Adat sendiri, namun perangkat pemerintahan Desa lainnya diupayakan diisi oleh aparat yang harus memenuhi persyaratan sebagai perangkat pemerintahan Desa

Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di Desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di dalam perangkat pemerintah Desa dibentuk lembaga Desa yang berkedudukan sebagai mitra kerja Kepala Desa dalam menyusun rencana pembangunan Desa sesuai dengan kebutuhan Desa. Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat Desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati atau Walikota melalui Camat. Kepada Badan Perwakilan Desa Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok -pokok pertanggungjawabannya namun tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Perwakilan Desa untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggungjawaban dimaksud.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

www.parlemen.net

Desa yang dipersonifikasikan dalam lembaga pemerintahan Desa yang terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik yang bersifat publik maupun perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan; serta dapat dituntut dan menuntut di pengadilan. Untuk itu, Kepala Desa dengan persetujuan Badan Perwakilan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian dalam kedudukan yang setara untuk kemajuan dan kepentingan Desa secara keseluruhan.

Pengaturan lebih lanjut mengenai Desa seperti pembentukan, penghapusan, penggabungan, perangkat pemerintahan desa, keuangan desa, pembangunan desa, dan lain sebagainya dilakukan oleh Daerah Kabupaten dan Kota yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah mengacu pada pedoman yang ditetapkan Pemerintah

II. PENJELASAN PASAL PER PASAL

Dokumen terkait