• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Hukum Pidana Islam Secara Komprehensif

1) Pengertian.

Menurut Mardani pengertian hukum pidana islam terdapat tiga istilah dalam pengertian hukum pidana Islam, yaitu Jarimah, Jinayah, Ma’shiyat.16

a. Jarimah.

Hukum pidana islam dalam bahasa arab di sebut dengan jarimah atau jinayah. Secara etimologis jarimah berasal dari kata jarama-yajrimu-jarimatan, yang berarti “berbuat” dan memotong. Secara terminologois, jarimah yaitu larangan- larangan syara’ yang di ancam oleh Allah dengan hukuman hudud dan Ta’zir. Dalam hukum positif jarimah di artikan dengan peristiwa pidana, tindak pidana, perbuatan pidana atau delik.

b. Jinayah.

Secara etimologis, Jinayah berasal dari kata jan-yajni-jinyatan, yang berarti berbuat dosa. Secara Terminologis jinayah yaitu perbuatan yang di larang oleh syara, baik perbuatan itu merugikan jiwa, harta benda atau lainnya.

16 Mardani. Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Perdana Media Group, 2019), hal 1-3

Menurut Muhammad Daud Ali,17 Hukum jinayat, yaitu hukum yang menganut aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun jarimah ta’zir

Menurut Abdul Qadir Audah, dalam terminologi syara’

mengandung pembahasan perbuatan pidana yang luas, yaitu pelanggaran terhadap jiwa, harta atau yang lainnya. Selain itu terdapat fukaha yang membatasi istilah jinayah kepada perbuatan yang diancam dengan hukuman Hudud dan kisas, tidak termasuk perbuatan yang di ancam dengan hukuman ta’zir.

c. Ma’shiyat

Istilah ma’shiyat dalam hukum pidana islam mengandung makana melakukan perbuatan-perbuatan yang di haramkan maupun yang dilarang oleh hukum. Sehingga istilah ma’shiyat hanya mencakup unsur perbuatan yang dilarang oleh hukum untukdilakukan.

2) Sumber-Sumber Hukum Pidana Islam a. Al- Qur’an

Alqur’an adalah sumber jaran islam yang pertama, Al- Qur’an mengatur hukum yang berkaitan dengan kepercayaan dan ibadah kepada Allah yang bersifat Vertikal dan Hukum-Hukum

17 Muhammad Dawud Ali, Hukum Islam: Pengantar Hukum Islam dan Tata HukumIslam Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, cet 6,1898),h,51

yang berkaitan dengan interaksi kemanusiaan yang bersifat horizontal. Al-Qura’an sebagai sumber dari segala hukum yang berhubungan dengan kehidupan sosial, kemasyarakatan, termasuk persoalan jinayah.

b. Sunnah

Sunnah Nabi Muhammad Saw, Merupakan Sumber ajaran Islam yang kedua, karena, hal-hal yang diungkapkan oleh Al-Qur’an Yang Bersifat umum atau memerlukan penjelasan, maka Nabi Muhammad Saw menjelaskan melalui Sunnah.

Sunnah adalah perbuatan, perkataan, dan perzinan Nabi Muhammad Saw. contoh hadist Nabi Mengenai Hukum Pidana Islam.

c. Ar-Ra’yu

Ar-Ra’yu atau penalaran adalah sumber ajalan islam yang ketiga. Penggunaan akal (penalaran) manusia dalam menginterpretasi ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah yang bersifat umum. Metode ijtihad sangatlah bermacam-macam, mulai dari Ijma’ atau yang lebih dikenal dengan kesepakatan para ulama. Qiyas, istihsan, Maslahah Mursalah, Sadduz Dzariah, Urf.

3) Ruang lingkup Hukum Pidana Islam

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian hukum pidana islam besreta sumber-sumber hukum pidna islam, maka dapat di

ketahui bahwa ruang linkup pembahasan hukum pidana islam meliputi dua aspek, yaitu aspek pidana dan aspek hukuman. Aspek tindak pidana meliputi aspek unsur dan syarat tindak pidana serta klasifikasi tindak pidana. Sedangkan aspek hukuman terdiri dari aspek pertanggung jawaban, klsifikasi hukuman, dan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan dan gugurnya hukuman.

4) Unsur- unsur Hukum Pidana Islam.

Di dalam hukum Islam, suatu perbuatan tidak dapat dihukum, kecuali jika terpenuhi semua unsur-unsurnya, baik unsur umum maupun unsur khusus. Unsur unsur umum itu adalah:

a. Rukun syar’i (yang berdasarkan syara’) atau di sebut juga unsur formal, yaitu adanya nash syara’ yang jelas melarang perbuatan itu di lakukan jika di lakukan akan dikenai hukuman. Nash Syara’ ini menempati posisi yang sangat penting sebagai azaz legalitas dalam Hukum Pidana Islam, sehingga di kenal suatu prinsip la hukma li af’al al-uqula”qal warud an-nass (tidak ada hukum bagi perbuatan orang yang berakal sebelum datang nya nas) b. Rukun maddi atau di sebut juga unsur material, adanya

perbuatan pidana yang di lakukan.

c. Rukun Adabi atau unsur moril, yaitu pelaku perbuatan itu dapat diminta pertanggung jawaban hukum, seperti anak

kecil, orang gila atau orang terpaksa, tidak dapat di hukum. 18

3. Macam- macam Jinayah (Hukum Pidana Islam) dari Segi Berat Ringannya hukuman.

Di tinjau dari segi beratnya hukuman jarimah dapat di bagi menjadi tiga bagian antara lain:

a. Jarimah Qisas dan diyat

Jarimah qisas dan diyat adalah hukuman yang sudah di tentukan oleh syara’. Perbedaan dengan Hukuman had adalah bahwa had merupakan Hak Allah, sedangkan qisas dan diyat adalah hak manusia (individu).

Dalam hubungannya dengan hukuman qisas dan diyat maka pengertian hak manusia disini adalah bahwa hukuman tersebut bisa di hapuskan atau di maafkan oleh korban atau keluarganya. Dengan demikian maka ciri khas dari jarimah qisas dan diyat itu adalah

1) Hukuman sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah di tentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal atau maksimal.

2) Hukuman tersebut merupakan hak perorangan (individu), dalam arti bahwa korban atau keluarganya berhak memberikan pengampunan terhadap pelaku.

18 H. Marsaid, Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam), (Palembang: CV Amanah cet 1 2020) h, 57.

jarimah qisas dan diyat ini hanya ada dua macam yaitu pembunuhan dan penganiayaan.

Sebenarnya masih banyak pendapat lain yang membagi pembunuhan kepada lima bagian seperti Mazhab Hanabillah, yang membedakan hanya pengembangan dan pembagiannya oleh mayoritas para fuqaha, penulis berpatokan pada pendapat Islamul Haq beliau juga membagi pembunuhan menurut jumhur ulama.

a. Pembunuhan sengaja, pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan di mana perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa itu di sertai dengan niat membunuh korban. Sanksi untuk pembunuhan sengaja ini penulis membagi menjadi tiga yaitu hukuman pokok, hukuman pengganti dan hukuman konsekuensi.

b. Pembunuhan menyerupai sengaja, pelaku sengaja melakukan tindakan melampaui batas dan penganiayaan terhadap seseorang dan orang itu memang di maksudkan sebagai sasaran tindakan, dengan menggunakan sesuatu yang biasanya tidak sampai mematikan, lebih tepatnya seperti memukul dengan cambuk, tamparan tangan yang keras. Dalam pembunuhan menyerupai sengaja ini pelaku tidak di ancam hukuman qisas tetapi berkewajiban membayar diyat mughallazah (diyat berat).

c. Pembunuhan tersalah, pembunuhan yang terjadi tanpa ada maksud dan keinginan sama sekali baik tindakannya itu sendiri maupun korbannya, seperti orang yang bermaksud menembak binatang buruan namun justru tembakan itu mengenai orang lain hingga mengakinatkan orang itu meninggal. Dalam kasus ini pelaku tidak terkena ancaman qisas tetapi berkewajiban membayar diyat mukhaffafah (diyat ringan)19

Penganiayaan dalam Hukum Pidana Islam dikenal dengan istilah jinayah ‘ala ma duna al-nafs atau tindak pidana atas selain jiwa. Penulis mengutup salah satu pendapat para ulama yaitu Menurut Abdul Qadir Audah, di katakan bahwa penganiayaan adalah setiap perbuatan yang menyakiti orang lain yang mengenai badannya tetapi tidak sampai menghilangkan nyawanya.

Penulis menyimpulkan bahwa Jarimah penganiayaan tindakan yang melawan hukum atas badan manusia, baik itu berupa pemotongan anggota badan, pelukaan ataupun pemukulan sedangkan jiwa orang tersebut masih tetap. Sehingga dalam hukum pidana islam Jarimah penganiayaan ini termasuk kedalam jarimah qisas dan diyat.

Dengan demikian pelaku kekerasan fisik boleh di berikan sanksi sama persis dengan tindak pidana yang di lakukann terhadap korban.

19 Islamul Haq, fiqh Jinayah, (Parepare : IAIN Parepare Nusantara Press, cet 1, 2020) hal 36-43

b. Jarimah Hudud

Menurut H. Marsaid jarimah hudud adalah jarimah yang di ancam dengan hukuman had. Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah di tentukan oleh syara’ menjadi hak Allah (hak masyarakat).20

Menurut Islamul Haq 21jarimah Hudud adalah jarimah yang telah di tentukan batas, jenis, jumlahnya, dan hukuman itu merupakan hak Allah dengan pengertian hukuman itu tidak bisa di tambah, di kurangi oleh siapapun dan tidak mempunyai batas tertinggi atau terendah.

Menurut Imam Syafi’i jarimah yang wajib dihukum Had ada 7 yaitu : zina, qadzaf (menuduh zina), sariqah (pencurian), syurb khamar, hirabah (perampokan), riddah (murtad), al-bagyu (pemberontakan). Sedangkan menurut Imam Hanafi hudud hanya ada lima macam yang telah di tetapkan dalam Al-Qur’an yaitu : zina, sariqah, syurb al-khamar, qath’u thariq, dan qadzaf.

c. Jarimah ta’zir

Menurut mardani jarimah ta’zir secara terminologis berasal dari kata “azar” yang berarti mencegah, menghormati,

20 H. Marsaid, Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam), (Palembang: CV Amanah cet 1 2020) h 60.

21 Islamul Haq, fiqh Jinayah, (Parepare : IAIN Parepare Nusantara Press, cet 1, 2020) h 56.

dan membentuk.22 Menurut Sayid Sabiq,ta’zir yaitu hukuman yang tidak ada ketentuan dalam nash, ia merupakan kebijakan pemirintah.23

Dokumen terkait