• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan dalam Penerapan Multiguna Hutan

Beberapa pendekatan mungkin dapat dilakukan dalam menerapkan multiguna hutan di Kalimantan Selatan.

1. Redesain kurikulum.

Perlu adanya redesain kurikulum dalam ilmu kehutanan yang mengarah pada pengembangan pemahaman dan implementasi multiguna hutan sebagai upaya pelestarian hutan

tropis dan pemanfaatannya secara bertanggung jawab serta optimal demi kesejahteraan masyarakat.

2. Meningkatkan peran serta masyarakat lokal.

Hutan tropis sangat beragam dan demikian pula dengan berbagai macam masyarakat yang memandang hutan sebagai sumber mata pencaharian dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Beragam kepentingan tersebut menyebabkan terjadinya tumpang tindih pada sistem pengelolaan tradisional, akses penduduk lokal terhadap kawasan budaya, lahan hutan, barang dan pekerjaan; pengelolaan industri untuk papan dan tanaman perkebunan; dan usaha pemerintah dalam kegiatan pengelolaan dengan tujuan konservasi dan lainnya. Perlu dicari jalan keluar dalam pengelolaan hutan, sehingga keutuhan aspek ekologi dan kesejahteraan manusia dapat dipertahankan, selain upaya pemanfaatan hutan untuk memenuhi beragam kebutuhan.

Sejarah mencatat bahwa kebanyakan pendekatan pengelolaan hutan dilakukan secara konvensional melalui sistem top-down yang cenderung lebih memberikan suara dan wewenang pengawasan kepada kepentingan penguasa dan kurang memerhatikan kepentingan dan kebutuhan penduduk lokal. Hal ini mengakibatkan berkurangnya akses penduduk hutan terhadap sumber daya yang utama bagi kesejahteraan keluarganya. Suara mereka kurang terwakili dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan hutan, padahal keputusan yang dihasilkan sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.

3. Dukungan semua pemangku kepentingan (stakeholder).

Para peneliti dan manajer kehutanan harus mengakui penting dan lebihnya perhatian pada kepentingan beragam pemangku kepentingan dalam pemanfaatan hutan, sehingga perlu ditampilkan gambaran memadai tentang berbagai variasi di dalam maupun di antara kelompok pemangku kepentingan, terutama penduduk hutan setempat. Ketidakseimbangan kekuatan dan batasan akses berdasarkan gender, etnis, tingkat kesejahteraan, dan perbedaan lainnya dapat menutup kemungkinan keterlibatan masyarakat yang mempunyai interaksi sangat dekat dengan hutan dan banyak memberikan sumbangan

yang berarti terhadap sistem pengelolaan hutan secara efektif.

4. Penerapan kebijakan secara tepat.

Kebijakan di sektor kehutanan dan perdagangan hasil hutan dinilai sangat lambat dalam menanggapi perubahan keadaan dan seringkali bertolak belakang dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan hutan lestari dan kesejahteraan manusia. Sebagian dari hal ini disebabkan oleh lemahnya mekanisme kelembagaan dan alat yang digunakan dalam menanggapi permasalahan di atas. Oleh sebab itu, diperlukan kebijakan tepat untuk mendukung pengembangan multiguna hutan tersebut.

5. Menetapkan perlindungan hutan dan merehabilitasi hutan lindung yang rusak.

Menjadikan kawasan hutan berfungsi secara ekologis melalui penetapan kawasan perlindungan hutan merupakan bagian dari strategi pengelolaan hutan. Selain sangat penting dalam upaya mengawetkan keanekaragaman hayati dan manfaat lainnya, bagaimanapun juga, kawasan perlindungan sering dijadikan isu karena persaingan antar-berbagai kepentingan dan ketidaksenangan menyangkut pembatasan pemanfaatan sumber dayanya. Hutan lindung yang telah rusak direhabilitasi intensif dan terkontrol dengan tanaman yang tepat sesuai dengan kondisi tanah dan besarnya lahan terbuka. Masyarakat diberi kesempatan untuk menanam multipurpose species pada kawasan hutan rakyat.

6. Perlu adanya penelitian yang terintegrasi mengenai HHBK.

Untuk menjawab paradigma baru sektor kehutanan, isu strategis, tantangan, dan peluang bagi pembangunan sumber daya yang tersedia, perlu dibuat konsepsi/inovasi strategi penelitian HHBK yang terintegrasi di Kalimantan Selatan. Bagi keperluan penelitian dan pengambil keputusan, konsepsi ini dapat dimanfaatkan dalam rangka penyusunan rencana jangka pendek, menengah, dan panjang pembangunan produk HHBK di Kalimantan Selatan. Tujuannya adalah pemberdayaan dan peningkatan sumber daya hutan, ekonomi rakyat, dan pendapatan bagi daerah. Keluaran dari konsepsi/inovasi strategi penelitian HHBK ini adalah program penelitian HHBK yang

dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian untuk menghasilkan teknologi tepat guna baik berupa insentif maupun diversifikasi. Kegiatan ini diharapkan dapat mengakomodasi semua permasalahan produk HHBK (inventarisasi, budidaya, produktivitas, mutu, dan diversifikasi produk, sosial ekonomi, pemberdayaan masyarakat, peraturan perundang-undangan, dan diversifikasi sosial-ekonomi). Dampaknya akan bermuara pada penyediaan teknologi, pembangunan ekonomi, pemberdayaan sosio-budaya, pelaksanaan aspek pelestarian, dan peningkatan pandangan positif terhadap produk HHBK.

Kesimpulan

Pemahaman dan pelaksanaan multiguna, multifungsi dan multikepentingan hutan sudah sangat mendesak untuk dikembangkan dalam rangka melestarikan hutan tropis dan pemanfaatan hasil yang berkesinambungan untuk kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan HHBK merupakan salah satu upaya melaksanakan multiguna hutan. Potensi ini berpeluang cukup besar diterapkan di Kalimantan Selatan.

Perguruan tinggi khususnya fakultas kehutanan yang mencetak sarjana-sarjana kehutanan harus melakukan redesain kurikulum yang berlaku sekarang untuk mengubah paradigma “hutan untuk produksi kayu” menjadi paradigma “multiguna hutan”.

Penerapan konsep Close to Nature Forest dalam pengelolaan hutan tropis merupakan salah satu cara untuk memertahankan hutan tropis Indonesia.

Ucapan Terima Kasih

Dalam kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda Drs. H. Yusuf Azidin dan Ibunda Hj. Siti Fatimah, yang selalu mendoakan, mendukung, dan mengarahkan saya agar menjadi orang yang baik dan berguna bagi masyarakat. Hal yang sama juga saya sampaikan kepada saudara-saudara saya yang selalu mendoakan dan mendukung kerja keras saya selama ini,

isteri saya tercinta Ir. Dewi Yuliarti yang selalu memberikan motivasi, mendukung, dan mendoakan saya untuk terus berprestasi, serta anak saya tersayang Adi Perdana Arifin yang selalu tabah, sabar dan pengertian saat saya menunaikan tugas belajar di Jerman, saya ucapkan terima kasih.

Terima kasih kepada DAAD Jerman yang telah memberikan beasiswa kepada saya untuk menempuh program Doktor di Goettingen University, Jerman. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga saya haturkan kepada guru-guru saya: Prof. Dr. Ralf Mitloehner, Prof. Dr. H. J. Weidelt, Prof. Dr. Gravernhorst, Prof. Dr. Christopt Klein, Dr. Ludwiq Kammesheid, Prof. Dr. Volster, serta guru-guru saat saya kuliah di Universitas Lambung Mangkurat, di SMAN I Banjarmasin, SMPN 2 Seroja Banjarmasin, dan SDN Swa Cipta Meratus Banjarmasin.

Terima kasih kepada teman-teman saya yang turut membantu saat saya studi di Jerman: Frans B., Siva, Kindeya, Leti Sundawati, Nyinyi, dari Waldbau Institut fuer Tropen, dan Frau Berthol (sekretaris Prof. Dr. Weidelt) yang telah banyak membantu selama saya studi di Goettingen University.

Ungkapan penghargaan dan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Rektor/Ketua Senat dan seluruh Anggota Senat Universitas Lambung Mangkurat, Dekan Fakultas Kehutanan dan Anggota Senat Fakultas Kehutanan, dan juga kawan sejawat dan sivitas akademika.

Akhirnya, perkenankanlah saya menyudahi pidato pengukuhan ini dengan ucapan Alhamdullilah rabbil ‘alamin. Terima kasih atas segala perhatian, kehadiran, serta kesabaran hadirin yang saya muliakan dalam mengikuti pidato pengukuhan Guru Besar ini. Apabila ada tutur perkataan serta sopan santun perbuatan yang kurang berkenan di hati para hadirin, saya mohon maaf sebesar-besarnya dan setulus hati.

Wabillahittaufiq wal hidayah, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.