• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi dan Analisis Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Yang Terjadi Pada Pegadaian Syari'ah

Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT

KINERJA BPRS AL SALAAM

2. Identifikasi dan Analisis Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Yang Terjadi Pada Pegadaian Syari'ah

Analisa ini diperlukan untuk mengukur tingkat kinerja perusahaan, yang kali ini perusahaan tersebut diwakili oleh Pegadaian Syari'ah, serta bermanfaat pula untuk mengetahui sedini mungkin letak kekuatan dan kelemahan pada tubuh Pegadaian Syari'ah sehingga dapat dengan mudah disusun sebuah rencana strategi baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk memperbaiki kinerja

Pegadaian Syari'ah secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil pengamatan di Pegadaian Syari'ah Cabang Dewi Sartika dan hasil wawancara dengan pejabat Divisi Unit Usaha Syari'ah yaitu bapak M. Kamal, maka diperoleh data faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh pihak Pegadaian Syari'ah adalah sebagai berikut:40

b. Kekuatan (Strenghts)

40

Data didapatkan berdasarkan wawancara dengan bapak Musatafa Kamal, (dari Divisi Unit Usaha Syari'ah, 7 September 2007(

a. Pegadaian merupakan market leader advantage

Pegadaian sebagai market leader, berarti pegadaian syari'ah

diuntungkan dengan keadaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan pegadaian menguasai tingkat dominasi terhadap pasar dan pesaingnya. Kondisi ini merupakan sebuah ukuran kekuatan bagi sebuah merek. Oleh karena itu, Pegadaian sebagai pemain pertama di Indonesia ini, dapat juga dikatakan sebagai penguasa pasar untuk saat ini.

Tidak hanya itu saja, penguasa pasar pun memiliki sejumlah keuntungan lain, diantaranya dapat menjadi pemain utama yang lebih dahulu dikenal oleh masyarakat luas serta cenderung memiliki posisi yang lebih baik untuk membuat aturan main di industrinya.

b. Persyaratan administrasi yang mudah

Ditinjau dari persyaratan administrasinya. Dalam aplikasi rahn

(gadai syari'ah), pihak Pegadaian Syari'ah cukup mewajibkan nasabah (rahin) untuk hanya menyerahkan foto copy identitas diri saja, berupa

KTP / SIM / Paspor yang berlaku di dalam melakukan aktifitas transaksi. Jelas, hal ini merupakan keuntungan yang mutlak (absolute

advantage) bagi Pegadaian Syari'ah dibandingkan dengan kompetitornya,

dalam hal ini Bank BNI Syari'ah, Bank Jabar Syari'ah dan Bank Riau Syari'ah yang juga membuka usaha gadai bersistem syari'ah. Yang kesemuanya juga mensyaratkan calon nasabah untuk membuka rekening tabungan dahulu di bank yang bersangkutan sebelum melakukan transaksi gadai syari'ah (khusus bagi nasabah yang belum memiliki rekening)j.

Oleh karena itu, tidak sedikit waktu nasabah yang terbuang dengan adanya proses pembukaan rekening tersebut dan menjadi tidak sesuai dengan tujuan nasabah yang pada awalnya berniat untuk mendapatkan dana pinjaman, namun justru diharuskan menyetor uang terlebih dahulu. c. Jenis barang jaminan yang lebih unggul

Walaupun emas merupakan mayoritas barang jaminan di Pegadaian Syari'ah untuk saat ini (80-90 % dari total barang jaminan), namun bukan berarti bagi nasabah yang memiliki agunnan berlian, elektronik atau kendaraan bermotor tidak dapat mendapatkan pinjaman.

Hal itu merupakan satu poin plus lagi bagi Pegadaian Syari'ah atas

keunggulan ini, karena pesaing mereka yaitu bank syari'ah hanya ingin menerima emas dengan minimal 16 karat saja sedangkan untuk emas yang memiliki kadar dibawah 16 karat tidak dapat diterima sebagai barang jaminan. Meskipun emas tersebut disertai dengan berlian. Karena sebagai

new comer (pendatang baru) dalam bisnis gadai, perbankan syari'ah belum

memiliki tenaga kerja yang handal dalam menaksir berlian. d. Persentase uang pinjaman terhadap taksiran yang lebih besar

Setelah dilakukan tahap penaksiran terhadap agunan, maka tahap yang selanjutnya adalah ditentukan jumlah uang pinjaman yang dapat diperoleh nasabah. Pegadaian Syari'ah sendiri mematok angka 90 % untuk persentase jumlah uang yang akan dipinjamkan kepada nasabah terhadap taksiran yang diperolehnya.

Sedangkan kompetitor lainnya hanya berani pada level 80 % saja. Artinya, dengan jumlah karat dan berat agunan yang sama. Maka jumlah uang pinjaman yang dapat dibawa pulang oleh nasabah Pegadaian Syari'ah akan lebih besar jikalau dibandingkan dengan nasabah bank syari'ah. e. Jaringan outlet yang luas

Sebagai perusahaan senior dalam jasa gadai, Pegadaian memiliki jangkauan pasar terluas hingga berbagai kecamatan. Untuk pegadaian syari'ah sendiri, sampai dengan Desember 2006 telah memiliki 40 kantor cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Hal tersebut merupakan satu nilai plus tersendiri jikalau

dibandingkan dengan para pesaingnya. Dimana Bank BNI syari'ah sampai dengan saat ini baru memiliki outletlayanan jasa gadai syari'ah hanya dua saja, itupun masih terfokus di Jakarta saja. Senada dengannya, Bank Riau syari'ah baru dapat melayani nasabahnya di Pekanbaru dan Tanjung Pinang saja.

Untuk Bank Jabar syari'ah telah memiliki jangkauan distribusi sebanyak tiga kantor cabang, yaitu di Bandung, Soreang dan Cirebon.

c. Kelemahan (Weaknesses)

a. Tarif ijarah (sewa) yang cukup besar

Atas penyimpanan dan pemeliharaan barang yang dijadikan jaminan, nasabah akan dikenakan kewajiban untuk membayar ijaroh. Dari pemungutan ijarah inilah sumber utama pendapatan Pegadaian Syari'ah

taksiran nilai barang jaminan, dimana tiap kelipatan Rp 10.000 dari taksiran agunan, nasabah dikenakan tarif ijaroh sebesar Rp 85 per 10 harinya (khusus emas).

Misalnya, taksiran agunan diketahui sebesar Rp 1.000.000, maka tarif ijaroh per 10 hari adalah Rp 8.500, yang didapatkan dari (Rp

1.000.000 / Rp 10.000) x Rp 85.

Berbeda dengan penetapan biaya ijarah oleh Bank Riau Syari'ah dan Bank Jabar Syari'ah. Mereka menghitungnya atas dasar berat barang jaminan tanpa memperhitungkan karat emasnya.

Mereka menentukan tarif yang dibanderol sebesar Rp 1.900 untuk setiap 1 gram emas per bulan. Alhasil, dengan karatase yang berbeda namun dengan berat yang sama akan didapat tarif ijaroh yang sama.

Dalam penentuan tarif seperti ini, tentunya ada nasabah yang diuntungkan dan dirugikan. Misal: nasabah A memiliki emas 20 karat dan berat 10 gram. Dengan asumsi harga emas 24 karat adalah Rp 150.000, maka diperoleh taksiran emas Rp 1.250.000 yang berasal dari [(20/24) x Rp 150.000 x 10], sehingga UP yang diperoleh nasabah Rp 1.000.000 (80 % x Rp 1.250.000), maka didapatkan tarif ijaroh per bulannya adalah Rp 19.000 (Rp 1.900 x 10).

Sedangkan nasabah B memiliki emas 16 karat dengan berat 10 gram. Dengan asumsi harga emas 24 karat adalah Rp 150.000, maka diperoleh taksiran emas Rp 1.000.000 [(16/24) x Rp 150.000 x 10], sehingga uang pinjaman yang diperoleh nasabah sebesar Rp 800.000 (80

% x Rp 1.000.000), sedangkan tarif ijaroh per bulannya sebesar Rp 19.000 (Rp 1.900 x 10).

Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa nasabah A lebih diuntungkan dinbandingkan nasabah B, karena dengan jumlah uang pinjaman yang lebih besar, nasabah A juga dikenakan tarif ijaroh yang sama dengan nasabah B yang menerima uang pinjaman lebih kecil daripada nasabah A.

Sedangkan BNI syari'ah memiliki perhitungan tersendiri dalam menetapkan tarif ijaroh. Yaitu, Rp 500 per harinya untuk setiap taksiran barang Rp 1.000.000.

Misalkan, taksiran barang jaminan yang digadaikan sebesar Rp 1.000.000, maka tarif ijarohnya dalam sebulan (asumsi 30 hari) adalah Rp 15.000 yang didapatkan dari [Rp 500 x 30 (jumlah hari)]. Oleh karena hal tersebut, Pegadaian Syari'ah mempunyai tarif ijaroh yang lebih besar dibandingkan pesaingnya.

b. Tempat penyimpanan yang tidak selalu besar

Pegadaian Syari'ah memiliki ketidak merataan dalam hal luasnya tempat penyimpanan, pada kenyataannya tempat penyimpanan yang terdapat dalam kantor-kantor cabang tidak semuanya memiliki kapasitas yang besar. Itu artinya, tidak semua kantor cabang dapat menerima barang jaminan yang berukuran besar pula. Seperti motor, mobil dan barang-barang elektronik lainnya. Oleh karena itu, calon nasabah harus mencari kantor cabang yang dapat menampung barang jaminan yang dibawanya. Hal itu merupakan suatu kendala dan kelemahan bagi Pegadaian Syari'ah

untuk dapat bersaing lebih ketat dengan para pesaingnya dan juga dalam merebut hati pelanggannya.

c. Media informasi yang kurang

Di dalam memahami sesuatu hal, khususnya tentang system gadai syari'ah yang masih dirasa baru bagi masyarakat, para nasabah dapat memahaminya dengan cara membaca dan melihat media informasi yang telah disediakan oleh pihak Pegadaian Syari'ah.

Namun, hal tersebut menjadi sulit jikalau media informasi yang ada tidak dapat memberikan solusi pemahaman yang terbaik. Di berbagai Cabang Pegadaian Syari'ah masih belum terlihat berbagai macam media informasi yang menerangkan cara melakukan transaksi gadai syari'ah. Walaupun hal tersebut terdengar sepele, namun ketika penulis melakukan pengamatan di lapangan, ada saja nasabah yang mengeluh tentang hal tersebut dan itu bukan hanya satu orang saja.

Oleh karena itulah, mengapa penulis memasukkan hal ini sebagai salah satu factor kelemahan bagi Pegadaian Syari'ah.

d. SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih minim pengetahuan tentang

gadai syari'ah

Maju atau mundurnya suatu perusahaan tersebut, berasal dari bagaimana kualitas SDM nya. Jikalau SDM nya memiliki kualitas yang baik, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kondisi yang baik pula. Namun, apabila kualitas SDM nya buruk maka

akan dapat dipastikan pula perusahaan tersebut akan mengalami kondisi yang kurang baik.

Jadi dengan kata lain, SDM mempunyai peran yang sangat penting bagi kelangsungan perusahaan.

Sebagai perusahaan yang baru membuka layanan jasa gadai secara syari'ah, Pegadaian Syari'ah masih berada dalam tahap pertumbuhan (growth). Wajar jika SDM nya masih banyak yang mengambil dari

pegadaian konvensional yang diberikan pelatihan kilat, agar dapat menempati posisi karyawan Pegadaian Syari'ah. Namun, jikalau hal tersebut tidak dimanajemen dengan sangat baik, nantinya dapat menjadi bumerang bagi Pegadaian Syari'ah itu sendiri.

d. Peluang (Opportunities)

a. Masyarakat yang mayoritas muslim

Lembaga keuangan saat ini sangat potensial untuk berkembang, dikarenakan pangsa pasar yang cukup jelas. Yaitu, masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

Hal tersebut merupakan kesempatan emas bagi Pegadaian Syari'ah untuk dapat lebih merebut hati mereka agar terpancing untuk dapat

menggunakan layanan Pegadaian Syari'ah.

b. Belum ada pesaing yang mengimbangi

Sampai saat ini belum ada pesaing yang mengimbangi, baik dalam hal pelayanan, mutu dan kualitas jasa taksiran sebaik Pegadaian Syari'ah.

Karena pihak Pegadaian Syari'ah menyediakan penaksir-penaksir handal yang dikhususkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Oleh karena itulah, sebaiknya pihak Pegadaian Syari'ah dapat memanfaatkan hal ini sebagai peluang untuk kemajuan usaha.

c. Fatwa MUI yang mengharamkan bunga

Pegadaian Syari'ah merupakan salah satu lembaga yang diuntungkan dengan adanya fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang pengharaman bunga, Karena indikasi bungan sama dengan riba, yang bersifat menjerat dan merugikan si korban. Hal tersebut dibahas dalam lokakarya MUI di Cisarua, Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990. Untuk kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional (MuNas) IV MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Hal itulah yang menjadikan tombak kebangkitan system syari'ah di Indonesia, ditandai dengan kemunculan Bank Syari'ah dan lembaga keuangan lainnya.

Tentunya hal tersebut menjadi suatu hal yang dapat meyakinkan nasabah akan aspek legalitas sistem syari'ah dan tentu saja hal tersebut merupakan peluang bagi lembaga keuangan yang sama-sama mengusung tema bebas bunga atau riba, termasuk Pegadaian Syari'ah.

d. Semakin banyak masyarakat yang menginginkan transaksi cepat dan

praktis

Hal tersebut adalah benar adanya. Kita hidup pada tahun 2007, yang notabene-nya sudah merdeka dan sudah dapat dianggap modern.

Perilaku nasabah tentu juga menginginkan suatu halnya terjadi dengan cepat dan lancar. Hal itulah yang ditangkap oleh Pegadaian Syari'ah, untuk membuat Kantor Cabang Pegadaian Syari'ah dengan strategi sebaik

mungkin. Tercermin dalam hal jenis barang jaminan yang simple yaitu emas dan perhiasan.

Suatu cara yang unik dan cerdas, pihak Pegadaian Syari'ah yang berusaha meminimalkan biaya untuk penyewaan ruko yang tidak terlalu besar (luas gudang penyimpanan barangnya). Tetapi juga mempunyai unsur kepraktisan juga.

Selain itu juga, Pegadaian Syari'ah tidak memberikan persyaratan administrasi yang rumit dan bertele-tele. Cukup dengan membawa barang jaminan yang akan digadaikan dengan foto copy kartu identitas nasabah si

pembawa barang maka uang pinjaman sudah bisa dibawa pulang oleh nasabah. Tentunya hal tersebut, belum ada yang menyainginya dan hal itu juga dapat menjadi peluang emas untuk dijadikan senjata dalam bersaing dengan pelaku bisnis dalam jasa keuangan lainnya yang sama-sama mempunyai produk dana pinjaman.

e. Tantangan (Threats)

a. Banyak Bank Syari'ah yang membuka layanan jasa gadai syari'ah

Tidak dapat dipungkiri lagi, bisnis layanan jasa gadai syari'ah merupakan bisnis yang tergolong low risk dan dapat memberikan return

Hal itu sudah dibaca dengan cepat oleh Bank Syari'ah di Indonesia saat ini. Terbukti Bank BNI Syari'ah, Bank Riau Syari'ah dan Bank Jabar Syari'ah sudah mengeluarkan produk gadai yang juga bersistem syari'ah.

Tentunya merupakan tantangan bagi Pegadaian Syari'ah yang sudah mempunyai brand (merek) yang cukup dikenal di hati masyarakat

untuk dapat bersaing dengan mereka.

b. Kurangnya seperangkat aturan yang mengatur tentang gadai syari'ah Keinginan para pelaku bisnis yang membidik jasa gadai syari'ah masih terbendung karena belum adanya payung hokum yang jelas. Namun terkait dengan pelaksanaan UU No. 5 / 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, maka cepat atau lambat akan menjamur kompetitor bagi Pegadaian Syari'ah.

c. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa keberadaan Pegadaian

Syari'ah hanya diperuntukkan bagi Umat Islam

Hal tersebut menjadi tantangan bagi Pegadaian Syari'ah tersendiri karena masih banyak masyarakat yang non muslim menganggap bahwa keberadaan Pegadaian Syari'ah merupakan monopoli umat Islam saja. Pemikiran tersebut merupakan hal yang salah, karena non muslim juga dapat saja menggunakan layanan gadai syari'ah tersebut sebagai alternatif pendanaan bagi keuangan mereka.

Itu memang benar adanya, karena tidak ada peraturan yang mengatur secara rinci tentang hal monopoli lembaga keuangan Pegadaian

Syari'ah untuk umat Islam saja. Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi Pegadaian Syari'ah dalam memasarkan produknya.

Analisa SWOT di atas kemudian diukur dalam sebuah matriks dampak silang untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dampak antar keseluruhan factor yang ada dalam strategi bisnis Pegadaian Syari'ah untuk dapat lebih

meningkatkan kinerja Pegadaian Syari'ah. Analisis ini dikembangkan oleh Derek F. Cahnnon berdasarkan suatu matriks yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang disebut matriks dampak silang (cross impact matrix).

41

Dalam matriks tersebut, dapat dilihat faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dengan bobot dampak yang berbeda pula. Sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara dengan sumber dari pihak Pegadaian Syari'ah.

41

Berdasarkan data atau hasil penelitian analisa SWOT, maka diperoleh penjelasan-penjelasan sebagai berikut:

2. Jumlah bobot dampak faktor-faktor kekuatan pada peluang dan

tantangan sebesar +121. Hal ini berarti kekuatan yang dimiliki pihak pegadaian syari'ah pada saat ini mempunyai dampak kekuatan cukup besar dan baik untuk memanfatkan peluang yang ada guna

menghadapi tantangan yang menjadi kendala dalam

perkembangannya, terutama dalam kaitannya dengan kebutuhan konsumen yang membutuhkan suatu lembaga gadai yang bersistem Islami, pihak pegadaian syari'ah harus dapat memanfaatkan faktor kekuatan yang ada agar dapat kuat bersaing dengan kompetitornya saat ini.

3. Jumlah bobot dampak faktor kelemahan terhadap peluang dan

tantangan yang ada sebesar -72. Ini berarti faktor kelemahan yang ada memiliki dampak besar terhadap peluang dan tantangan yang ada dan mungkin bisa menjadi faktor penghambat laju perkembangan

Pegadaian syari'ah itu sendiri. Untuk itu sedapat mungkin faktor kelemahan ini diminimalkan dengan berusaha membuat agar kelemahan itu dapat diubah menjadi suatu kekuatan yang akan menambah kualitas bagi pegadaian syari'ah itu sendiri.

4. Jumlah bobot dampak faktor-faktor kekuatan dan factor kelemahan

yang ada secara keseluruhan dihadapkan dengan faktor peluang dan tantangan adalah sebesar +49. Ini berarti keseluruhan faktor kekuatan dalam tubuh pegadaian syari'ah dapat dikatakan sudah maksimal dihadapkan pada bebagai faktor peluang dan tantangan yang ada, sehingga kelemahan yang ada dapat tertutupi dengan faktor kekuatan yang sudah dimiliki.

5. Jumlah bobot dampak faktor kekuatan dan kelemahan terhadap

tantangan berupa banyaknya bank syari'ah yang membuka layanan jasa gadai syari'ah, kurangnya seperangkat aturan yang mengatur tentang gadai syari'ah dan sebagian masyarakat masih menganggap bahwa keberadaan pegadaian syari'ah hanya diperuntukkan bagi Umat Islam. Hal itu semua menghasilkan bobot yang positif. Ini berarti bahwa semua faktor kekuatan dan kelemahan tersebut masih mampu mengatasi atau menghadapi tantangan yang mengancam.

6. Jumlah bobot dampak faktor kelemahan terhadap peluang dan tantangan semuanya negatif. Ini berarti kelemahan masih dapat menjadi kendala dalam menghadapi persaingan antar pelaku yang berkecimpung dalam bisnis gadai syari'ah sekarang ini dan dapat menjadi kendala pula dalam menghasilkan atau meningkatkan kinerja pegadaian syari'ah yang lebih baik.

7. Jumlah bobot dampak faktor kekuatan pada peluang dan tantangan

semuanya positif artinya faktor kekuatan yang ada mampu

memanfaatkan peluang yang ada dan mampu menghadapi seluruh tantangan yang mengancam, hal itu merupakan salah satu hal yang harus dipertahankan bahkan untuk ke depannya, pegadaian syari'ah harus lebih kreatif lagi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat ini agar pegadaian syari'ah mempunyai lebih banyak kekuatan lagi dalam bersaing.

Dari hasil analisa SWOT matriks dampak silang di atas maka dapat diperoleh gambaran faktor-faktor pengungkit utama (The Highest laverage).

Factor pengungkit yang ada dalam factor kekuatan (Strength) terdapat dalam

variabel nomor 1, yaitu pegadaian merupakan market leader advantage dengan skor 26 dan variabel nomor 5, yaitu jaringan outlet yang luas dengan skor 26 pula. Sedangkan factor pengungkit yang ada dalalm faktor kelemahan (Weakenesses)

adalah variable nomor 4, yaitu SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih minim pengetahuan tentang gadai syari'ah dengan skor -20 dan variable nomor 1, yaitu tarif ijaroh yang besar dengan skor -18.

Sehingga setelah ditemukan faktor pengungkit (The Highest Laverage),

maka terdapat ide atau langkah-langkah strategis bagi Pegadaian Syari'ah untuk pengembangan kinerja yang lebih baik ke depan, yaitu sebagai berikut:

1. Perum Pegadaian sebagai penguasa pasar yang utama dalam jasa gadai

(Market Leader Advantage), merupakan salah satu kelebihan bila

dibandingkan dengan para pesaingnya. Hal itu dapat dimanfaatkan oleh Pegadaian Syari'ah sebagai pelopor pertama yang juga berani memulai bisnis gadai secara syari'ah. Jadi, walaupun pada saat ini mulai banyak pesaing yang juga mulai melirik bisnis tersebut, seharusnya Pegadaian Syari'ah tidak boleh mundur atau takut begitu saja, karena walau bagaimana pun juga merek (Brand) Pegadaian tetap melekat dalam Pegadaian yang mencoba

dalam jasa gadai bersistem syari'ah. Untuk itu, Pegadaian Syari'ah hanya tinggal membuat kualitas dalam hal pelayanan menjadi lebih baik lagi agar masyarakat tidak berpindah ke lain hati.

2. Sebagai pemilik wilayah pangsa pasar terluas, pegadaian Syari'ah sebenarnya sudah membuktikannya dengan kondisi fisik jaringan yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Namun, Pegadaian Syari'ah harus tetap mengembangkan

ekspansi jaringan yang lebih luas lagi agar peluang untuk maju menjadi lebih

besar lagi. Dapat dilihat, dibandingkan kompetitornya yang notabene-nya

sebenarnya bergerak dalam jasa perbankan tetapi sekarang juga mulai melirik bisnis gadai yang memang sangat menggiurkan ini, yaitu Bank Riau Syari'ah baru dapat melayani nasabah yang ingin menggunakan jasa gadainya dalam 2 wilayah saja, yaitu di Pekanbaru dan Tanjung Pinang. Sedangkan Bank Jabar

Syari'ah hanya di Bandung, Soreang dan Cirebon saja. Begitupun dengan Bank BNI Syari'ah yang hanya mempunyai 2 outlet layanan jasa gadai syari'ah saja, itupun masih berpusat di Jakarta. Oleh karena itulah, Pegadaian Syari'ah dituntut untuk lebih dahsyat lagi dalam merebut hati nasabah di wilayah yang belum mengenal Pegadaian Syari'ah.

3. Walaupun Pegadaian Syari'ah memiliki berbagai macam kelebihan

dibandingkan para pesaingnya, namun Pegadaian Syari'ah tetap masih

dikatakan dalam tahap pertumbuhan (Growth), dapat dilihat dari usia Cabang

Syari'ah pertama, yaitu Pegadaian Syari'ah Cabang Dewi Sartika yang baru dibuka tanggal 14 Januari 2003, itu artinya belum genap lima tahun usianya. Hal itu dapat dilihat juga untuk perhitungan jatuh tempo tarif ijarah masih

dapat dikatakan besar dibandingkan yang lain. Wajar memang, karena Pegadaian Syari'ah tidak bergerak dalam bidang funding dana (pengumpulan

dana) dalam bentuk pembukaan rekening tabungan, seperti yang dilakukan oleh kompetitornya. Namun alangkah baiknya, Pegadaian Syari'ah dapat memikirkan hal ini secara lebih proporsional lagi.

4. Sebagai lembaga yang baru berkecimpung dalam sistem syari'ah, sangat

wajar jikalau (SDM) Sumber Daya Manusianya masih minim

pengetahuannya tentang gadai syari'ah. Namun, dengan diadakannya

pendidikan dan pelatihan terus menerus bagi para karyawan gadai syaria'ah, hal tersebut dapat menambah kualitas SDM yang ada, agar dapat

5. Pegadaian Syari'ah memiliki ketidakmerataan dalam hal luasnya tempat penyimpanan, pada kenyataannya tempat penyimpanan yang terdapat dalam kantor-kantor cabang tidak semuanya memiliki kapasitas yang besar. Itu artinya, tidak semua kantor cabang dapat menerima barang jaminan yang