• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi hutan yang sangat menyedihkan sekarang diperparah dengan maraknya pertambangan batubara di dalam kawasan hutan; termasuk hutan lindung, seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan. Tidak kurang dari 100 juta ton batubara diproduksi pada tahun 2008.

Adanya peraturan kebijakan yang menyertai pengelolaan sumber daya alam juga diyakini memerparah kondisi hutan. Contoh tersebut dapat dilihat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No 2 tahun 2008. Pasal 1 ayat 2 berbunyi, “Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan formula

PNBP = (L1 x tarif ) + (L2 x 4 x tarif ) + (L3 x 2 x tarif ).” Dalam hal ini:

L1 = area terganggu karena penggunaan kawasan hutan untuk sarana prasarana penunjang yang bersifat permanen dan bukaan tambang selama jangka waktu penggunaan kawasanjangka waktu penggunaan kawasan hutan (ha),,

L2 = area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang bersifat temporer yang secara teknis dapat dilakukan reklamasi (ha),

L3 = area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang bersifat permanen yang secara teknis tidak dapat dilakukan reklamasi (ha).

Dari formula itu dapat disimak bahwa hutan yang rusak secara permanen (L3) dibayar lebih murah dibandingkan dengan hutan yang rusak secara sementara atau temporer (L2). Yang sementara dikali dengan 4, tetapi yang permanen hanya dikali dengan 2. Apa yang akan terjadi, ketika pemakai hutan melaporkan bahwa dalam penggunaan hutan, mereka merusak secara permanen semua? Tentu saja pendapatan negara menjadi tidak optimal (Udiansyah et

al., 2009).

Ketika pendapatan negara tidak optimal dan distribusinya kepada masyarakat belum adil dan merata, skema baru dimunculkan. Skema itu terdiri atas Tanggung-jawab Sosial Perusahaan (Corporate

Social Responsibility, CSR) dan Imbal Jasa Lingkungan (Payment Environmental Services, PES).

Awalnya, ide CSR muncul ketika perusahaan memberikan secara ikhlas keuntungan mereka kepada masyarakat yang tidak mendapat perlakuan dari pemerintahnya. Namun, di Indonesia ide tersebut telah bergeser menjadi suatu kewajiban dengan terbitnya UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 15 UU pertama berbunyi, “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan” dan pasal 74 ayat 1 UU kedua menyebutkan, “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.”

Seyogyanya, pendapatan negara dari pengelolaan sumber daya alam adalah sebesar (Udiansyah et al., 2009)

PN = TP – TB – KN – PM

Dalam hal ini, PN = pendapatan Negara, TP = total pendapatan, TB = total biaya, KN = keuntungan normal, dan PM = pengembalian modal.

Namun, sayangnya penetapan pendapatan negara tersebut sekarang belum mempunyai dasar akademik sama sekali. Misalnya yang berkaitan dengan dasar penetapan kenapa sewa hutan lindung tiga juta rupiah per hektar dan kenapa royalti batubara 13,5%. Jika penetapan negara dari pengelolaan sumber daya alam telah ditetapkan sebagaimana di atas dan dikelola serta didistribusikan sebagaimana mestinya, maka Insya Allah skema CSR dan PES tidak diperlukan.

Penutup

Untuk merencanakan dan menjalankan perencanaan hutan dengan sempurna diperlukan profesionalisme sarjana kehutanan. Cirisumberdayamanusia(SDM)yangprofesionaladalahmempunyaiiri sumber daya manusia (SDM) yang profesional adalah mempunyai (1) pengetahuan, (2) keahlian, dan (3) moral atau kejujuran. Ketiga ciri tersebut harus merupakan satu kesatuan yang utuh.

Ketika ciri nomor 3 tidak terpenuhi, maka seseorang belum merdeka dalam arti subyektif dan akan menyalahgunakan arti kemerdekaan itu, seandainya dia diberi hak kemerdekaan dalam masyarakat. Kejanggalan-kejanggalan yang muncul kemudian adalah sebagai berikut.

1. Manusia pintar merdeka untuk ngibuli manusia bodoh, dan si bodoh merdeka untuk dikibuli si pintar.

2. Manusia kaya merdeka untuk mengeksploitasi si miskin, dan si miskin merdeka untuk dieksploitasi si kaya.

3. Manusia kuat merdeka untuk memerbudak si lemah, dan si lemah merdeka untuk diperbudak si kuat.

4. Yang sangat mengkhawatirkan, ketika si kaya, si kuat dan si pintar itu bersatu untuk mengibuli si bodoh, untuk mengeksploitasi si miskin, dan memerbudak si lemah.

Jika kejanggalan-kejanggalan itu benar, maka diyakini pedoman inventarisasi tidak terlaksana dengan sempurna, data yang diperoleh bias, dan pada gilirannya, perencanaan hutan yang disusun keliru. Itu artinya kita sedang merencanakan suatu kegagalan dari Pengelolaan Hutan Berkelanjutan.

Dari itu semua, Allah membuktikan kebenaran firmannya dalam surah Al Baqarah ayat 11 – 12. “Dan bila kepada mereka

dikatakan, “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi.� Mereka menjawab; “Tidak, kami bahkan membuat perbaikan�. Sungguh, merekalah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadari�.

Ucapan Terima Kasih

Sebelum mengakhiri pidato ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah banyak membantu saya selama menempuh pendidikan, memotivasi saya sehingga memeroleh penghargaan sebagai Guru Besar, serta mengizinkan saya menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang dalam, saya sampaikan kepada guru-guru di SD Negeri Berangas Pulau Laut Timur Kotabaru, SMP Negeri 1 Kotabaru, dan SMA Negeri Kotabaru, tempat saya menuntut ilmu tingkat pendidikan dasar dan menengah. Mereka telah membekali saya ilmu-ilmu dasar dan pengetahuan untuk hidup mandiri. Waa bil khusus, terima kasih untuk almarhum Djamal Suyatno, Guru Matematika saya di SMP Negeri 1 Kotabaru, yang membimbing dan menyediakan waktu kursus privat matematika secara gratis, khusus untuk saya.

Penghargaan dan ucapan yang sama juga dihaturkan kepada para dosen di tingkat pendidikan tinggi (S1, S2, dan S3), khususnya para dosen pembimbing skripsi, tesis, ataupun disertasi, terlebih kepada Ir. Rachmat Hidayat, M.Agr. yang sungguh-sungguh membimbing dan memberikan nilai kehidupan kepada saya; Dr. Ir. Satyawati Hadi yang membekali saya ilmu terapan dan selalu membayarkan SPP untuk saya; Prof. Dr. Ir. H. Endang Suhendang, M.S., Pembimbing Utama tesis saya, yang mencurahkan ilmunya dan juga membekali saya ilmu terapan dengan memberikan kesempatan kepada saya mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung serta membiayai penelitian tesis saya di Riau; serta Prof. Dr. Romulo A. del Castillo, pembimbing utama disertasi saya, dan keluarganya yang sangat familiar baik kepada saya pribadi maupun kepada keluarga saya.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pemimpin Fakultas Kehutanan dan Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan izin kepada saya untuk melanjutkan sekolah

S2 dan S3. Secara khusus, ucapan tersebut disampaikan kepada almarhum Prof. Ir. H. Yus’a Anward, M.S., mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat, yang telah memberikan rekomendasi yang sangat penting, berupa jaminan pembiayaan, sehingga saya dapat melanjutkan S3. Tanpa rekomendasi tersebut mustahil Pemerintah Indonesia memberikan izin kepada saya.

Penghargaan juga ingin saya sampaikan kepada Senat Universitas Lambung Mangkurat, yang memberi kesempatan kepada saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan ini; rekan-rekan, baik staf dosen maupun staf administrasi di Fakultas Kehutanan, sahabat-sahabat, dan kawan-kawan lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, yang langsung atau tidak langsung merangsang saya untuk belajar, berfikir, dan bertindak; serta panitia pelaksana yang telah menyelenggarakan acara ini dengan sukses.

Yang paling utama, saya juga ingin menyampaikan penghargaan, hormat, dan cinta yang suci, kepada almarhumah Ibunda dan almarhum Ayahanda saya. Atas doa mereka yang tak henti-hentinya dan ikhlas, saya dapat berdiri di podium yang terhormat ini. Hal sama saya sampaikan kepada Nenek saya tercinta yang kini terbaring uzur di tempat tidur. Beliau memelihara dan mendidik saya terutama ketika di Sekolah Dasar. Di desa Ayahanda dan Ibunda saya tinggal, tidak terdapat SD pada saat itu.

Cinta, penghargaan, dan terima kasih saya sampaikan juga untuk isteriku tercinta yang selalu ikhlas menjadi single parent ketika saya menempuh studi S2 dan S3 serta anak-anakku, Rahmi Maydina dan Sriyunia Anizar yang cantik dan yang selalu mendorong dan memberikan semangat agar saya dapat segera menyelesaikan studi dan berprestasi.

Pada kesempatan yang sangat baik ini, saya bermohon dan sangat berharap kepada hadirin dan hadirat. Jika sekiranya hadirin melihat dan mendengar bahwa saya telah bersikap dan bertindak

tidak seperti layaknya seorang Guru Besar, maka segeralah

klarifikasi, tegur dan/atau nasihati saya. Akhirnya saya mohon maaf jika sekiranya dalam pidato pengukuhan ini terdapat kalimat yang tidak pantas diucapkan oleh seorang Guru Besar, karena saya baru belajar menjadi Guru Besar.

Billahit taufiq wal hidayah, wassalaamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

DAFTAR PUSTAKA

International Tropical Timber Organization. 2005. Revised ITTO criteria and indicators for the sustainable management of tropical forests including reporting format. ITTO Policy

Development Series No �5.

Prihanto, B. 1987. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Tanaman Jati

�Tectona Grandis L.F.� di KPH Randblatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi (tidak dipublikasi). Bogor: Fakultas

Kehutanan IPB.

Resvandri. 1988. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Mangrove di

Kuala Seblat Propinsi Daerah Tingkat I Riau. Skripsi (tidak

dipublikasi). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Siswanto, B.E. 1988. Tree volume table for Shorea spp. in Rokan Forest District Riau Sumatera. For. Res. Bull., (500):1–18. Suhendang, E. 1985. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Alam

Hujan Tropika Dataran Rendah di Bengkunat Propinsi Daerah Tingkat I Lampung. Tesis (tidak dipublikasi). Bogor: Program

Pascasarjana IPB.

Udiansyah, 1994. Penggunaan Struktur Tegakan dalam Menduga

Beberapa Macam Dimensi Tegakan Hutan Tidak Seumur.

Tesis (tidak dipublikasi). Bogor: Program Pascasarjana IPB. Udiansyah. 1999. Growth and �ield Modeling for Logged-over

Dipterocarp Stands Using Implicit and Average Stand Models. Dissertation (unpublished). Los Banos: University of

the Phillippines at Los Banos, Ph.D.

Udiansyah. 2000. Model volume pohon pada hutan bekas tebangan.

Udiansyah. 2007. Revegetation stand valuation on the ex coal mining area of PT Adaro Indonesia. Jurnal Agritek, (15):163–167. Udiansyah, L. Fatah, dan Khairunnisa. 2009. Forest Rent Valuation

for Coal Mining Activity in South Kalimantan, Indonesia.

Singapore: Interim Report Economy and Environment Program for Southeast Asia.

Wahyono, D. dan K. Soemarna. 1985. Model pendugaan isi pohon meranti (Shorea spp) di KPH Barito Utara Propinsi Kalimantan Tengah. Bull. Pen. Hut., (466):12–45.

Wahyono, D., R. Atmawijaya, dan L. D. Saryono. 1994. Stem volume estimation model of Shorea parvifolia Dyer based on the integration of taper equations in Kalimantan. For. Res. Bull., (559):1–18.

EKSPERIMENTASI PROVENAN