• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN KONSEPTUAL

B. Hukum Positif Indonesia Secara Komprehensif

1. Pengertian Hukum

Menurut Rahman Syamsudin hukum itu bukanlah sekedar kumpulan atau penjumlahan peraturan-peraturan yang masing-masing berdiri sendiri. Hukum merupakan sistem berarti hukuman itu merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh terdiri dari bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain.24

Hukum dalam Bahasa Inggris di sebut “law” dalam bahasa perancis disebut “droit”, dalam bahasa Belanda di sebut “recht”, dan dalam bahasa Arab di sebut “Syari’ah”. Para sarjana hukum dan ahli membuat rumusan yang berbeda beda tentang hukum menurut sudut pandang dan rasa bahasa masing-masing.

Berikut pengertian Hukum menurut para ahli hukum. Penulis membagi beberapa para ahli:

a. Menurut Utrecht

22 Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, Cet 1, 2019), h 12.

23 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 2, (Mesir: Dar al-Fikr, T.th.), h. 302.

24 Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta:Kencana, Cet 1, 2019), h 2.

“Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu”

b. Menurut A. Ridwan Halim

“Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan di akui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat”

b. Sunaryati Hartono

“Hukum itu tidak menyangkut hukum pribadi seseorang, akan tetapi menyangkut dan mengatur berbagai aktifitas manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya, atau dengan perkataan lain, hukum mengatur berbagai aktivitas manusia di dalam hidup bermasyarakat.”

Dari pemaparan tentang defenisi Hukum di atas penulis menyimpulkan bahwa Hukum adalah suatu peraturan-peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib dalam hidup bermasyarakat yang berlaku dan di akui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam anggota masyarakat.

2. Sumber-sumber Hukum.

Dalam buku pengantar hukum Indonesia jilid dua. Secara garis besar terdapat dua sumber hukum, yaitu sumber hukum material, dan sumber hukum formil.25

Hukum materil adalah segala sesuatu yang mempengaruhi isi hukum. Contohnya perkembangan teknologi zaman kini, maka di perlukan UU yang mengatur Teknologi Informasi.

Sumber hukum Formil adalah sumber hukum yang dilihat dari bentuknya. Hukum formil dapat dibagi dalam:

a. Hukum Undang-Undang, adalah hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undang, atau hukum yang bersumber dari undang-undang karena adanya ketentuan undang-undang mengikat sebagai hukum.

b. Hukum kebiasaan dan hukum adat, adalah hukum yang bersumber dari kebiasaan atau timbul karena adanya kebiasaan (dalam suatu masyarakat) yang mengikat dan ditaati, hukum ini mengikat bagi negara-negara yang mengadakan perjanjian tersebut.

c. Hukum yurisprudensi, adalah hukum yang bersumber atau di bentuk dari keputusan hakim yang telah bersifat tetap, dan dapat dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam menghadapi masalah yang serupa.

25 Muhammad Bakri, Pengantar Hukum Indonesia: Pembidangan dan Asas-Asas Hukum, (Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press), cetakan kedua, Maret 2015), h, 3.

d. Hukum ilmu/doktrin, adalah hukum yang lahir atau bersumber karena adanya suatu doktrin atau sesuatu yang dikonsepsikan oleh kalangan ilmu hukum yang terkenal karena pengetahuannya.

3. Bentuk-bentuk Hukum

Menurut Muhammad Bakri. Bentuk hukum dapat dibagi dalam:

a. Hukum Tertulis, adalah hukum yang tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan secara resmi telah di umumkan berlakunya oleh pemerintah.

b. Hukum tidak tertulis, adalah hukum yang hidup dan ada dalam pengetahuan, keyakinan, dan kesadran hati masyrakat dan keberlakuannya ditaati sebagai kaidah hukum. Contoh adalah Hukum Adat.26

4. Hukum Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya hukum di bagi dalam:

a. Hukum yang memaksa, dikenal dengan nama dwigend recht, adalah hukum yang dalam keadaan konkret harus ditaati.

Kelompok hukum ini secra tegas dan mutlak menggariskan hal-hal yang harus dipatuhi secara penuh oleh setiap orang tanpa dapat disimpangi sedikitpun, kecuali alasan sungguh-sungguh dan dapat dibenarkan oleh hukum itu sendiri.

26 Ibid.,

b. Hukum yang mengatur (aanvulend recht atau regelend recht), adalah hukum yang dalam keadaan konkretnya dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang diadakan oleh para pihak.

Dengan demikian, hukum yang mengatur ini adalah hukum yang pada dasarnya hanya memberikan pedoman atau petunjuk cara yang baik untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, dan tidak berisi paksaan bagi orang yang mengikutinya.

5. Hukum menurut isinya.

Menurut Siti Hamidah hukum dapat di bagi kedalam 2 (dua) bidang, yaitu hukum publik dan hukum privat.

a. Hukum publik yaitu.

hukum yang mengatur hubungan antara dengan alat-alat atau perlengkapan negara atau hubungan antara negara dan warga negara. Hukum ini bersifat terbuka artinya negara akan menidak siapapun yang melakukan tindakan melanggar hukum.

Jadi hukum ini mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan-perbuatan yang diharuskan dan dilaranng oleh perundang-undangan dan berakibat diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/ atau denda bagi pelanggarnya.

Selain hukum pidana, hukum publik terdiri dari. Hukum Tata Negara (HTN) yaitu hukum yang mengatur bentuk susunan pemerintahan suatu negara serta hubungan kekuasaan

antara alat-alat perlengkapan satu sama laindan hubungan negara (pemerintah pusat) dengan bagian-bagian negara.

b. Hukum Privat

Hukum privat adalah hukum yang mengatur kepentingan pribadi. Contoh ranah hukum privat adalah Hukum Perdata, yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-individu dalam masyarakat dengan segala tertentu. Hukum Perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil, salah satu contoh hukum Perdata dalam masyarakat adalah jual beli rumah atau kendaraan.

Walau hukum publik dikenal sebagai mengatur kepentingan umum, tidak berarti hukum publik tidak mengatur kepantingan pribadi.

Karena hukum publik secara tidak langsung juga mengatur kepentingan pribadi atau individu yang merupakan bagian dari kepentingan umum tersebut. Jadi secara garis besar sebenarnya hukum publik adalah hukum yang mengutamkan pengaturan kepentingan umum, dalam arti secara langsung mengatur kepentingan umum, dan secra tidak langsung mengatur kehidupan kepentingan pribadi. Demikian juga hukum privat. Walau isinya mengutamakan kepentingan pribadi daripada masyarakat, secara tidak langsung juga mengatur kepentingan umum.

6. Hukum Positif Indonesia a. Pengertian Hukum Positif

Pada penjelasan kali ini penulis akan menjabarkan pengertian hukum positif, sebelumnya telah di bahas apa itu hukum, disini lebih di fokuskan pada Pembahasan mengenai Hukum Positif.

Hukum Positif dalam terminologi hukum positif bersal dari istilah

“positive recht” (Belanda). Terminologi “hukum positif” di pergunakan untuk membedakannya dengan Terminologi hukum yang akan ada (ius constituendum).

Menurut Bagir Manan Hukum positif adalah sederet asas dan kaidah hukum yang berlaku saat ini, berbentuk keadaan lisan maupun tulisan yang keberlakuan hukum tersebut mengikat secara khusus dan umum yang di tegakkan oleh lembaga peradilan atau pemerintahan yang hidup dalam suatu negara.27 Deskripsi hukum positif yang demikian memberikan pengertian bahwa hukum positif terdiri atas hukum tertulis, dalam arti hukum yang sengaja diadakan oleh lembaga atau organ yang memiliki otoritas untuk membentuk hukum, dan hukum yang terbentuk dalam proses kehidupan masyarakat tanpa melalui penetapan oleh lembaga atau organ yang memiliki otoritas membentuk hukum.

Pendapat ini berbeda dengan pandangan John Austin, yang menyatakan bahwa hukum positif terkait dengan hal yang ditetapkannya hukum oleh sebuah kekuasaan yang berwenang membentuk hukum.

Deskriptif hukum positif yang demikian memberikan pengertian bahwa

27 http://tesishukum.com pengertian hukum positif menurut para ahli, diakses pada 06 Mei 2021 pada pukul 09.21 WIB.

hukum positif merupakan perintah dari pembentuk Undang-Undang atau penguasa. Hukum merupakan perintah bagi mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau memiliki kedaulatan.

Jadi dapat di simpulkan bahwa dapat di katakan hukum positif, di perlunya ada lembaga pembentuk formal, mekanisme (prosedur) pembentukan secara formal, dan memiliki bentuk formal tertentu. Untuk dapat di katakan sebagai hukum positif, norma hukum itu harus berisikan perintah dan larangan dari pihak yang berwenang.

Untuk memperkuat pemahaman tentang hukum positif, yang dimana sebagai bentuk produk yang berwenang membuat hukum, dan sekaligus untuk membedakannya dengan norma yang lain, maka perlu dipahami tentang ciri-ciri hukum positif sebagai berikut”28

a. Ditetapkan oleh kekuasaan yang berwenang.

b. Berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dpat diamati, dan bukan apa yang ada dalam ide

c. Merupakan hasil rasionalisasi, dan bukan berasal dari wahyu atau kekuasaan supranatural.

d. Memiliki keberadaan tertentu, yang lazim dikenal dengan keberlakuan hukum, baik secara yuridis, evaluatif, maupun keberlakuan secara empiris.

28 Slamet Suhartono, Hukum Positif Problematika Penerapan dan Solusi Teoritiknya, (DiH: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 15, No 2, Agustus 2019-Januari 2020), h, 203.

e. Memiliki bentuk, struktur, dan lembaga hukum tertentu.

f. Memiliki tujuan yang dicapai.

Pemahaman berdasarkan paparan di atas maka yang dimaksud dengan hukum positif menitikberatkan pada segi formalitas hukum, baik formalitas pembentukannya, prosedur pembentukannya, maupun produk yang di hasilkan oleh proses pembentukan yang di lakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Satu hal yang diketahui bahwa berlakunya Hukum Positif di batasi oleh kondisi yang ada pada masa saat ini maupun pada masa yang akan datang. Sehingga di kenal dengan Hukum Positif Indonesia, Hukum Positif Malaysia, Hukum Positif Filipina dan sebagainya.

Menurut Ratna Artha Windari istilah “Hukum Indonesia” yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di Negara Indonesia pada waktu sekarang. Hukum yang berlaku pada waktu sekarang disebut “hukum positif”, artinya hukum yang di positifkan berlaku untuk masyarakat tertentu dan dalam waktu tertentu. Hukum positif juga disebut dengan istilah “ius constitutum” yang mana artinya hukum yang sudah ditetapkan untuk di berlakukan saat ini pada suatu tempat tertentu, atau negara tertentu. 29

7. Unsur- Unsur Hukum Positif

29 Ratna Artha Windari, Pengantar Hukum Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2017, Ed 1, Cet.1), h 6.

Aturan hukum disebut juga hukum positif, unsur-unsur hukum positif yaitu sebagaib berikut:

a. Hukum positif mengikat secara umum atau khusus

Mengikat secara umum adalah aturan hukum yang berlaku secara umum yaitu perundang-undangan (UUD, UU, PP, Peraturan Daerah), hukum adat, hukum yurisprudensi, dan hukum agama yang di jadikan atau diakui sebagai hukum positif seperti hukum perkawinan (Undang-Undang No 1 Tahun 1974). Mengikat secara khusus adalah hukum yang mengikat subjek atau objek tertentu saja, yaitu yang secara keilmuan (Ilmu Administrasi Negara).

b. Hukum positif di tegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan.

Selain aturan umum dan khusus yang telah di sebutkan, manusia juga ditur dan tunduk pada peraturan adat-istiadat (hukum kebiasaan), hukum agama (sepanjang belum menjadi hukum positif), dan hukum moral, hukum kebiasaan, hukum agama, atau hukum moral yang tergantung pada orang perorangan dan sikap kelompok masyarakat yang bersangkutan. Negara dalam hal ini pemerintah dan pengadilan tidak mempunyai kewajiban hukum untuk mempertahankan atau menegakkan hukum tersebut. Tetapi tidak berarti hukum

kebiasaan, hukum agama, atau hukum moral, tidak mempunyai kekuatan sebagai hukum positif.30

8. Tujuan Hukum Positif di Indonesia.

a. Untuk mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan mencegah terjadinya kekacauan.

b. Hukum tidak hanya diperuntukkan dan ditaati oleh masyarakat saja, tetapi juga di patuhi oleh pejabat negara.

c. Pencegah supaya setiap orang tidak main hakim sendiri atas orang lain atau dirinya sendiri.

d. Hukum positif bertujuan apabila ketentuan-ketentuan hukum itu dilanggar maka bagi si pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan atau lembaga berwenang .

Dalam pemaparan yang telah di jelaskan bahwa hukum yang di sedang berlaku di Indonesia jumlahnya sangat banyak, sehingga sampai saat ini belum ada seorang pun yang mengetahui secara pasti berapa jumlah hukum yang sedang berlaku di indonesia itu, namun secara garis besar hukum yang berlaku di Indonesia dapat di kelompokkan menjadi kedalam tiga bagian besar, yaitu:

1) Hukum yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang.

Hukum ini dinamakan dengan hukum tertulis atau peraturan perundang-undangan.

30 Ibid.,7

2) Hukum yang terbentu melalui putusan pengadilan hakim.

Hukum ini dinamakan yurisprudensi.

3) Hukum yang terbentuk melalui kebiasaan dan hukum adat.

Masing-masing komponen (bagian) dari hukum yang sedang berlaku di Indonesia itu, saling berhubungan dalam arti saling melengkapi dan saling mempengaruhi, untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga merupakan satu sistem yaitu sistem hukum Indonesia.

Dalam ilmu hukum di kenal adanya tiga macam keberlakuan hukum, yaitu:

1) Berlaku secara Yuridis/Normatif/Formal, yaitu hukum itu merupakan bagian dari suatu sistem hukum.

2) Berlaku secra sosiologis/berlaku secara faktual, yaitu ketentuan hukum itu benar-benar ditaati/dipenuhi oleh anggota masyarkat sehingga, perilaku anggota masyrakat mengacu pada/sesuai dengan ketentuan hukum.

3) Berlaku secara filosofis, yaitu ketentuan hukum itu sesuai dengan etika/nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Dokumen terkait