• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEBAR BERITA BOHONG (HOAX) SEBAGAI TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYEBAR BERITA BOHONG (HOAX) SEBAGAI TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEBAR BERITA BOHONG (HOAX) SEBAGAI TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF

INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Pidana Islam

(Jinayah)

Oleh:

ATIKA FAJRIN NIM.1417.015

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) BUKITTINGGI TAHUN 2021 M/ 1442

(2)

i

Skripsi ini berjudul “Penyebar Berita Bohong (Hoax) Sebagai Tindak Pidana Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia dan Hukum Pidana Islam”

yang ditulis oleh Atika Fajrin, NIM 1417.015, Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Penyebar Berita Bohong di Pidana dalam Hukum Pidana Positif serta Pandangan Hukum Pidana tentang Penyebar Berita Bohong sebagai Tindak Pidana. Berita Bohong (Hoax) adalah sebuah pemberitan palsu yakni usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai suatu informasi. Pada dasarnya Pengaturan mengenai berita bohong (Hoaxs) di atur dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) serta ketentuan pidananya di atur dlam pasal 45A ayat (1) dan ayat (2) Undang- Undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam tindakan yang mengarah pada pada perbuatan Bohong, fitnah dan sanksi bagi pelaku penyebaran berita hoax atau berita bohong dalam hukum Pidana Islam adalah Ta’zir. Pelaku tindak pidana penyebaran berita hoax sepenuhnya di serahkan kepada Ulil Amri, baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh syarak

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah.

Menggunakan library Research dan teknik Wawancara. Sumber data Sekunder, yaitu karya-karya pakar hukum dan referensi-referensi lain yang memiliki keterkaitan dengan hukum yang efektif dan khusus mengenai penyebar berita hoax. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pengkajian kepustakaan, adapun yang digunakan pada tahap yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Teknis analisis yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan menggunakan pola pikir deduktif dengan mengungkapkan ketentuan dalam hukum positif.

Berdasarkan hasil Penelitian Penyebaran berita bohong merupakan suatu kejahatan yang konvensional. Kejahatan konvensional adalah suatu kejahatan terhadap jiwa, harta benda, dan kehormatan yang menimbulkan kerugian baik fisik maupun psikis yang baik dilakukan dengan cara-cara biasa maupun dimensi baru, yang terjadi di dalam negeri. Penyebaran berita bohong (haox) tidak hanya sekedar menyebarkan berita bohong yang menyesatkan, seringkali ada motif tersendiri dalam penyebaran Hoax yang dapat mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Perlunya pembahasan mengenai pengaturan hoax sebagai suatu pebuatan pidana untuk dapat menacari tahu apakah pembuat hoax dan penyebar hoax dengan materi-materi tertentu dapat di jerat hukum demi keamanan dan kenyamanan masyarakat.

(3)

ii

Alhamdulillahirrabil ‘alamin wassalamu ‘ala asrafi ambiai wal mursalin wa’ala alihi wa ashabihi ajma’in. Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunianya serta Nikmat kepada kita semua. Dan tidak lupa di sampaikan kepada baginda kita Nabi Muhammad Saw yang telah berjuang untuk mengembangkan ajaran Islam di permungkaan bumi ini, demi keselamatan manusia, khususnya Umat Islam yang beriman.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitan, baik dari segi maupun keterbatasan yang penulis miliki. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibuk Ridha Ahida, M. Hum selaku Rektor IAIN Bukittinggi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membina ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini.

2. Bapak Dr. H. Ismail, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi.

3. Bapak H. M. Ridha, LC, MA selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) IAIN Bukittinggi.

4. Bapak Dr. H. Edi Rosman. Sag M. Hum selaku Dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi dengan sabar hingga penulisan skripsi dengan sabar hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan arahan, bimbingan serta bantuan bantuan selama perkuliahan.

6. Seluruh civitas Akademika dan seluruh petugas kepustakaan Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi.

(4)

iii

pengorbanan yang telah dicurahkan untuk mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta.

8. Saudara- saudari tersayang Muhammad Ilham dan Dina Adelia, yang selalu mensupport dan memberikan cinta serta dukungan dalam mempelancar perjuangan dan pendorong penyelesaian perkuliahan ini.

9. Sahabat-Sahabat tersayang Felia Nevira, Ulfia Rahmi Ananda Putri, Wirda Afriani, Murni, Dessy, Idmawati, Detti Indria Ningsing, yang senantiasa memberikan cinta serta dukungan dalam mempelancar perjuangan penyelesaian Skripsi ini.

10. Sahabat dan teman- teman HPI-A yang senantiasa memberikan dukungan.

Dalam mempelancar perjuangan dan pendorong penyelesaian skripsi ini.

11. Sahabat dan teman-teman Pengurus HMPS HPI yang senatiasa memberikan dukungan. Dalam mempelancar perjuangan dan pendorong penyelesaian skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bukittinggi yang senatiasa memberikan dukungan dalam mempelancar perjuangan dan pendorongan penyelesaian perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Sehubungan dengan itu penulis menghargai penulis segala kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis memohon kepada Allah Swt. Agar semua kebaikan yang disampaikan kepada penulis menjadi ibadah, Aaamiin.

(5)

iv

Penulis

ATIKA FAJRIN NIM. 1417.015

(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN MOTTO ...

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

SURAT PERNYATAAN ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 16

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 17

E. Penjelasan Judul ... 18

F. Tinjauan Pustaka ... 19

G. Metode Penelitian ... 21

H. Sistematika Penulisan ... 22

(7)

vi BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hoax. ... 25

B. Latar Belakang Penyebar Berita Hoax. ... 27

C. Jenis-jenis Penyebar Berita Hoax. ... 29

D. Tujuan Penyebaran Berita Bohong (Hoax). ... 30

E. Dampak penyebaran Berita Bohong (Hoax). ... 32

BAB III LANDASAN KONSEPTUAL A. Hukum Pidana Islam secara komprehensif. ... 35

B. Hukum positif Indonesia secara Komprehensif ... 44

C. Tindak Pidana secara Komprehensif. ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyebar Berita Bohong di Pidana dalam Hukum Pidana Positif. ... 61

B. Pandangan Hukum Pidana tentang Penyebar Berita Bohong sebagai Tindak Pidana. ... 69

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. ... 84

B. SARAN. ... 87 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(8)

vii LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hoax adalah sebuah pemberitaan palsu yakni usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu. Hoax bertujuan membuat opini publik, mengiring opini berupa persepsi, juga untuk kesenangan yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial. Hoax merupakan ekses negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di internet kata hoax berasal dari Amerika dan awalnya merupkan sebuah judul film yakni “The Hoax”

Hoax terkategori sebagai perbuatan melawan hukum. Saat ini perbuatan melawan hukum di media sosial merupakan Fenomena yang sangat mengkhawatirkan mengigat tindakan penipuan, teririsme. Hoax telah menjadi aktifitas pelaku kejahatan di dunia maya, hal ini masih sangat kontras dengan kurangnya regulasi yang mengatur pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.1

Peredaran berita bohong (Hoax) mudah terjadi, terutama di masyarakat yang tingkat literasinya masih sangat rendah. Baisanya, mereka mudah menerima informasi begitu saja tanpa melakukan

1Berlian, Cheny. 2017. Sanksi Pidana Pelaku Penyebar Berita Bohong dan Menyesatkan melalui Media Online. Universitas Muhammadiyah: Riau.

(10)

pengecekan, mereka bahkan menyebarkannya tanpa mempertimbangkan tingkat ketepatan informasi yang di terimanya, masyarakat akhirnya terjerumus dalam kesimpang siuran berita, provokasi dan rasa saling curiga.

Media sosial sebagai suatu wadah yang berguna untuk memudahkan manusia dalam berinteraksi sosial. Ia sebagai suatu cara baru dalam membagun hubungan komunikasi antar individu, untuk bekerja sama dan berdiskusi. Manusia membutuhkan adanya informasi dari manusia lain, sebab secara alamiah bahwa pengetahuan manusia itu terbatas. Konten-konten yang di sebar oleh pengguna internet ke jenjang sosial dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan, lebih pentingnya lagi bahwa media sosial memiliki keunggulannya yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpun.

Kemudahan yang dijanjikan dan disajikan oleh media sosial tidak hanya dimanfaatkan untuk mengelola data maupun transaksi penjualan saja, namun juga dimanfaatkan oleh pelaku bisnis yang bergerak di bidang penerbitan dan pemberitaan, penyebaran informasi atau berita melalui media sosial tidak hanya dilakukan oleh situs berita yang sudah di kenal oleh masyarkat saja, melainkan siapa saja pengguna internet dapat menyebarkan informasi atau berita melalui media sosial. Hal ini mengakibatkan setiap orang dapat berekspresi dan bebas menyebarkan informasi atau berita melalui media sosial yang dimiliki. Penggunaan media sosial secara meluas ini memiliki dua sisi yakni di sisi satu dapat

(11)

memberi dampak positif pada bidang pendidikan, sosial, politik, ekonomi dan sebagainya. Namun di sisi lain dapat menyebabkan munculnya jenis kejahatan baru.

Seseorang dapat di sebut telah melakukan tindak pidana apabila perbuatannya terbukti sebagai tindak pidana seperti yang telah di atur dalam peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Akan tetapi, tidak semua pelaku yang terbukti melakukan tindak pidana dapat di jatuhi pidana, hal ini kemudian kita kenal dengan adanya alasan penghapus kesalahan atau alsasn pemaaf.

Dalam hukum pidana, hanya seseorang yang mampu bertanggung jawab saja dapat di mulai pertanggungjawaban pidananya (dapat di hukum). Adapun yang mendasari kemampuan bertanggung jawab adalah keadaan dan kemampuan jiwa orang tersebut, pertanggung jawaban pidana di maksudkan untuk menentukan apakah seseorang atau tersangka dapat di pertanggung jawabkan atas suatu tindak pidana atau tidak.

Pengaturan mengenai berita bohong (Hoax) di atur dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) serta ketentuan pidananya di atur dlam pasal 45A ayat (1) dan ayat (2) Undang- Undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Adapun bunyi pasal-pasal tersebut Pasal 28 ayat (1) “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa Hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi

(12)

Elektronik.” Pasal 28 ayat (2) “Setiap orang dengan sengaja tanpa Hak menyebarkan informasi yang di tunjukkan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu/kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

Kemudian ketentuan Pidananya diatur dalam pasal 45A ayat (1) dan (2) UU ITE Tahun 2016. Psal 45 A ayat (1):” setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi Elektronik sebagimana di maksud dalam pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Pasal 45A ayat (2) :” Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang di tunjukkan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasrkan atas suku, agama, ras, antar golongan (SARA) sebagaimana di maksud dalam pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Membahas mengenai kabar bohong seperti yang di siarkan dalam media sosial, aturan yang terdapat dalam KUHP termuat dalm Pasal 390 KUHP yang berbunyi: “ Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyiarkan kabara bohong yang menyebabkan harga barang-

(13)

barang dagangan, dana-dana atau surat berharga menjadi turun atau naik di ancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.”

Meenurut KUHP ,” menyiarkan (Verspreiden) adalah melakukan perbuatan dengan menyebarkan sesuatu (kabar bohong) kepada umum sehingga di ketahui oleh orang banyak (umum). Kata “menyiarkan”

menandakan bahwa tindak pidana ini belum di perbuat apabila kabar bohong hanya diberitahukan kepada satu orang saja, sebab itu, kabar bohong harus diberitahukan kepada sekurang-kurangnya dua orang.

Pengaturan berita bohong juga di temukan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang peraturan Hukum Pidana Pasal 14 ayat (1) dan (2) serta pasal 15. Pasal 14 ayat (1):” Brang siapa, dengan menyiarkan suatu berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan masyarkat, di hukum dengan hukuman Penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun.

Pasal 14 ayat (2):” Barang siapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan, yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan masyrakat, sedangkan ia patut dpat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong, di hukum dengan penjara setinggi- tingginya tiga tahun

Pasal 15:” Brang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berlebihan atau yang tidak lengkap, sedangkan dia mengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga, bahwa kabar demikian akan atau

(14)

mudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, di hukum dengan hukuman penjara setinggi tingginya dua tahun.

Unsur keonaran merupakan bahaya atau kerugian yang merupakan akibat yang di timbulkan dari penyiaran berita bohong yang di siarkan dengan di tambahkan atau di kurangi isinya. Penjelasan pasal 14 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana memberikan penjelasan bahwa yang di maksud dengan keonaran adalah bukan hanya merupakan kegelisahan dan menggoncangkan hati penduduk yang tidak sedikit jumlahnya, akan tetapi lebih dari itu berupa kekacauan, harus benar benar dapat di buktikan antara berita bohong yang di siarkan tersebut dengan tambahan atau pengurangan dengan keadaan dalam masyarakat dan keonaran yang benar-benar di isyaratkan dalam setiap rumusan pasal tersebut.

Modus operandinya menyebarkan berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) berupa penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, dan mengahasut. Tujuannya untuk menciptakan permusuhan konflik sosial berbasis suku, ras, agama, dan antar golongan (SARA). Sindikat memanfaatkan momen politik dengan menyusun proposal agar di danai para sponsor gelap. Nilainya ratusan juta rupiah hanya dalam beberapa bulan

(15)

Hoax di sebarkan dengan memanfaatkan kekisruhan politik yang kerap melanda pentas politik lokal dan nasional tanpa klarifikasi. Setiap kekisruhan politik di jadikan isu yang di jual untuk menggeruk keuntungan ekonomi dari aktor politisi gelap. Apabila tidak segera di tangani dengan benar, hoax dapat mengacaukan ketenangan di masyarakat.

Pada dasarnya dalam berkomunikasi kita wajib menggunakan etika komunikasi yang baik dan benar, begitu pula dengan menyebarkan informasi, harus sesuai dengan fakta yang ada dan tidak boleh di kurangi atau di lebihkan apalagi di putar balikkan dari fakta yang sebenarnya, seperti yang sudah di jelaskan dalam UU Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 28 ayat 1 yang berisi ancaman pidana bagi setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan mengakibatkan kerugian individu atau kelompok.2

Berita bohong (Hoax) yang menyebar dikalangan tentu memiliki varian dan dimensi yang beragam. Daiantaranya berita-berita bohong (hoax) yang menyudutkan dan mengdikreditkan islam dan kaum muslimin. Banyak peristiwa yang terjadi saat ini merupakan hasil rekayasa orang-orang yang tidak suka terhadap kaum muslimin dan membakar semangat yang mempunyai keinginan tinggi terhadap Islam, sehingga banyak orang yang termakan oleh suatu berita atau informasi yang tidak dapat di pertanggung jawabkan sumber dan kebenarannya.

2 UU No 19 Tahun 2016 Perubahan atas UU No 11 tahun 2008 Tentang ITE

(16)

Berita bohong (Hoax) tersebut muncul karena melatarbelakangi, salah satunya digunakan sebagai sarana yang dimanfaatkan oleh musuh- musuh Islam untuk memerangi kaum muslimin. Akan tetapi, seorang Muslim yang berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah tidak akan terpengaruh api fitnah yang di buat oleh orang-orang yang membenci Islam. Mereka memeriksa dengan teliti informasi yang mereka dengar ataupun mereka saksikan dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap, mereka akan menimbang-nimbang informasi yang didapat sebelum menyebarkannya, disebabkan mereka tahu akibat apa yang akan mereka dapat ketika menyebarkan suatu berita tanpa menelitinya terlebih dahulu.

Kabar bohong atau fitnah dalam Al-qur’an di sebut di bebebrapa ayat dengan arti yang beragam, yaitu bermakna syirik (Al-Baqarah;191), ujian dan cobaan (Al-Anfal:28), (sh-Shaffat:63), dosa (Al-Ankabut:49).

Defenisi fitnah secara Bahasa Indonesia tidak tepat jika disamakan dengan fitnah dalam Bahasa Arab.

Dalam Hukum Pidana Islam perbuatan menyebarkan berita bohong di media sosial di analogikan dengan jarimah Ta’zir, yaitu jarimah yang hukumnya tidak ditentukan oleh syara’ namun di tentukan oleh penguasa (Ulil Amri). Hal ini di karenakan pada masa Rasulullah belum terdapat media sosial sehinnga tindak pidana ini termasuk tindak pidana modern.

Jauh sebelumnya pada masa Nabi Muhammad SAW sudah ada beredar berita hoax. Hal ini di buktikan dengan adanya Hadis Al-Ifki dimana hadis ini menceritakan tentang kisah istri Nabi Muhammad SAW yang di tuduh

(17)

berzina dengan salah satu sahabat nabi. “kisah tersebut diawali ketika Rasulullah SAW bersiap-siap hendak berangkat perang menghadapi Bani Mustaliq. Beliau membuat undian untuk istri-istrinya, dan ternyata yang berhak menemani beliau dalam perjalanan tersebut adalah ‘Aisyah r.a kehilangan kalungnya, sehingga ia harus berbalik untuk mencarinya.

Sementara itu para pengangkat tandu mengira bahwa ‘Aisyah r.a sudah didalam tandunya. Maka berangkatlah mereka tampa Aisyah r.a setelah Aisyah r.a mengetahui tandunya sudah berangkat, dia duduk di tempatnya dan mengharapkan tandu itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat di tempat itu seorang sahabat Nabi, Safwan bin Mu’til al-Silmy. Ia menemukan seorang yang sedang tidur sendirian. Safwan pun terkejut ketika Aisyah r.a masih berada di dalam rumah-rumahan tertidur sendirian, ia pun mengajak Sayyidah Aisyah Ra bersama-sama pulang menuju Madinah.

Ketika Aisyah r.a smapai di Madinah terjadilah berita menggemparkan bahwa yang mana Sayyidah Aisyah Ra di tuduh berzina dengan Safwan bin Mu’til al-Silmy. Tuduhan itu di lontarkan pertama kali oleh Abdullah Bin Ubaid seorang Mufasiq.3

Mengenai keberadaan berita bohong (hoax) dalam islam bukanlah hal baru, bahkan dalam Alqur’an dan Hadis di singgung dengan jelas,

3 https://www.perwartanusantara.com ,kala Sayyidah Aisyah R.A Tertuduh Berzina. Rabu 16 Juni 2021, pukul 13:57 WIB.

(18)

bagaimana orang muslim harus waspada terhadap sebuah informasi atau berita yang berkembang. Allah berfirman dalm surat Al Hujurat ayat 6:

اَهُّيَأ اَي َنيِذَّلا اوُنَمآ نِإ مُكَءاَج قِساَف إَبَنِب اوُنَّيَبَتَف نَأ ُبي ِصُت م وَق او ةَلاَهَجِب ا اوُحِب صُت َف ىَلَع

اَم مُت لَعَف

َنيِمِداَن ( ٦ )

Artinya: “ Hai orang-orang yan beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada kaum tampa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(Qs. Alhujurat : 6).4

Hoax sebagai bentuk pembohongan terhadap publik yang merupakan perbuatan yang tidak di benarkan dalam islam, segala pembohongan baik pembohongan yang ditunjukkan untuk individu maupun pembohongan terhadap lembaga, organisasi, atau terhadap sekelompok masyarakat yang biasnya bertujuan untuk membentuk opini publik atau propokasi. Pembuat Hoax di golongkan sebagai pihak yang merugikan orang lain dan hoax di buatnya di kategorikan sebagai haditsul ifki atau berita bohong.

Pada ayat Al Quran Allah SWT menjelaskan:

4 Sofware Al Qur’an Al- Hujurat ayat 6

(19)

َّنِإ َنيِذَّلا اوُءاَج ِك فلإاِب ةَب صُع مُك نِم ُهوُبَس حَت لا ا ًّرَش مُكَل لَب َوُه ر يَخ مُكَل ِلُكِل ئ ِر ما مُه نِم اَم َبَسَت كا

َنِم ِم ثلإا يِذَّلا َو ىَّل َوَت ُه َر بِك مُه نِم ُهَل باَذَع ميِظَع ( ١١ )

لا وَل ذِإ ُهوُمُت عِمَس َّنَظ

َنوُنِم ؤُم لا ُتاَنِم ؤُم لا َو

مِهِسُف نَأِب ا ر يَخ اوُلاَق َو اَذَه ك فِإ نيِبُم ( ١٢ )

Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong Itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahakan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang di kerjakannya, dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”

“ mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata “ ini adalah suatu berita yang nyata” (Qs. An-Nur ayat 11- 12).

Selanjutnya Alquran juga melarang penyebar hoax atau berita bohong sepertinya hadist al-ifk, dan Allah mengancam bahwa penyebarannya akan mendapat siksa yang amat pedih, sesuai menurut Alquran dalam surat An-Nur ayat 19 berikut ini :

(20)

َّنِإ َنيِذَّلا َنوُّب ِحُي نَأ َعيِشَت ُةَش ِحاَف لا يِف َنيِذَّلا اوُنَمآ مُهَل باَذَع ميِلَأ اَي نُّدلايِف ِة َر ِخلآا َو َُّاللّ َو ُمَل عَي مُت نَأ َو لا

َنوُمَل عَت ( ١٩ )

Artinya : “ sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang- orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat, dan Allah mengetahui, sedang kmu tidak mengetahui (Qs. An-Nur:19).

Dengan hal ini, informasi yang di sebarkan oleh seseorang harus tepat dan benar. Kecermatan informasi dalam komunikasi masa juga bisa di lihat dari sejauhmana berita tersebut telah di lakukan dengan cermat, sehingga informasi atau berita yang di paparkan telah mencapai efisiensi.

Menyampaikan informasi atau berita secara cermat merupakan landasan pokok untuk tidak memberikan dampak negatif kepada masyarakat ketika mendapatkan suatu informasi atau berita.

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam tindakan yang mengarah pada pada perbuatan Bohong, fitnah dan sanksi bagi pelaku penyebaran berita hoax atau berita bohong dalam hukum Pidana Islam adalah Ta’zir.

Jika pelaku tindak pidana penyebaran berita hoaxs dalam Ta’zir dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), pelaku tindak pidana penyebaran berita hoax sepenuhnya di serahkan kepada Ulil Amri, baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh syarak. Pelaku tindak pidana pemberitaan hoax mendapat hukuman Ta’zir yang berupa hukuman

(21)

kawalan tidak terbatas dan hukuman kurungan tidak terbatas. Dalam hal ini, terhukum terus dikurung sampai ia menampakkan taubat dan baik pribadinya sampai ia mati.

Dalam kaidah fikih di sebutkan “al ghayatu laa tubarriru al- wasilah illa biddalil” bahwa untuk mencapai tujuan tidak boleh menggunakan segala cara kecuali dengan cara yang di benarkan dalil.

Sebagi sistem ajaran yang sempurna, islam memberikan bimbingan dan arahan kepada manusia dalam semua aspek kehidupan mereka, termasuk dalam hal menyikapi berita palsu atau hoax. Dalam hal ini dapat di perhatikan beberapa hal.

Pertama, masalah etika penyebaran berita. Islam mengajarkan tabayyun atau pengecekan sumber berita sebelum kita menyebarluaskan ke tengah masyarakat. Al Qur’an mengancam orang orang yang ikut-ikutan menyebarkan berita bohong, yaitu berita yang tidak jelas sumbernya dan asal usulnya. Allah Swt berfirman:

اَذِإ َو مُهَءاَج ر مَأ َنِم ِن ملأا ِوَأ ِف وَخ لا اوُعاَذَأ ِهِب وَل َو ُهوُّد َر ىَلِإ ِلوُس َّرلا ىَلِإ َو يِلوُأ ِر ملأا مُه نِم ُهَمِلَعَل

َنيِذَّلا ُهَنوُطِب نَت سَي مُه نِم

لا وَل َو ُل ضَف َِّاللّ

مُك يَلَع ُهُتَم ح َر َو ُمُت عَبَّتلا َناَط يَّشلا لاِإ لايِلَق ( ٨٣ )

Artinya: “dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul

(22)

dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja” (An-nisa ayat 83)

Dalam hadis, cukup banyak sabda Nabi Muhammad SAW, yang mengkritik keras pada orang yang asal copas dan sebar berita tanmpa pengecekan terlebih dahulu. Diantaranya ada yang menyebut sebagi pembohong dan da juga yang menyebut sebagai orang yang di benci oleh Allah Swt. Dalam hadist dari al- Mughirah bin Syu’ban, Nabi Saw bersabda “ Sesungguhnya Allah membenci tiga hal pada kalian:

menyebarkan kabar burung (katanya-katanya), pemborosan harta dan banyak bertanya. (HR Al-Bukhari Nomor 1477)

Kedua, sanksi bagi penyebar berita bohong. Pastinya informasi Hoax jelas mengarah pada kebencian dan fitnah. Orang beriman memiliki tanggung jawab untuk mengajak masyarakat pengguna media sosial untuk lebih cerdas dan berkemajuan dalam mencerna informasi yang beredar.

Karena ada perintah Allah yang mengajarkan akhlak dan adab tentang keharusan klarifikasi dan validasi sumber informasi. Jika sampai pada tahapan mendzalimi pihak lain, seperti pencenaran nama baik, atau perbuatan yang tidak menyenangkan, maka bisa berhadapan dengan Undang-undang, baik KUHP maupun UU ITE.

Pembuatan membuat berita Hoax digolongkan sebagai perbuatan yang merugikan orang lain yang di kenakan Hukuman Hudud yaitu

(23)

kencaman sebagi penyebar berita fitnah yang dalam hukum pidana islam di istilahkan dengan al-qazf karena al-qazf pada dasarnya adalah pemberitaan bohong yang di lakukan seseorang kepada orang lain. Hal ini terdapat pada makna Al-qazf secara bahasa yaitu berasal dari bahasa arab (Al-Qazf) bermakna melempar, menuduh, dan menyakiti dengan kata- kata, al qazf juga di katakan al-iftira (mebuat-buat berita) atau al-kazb (berdusta/berbohong). Tetapi Al-Qazf lebih di kaitkan para ulama fiqih pada kasus tuduhan zina.

Sedangkan untuk segala bentuk tuduhan di haramkan bagi setiap muslim seperti menuduh orang lain melakukan pencurian, menuduh orang lain baik individu maupun lembaga, menurut pandangan islam adalah pidana ta’zir.

Oleh karena itu permasalahan ini menarik untuk diteliti lebih lanjut dalam bentuk skripsi yang berjudul “PENYEBAR BERITA BOHONG (HOAX) SEBAGAI TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM”

B . Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Penyebar Berita Bohong di Pidana dalam Hukum Pidana Positif?

(24)

2. Pandangan Hukum Pidana tentang Penyebar Bohong sebagai Tindak Pidana.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk menjelaskan Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Pidana dalam Hukum Pidana Positif.

2. Untuk menjelaskan pandangan Hukum Pidana tentang Penyebar Berita Bohong sebagai Tindak Pidana.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Di harapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pemikiran selanjutnya dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan umumnya, khususnya kajian disiplin ilmu hukum yang berkaitan dengan penerapan sanksi terhadap pelaku Penyebar Berita Bohong (Hoax) dalam Hukum Pidana Positif Indonesia dan Hukum Islam.

2. Manfaat Praktis

(25)

a. Di harapkan dapat memberikan Kontribusi pemikiran untuk menjadi bahan alternatif pemikiran atau pertimbangan sebagai masukan bagi Pemerintah yang berkaitan dengan Penyebaran Berita Bohong (Hoax) sebagai Tindak Pidana dalam Perspektif Hukum Pidana Positif Indonesia dan Hukum Pidana Islam.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya IAIN Bukittinggi.

c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Satu (S1) pada Jurusan Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi.

E. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa kata yang terkandung dalam judul karja ilmiah ini diantarannya:

1. Tindak Pidana : merupakan perbuatan-perbuatan yang di larang oleh suatu aturan hukum yang dimana larangan tersebut di ikuti oleh sebuah sanksi atau ancaman berupa hukum pidana yang akan di jatuhkan kepada seseorang yang melanggar aturan tersebut.

2. Hukum Islam : segala peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum Muslim baik yang ditetapkan dengan Alquran maupun dengan Sunnah Rasul

(26)

3. Hukum Positif : kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia.

4. Hoax : pemberitaan palsu yakni usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita itu palsu.

Jadi, secara keseluruhan judul penelitian ini berarti bentuk pengetahuan terhadap hukum islam dan undang-undang terkait indakan yang di lakukan seseorang dalam menyebarkan berita bohong (hoax) yang berdampak buruk bagi masyarakat.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian/

atau penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti sehingga tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian atau penelitian yang telah ada. Pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan gambaran topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan harapan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.5

5Ilham Syaifullah. Fenomena Hoax Di Media Sosial Dalam Pandanagan Hermeneutika.Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.2018

(27)

Setelah melihat dan memahami berbagai skripsi di kalangan mahasiswa yang membahas tentang Penyebar berita bohong di media sosial cukup banyak, namun dalam penelusuran dari awal sampai akhir belum menemukan penelitian atau tulisan secara spesifik mengkaji tentang Penyebar berita bohong (Hoax) sebagai Tindak Pidana dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia dan Hukum Pidana Islam yang di dalamnya tentang pandangan hukum Islam dan Hukum Positif mengenai Pelaku Penyebar berita Bohong (Hoax).6

Dalam karya Ilmiah Ilham Syaifullah dari Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya 2018. Yang berjudul Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Hermeneutika, merupakan salah satu referensi dalam proposal skripsi ini. Skripsi ini membahas fokus tentang Hoax dalam pandangan Hermenutika saja, perbedaan dengan penelitian yang saya buat adalah fokus mengkaji tentang Tindak Pidana Penyebar Berita Hoax dalam hukum Islam dan Hukum Positif.

Yang kedua adalah karya Ilmiah Mahasiswa Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta tahun 2019. Yang berjudul Penerapan Sanksi Terhadap Pelaku Penyebar Berita Bohong, atau Hoax Di Media Sosial Perbandingan Hukum Positif dan Hukum Islam. Skripsi ini membahas tentang bagaimana penerapan sanksi pidana Terhadap pelaku Penyebar

6Anys Samara Umairah. Penerapan Sanksi Terhadap Pelaku Penyebar Berita Bohong, Atau Hoax di Media Sosial Perbandingan Hukum Positif dan Hukum Islam.

Jurusan Hukum Pidana Islam Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.2019

(28)

berita bohong atau hoax di media sosial Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam, perbedaan dengan penelitian yang saya buat adalah fokus mengkaji tentang Tindak Pidana Penyebar Berita Hoax dalam hukum Islam dan Hukum Positif.

Yang kedua adalah Jurnal dari Cheny Berlian Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Riau, merupakan salah satu referensi dalam proposal skripsi ini. Jurnal ini membahas tentang yang berjudul Sanksi Pidana Pelaku Pelaku Penyebar Berita Bohong dan Menyesatkan (Hoax) melalui Media Online, perbedaan dengan penelitian yang saya buat adalah lebih mendalami mengkaji tentang Tindak Pidana Penyebar Berita Hoax dalam hukum Islam dan Hukum Positif.

G. Metode Penelitian

Untuk memperolah data yang akurat penulis menggunakan Metodepenelitian yangdiantaranyan adalah:

1. Jenis Penelitian

Metode peneitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah library Research dan teknik Wawancara yaitu dengan membaca buku buku ilmiah, jurnal,serta,buku buku yang lain yang berkaitan dengan Penyebar Berita Hoax dalam Tindak Pidana Hukum Positif Indonesia dan Hukum Pidana Islam. Dengan itu metode kualitatif di pilih penulis sebab peneliti dapat memahami kasus yang sedang diteliti dengan informasi yang

(29)

relevan di perpustakaan dengan penguatan metode kelapangan untuk penguatan data.

2. Sumber Data

Sumber sekunder yaitu karya-karya para pakar hukum dan referensi- referensi lain yang memiliki keterkaitan dengan hukum yang efektif dan khusus mengenai Penyebar Berita Hoax dalam Tindak Pidana Hukum Pidana Positif Indonesia dan Hukum Pidana Islam. Urgensi sumber sekunder tentunya dimaksudkan sebagai bahan pembanding dalam rangka kepentingan analisis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pembahasan skripsi ini menggunakan metode pengkajian kepustakaan atau library research. Library research yaitu karya ilmiah yang didasarkan pada studi literatur atau pustaka. Oleh sebab itu, penulisan karya ilmiah ini akan dilakukan berdasarkan atas hasil studi terhadap beberapa bahan pustaka. Adapun yang digunakan pada tahap yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan mengunakan pola pikir deduktif yakni dengan mengungkapkan ketentuan dalam hukum positif, kemudian menjelaskan Pembuktian Pelaku Tindak Pidana Penyebar berita Hoax, serta

(30)

analisis hukum Islam dan hukum positif Indonesia dalam Tindak Pidana Penyebar berita Hoax.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi pembahasan karya tulis ini, penulis akan membagi pembahasan kedalam lima bab. Masing-masing bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam memahami isi pembahasan karya tulis ini, penulis akan membagi pembahasan kedalam lima bab. Masing-masing bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Bab Satu penulis akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab Dua penulis akan menjelasan mengenai Uraian Penyebar Berita Bohong (Hoaxs) Tindak Pidana dalam Hukum Positif Indonesia dan Hukum Pidana Islam. latar belakang terjadinya Penyebar Berita Hoax, Tujuan Penyebar Berita Hoax, Jenis-Jenis Penyebar berita hoax, dampak penyebaran berita bohong.

(31)

3. Bab Tiga yakni landasan konseptual tentang Hukum Pidana Islam secara Komprehensif, Hukum Positif secara Komprehensif, Tindak Pidana Secara Komprehensif.

4. Bab Empat merupakan hasil penelitian terhadap Penyebar Berita Bohong (Hoaxs) Tindak Pidana dalam Hukum Pidana Pos itif Indonesia dan Hukum Pidana Islam.

5. Bab Lima berisi tentang Kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya disertai saran dari penulis.

(32)

24 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Berita Hoaxs

Hoax menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan (KBBI) berita bohong. Kata Hoax berasal dari “hocus pocus” yang aslinya adalah bahasa latin “hoc est corpus”, artinya tubuh. Kata ini biasa digunakan penyihir untuk mengklaim bahwa sesuatu adalah benar, padahal belum tentu benar, hoax juga bnyak beredar di email, milis, BBM, dan lain-lain.

Hoax juga merupakan sebuah pemberitaan palsu dalam usaha untuk menipu atau mempengaruhi pembaca atau pengedar untuk mempercayai sesuatu, padahal sumber berita mengethui bahwa berita yang disampaikan adalah palsu tidak berdasar sama sekali.7

Perlu di garis bawahi suatu berita bohong dengan mudah tersebar luas dengan waktu yang terbilang singkat, karena kebanyakan dari setiap individu itu sendiri ikut menyebarluaskan berita tersebut tanpa mengetahui kebenarannya. Beberapa berita bohong (hoax) biasanya berisikan suatu konten yang bisa membuat masyarakat sekitar jadi salah paham dan akhirnya timbulah kegelisahan di tengah-tengah masyarakat akan berita yang telah beredar tersebut.

7 Supriyadi ahmad. Hoax Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum positif, (FSH UIN Syarif Hidayatullah) Vol. 5 No.3 2018, hal 291-306

(33)

Berita Bohong (Hoax) adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu yang biasanya digunakan dalam media sosial, misalnya Facebook, tweeter, Whatsapp, blog, dll. Setidaknya ada empat macam hoaxs yang sering beredar di masyarakat melaui media internet. Pertama cerita yang di latar belakangi pada masa lampau yang boleh jadi tidak benar tetapi di anggap benar karena di ceritakan oleh masyarakat secara turun temurun.

Kedua, Glorifikasi dan demonisasi. Glorifikasi adalah melebih- lebihkan sesuatu agar tampak hebat, mulia dan sempurna, sebaliknya demonisasi adalah mempersepsikan sesuatu seburuk mungkin seolah tidak ada kebaikanya sedikitpun. Ketiga, kabar bohong atau informasi yang dibuat-buat atau informasi yang sama sekali tidak mengandung keakuratannya. Keempat, berita sesat, yaitu informasi yang faktanya di campur adukkan, dikemas dengan sedemikian rupa sehingga seolah-olah berita tersebut benar terjadi di suatu daerah tertentu.

Sampai batas tertentu hoax bisa menimbulkan dampak yang membahayakan bila mengarah pada terjadinya ketakutan, tindakan kekerasan, hingga perpecahan. Sebuah negara pun bisa berantakan karena penyebaran berita hoaxs yang massif. Kemunculan berita hoaxs di Indonesia semakin banyak salah satunya pada saat pemilihan umum Presiden. Saat itu hoax banyak beredar di masyarakat. Dewan Pers Indonesia menilai Hoax memiliki rentang yang sangat lebar, mulai dari

(34)

yang setir untuk menyindir sampai yang di publikasikan melalui berbagai informasi. Awalnya masyarakat mencari kebenaran atas informasi melalui media mainstream. Namun saat ini hoax justru masuk kedemensi lain di media sosial. 8

Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan bahwa hoax merupakan bagian dari era keterbukaan yang harus dihadapi. Presiden meminta seluruh pihak menghentikan penyebaran hoax dan fitnah yang dapat memecah bangsa, terutama yang beredar media sosial. Sementara Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum, dan Keamanan (Menkom Polhukam), Wiranto mengatakan masyarakat akan di rugikan dengan banyaknya persebaran berita yang tidak jelas, diantaranya, dengan adanya keraguan terhadap segala informasi yang di terima, masyarakat menjadi bingung, kebingungan masyarakat ini dapat di manfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menanamkan kebencian sehingga berpeluang terjadi perpecahan dan permusuhan.9

Kemajuan dan ragam media komunikasi yang di miliki oleh masyarakat dan negara menghadapi efek hoax sebagai akibat Communication jammed yang terjadi di masyarakat, Communication jammed di sebabkan oleh perkembangan teknologi komunikasi yang tidak terkontrol lagi.

B. Latar Belakang Penyebaran Berita Hoax

Berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi seolah-olah di buat benar adanya. Tujuan Penyebaran Berita Bohong (Hoax) bertujuan untuk membuat opini publik, mengiring opini, membentuk persepsi juga untuk bersenang-senang yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial. Tujuan

8 Atik Astrini, Hoax dan Banalitas Kejahatan, Jurnal Transformasi, Volume II No.32, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Solo, 2017

9 Tansah Rahmatullah. Hoax Dalam Perspektif Hukum Indonesia. (UIN BANDUNG: Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol.8 No.2 September 2018

(35)

penyebaran berita bohong ada beragam pada umumnya hoax di sebarkan sebagai lelucon atau sekedar iseng, menjatuhkan pesaing, agitasi yang bersifat menghasut, politik, propaganda dan lainnya.

Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki, hoax sebuah pemberitaan palsu yang tujuannya untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu.

Berita bohong (hoax) berawal dari rasa kebencian oknum tertentu terhadap tokoh/etnis/instansi, yang selanjutnya di legitimisi kebenaran ini beritanya dengan menciptkan kebenaran baru sesuai kemaunya.10

Dapat disimpulkan bahwa berita bohong (Hoax) adalah sebuah berita atau informasi yang di buat oleh si pencipta berita, yang dimana berita tersebut seolah benar-benar terjadi adanya, berita bohong sengaja di sebarkan oleh pelaku karena alasan tertentu, biasanya ketidaksukaan penerbit berita terhadap tokoh tertentu, sengaja mengiring opini yang bisa saja membuat masyrakat menjadi resah padahal berita tersebut hanya akal- akal dari si pelaku.

C. Tujuan Penyebaran Berita Hoax.

10 M. Ravii Marwan Ahyad, Analisiss Penyebaran Berita Hoax,(Jurusan Ilmu Komunikasi: Universitas Gunadarma,h,6.

(36)

Berita bohong (Hoax) adalah berita bohong yang kebenarannya serta sumbernya tidak dapat di pertanggung jawabkan oleh siapapun bahkan oleh pelaku penyebar berita tersebut. Berikut tujuan penyebaran berita bohong (hoax) tersebar di masyarakat bahkan di jejaring sosial:11

1. Hanya sebuah humor demi kesenangan belaka. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk membuat dirinya merasa senang.

dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Orang-orang bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa di terima oleh nalar manusia lainnya dan tidak logis. Namun anehnya bisa membuat decak kagum yang lucu dan penuh fantasi.

2. Biasanya pelaku menyebarkan berita bohong hanyalah usaha untuk mencari sensasi di masyarakat. Biasanya untuk merebut perhatian masyarakat dengan sengaja memberikan konten lebay tanpa mempertimbangkan akibat yang akan terjadi setelah pelaku menyebarkan berita bohong tersebut.

3. Pelaku memang sengaja menggunakan berita bohong tersebut untuk mencari keuntungan dengan bekerja sama dengan oknum tertentu.

4. Pelaku penyebar berita bohong tersebut sengaja menyudutkan pihak tertentu. Keadaan ini sering di lakukan oleh pelaku saat sedang berlangsungnya pemilihan kepala daerah, pemilihan gubenur, dan pemilihan presiden. Bahkan banyak manusia

11 Ibid.

(37)

menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan jabatan tertinggi.

5. Pelaku menyebarkan berita bohong Sengaja menimbulkan keresahan dan keonaran. Saat situasi mulai tidak bisa terkendali, saat kondisi sedang kacau balau di dalam masyrakat. Beberapa orang memanfaatkan kondisi ini untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

D. Jenis-Jenis Penyebar Berita Bohong (Hoax)

Berita Bohong (Hoax) mempunyai beberapa jenis antara lain adalah:12

a. Fake News Berita yang menggantikan atau membuat kebohongan dari berita yang yang sebenarnya atau berita yang fakta. Berita ini bertujuan untuk memasukkan ketidakbenaran dalam suatu berita atau informasi. Penyebar berita bohong biasanya menambahkan hal-hal yang tidak benar dan membuat suatu berita itu semakin baik serta semakin buruk. Sehingga menimbulkan banyak fitnah yang terjadi di kalangan masyarakat akibat berita bohong tersebut, dan kebanyakan masyarakat yang menerima begitu saja berita tersebut berasal dari masyrakat yang memiliki pendidikan rendah, bahkan

12 Dedi Rianto Rahardi, perilaku pengguna dan informasi Hoax di media sosial(jurusan manajemen:universitas merdeka malang, vol,5, No 1, 2017

(38)

mereka mudah saja menerima berita tersebut tanpa di saring terlebih dahulu.

b. Clickbait (tautan jebakan) Tautan yang di letakkan secara strategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik orang untuk masuk ke situs lainnya. Konten di dalam tautan ini sesuai fakta namun judulnya di buat berlebihan.

c. Confirmation bias (bias konfirmasi) Adalah suatu kecendrungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaan serta mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya.

Kesalahan pemikiran ini menyebabkan penarikan kesimpulan yang salah dan merintangi pembelajaran yang efektif.

d. Misinformation Adalah informasi palsu yang sengaja di sebarkan untuk menipu. Yang mungkin juga tidak di sengaja e. Satire Adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran

terhadap suatu keadaan atau merujuk seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.

f. Post-truth (pasca kebenaran) Adalah budaya politik yang perdepatannya lebih mengutamakan emosi dan keluar dari inti kebijakan.

g. Propaganda Adalah rangakaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau

(39)

sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang di rancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.13 E. Dampak Penyebaran Berita Bohong

Menurut Dedi Rianto Rahardi Dampak merupakan akibat, imbas atau pengaruh yang terjadi (baik itu negatif atau positif) dari sebuah tindakan yang di lakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan kegiatan tertentu. 14Semaraknya berita bohong (hoax) di media sosial, telah memberikan dampak yang begitu signifikan, baik itu positif ataupun negatif.

Setelah di telusuri dari berbagai macam artikel atau jurnal yang membahas tentang dampak penyebaran berita bohong (hoax) ada yang membahas bahwa penyebaran berita bohong ada yang berdampak positif akan tetapi penulis lebih sepakat bahwa penyebaran berita bohong tidak ada yang berdampak positif di karenakan penyebaran berita bohong adalah suatu hal yang merugikan bagi masyrakat khususnya yang ada di Indonesia.

Disini penulis akan menjelaskan apa saja dampak negatif dari penyebaran berita bohong (hoax) sebagai berikut:

1. Merugikan suatu pihak, judul atau isi berita yang tidak akurat dapat menuai berbagai opini negatif, tentu opini negatif ini akan dapat merugikan pihak yang bersangkutan, dan terjadi

13 Dedi Rianto Rahadi. Perilaku pengguna dan informasi hoax di media sosial.(Universitas Presiden, Vol. 5, No,1, 2017)

14 Siti Nurul Azizah, Hoax Di Media Sosial, “(ttp)”, “(tp)”, “(tth)”

(40)

kesalahpahaman terhadap semua orang, sehingga mengakibatkan kekacauan oleh beredarnya berita tersebut.15 2. Memberikan reputasi buruk terhadap seseoang yang

bersangkutan, dan terjadinya pencemaran nama baik terhadap pihak yang bersangkutan akibat berita yang tidak benar tersebut.

3. Suatu berita yang tidak akurat jika tidak di teliti akan berdampak buruk bagi semua orang, sebab isi berita bohong (Hoax) yang merugikan tersebut bisa membuat image seseorang yang di tujukan oleh si pelaku menjadi jelek dan ketika sudah viral tidak ada yang mau bertanggungjawab.

4. Menyebarkan informasi yang salah, jangan langsung percaya dengan judul berita yang terkesan ilmiah, coba di cek dulu sumber dan keaslian sumber daripada berita tersebut. Jangan sampai menjadi gagal informatif.

Menyebarkan berita bohong merupakan perbuatan dosa yang dosanya terus mengalir walaupun sipelaku telah meninggal dunia, menyebarkan berita bohong sama dengan fitnah dan ghibah. Selain menjadi dosa yang terus mengalir, menyebarkan berita bohong akan memberikan dampak buruk bagi si pelaku baik di dunia maupun di akhirat.

15 Ricky Firmansyah, Klarifikasi Berita Untuk Meminimalisir Penyebaran Berita Hoax, Jurnal Informatika, No 2 (September 22,2017),h, 231.

(41)

Membuat dan menyebarkan berita bohong dengan tujuan untuk menimbulkan perpecahan, keonaran. Artinya berita tersebut di buat tidak sesuai dengan fakta yang ada, tetapi untuk menciptakan fakta negatif pada diri seseorang. Menyebarkan berita bohong sama dengan memupuk dan merawat dosa, sebab menyebarkan fitnah berati menebar atau menabur benih-benih kejahatan di muka bumi selama benih itu terus tumbuh dan menyebar, maka selama itulah dosa nya akan terus mengalir.

(42)

34 BAB III

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Hukum Pidana Islam Secara Komprehensif.

1) Pengertian.

Menurut Mardani pengertian hukum pidana islam terdapat tiga istilah dalam pengertian hukum pidana Islam, yaitu Jarimah, Jinayah, Ma’shiyat.16

a. Jarimah.

Hukum pidana islam dalam bahasa arab di sebut dengan jarimah atau jinayah. Secara etimologis jarimah berasal dari kata jarama-yajrimu-jarimatan, yang berarti “berbuat” dan memotong. Secara terminologois, jarimah yaitu larangan- larangan syara’ yang di ancam oleh Allah dengan hukuman hudud dan Ta’zir. Dalam hukum positif jarimah di artikan dengan peristiwa pidana, tindak pidana, perbuatan pidana atau delik.

b. Jinayah.

Secara etimologis, Jinayah berasal dari kata jan-yajni- jinyatan, yang berarti berbuat dosa. Secara Terminologis jinayah yaitu perbuatan yang di larang oleh syara, baik perbuatan itu merugikan jiwa, harta benda atau lainnya.

16 Mardani. Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Perdana Media Group, 2019), hal 1-3

(43)

Menurut Muhammad Daud Ali,17 Hukum jinayat, yaitu hukum yang menganut aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun jarimah ta’zir

Menurut Abdul Qadir Audah, dalam terminologi syara’

mengandung pembahasan perbuatan pidana yang luas, yaitu pelanggaran terhadap jiwa, harta atau yang lainnya. Selain itu terdapat fukaha yang membatasi istilah jinayah kepada perbuatan yang diancam dengan hukuman Hudud dan kisas, tidak termasuk perbuatan yang di ancam dengan hukuman ta’zir.

c. Ma’shiyat

Istilah ma’shiyat dalam hukum pidana islam mengandung makana melakukan perbuatan-perbuatan yang di haramkan maupun yang dilarang oleh hukum. Sehingga istilah ma’shiyat hanya mencakup unsur perbuatan yang dilarang oleh hukum untukdilakukan.

2) Sumber-Sumber Hukum Pidana Islam a. Al- Qur’an

Alqur’an adalah sumber jaran islam yang pertama, Al- Qur’an mengatur hukum yang berkaitan dengan kepercayaan dan ibadah kepada Allah yang bersifat Vertikal dan Hukum-Hukum

17 Muhammad Dawud Ali, Hukum Islam: Pengantar Hukum Islam dan Tata HukumIslam Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, cet 6,1898),h,51

(44)

yang berkaitan dengan interaksi kemanusiaan yang bersifat horizontal. Al-Qura’an sebagai sumber dari segala hukum yang berhubungan dengan kehidupan sosial, kemasyarakatan, termasuk persoalan jinayah.

b. Sunnah

Sunnah Nabi Muhammad Saw, Merupakan Sumber ajaran Islam yang kedua, karena, hal-hal yang diungkapkan oleh Al- Qur’an Yang Bersifat umum atau memerlukan penjelasan, maka Nabi Muhammad Saw menjelaskan melalui Sunnah.

Sunnah adalah perbuatan, perkataan, dan perzinan Nabi Muhammad Saw. contoh hadist Nabi Mengenai Hukum Pidana Islam.

c. Ar-Ra’yu

Ar-Ra’yu atau penalaran adalah sumber ajalan islam yang ketiga. Penggunaan akal (penalaran) manusia dalam menginterpretasi ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah yang bersifat umum. Metode ijtihad sangatlah bermacam-macam, mulai dari Ijma’ atau yang lebih dikenal dengan kesepakatan para ulama. Qiyas, istihsan, Maslahah Mursalah, Sadduz Dzariah, Urf.

3) Ruang lingkup Hukum Pidana Islam

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian hukum pidana islam besreta sumber-sumber hukum pidna islam, maka dapat di

(45)

ketahui bahwa ruang linkup pembahasan hukum pidana islam meliputi dua aspek, yaitu aspek pidana dan aspek hukuman. Aspek tindak pidana meliputi aspek unsur dan syarat tindak pidana serta klasifikasi tindak pidana. Sedangkan aspek hukuman terdiri dari aspek pertanggung jawaban, klsifikasi hukuman, dan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan dan gugurnya hukuman.

4) Unsur- unsur Hukum Pidana Islam.

Di dalam hukum Islam, suatu perbuatan tidak dapat dihukum, kecuali jika terpenuhi semua unsur-unsurnya, baik unsur umum maupun unsur khusus. Unsur unsur umum itu adalah:

a. Rukun syar’i (yang berdasarkan syara’) atau di sebut juga unsur formal, yaitu adanya nash syara’ yang jelas melarang perbuatan itu di lakukan jika di lakukan akan dikenai hukuman. Nash Syara’ ini menempati posisi yang sangat penting sebagai azaz legalitas dalam Hukum Pidana Islam, sehingga di kenal suatu prinsip la hukma li af’al al- uqula”qal warud an-nass (tidak ada hukum bagi perbuatan orang yang berakal sebelum datang nya nas) b. Rukun maddi atau di sebut juga unsur material, adanya

perbuatan pidana yang di lakukan.

c. Rukun Adabi atau unsur moril, yaitu pelaku perbuatan itu dapat diminta pertanggung jawaban hukum, seperti anak

(46)

kecil, orang gila atau orang terpaksa, tidak dapat di hukum. 18

3. Macam- macam Jinayah (Hukum Pidana Islam) dari Segi Berat Ringannya hukuman.

Di tinjau dari segi beratnya hukuman jarimah dapat di bagi menjadi tiga bagian antara lain:

a. Jarimah Qisas dan diyat

Jarimah qisas dan diyat adalah hukuman yang sudah di tentukan oleh syara’. Perbedaan dengan Hukuman had adalah bahwa had merupakan Hak Allah, sedangkan qisas dan diyat adalah hak manusia (individu).

Dalam hubungannya dengan hukuman qisas dan diyat maka pengertian hak manusia disini adalah bahwa hukuman tersebut bisa di hapuskan atau di maafkan oleh korban atau keluarganya. Dengan demikian maka ciri khas dari jarimah qisas dan diyat itu adalah

1) Hukuman sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah di tentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal atau maksimal.

2) Hukuman tersebut merupakan hak perorangan (individu), dalam arti bahwa korban atau keluarganya berhak memberikan pengampunan terhadap pelaku.

18 H. Marsaid, Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam), (Palembang: CV Amanah cet 1 2020) h, 57.

(47)

jarimah qisas dan diyat ini hanya ada dua macam yaitu pembunuhan dan penganiayaan.

Sebenarnya masih banyak pendapat lain yang membagi pembunuhan kepada lima bagian seperti Mazhab Hanabillah, yang membedakan hanya pengembangan dan pembagiannya oleh mayoritas para fuqaha, penulis berpatokan pada pendapat Islamul Haq beliau juga membagi pembunuhan menurut jumhur ulama.

a. Pembunuhan sengaja, pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan di mana perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa itu di sertai dengan niat membunuh korban. Sanksi untuk pembunuhan sengaja ini penulis membagi menjadi tiga yaitu hukuman pokok, hukuman pengganti dan hukuman konsekuensi.

b. Pembunuhan menyerupai sengaja, pelaku sengaja melakukan tindakan melampaui batas dan penganiayaan terhadap seseorang dan orang itu memang di maksudkan sebagai sasaran tindakan, dengan menggunakan sesuatu yang biasanya tidak sampai mematikan, lebih tepatnya seperti memukul dengan cambuk, tamparan tangan yang keras. Dalam pembunuhan menyerupai sengaja ini pelaku tidak di ancam hukuman qisas tetapi berkewajiban membayar diyat mughallazah (diyat berat).

(48)

c. Pembunuhan tersalah, pembunuhan yang terjadi tanpa ada maksud dan keinginan sama sekali baik tindakannya itu sendiri maupun korbannya, seperti orang yang bermaksud menembak binatang buruan namun justru tembakan itu mengenai orang lain hingga mengakinatkan orang itu meninggal. Dalam kasus ini pelaku tidak terkena ancaman qisas tetapi berkewajiban membayar diyat mukhaffafah (diyat ringan)19

Penganiayaan dalam Hukum Pidana Islam dikenal dengan istilah jinayah ‘ala ma duna al-nafs atau tindak pidana atas selain jiwa. Penulis mengutup salah satu pendapat para ulama yaitu Menurut Abdul Qadir Audah, di katakan bahwa penganiayaan adalah setiap perbuatan yang menyakiti orang lain yang mengenai badannya tetapi tidak sampai menghilangkan nyawanya.

Penulis menyimpulkan bahwa Jarimah penganiayaan tindakan yang melawan hukum atas badan manusia, baik itu berupa pemotongan anggota badan, pelukaan ataupun pemukulan sedangkan jiwa orang tersebut masih tetap. Sehingga dalam hukum pidana islam Jarimah penganiayaan ini termasuk kedalam jarimah qisas dan diyat.

Dengan demikian pelaku kekerasan fisik boleh di berikan sanksi sama persis dengan tindak pidana yang di lakukann terhadap korban.

19 Islamul Haq, fiqh Jinayah, (Parepare : IAIN Parepare Nusantara Press, cet 1, 2020) hal 36-43

(49)

b. Jarimah Hudud

Menurut H. Marsaid jarimah hudud adalah jarimah yang di ancam dengan hukuman had. Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah di tentukan oleh syara’ menjadi hak Allah (hak masyarakat).20

Menurut Islamul Haq 21jarimah Hudud adalah jarimah yang telah di tentukan batas, jenis, jumlahnya, dan hukuman itu merupakan hak Allah dengan pengertian hukuman itu tidak bisa di tambah, di kurangi oleh siapapun dan tidak mempunyai batas tertinggi atau terendah.

Menurut Imam Syafi’i jarimah yang wajib dihukum Had ada 7 yaitu : zina, qadzaf (menuduh zina), sariqah (pencurian), syurb al-khamar, hirabah (perampokan), riddah (murtad), al- bagyu (pemberontakan). Sedangkan menurut Imam Hanafi hudud hanya ada lima macam yang telah di tetapkan dalam Al-Qur’an yaitu : zina, sariqah, syurb al-khamar, qath’u thariq, dan qadzaf.

c. Jarimah ta’zir

Menurut mardani jarimah ta’zir secara terminologis berasal dari kata “azar” yang berarti mencegah, menghormati,

20 H. Marsaid, Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam), (Palembang: CV Amanah cet 1 2020) h 60.

21 Islamul Haq, fiqh Jinayah, (Parepare : IAIN Parepare Nusantara Press, cet 1, 2020) h 56.

(50)

dan membentuk.22 Menurut Sayid Sabiq,ta’zir yaitu hukuman yang tidak ada ketentuan dalam nash, ia merupakan kebijakan pemirintah.23

B. Hukum Positif Indonesia Secara Komprehensif.

1. Pengertian Hukum

Menurut Rahman Syamsudin hukum itu bukanlah sekedar kumpulan atau penjumlahan peraturan-peraturan yang masing-masing berdiri sendiri. Hukum merupakan sistem berarti hukuman itu merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh terdiri dari bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain.24

Hukum dalam Bahasa Inggris di sebut “law” dalam bahasa perancis disebut “droit”, dalam bahasa Belanda di sebut “recht”, dan dalam bahasa Arab di sebut “Syari’ah”. Para sarjana hukum dan ahli membuat rumusan yang berbeda beda tentang hukum menurut sudut pandang dan rasa bahasa masing-masing.

Berikut pengertian Hukum menurut para ahli hukum. Penulis membagi beberapa para ahli:

a. Menurut Utrecht

22 Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, Cet 1, 2019), h 12.

23 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 2, (Mesir: Dar al-Fikr, T.th.), h. 302.

24 Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta:Kencana, Cet 1, 2019), h 2.

(51)

“Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu”

b. Menurut A. Ridwan Halim

“Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan di akui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat”

b. Sunaryati Hartono

“Hukum itu tidak menyangkut hukum pribadi seseorang, akan tetapi menyangkut dan mengatur berbagai aktifitas manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya, atau dengan perkataan lain, hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di dalam hidup bermasyarakat.”

Dari pemaparan tentang defenisi Hukum di atas penulis menyimpulkan bahwa Hukum adalah suatu peraturan-peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib dalam hidup bermasyarakat yang berlaku dan di akui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam anggota masyarakat.

2. Sumber-sumber Hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas media sosial sebagai sebuah media informasi ataupun promosi dipetakan secara gamblang oleh Israel Garcia (2011) dalam “Model Teori Integrasi Sosial

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, 67% deposan tetap menyimpan melebihi batasan penjaminan dengan dasar kepercayaan terhadap sistem syariah sebagai alasan dasar

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa penerapan reward dan punishment itu sangat penting untuk membentuk karakter siswa, karena dengan adanya reward dan

[r]

Surat Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 443/0619/BPD tanggal 10 februari 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Terbentuknya Undang-Undang PKDRT yang disahkan pada tanggal 22 Sepetember 2004 tidak terlepas dari peran pemerintah di dalamnya karena Undang- undang

Berdasarkan berberapa penjelasan di atas maka, hal tersebut penting untuk diteliti karena dengan menggambarkan keadaan sosial ekonomi buruh musiman pengangkut gula,

Dengan adanya hipoksia menyebabkan terjadinya proses apoptosis yang berlebihan, sehingga invasi trophoblas ke dalam miometrium menjadi dangkal dan remodeling arteri