• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Administrasi Kependudukan dalam Sistem Hukum di Indonesia

METODE PENELITIAN

A. Prinsip-prinsip atau Asas-asas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

2. Identifikasi Administrasi Kependudukan dalam Sistem Hukum di Indonesia

Program KTP-el tidak dapat terlepas dari program Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) tahun 2010-2014, program SIAK adalah agenda reformasi birokrasi dan tata kelola yang merupakan prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014. “Reformasi birokrasi bertujuan untuk memperbaiki pelayanan publik karena jajaran birokrasi merupakan pelayan dan pelindung kepentingan masyarakat. Pembangunan birokrasi yang kuat merupakan elemen penting untuk menjaga agar

kelangsungan pembangunan Indonesia tetap berkelanjutan. Reformasi birokrasi yang kuat terdiri atas pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa, dan transparan serta peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi strukturpemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik. Agenda reformasi birokrasi dan tata kelola terkait data kependudukan ialah penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan SIAK dengan

aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada 2011.”66

Permendagri Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengkajian, Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan mengatur tentang pengguna data kependudukan. Pasal 59 ayat (2) mengatur bahwa data kependudukan dapat dimanfaatkan oleh pengguna data untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan serta untuk mendukung pelayanan publik lainnya. Pasal 60 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengguna data adalah:

a. lembaga negara;

b. lembaga pemerintah /lembaga pemerintah non kementrian; c. lembaga non pemerintah;

d. lembaga asing; dan/atau e. perorangan

Pengguna data harus memenuhi persyaratan terlebih dahulu sesuai dengan kategori pengguna data. Lembaga negara dan lembaga pemerintah/lembaga pemerintah non kementrian sesuai Pasal 61 ayat (1) Permendagri Nomor 25

66

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010—2014, Buku I Prioritas

Nasional, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

Tahun 2011 harus memenuhi persyaratan dengan membuat surat pernyataan melindungi kerahasiaan dan tidak menyalahgunakan data.

Pengguna data lembaga non pemerintah harus memenuhi persyaratan sebagaimana Pasal 61 ayat (2), yaitu:

a. membuat surat pernyataan melindungi kerahasiaan dan tidak akan menyalahgunakan data;

b. fotokopi kartu tanda penduduk pimpinan lembaga non pemerintah; dan

c. fotokopi akta pendirian lembaga non pemerintah.

Persyaratan pengguna data lembaga asing diatur pada Pasal 61 ayat (3) sebagai berikut:

a. membuat surat pernyataan melindungi kerahasiaan dan tidak menyalahgunakan data;

b. memiliki izin penelitian dari instansi yang berwenang di Indonesia; dan

c. Fotokopi Paspor.

Persyaratan pengguna data perorangan diatur pada Pasal 61 ayat (4) yaitu sebagai berikut:

a. membuat surat pernyataan melindungi kerahasiaan dan tidak menyalahgunakan data;

b. fotokopi kartu tanda penduduk; dan

c. surat keterangan dari pimpinan instansi/lembaga yang bersangkutan.

Pengguna data wajib untuk melindungi kerahasiaan dan tidak menyalahgunakan data tersebut. Segala macam pemanfaatan teknologi informasi harus dilakukan dengan tetap melindungi data pribadi yang merupakan bagian dari hak pribadi (privacy rights) yang telah dilindungi secara hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) serta Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.67 Pengaturan mengenai hak pribadi tersebut tercantum pada penjelasan Pasal 26 ayat (1) sebagai berikut:

Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi, perlindungan data pribadi merupakan salah satu bagian dari hak pribadi (privacy rights). Hak pribadi mengandung pengertian sebagai berikut:

a. Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam gangguan.

b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi dengan Orang lain tanpa tindakan memata-matai.

c. Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data seseorang.

Semua pengguna data untuk dapat memanfaatkan data, pada Pasal 62 ayat (1) diatur bahwa harus memiliki izin dari penyelenggara. Penyelenggara yang dimaksud adalah pemerintah dalam hal ini dijelaskan pada Pasal 62 ayat (2) yaitu:

a. Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk data berskala nasional;

b. gubernur untuk data berskala provinsi; atau

c. bupati/walikota untuk data berskala kabupaten/kota.

Tata cara untuk mendapatkan izin tersebut diatur dalam Pasal 63 yaitu pertama-tama adalah dengan mengajukan surat permohonan izin kepada penyelenggara. Surat izin tersebut memuat tentang maksud, tujuan, kegunaan, waktu peruntukan pemanfaatan data serta jenis dan bentuk data yang diperlukan. Surat permohonan izin tersebut diajukan kepada penyelenggara dengan melampirkan persyaratan pengguna data sebagaimana diatur pada Pasal 61.

Penyelenggara terhadap surat permohonan izin pemanfaatan data yang diajukan kepadanya sesuai dengan pengaturan pada Pasal 63, membentuk tim penilai untuk memproses pemberian izin. Tim penilai sebagaimana yang diatur pada Pasal 64 ayat (1) terdiri atas:

a. Tim Penilai Kementerian Dalam Negeri;

b. Tim Penilai Provinsi; dan c. Tim Penilai Kabupaten/Kota.

Susunan keanggotaan tim penilai terdiri atas ketua, sekertaris dan anggota. Tim penilai bertugas memberikan penilaian dan rekomendasi kepada penyelenggara sebagai dasar bagi penyelenggara dalam memberikan jawaban tertulis yang dapat berisi penolakan atau persetujuan izin pemanfaatan data. Pemberian izin diberikan selambat-lambatnya 14 hari kerja terhitung sejak tim penilai menerima persyaratan lengkap dari pengguna. Jawaban tertulis terhadap pengajuan izinpenggunaan data sesuai dengan yang penetapan pada Pasal 63 ditandatangani oleh:

a. Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil atas nama Menteri Dalam Negeri untuk lingkup data berskala nasional; b. Sekretaris daerah provinsi atas nama Gubernur untuk lingkup

data berskala provinsi; atau

c. Sekretaris daerah kabupaten/kota atas nama Bupati/Walikota untuk lingkup data berskala kabupaten/kota.

Pengaturan mengenai pengguna data dan tata cara mendapatkan izin pemanfaatan data kependudukan merupakan perkembangan tujuan dari administrasi kependudukan. Tujuan administrasi kependudukan yang termaktub dalam konsideran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 adalahuntuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk Indonesia dan WNI yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lewat pengaturan mengenai pengguna data dan tata cara mendapatkan izin pemanfaatan data kependudukan maka terjadi perluasan tujuan dari pelaksanaan administrasi kependudukan atau fungsi dari data kependudukan yang dilanjutkan dengan diterbitkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 dimana

terdapat pengaturan tentang pemanfaatan data kependudukan yang diatur pada Pasal 58 ayat (4).

Program KTP-el telah dirancang sejak tahun2003 dan mulai dilaksanakan

pada tahun 2010.68 Program ini ditargetkan selesai pada tahun 2012 sedang SIAK

ditargetkan selesai pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan data kependudukan akan

digunakan pada pemilu 2014.69 Penjelasan Pasal 58 ayat (4) huruf d menerangkan

data kependudukan untuk pemanfaatan pembangunan demokrasi yaitu salah satunya untuk penyiapan data penduduk potensial pemilu (DP4). Pemanfaatan lainnya yang disebutkan dalam Pasal 58 ayat (4) adalah untuk pelayanan publik, penegakan hukum dan pencegahan kriminal. Pemanfaatan tersebut memerlukan beberapa unsur pendukung dalam pelaksanaannya dan untuk hal itu Kemendagri telah melakukan penandatanganan kerjasama dengan PPATK, bank milik BUMN

dan Bareskrim Polri pada tanggal 30 Juli 2013.70

Kerjasama antara Kemendagri dengan PPATK, bank milik BUMN dan Bareskrim Polri dapat memberikan manfaat yang sangat besar karena data KTP-el memiliki banyak keunggulan dari segi teknologi yang dapat membantu dalam melakukan pelacakan dan menemukan modus kejahatan. “Kepala Bidang Sistem Elektronika Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Mohammad Mustafa Sarinanto menyampaikan bahwa KTP-el memiliki perbedaan dengan berbagai jenis kartu lain seperti kartu atm atau simcard, KTP-el memiliki chip berbasis mikroprosesor dengan memori sebesar 8 kb. Chip tersebut berisikan biodata pemegang KTP-el yaitu tanda tangan

68 Anton Hartono, op. cit.

69

Kompas, op. cit.

70 Yuanto, 2013, Sekarang, e-KTP resmi bisa digunakan PPATK ngendus kejahatan

perbankan (online),

digital, pasfoto, serta sidik jari, dimana dengan alat pembaca kartu (card rider) dapat terhubungkan menuju data center nasional secara terenkripsi dan diproses dengan sistem pengelola kunci (key management system). Chip KTP-el tidak terlihat dari luar melainkan terdapat diantara tujuh lapisan blanko KTP-el yang mana berbahan polyethylene terephthalate glycol (PET-G) berukuran 85,60x53,98 mm setebal 0,76-1 mm. KTP-el tersebut dirancang untuk tahan terhadap suhu dari

minus 25˚C hingga 70˚C.”71

KTP-el dilengkapi beberapa sistem keamanan untuk mencegah terjadinya pemalsuan KTP-el. Pengamanan itu antara lain yaitu berupa line width modulation background dan guilloche relief background. Latar belakang pada sisi bagian identitas penduduk KTP-el terdapat dua pola yaitu berupa pola garis (line width modulation background) dan pola garis yang rumit mengikuti teks pada

gambar latar belakang (guilloche relief background).72

71 Dewanti Lestari, 2013, Sisi Canggih E-KTP (online),

http://www.antaranews.com/berita/375300/sisi-canggih-e-ktp, (11 Mei 2014).

Gambar 4.1 Blangko KTP-el

Sumber: bahan hukum sekunder, tidak diolah, 2014.

Chip KTP-el juga didukung teknologi biometrik yang dapat mengidentifikasi ketunggalan identitas penduduk melalui tiga jenis data biometrik yakni foto wajah, seluruh sidik jari tangan, dan kedua iris mata. Teknologi biometrik berfungsi untuk proses verifikasi yaitu untuk memastikan bahwa KTP-el benar-benar dipegang oleh pemiliknya. Kepala Program PenKTP-elitian dan Perekayasa KTP-el BPPT, Gembong Wibowanto mengatakan bahwa KTP-el membutuhkan card reader yang telah disiapkan prototipenya oleh BPPT.Card readertersebut dilengkapi dengan modul biometrik sidik jari. Pemegang KTP-eldapat meletakkan jarinya di pemindai kemudian card reader akan membandingkan kemiripan karakteristik sidik jari, yakni telunjuk kanan atau kiri si pemegang, dengan sidik jari yang terekam dalam KTP-el. Teknologi tersebut

tentunya akan sangat bermanfaat dalam proses pelacakan pelaku tindak pidana.73

Program KTP-el telah didukung oleh adanya pengaturan dalam peraturan menteri menggenai hak pengguna dan kerjasama antara Kemendagri dengan

Bareskrim Polri, dengan demikian penyidik dapat memanfaatkan data kependudukan KTP-el melalui SIAK. KTP-el juga telah dilengkapi dengan teknologi biometrik, sehingga dapat digunakan untuk penyidikan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.

B. Kontribusi Data Kependudukan untuk Penyidikan Tindak Pidana