HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. Apakah ibu membuang sampah pada 44 100 0 0 tempat pembuangan sampah umum ?
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa ibu membuang setiap hari dan
membuang
sampah pada tempat umum sebanyak 44 responden (100%). Tempat sampah yang
tidak kedap air sebanyak 12 responden (27,3%), tidak memiliki tutup
sebanyak 28 responden (63,6%).
Adapun kategori berdasarkan jawaban responden tentang sarana pengelolaan limbah
padat pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut ini.
Tabel 4.8. Kondisi Pengelolaan limbah padat pada Desa Bandar Utama
No Pengolahan Limbah Padat Jumlah Persentase (%)
1. Memenuhi Syarat 16 36,4
2. Tidak Memenuhi Syarat 28 63,6
Total 44 100,0
Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki sistem pengelolaan limbah padat pada Desa Bandar Utama yang terbanyak tidak
memenuhi syarat yaitu 28 orang (63,6%).
4.4. Kejadian Diare
Adapun kejadian diare pada Desa Bandar Utama dapat dilihat pada tabel 4.9.
berikut ini
Tabel 4.9. Kejadian Diare pada Desa Bandar Utama
No. Kejadian Diare Juml ah Persenta se (%) 1. Mengalami Diare 8 18,2 2. Tidak Mengalami Diare 36 81,8 Total 44 100.0
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mengalami diare
sebanyak 8 responden (18,2%). Adapun jawaban responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut
Ini
Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden tentang Kejadian Diare No. Pernyat aan Ya Tidak n % N % 1.
Apakah dalam sebulan
terakhir ini ada 8 18,2 3 6 81,8 anggota keluarga ibu
yang mengalami
2.
diare ?
Apakah anggota keluarga ibu BAB
lebih 8 18,2
3 6 81,8
3.
dari 3 kali dalam sehari ?
Apakah BAB-nya
encer ? 8 18,2
3 6 81,8
Dari Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa banyak responden yang tidak mengalami
diare. Hal ini terlihat dari sedikitnya responden yang k mengalami diare dengan
gejala BAB lebih dari 3 kali dalam sehari dan BAB-nya encer sebanyak 8 responden
(18,2%)
4.5. Bivariat
4.5.1. Hubungan antara Kecukupan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada
Desa Bandar Utama
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 36 orang yang memiliki kecukupan air bersih terdapat 2 orang yang mengalami diare (5,6%). Sedangkan dari 8 orang yang tidak memiliki kecukupan air bersih terdapat 6 orang yang mengalami diare (18,2%).
Tabel 4.11. Hubungan antara Kecukupan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Desa Bandar Utama
Sarana Air Kejadian diare Total
No. Diare Tidak Diare
Bersih p n % n % N % 1. Cukup 2 4,5 34 77,3 36 81,8 2. Tidak Cukup 6 13,6 2 4,5 8 18,2 0,001 Total 8 18,2 36 81,8 44 100
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecukupan air bersih dengan kejadian diare.
4.5.2. Hubungan antara Sarana Pembuangan Kotoran dengan Kejadian Diare
pada Desa Bandar Utama
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa dari 38 orang yang memiliki sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat terdapat 6 orang yang mengalami diare (13,6%). Sedangkan dari 6 orang yanng memiliki sarana pembuangan kotoran yang tidak memenuhi syarat terdapat 2 orang yang mengalami diare (4,6%).
Tabel 4.12. Hubungan antara Sarana
Pembuangan Kotoran dengan
Kejadian Diare pada Desa Bandar Utama
menggunakan uji exact fisher dengan
nilai p=0,297, p>0,05. Hal ini
menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana pembuangan kotoran dngan
kejadian diare.
4.5.3. Hubungan antara Kepadatan Lalat dengan Kejadian Diare pada Desa Bandar Utama
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa dari 32 rumah yang memiliki hasil pengukuran kepadatan lalat rendah terdapat 2 orang yang mengalami diare (4,5%). Sedangkan dari 12 orang yanng memiliki hasil pengukuran kepadsatan lalat sedang
Sarana Kejadi an diare Total p No Pembuanga n Diare Tidak Diare Kotoran n % n% N % 1. Memenuhi Syarat 6 13,6 3 2 72,7 3 8 8 6, 3 2. Tidak Memenuhi 2 4,6 4 9,1 6 1 3, 7 0,297 Syarat Total 8 18,2 3 6 81,8 4 4 1 0 0
terdapat 6 orang yang mengalami diare (13,6%).
Tabel 4.13. Hubungan antara Kepadatan Lalat dengan Kejadian Diare pada Desa Bandar Utama
Kejadian diare
Total
No Kepadatan Lalat Diare Tidak Diare
p n % n % N % 1. 0-2 = rendah 2 4,5 30 68,2 32 72,7 2. 3-5 = sedang 6 13,6 6 13,6 12 27,3 0,001 Total 8 18,2 36 81,8 44 100
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai=0,001,p<0,05 hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepadatan lalat engan kejadian diare.
4.5.4. Hubungan antara Pengelolaan Limbah Padat dengan Kejadian Diare
pada Desa Bandar Utama
Berdasarkan Tabel 4.14. dapat dilihat bahwa dari 16 orang yang memiliki sistem pengolahan limbah padat yang memenuhi syarat terdapat 3 orang yang mengalami diare (6,8%). Sedangkan dari 28 orang yanng memiliki sistem pengolahan limbah padat yang tidak memenuhi syarat terdapat 5 orang yang mengalami diare (11,4%)
Tabel 4.14. Hubungan antara sarana Pengelolaan Limbah Padat dengan Kejadian Diare pada Desa Bandar Utama
Pengelolaan Kejadian diare Total
No Diare Tidak Diare
Limbah Padat p n % n % N % 1. Memenuhi Syarat 3 6,8 13 29,6 16 36,4 2. Tidak Memenuhi 5 11,4 23 52,2 28 63,6 1 Syarat 8 18,2 36 81,8 44 100 Total
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square tidak terpenuhi sehingga menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p=1, p>0,05 hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengolahan limbah padat dengan
kejadian diare.
B. PEMBAHASAN
4.6. Distribusi Karakteristik
Responden (Umur dan Pendidikan) 4.6.1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap responden maka karakteristik responden dapat diuraikan sebagai berikut, bahwa responden pada penelitian ini paling banyak berumur ≥ 41 tahun yaitu 26 orang (59.1%). Menurut penelitian Eviyani (2007) bahwa tidak selamanya umur seseorang menentukan apa yang dia kerjakan dan bagaimana hasil pekerjaannya. Umur hanya menunjukkan seberapa lama dan seberapa kuat dia melakukan pekerjaannya tersebut.
4.6.2. Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 27 responden (61,4%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTP sebanyak 16 orang (36,4%) dan responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 1 orang (3.2%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya mempunyai taraf pengetahuan dan keterampilan yang semakin baik serta akan lebih mengerti tentang sesuatu hal. Hal ini juga sesuai dengan
Notoatmodjo (2003), yang mengemukakan bahwa manusia yang memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, dalam arti tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka akan semakin mengerti dan semakin mudah memahami manfaat dari suatu hal.
4.7. Analisis Univariat
4.7.1. Gambaran Sarana Air Bersih
Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan kecukupan air bersih sebanyak 38 responden (81.8%) sudah mencukupi kebutuhan air bersihnya. Hal ini dikarenakan air yang dimiliki masyarakat telah menunjang segala aktifitas yang dilakukan oleh penghuni baik mandi, cuci, dan kakus. Sebanyak 6 responden (18,2%) tidak mencukupi kebutuhan air bersihnya dikarenakan pada siang hari air tidak sampai pada rumah masyarakat yang terletak di bagian atas. Hal ini dikarenakan air yang datang debitnya rendah sehingga pompa air tidak dapat memompakan air sampai ke atas. Air bersih bersumber dari PAM dikarenakan Rumah Susun merupakan proyek yang dilakukan oleh pemerintah sehingga telah direncanakan sebelumnya sumber air yang digunakan bersumber dari PAM.. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut (Slamet, 2002).
4.7.2. Gambaran Sarana Pembuangan Kotoran/Jamban
Jumlah responden berdasarkan pembuangan kotoran/jamban sebanyak 38 responden (86,3%) telah memiliki sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan tingkat
pendidikan yang mereka peroleh kebanyakan pada tingkat pendidikan SMA sehingga mereka lebih mengerti dalam menjaga kebersihan jambannya. Sesuai dengan hasil inspeksi yang mana kebanyakan responden memiliki pembuangan kotoran/jamban berjenis leher angsa, jamban mudah dibersihkan, tidak terdapat kecoa dan lalat, lantai jamban yang berih, lantai kamar mandi kedap air dan memiliki alat pembersih jamban.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit diantaranya tipus, kolera, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan, juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehingga tidak terjadi penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja (Azwar, 1995).
4.7.3. Gambaran Tingkat Kepadatan Lalat
Hasil pengukuran tingkat kepadatan lalat pada Desa Bandar Utama terbanyak ialah pada tingkat rendah atau terdapat 0-2 lalat yaitu sebanyak 32 orang (72.7%) sehingga kepadatan lalat tidak menjadi masalah. Hal ini didukung oleh pengetahuan dan tindakan yang dilakukan responden. Dimana seluruh responden membuang sampah setiap hari serta sebagian kecil memiliki tempat sampah yang memilki tutup sehingga sangat kecil kemungkinan adanya lalat dikarenakan tidak adanya habitat yang disukainya. Lalat erat hubungannya dengan lingkungan dimana lalat akan berkembang biak dengan cepat apabila lingkungan mendukung atau lingkungan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dan sebaliknya lalat akan berkurang apabila tercipta lingkungan yang tidak memberikan suatu bentuk kehidupan lalat yaitu keadaan lingkungan yang bersih, sejuk dan kering (Depkes RI, Dirjen P2MPL, 2001).
4.7.4. Gambaran Pengelolaan Limbah Padat
Hasil analisis pengelolaan limbah padat pada Desa Bandar Utama terbanyak tidak memenuhi syarat yaitu 28 orang (63,6%). Hal ini didukung dengan persepsi di masyarakat bahwa memiliki tempat sampah saja sudah cukup baik meskipun tidak memiliki tutup. Namun masyarakat memiliki pengetahuan yang baik karena membuang sampah setiap hari sehingga tidak menyediakan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit. Sampah yang telah dibuang oleh masyarakat ke tempat umum akan diangkut oleh petugas kebersihan yakni setiap hari sekali pada pagi hari.
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulka bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya (Azwar, 1995).
4.8. Analisis Bivariat
1.8.1. Hubungan antara Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecukupan air bersih dengan kejadin diare. Penelitian ini sejalan dengan Wijayanti (2009)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare di daerah sekitar TPA sampah Bantar Gebang.
Kecukupan air bersih di Desa Bandar Utama kebanyakan sudah mencukupi kebutuhan, namun ada beberapa rumah yang tidak mencukupi kebutuhan akan air bersih. Hal ini dikarenakan sumber air yang terkadang tidak sampai ke rumah masyarakat yang terletak di lantai atas khususnya pada siang hari dikarenakan debit air yang kecil sehingga pompa air tidak dapat memompakan air ke aliran rumah bagian atas serta tidak adanya tangki air yang dapat menyimpan air. Sehingga di beberapa rumah yang tidak mencukupi air bersihnya terdapat masyarakat yang mengalami diare. Sesuai dengan Permenkes No. 416/Menkes/Per/1990 untuk keperluan air bersih tersebut harus memenuhi persyaratan yaitu (1) Kuantitas : tersedia air bersih minimal 138,5 liter/orang/hari (2) kualitas : tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia, dan bakteriologis) (3) kontinuitas : air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang membutuhkan air secara berkesinambungan.
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut (Slamet, 2002).
4.8.2. Hubungan antara Pembuangan Kotoran dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana pembuangan kotoran dngan kejadian diare. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Angeline (2012) yang menyatakan ada hubungan signifikan
antara jamban dengan keluhan diare Pembuangan kotoran/jamban yang dimiliki masyarakat kebanyakan telah memenuhi persyaratan jamban sehat yakni sudah menggunakan jenis leher angsa, memiliki air yang cukup, jamban mudah dibersihkan, tidak terdapat kecoa dan lalat, dan tersedia alat pembersih.
Hal ini dikarenakan masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan tingkat pendidikan yang mereka peroleh kebanyakan pada tingkat pendidikan SMA sehingga mereka lebih mengerti dalam menjaga kebersihan jambannya serta di dukung dengan semakin baiknya jamban yang dijual-belikan dipasaran yang mana semua jamban sudah berjenis leher angsa dan mudah untuk dibersihkan. Dan faktor ekonomi masyarakat yang dapat dinyatakat kebanyakan berpenghasilan menengah karena dapat membuat toiletnya menggunakan keramik yang lebih memudahkan pemiliknya untuk mejaga kebersihannya. Oleh karena itu, jamban
tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya vektor penyakit. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit diantaranya tipus, kolera, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan, juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehingga tidak terjadi penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja (Azwar, 1995).
4.8.3 Hubungan antara Kepadatan Lalat dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepadatan lalat dengan kejadian diare. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wijayanti (2009) dengan penelitiannya mengenai hubungan kepadatan lalat dengan kejadian diare pada anak balita di Bantar Gebang dan membuktikan secara ilmiah dengan menggunakan uji chi-square bahwa kepadatan lalat memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare.
Kepadatan lalat di Desa Bandar Utama kebanyakan memiliki tingkat kepadatan yang rendah atau tidak menjadi masalah, namun ada beberapa rumah yang memiliki kepadatan lalat yang sedang atau perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembang biakan lalat. Kejadian diare ini kebanyakan terjadi pada masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan lalat sedang. Hal ini dikarenakan adanya masyarakat yang menyimpan makanan berdekatan dengan tempat sampah.
Pendapat Azwar (1995), bahwa semakin banyak lalat yang ada di rumah dapat menimbulkan berbagai penyakit pada manusia. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, tipus, diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk (Depkes RI, 2001).
4.8.4. Hubungan antara Pengolahan Limbah Padat dengan Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengolahan limbah padat dengan kejadian diare. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Angeline (2012) yang menyatakan ada hubungan
signifikan antara sarana pembuangan sampah dengan keluhan diare.
Pengelolaan sampah di rumah susun terbanyak ialah tidak memenuhi syarat karena tempat sampahnya tidak memiliki tutup namun masyarakat telah membuang sampah setiap hari atau
membuang sampah sebelum 1x24 jam dan sebelum penuh.. Hal ini didukung dengan persepsi di masyarakat bahwa memiliki tempat sampah saja sudah cukup baik meskipun tidak memiliki tutup. Namun masyarakat memiliki
KESIMPULAN DAN SARAN