3. Hutan Kota PT JIEP Sejarah Singkat
4.5 Rekomendasi Strategi Pengelolaan Hutan Kota berdasarkan Analisis SWOT
4.5.1 Identifikasi Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam hutan kota. Faktor internal ini berasal dari kekuatan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi penentuan strategi pengelolaan Hutan Kota di DKI Jakarta.
4.5.1.1 Kekuatan
1. Hutan kota dengan beragam manfaat bagi warga perkotaan berpotensi menjadi sumber pendapatan untuk membantu mengurangi beban biaya pemeliharaan.
2. Kawasan hutan kota yang merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang menjadi tempat koleksi beragam tanaman lokal, berpotensi menjadi laboratorium alam di perkotaan.
3. Kelembagaan dan organisasi pelaksanaan hutan kota karena organisasi pembangunan dan pengelolaan hutan kota sangat bergantung kepada perangkat yang ada dan keperluannya.
5. Hutan kota memiliki keanekaragaman yang sedang yaitu Indeks Keragaman Shannon Wiener 1 < H’ < 3 dan jenis lokal yang masih mendominasi.
4.5.1.2 Kelemahan
1. Kurangnya SDM yang berkompeten untuk memonitor dan mengevaluasi hutan kota yang telah ada. Hal ini begitu penting sebab pembangunan dan pengelolaan hutan kota memerlukan SDM yang mampu mengawasi jalannya pembangunan dan pengelolaan hutan kota agar sesuai dengan tujuan pengelolaan hutan kota.
2. Kurangnya ketegasan aparat terhadap segala bentuk upaya penurunan kualitas hutan kota karena penegakan hukum ini masih dinilai lemah terhadap pelanggar atau perusak lingkungan.
3. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh pihak pengelola mengenai jenis pohon lokal, cara budidaya/pemeliharaannya, hama penyakit pada tanaman dan fungsi pohon terhadap tipe hutan kota serta pengelolaannya. 4. Sarana dan prasarana hutan kota yang belum optimal seperti pengadaan
benih lokal, pengadaan pagar yang mengelilingi hutan kota, alat dan bahan untuk pemeliharaan dan lain-lain.
5. Alih fungsi lahan menjadi fungsi penggunaan lain yang seharusnya diperuntukkan untuk hutan kota karena ekspansi kebutuhan hidup di perkotaan contohnya permukiman kumuh yang merambah hutan kota. 4.5.2 Identifikasi Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar hutan kota. Faktor eksternal ini berasal dari peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi penentuan strategi pengelolaan Hutan Kota di DKI Jakarta.
4.5.2.1 Peluang
1. Dasar hukum PP 63 Tahun 2002 dan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 71 tahun 2009.
2. Adanya jalinan kerja sama/kemitraan dengan sektor privat, BUMN/BUMS/BUMD maupun masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan hutan kota seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 71 tahun 2009 tentang peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota.
3. Adanya kewajiban pihak swasta yang usahanya terkait dengan sumber daya alam mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui CSR. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2012.
4. Isu lingkungan seperti global warming yang semakin marak seiring dengan aksi pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengembangan hutan kota dengan keragaman jenis pohonnya yang dapat mengurangi isu lingkungan tersebut.
4.5.2.2 Ancaman
1. Aktivitas pengunjung yang merusak hutan kota (vandalisme). Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hutan kota.
2. Pencemaran lingkungan di sekitar hutan kota.
3. Tidak adanya insentif yang konkrit dan konsisten untuk pengelolaan hutan kota.
4. Belum optimalnya political will pemerintah yang mengikat terhadap pengembangan jenis pohon lokal di hutan kota.
Setelah penentuan faktor internal dan faktor eksternal kemudian dilakukan perangkingan dan pembobotan oleh tiga orang responden terpilih yang mengetahui kondisi hutan kota di DKI Jakarta serta dapat memberikan penilaian sesuai dengan keahlian yang dimiliki, pihak dari Kementrian Kehutanan dan pihak dari Kebun Raya Bogor. Setelah itu dilakukan pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), kemudian dilakukan pencocokan, lalu penentuan alternatif strategi dan strategi pengelolaan. 4.5.3 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External
Factor Evaluation (EFE)
Matriks IFE dan EFE dapat dibuat melalui tahapan penentuan peringkat dan pembobotan tiap faktor terlebih dahulu (Lampiran 2 dan 3). Hasil dari penentuan peringkat dan pembobotan dikalikan agar didapat skor IFE dan EFE (Tabel 38 dan Tabel 39). Seluruh skor bobot pada setiap faktor baik internal maupun eksternal dijumlahkan agar mendapatkan skor bobot total yang kemudian akan digunakan pada tahap selanjutnya.
Tabel 38. Matriks IFE
Simbol Faktor Strategis Internal Rating Bobot Skor
Faktor Kekuatan (Strength)
S1 Hutan kota sebagai laboratorium alam di perkotaan.
4 0,09 0,36 S2 Hutan Kota berpotensi menjadi sumber
pendapatan.
3 0,05 0,15 S3 Kelembagaan pengelolaan hutan kota. 4 0,13 0,52 S4 Dua dari tiga hutan kota berfungsi sebagai
tempat rekreasi bagi warga kota.
3 0,07 0,21 S5 Hutan kota memiliki keragaman yang sedang
yaitu Indeks Keragaman Shannon Wiener1 < H’ < 3 dan jenis tanaman lokal yang masih
mendominasi.
4 0,12 0,48
Faktor Kelemahan (Weakness)
W1 Belum optimalnya SDM untuk monitoring dan evaluasi.
1 0,12 0,12 W2 Kurangnya ketegasan aparat terhadap segala
bentuk upaya penurunan kualitas hutan kota.
1 0,10 0,10 W3 Informasi yang kurang dari para pengelola
mengenai jenis pohon lokal, cara budidaya dan fungsi pohon terhadap tipe hutan kota serta pengelolaannya.
1 0,12 0,12
W4 Sarana dan prasarana Hutan kota yang belum optimal sesuai dengan tipe hutan kota.
Lanjutan Tabel 38.
Simbol Faktor Strategis Internal Rating Bobot Skor
W5 Alih fungsi lahan menjadi fungsi penggunaan lain yang harusnya diperuntukkan untuk RTH.
1 0,12 0,12
Total 24 1,00 2,34
Tabel 39. Matriks EFE
Simbol Faktor Strategis Eksternal Rating Bobot Skor
Faktor Peluang (Opportunity)
O1 Dasar hukum PP 63 Tahun 2002 dan Kepmenhut RI 71 Tahun 2009.
4 0,18 0,72 O2 Jalinan kerjasama/kemitraan dengan sektor
privat, BUMN/BUMS/BUMD maupun
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan hutan kota.
4 0,14 0,56
O3 Adanya kemauan pihak swasta untuk pembangunan lingkungan (CSR).
3 0,11 0,33 O4 Isu global warming dan aksi go green yang
dapat mengurangi dampak lingkungan di Jakarta, salah satunya dengan cara pengembangan hutan kota.
4 0,10 0,40
Faktor Ancaman (Threats)
T1 Aktivitas pengunjung yang merusak hutan kota (vandalisme).
4 0,16 0,64 T2 Pencemaran lingkungan di sekitar hutan kota. 3 0,11 0,33 T3 Tidak adanya insentif yang konkrit dan konsisten
untuk pengelolaan hutan kota.
4 0,10 0,40 T4 Belum optimalnya political will pemerintah yang
mengikatterhadap pengembangan jenis pohon lokal di hutan kota.
4 0,10 0,40
Total 30 1,00 3,78