merupakan satu rangkaian tatanan kehidupan yang tidak bisa dilepas antara satu sama lain. Meskipun dalam Pandangan tarjih Muhammadiyah dalam bidang ibadah dan mu’amalah, ada segi-segi prinsip yang berbeda di antara keduanya, di mana dalam hal ibadah pandangan Muhammadiyah terlihat kaku dan tegas, dengan tidak mentoleriratau berpegang kepada salah satu madzhab, tetapi hanya berpegang kepada al-Qur’an dan petunjuk Rasul-Nya. Ketegasan Muhammadiyah dalam bidang ibadah dilandasi dengan hasratnya yang kuat untuk menghindari perselisihan pendapat yang tidak pernah berkesudahan.
Semestinyalah dalam masalah ibadah ini tidak akan terjadi perubahan, dengan berubahnya masa atau zaman. Shalat di masa Nabi, sama dengan shalat di masa sekarang, kecuali dalam hal-hal tertentu, itupun telah pula disyari’atkan. Jalan satu-satunya berpeganglah kepada madzhab yang satu, yaitu madzhab Rasulullah Swt.
Dalam hal-hal yang menyangkut mu’amalah duniawiyah lebih fleksibel, lebih lentur, bahkan bisa jadi pandangan Muhammadiyah yang sekarang belum tentu sama dengan pandangannya di hari sebelumnya atau
dikemudian harinya. dalam hal ibadah pandangan Muhammadiyah terlihat kaku dan tegas, dengan tidak memtolerir, atau berpegang kepada salah satu madzhab, tetapi hanya berpegang kepada Al-Qur’an dan petunjuk Rasul-Nya. Kelenturan Muhammadiyah dalam memahami persoalan mu’amalah, dikarenakan masalah mu’amalah terus berkembang sepanjang perkembangan masa atau zaman itu sendiri.
Sehubungan dengan sangat pentingnya pembahasan tentang ibadah, maka Lajnah Tarjih telah mencurahkan perhatian yang besar dalam masalah ibadah ini.Terjadinya banyak khilafiyah dalam masalah-masalah ibadah sangat mengkhawatirkan Muhammadiyah.Maka dalam hal ibadah ini, Muhammadiyah berpegang teguh kepada tuntunan Rasulullah SAW.tanpa memberikan tambahan ataupun pengurangan sedikitpun.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam mengambil keputusannya, Muhammadiyah mempunyai ciri khusus dalam masalah ibadah ini, yaitu tidak sebagaimana umumnya dalam kitab-kitab fikih, di mana terdapat syarat, rukun, dan mana yang wajib atau sunnat pada suatu macam rangkaian ibadah.semuanya tersusun dalam bentuk “tuntunan” tanpa menyebut status hukum dari perbuatan, perkataan, dan rangkaian ibadah tersebut. argumentasi yang dipegang oleh Muhammadiyah adalah bahwa terjadinya pokok pangkal yang menimbulkan perselisihan dalam masalah ibadah ini adalah karena para ulama terdahulu dalam menghukumkan sesuatu ibadah tersebut antara satu dengan yang lainnya berbeda.
Selanjutnya, bila ditanyakan bagaimana jika kita tidak mengamalkan salah satu tuntunan tersebut? Jawabnya, bersediakah kita melaksanakan ibadah sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah atau tidak.Apabila dijawab dengan sah atau tidak dalam mengamalkan tuntunan tersebut, berarti membuka tabir perselisihan kembali.
Antara ibadah dalam perspektif himpunan putusan tarjih Muhammadiyah ada segi-segi prinsip yang berbeda tetapi memiliki hubungan dan pengaruh yang cukup besar.
Tarjih berasal dari kata " rojjaha – yurajjihu- tarjihan ", yang berarti mengambil sesuatu yang lebih kuat.Menurut istilah ahli ushul fiqh adalah : Usaha yang dilakukan oleh mujtahid untuk mengemukakan satu antara dua jalan ( dua dalil ) yang saling bertentangan , karena mempunyai kelebihan yang lebih kuat dari yang lainnya .
Tarjih dalam istilah persyarikatan ,sebagaimana terdapat uraian singkat mengenai " Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhamadiyah " adalah membanding-banding pendapat dalam musyawarah dan kemudian mengambil mana yang mempunyai alasan yang lebih kuat."Pada tahap-tahap awal, tugas Majlis Tarjih, sesuai dengan namanya, hanyalah sekedar memilih-milih antar beberapa pendapat yang ada dalam Khazanah Pemikiran Islam, yang dipandang lebih kuat. Tetapi, dikemudian hari, karena perkembangan masyarakat dan jumlah persoalan yang dihadapinya semakin banyak dan kompleks,dan tentunya jawabannya tidak selalu di temukan
dalam Khazanah Pemikiran Islam Klasik, maka konsep tarjih Muhammadiyah mengalami pergeseran yang cukup signifikan.
Tersebut di dalam majalah Suara Muhammadiyah no.6/1355 (1936) hal 145 :
“ ….bahwa perselisihan faham dalam masalah agama sudahlah timbul dari dahulu, dari sebelum lahirnya Muhammadiyah : sebab-sebabnya banyak , diantaranya karena masing-masing memegang teguh pendapat seorang ulama tersebut di suatu kitab, dengan tidak suka menghabisi perselisihannya itu dengan musyawarah dan kembali kepada Al Qur’an , perintah Tuhan Allah dan kepada Hadits, sunnah Rasulullah.
Oleh karena kita khawatir, adanya pernyeknyokan dan perselisihan dalam kalangan Muhammadiyah tentang masalah agama itu, maka perlulah kita mendirikan Majlis Tarjih untuk menimbang dan memilih dari segala masalah yang diperselisihkan itu yang masuk dalam kalangan Muhammadiyah manakah yang kita anggap kuat dan berdalil benar dari Al qur’an dan hadits.
Inilah kemudian muncul kitab Masalah Lima tersebut meliputi :
1. Pengertian Agama (Islam) atau al Din , yaitu :
“Apa yang diturunkan Allah dalam Al Qur’an dan yang tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
2. Pengertian Dunia (al Dunya ):
“ Yang dimaksud urusan dunia dalam sabda Rasulullah saw : “ Kamu lebih mengerti urusan duniamu “ ialah :segala perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para nabi (yaitu perkara-perkara/pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan manusia
3. Pengertian Al Ibadah, ialah :
“Bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah,dengan jalan mentaati segala perintah-perintahnya, menjahuhi larangan-larangan-nya dan mengamalkan segala yang diijinkan Allah.
Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus ;
a. yang umum ialah segala amalan yang diijinkan Allah
b. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya,tingkatdan cara-caranyayangtertentu.
4. Pengertian Sabilillah, ialah :
“Jalan yang menyampaikan perbuatan seseorang kepada keridloaan Allah, berupa segala amalan yang diijinkan Allah untuk memuliakan kalimat (agama)-Nya dan melaksanakan hukum-hukum-Nya
5. Pengertian Qiyas, (Ini belum dijelaskan secara rinci baik pengertian maupun pelaksanaannya)
Peraturan dan penerapan himpunan putusan tarjih Muhammadiyah tentunya bertentangan dan memiliki pengaruh,baik internal maupun eksternal siswi yang menjalankan ketetapan ini. Mengingat bahwa penerapan himpunan putusan tarjih Muhammadiyah ini merupakan bagian dari ketetapan yang tentunya senantiasa siswa berpegang teguh pada ketetapan putusan tarjih Muhammadiyah selama berada dalam lingkungan sekolah, maupun berada di luar sekolah sekiranya siswa mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.maka tentunya dibalik itu semua memiliki dampak dalam kehidupan bagi siswa itu sendiri dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat kita lihat melalui dari tingkat pengamalan ibadah siswa dan kepribadian siswi mulai dari penampilan fisiknya, cara berbicara maupun berinteraksi langsung atau bergaul dengan teman, guru dan segi ibadahnya khususnya pada Allah Swt. Dan lain sebagainya. Jika mata pelajaran ke-Muhammadiyahan memiliki pengaruh terhadap tingkat pengamalan ibadah siswa, pertanyaannya apa saja pengaruh mata pelajaran ke-Muhammadiyahan terhadap tingkat pengamalan ibadah siswa itu?
Diawal penulis telah mengemukakan, bahwa ibadah merupakan perbuatan manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan menjalankan segala perintah-Nya dan mengamalkan segala perbuatan yang diizinkan-Nya. amalan yang diperintahkan Allah Swt. Sebagai satu ibadah yang boleh mendekatkan seoarang hamba dengan Tuhannya, melalui bukti pengorbanan yang dilakukan. hanya juga dianggap sebagai simbolik
kesedian hamba untuk mengorbankan apa sahaja demi kerana Allah, termasuklah sanggup mengorbankan dirinya demi menegakkan agama Allah yang tercinta. Di samping itu melatih diri kita supaya sentiasa ikhlas dalam beribadah, Melatih diri agar senatiasa bersedia untuk berkorban bila masa diperlukan demi menegakkan agama Allah dan Memulia serta mengagongkan satu syiar dari syiar-syiar agama Allah sebagai memenuhi tuntutan Allah. Al-Qur`an telah menyebutkan (Surah al-Hajj : ayat 32)
Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Kementrian Agama RI : 2007).
Syi'ar Allah yang dimaksud ialah segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat mengerjakannya.
Untuk lebih menjelaskan pengaruh Mata pelajaran ke-Muhammadiyahan terhadap tingkat pengamalan ibadah siswa maka dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang.ditinjau dari segi psikologis dan pendidikan.
a. Aspek psikologis
Secarapsikologis, yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,di antara faktor-faktor rohaniah yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
b. Aspek pendidikan
Mendidik adalah tugas semua manusia. Dalam arti formal pendidikan berwujud pertemuan antara si terdidik dengan pendidik dalam ruang tertentu dengan menggunakan kurikulum tertentu, dalam rangka mematangkan kecerdasan, mengembangkan potensi kejiwaan serta mendewasakan dalam bertingkah laku. pendidikan harus diletakkan dalam konteks yang luas. pendidikan dan salah satu jenis pendidikan yang mempengaruhi adalah pendidikan sekolah. Karena pendidikan sekolah sering diidentikkan dengan pendidikan keluarga
Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa mata pelajaran ke-Muhammadiyahan memiliki pengaruh kuat terhadap tingkat pengamalan ibadah perspektif HPTM pada siswa. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga sekolah dan masyarakat luas.
Oleh kerena itu, keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pertama dan utama. Makin bertambah usia manusia, peran sekolah dan masyarakat luas makin penting, namun peran keluarga tidak terputus begitupun dengan
sekolah mempunyai pengaruh yang besar tehadap perkembangan jiwa remaja.