• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen 52

Istilah atau pengertian hukum konsumen dengan hukum perlindungan konsumen merupakan istilah yang sering disamaartikan. Ada yang mengatakan hukum konsumen adalah juga hukum perlindungan konsumen, namun ada juga yang membedakannya, dengan mengatakan bahwa baik mengenai substansi maupun

mengenai penekanan luas lingkupnya adalah berbeda satu sama lain. Hingga kini para pakar belum banyak memberikan pengertian tentang kedua jenis istilah tersebut.

Dengan pemahaman bahwa perlindungan konsumen mempersoalkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memperoleh barang dan jasa dari kemungkinan timbulnya kerugian karena penggunaannya maka hukum perlindungan konsumen dapat dikatakan sebagai hukum yang mengatur tentang pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen. Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban produsen, serta cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban.33

Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) antara penyedia dan penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam berbagai literatur ditemukan sekurang-kurangnya dua istilah mengenai hukum yang mempersoalkan konsumen. Az. Nasution menjelaskan bahwa kedua istilah itu berbeda, yaitu bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen. Hukum konsumen menurut Az. Nasution adalah :

34

Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan jasa) konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat.

Hukum perlindungan konsumen diartikan sebagai :

35

33

Janus Sidabalok, Op.cit, hal 45

34

A.Z. Nasution, Op.Cit hal 22

35

Ibid.

Lebih lanjut mengenai definisinya itu, Az. Nasution menjelaskan sebagai berikut :

Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial ekonomi, daya saing, maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak selalu tepat bagi mereka yang berkedudukan seimbang demikian, maka mereka masing-masing lebih mampu mempertahankan dan menegakkan hak-hak mereka yang sah. Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu tidak seimbang.36

36

Ibid, hal 46

Pada dasarnya baik hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen membicarakan hal yang sama, yaitu kepentingan hukum (hak-hak) konsumen. Bagaimana hak-hak konsumen itu diakui dan diatur di dalam hukum serta bagaimana ditegakkan dalam praktek hidup bermasyarakat, itulah yang menjadi materi pembahasannya. Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen atau hukum konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.

Ada sebagian pakar mengatakan bahwa hukum konsumen tergolong sebagai cabang hukum ekonomi. Penggolongan demikian dapat dibenarkan karena masalah yang diatur dalam hukum konsumen adalah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan barang dan atau jasa. Ada pula yang mengelompokkan hukum konsumen kepada hukum bisnis atau hukum dagang, karena dalam rangkaian pemenuhan kebutuhan barang dan jasa selalu berhubungan dengan aspek bisnis atau transaksi perdagangan. Demikian pula dapat digolongkan sebagai cabang dari hukum perdata disertai alasan bahwa hubungan antara konsumen dengan produsen atau pelaku usaha dalam aspek pemenuhan barang dan atau jasa tersebut lebih merupakan hubungan hukum perdata.

Terlepas dari penggolongan diatas, kawasan hukum konsumen dapat ditemukan diberbagai ruang-ruang wilayah hukum yang berlainan satu sama lain. Wilayah hukum tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga bidang, antara lain :

1. Bidang Hukum Privat

a. Hukum perdata, khususnya mengenai perikatan, yakni mengatur aspek-aspek kontraktual antara konsumen dan pelaku usaha.

b. Hukum bisnis atau hukum perdata niaga, khususnya mengenai pengangkutan, hak atas kekayaan intelektual (HAKI), monopoli dan persaingan usaha, asuransi.

2. Bidang Hukum Publik

a. Hukum pidana, kriminalisasi dalam berbagai ketentuan standar, isi, takaran, label, etiket, pengelabuan dalam promosi, iklan, lelang, pencantuman klausul baku

b. Hukum administrasi : ketentuan sanksi administratif

c. Hukum tata usaha negara : kewenangan pejabat-pejabat perizinan, pengawasan.

3. Bidang yang mencakup hukum Privat dan Hukum Publik a. Hukum Kesehatan

b. Hukum Perbankan c. Hukum Perumahan d. Hukum Komunikasi/Pers e. Hukum Asuransi

f. Hukum Antimonopoli dan persaingan Usaha g. Hukum Industri

BAB IV

KAITAN ANTARA KERAHASIAAN INFORMAL

DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008

Menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, salah satu tujuan perlindungan konsumen adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat telah mengubah tidak saja pola komunikasi dan interaksi masyarakat dunia, tetapi lebih jauh lagi telah pula menciptakan modus-modus baru perbuatan melawan hukum. Perbuatan-perbuatan tersebut antara lain penipuan dalam transaksi online, pembajakan isi situs, pembajakan wilayah (domain), pengrusakan sistem komputer dan kejahatan internet lainnya.

Karena itu perlu suatu perlindungan secara hukum maupun secara teknis terhadap komunikasi melalui elektronik ini. Terutama dalam hal transaksi online. Pengguna internet di Indonesia nampaknya enggan mengambil resiko dalam melakukan transaksi. Tidak sedikit masyarakat yang merasa khawatir menggunakan kartu kreditnya untuk bertransaksi. Salah satunya disebabkan belum adanya jaminan dalam transaksi yang dilakukan secara online. Belakangan malah Indonesia berada di dalam urutan kedua dalam kejahatan kartu kredit (carding).37

37

Pengguna Internet Enggan Mengambil Resiko Dalam Bertransaksi, Berita 19 Juni 2009, http:/www.hukumonline.com.

Belum adanya ketentuan yang tegas mengatur permasalahan ini menjadikan transaksi e-commerce dengan menggunakan media internet tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Di dalam transaksi secara online, kejahatan-kejahatan yang mungkin terjadi berupa :

1. Perbuatan curang untuk memperoleh secara tidak sah harta benda milik orang lain, misalnya seseorang yang dapat mengakses komputer mentransfer rekening orang ke rekeningnya sendiri, sehingga merugikan orang lain.

2. Meretas/menyusup (Hacking), ialah melakukan akses terhadap sistem komputer tanpa seizin atau dengan melawan hukum sehingga dapat menembus sistem pengamanan komputer yang dapat mengancam berbagai kepentingan.

3. Perbuatan pidana komunikasi, ialah hacking yang dapat membobol sistem online komputer uang menggunakan sistem komunikasi.

4. Perbuatan pidana yang berkaitan dengan hak milik intelektual, hak cipta dan hak paten, ialah berupa pembajakan dengan memproduksi barang-barang tiruan untuk mendapatkan keuntungan melalui perdagangan.

Dokumen terkait