FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
4.3 Permasalahan Konflik Perikanan Tangkap
4.3.2 Identifikasi kebutuhan, kepentingan dan posisi pihak yang berkonflik
(1) Kasus purse seine
Perbedaan idiologi dan prinsip dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan antara nelayan yang berkonflik kemudian mengartikulasikan sumberdaya perikanan secara berbeda dan memperlakukannya secara berbeda pula. Analisis terhadap ”kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan mini purse seine dan nelayan purse seine digambarkan pada Gambar 16. Nelayan mini purse seine menganggap alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang berpotensi mengancam kelestarian sumberdaya perikanan. Potensi negatif ini terbukti bahwa susahnya mendapatkan ikan ketika nelayan purse seine beroperasi di sekitar perairan Kotabaru.
Posisi
Posisi
Kepentingan
Gambar 16 Konflik yang menggambarkan perbedaan
”kebutuhan-kepentingan-posisi” pada kasus purse seine Wilayah konflik Nelayan purse seine Nelayan
mini purse seine
-Pengoperasian purse seine merugikan nelayan lokal -Pelarangan pengoperasian purse seine di sekitar perairan Kotabaru -Memperoleh hasil tangkapan -Kelestarian SDI - Keberlanjutan dalam berusaha - Keadilan dalam pemanfaatan SDI -Memperoleh hasil tangkapan -Memperoleh keuntungan sebesar-besarnya - Keamanan dalam berusaha - Keberlanjutan izin usaha - Kepastianhukum
- Purse seine adalah usaha yang sah dan memiliki surat izin
- Penggunaan lampu berkapasitas tinggi dan menjual hasil tangkapan di wilayah Kotabaru merugikan nelayan lokal
Kebutuhan (2) Kasus daerah penangkapan ikan
Analisis terhadap ”kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan Kecamatan Pulau Sebuku dan nelayan Kecamatan Pulau Laut digambarkan pada Gambar 17. Konsepsi yang berlanjut pada eksploitasi sumberdaya perikanan yang dianut oleh nelayan Kecamatan Pulau Sebuku masih menganut eksploitasi perikanan dengan alat tangkap tradisional yang telah turun temurun. Hal ini dikuasai oleh nelayan tradisional yang masih bertahan dengan alat tangkap sero, rakang, pacing dan trammel net. Daerah penangkapan yang telah dimanfaatkan secara turun temurun tersebut telah dianggap sebagai hak property bagi mereka, sehingga apabila nelayan luar masuk ke wilayah tersebut apalagi memiliki alat tangkap yang lebih besar atau yang telah dimodifikasi telah dianggap melanggar norma dan tidak menjaga kelestarian sumberdaya perikanan.
Posisi
Kepentingan
Gambar 17 Konflik yang menggambarkan perbedaan ”kebutuhan-kepentingan-posisi” pada kasus daerah penangkapan
Wilayah konflik Nelayan Kecamatan Pulau Laut Nelayan Kecamatan Pulau Sebuku -Pelarangan terhadap nelayan selain kecamatan Pulau Sebuku dilarang masuk perairan selat laut pada musim utara
-Pelarangan alat tangkap yang sudah mengalami
modiifikasi
-Tidak mematuhi masalah perbatasan, yang sudah ditetapkan
- Lampara Dasar modifikasi yang menggunakan papan layang dianggap tidak ramah lingkungan -Memperoleh hasil tangkapan -Kelestarian SDI - Keberlanjutan dalam berusaha - Keadilan dalam pemanfaatan SDI -Memperoleh hasil tangkapan -Memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
- Keamanan dalam berusaha - Keberlanjutan izin usaha - Kepastianhukum
Kebutuhan
(3) Kasus pengambilan teripang dan kerang mutiara
Analisis terhadap “kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan Kabupaten Tanah Laut dan nelayan andon memburu kerang dan teripang dari Sulawesi, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur digambarkaann pada Gambar 18. Nelayan dari Kabupaten Tanah Laut menganggap nelayan andon mengambil teripang menggunakan benda tajam merusak karang yang berpotensi mengancam kelestarian sumberdaya perikanan. Banyaknya jumlah kapal yang masuk sekitar 400 unit sangat mengganggu aktivitas nelayan lokal. Potensi negatif ini terbukti bahwa susahnya mendapatkan ikan dan robeknya jaring karena tersangkut jangkar nelayan andon ketika nelayan andon beroperasi di sekitar perairan Kabupten Tanah Laut.
Posisi
Kepentingan
Gambar 18 Konflik yang menggambarkan perbedaan
”kebutuhan-kepentingan-posisi” pada kasus teripang Wilayah konflik -Banyaknya nelayan penyelam, merusak karang mencari teripang merugikan nelayan lokal -Pelarangan perburuan teripang di sekitar Kab. Tala
- Memperoleh hasil tangkapan yang memadai sepanjang tahun - Keberlanjutan dalam berusaha - Keadilan dalam pemanfaatan SDI
Nelayan andon pencari teripang adalah usaha yang sah dan memiliki surat izin
-Memperoleh hasil tangkapan melimpah dan keuntunganyang
besar -Keamanan dalam berusaha - Keberlanjutan dalam berusaha - Keadilan dalam pemanfaatan SDI
Nelayan lokal tidak pengambil teripang dan kerang mutiara
Nelayan andon pencari teripang dan
Kebutuhan (4) Kasus lampara dasar
Analisis terhadap “kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan tradisional terutama nelayan trammel net dengan nelayan lampara dasar digambarkan pada Gambar 19. Nelayan trammel net menganggap nelayan lampara dasar tidak ramah lingkungan karena bersifat mengeruk ikan/udang yang berpotensi mengancam kelestarian sumberdaya perikanan. Potensi negatif ini terbukti bahwa sedikitnya ikan yang tertangkap ketika lampara dasar beroperasi berrsamaan dengan nelayan trammel net.
Posisi
Kepentingan
Gambar 19 Konflik yang menggambarkan perbedaan ”kebutuhan-kepentingan-posisi”
pada kasus lampara dasar
(5) Kasus gillnet
Analisis terhadap”kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan gillnet yang berbeda kapasitas. Nelayan gillnet dari Tanah Laut dan nelayan gilnet (andon) digambarkan pada
Wilayah konflik Nelayan Lampara dasar Nelayan trammelnet - Pengoperasian lampara dasar dapat merugikan nelayan lokal -Memperoleh hasil tangkapan yang memadai sepanjang tahun -Kelestarian SDI -Keberlanjutan dalam berusaha -Keadilan dalam pemanfaatan SDI -Kepastian Hukum - Memperoleh hasil tanggkapan - Memperoleh keuntungan - Kepastian hukum - Keamanan berusaha Belum ada kejelasan Pelarangan
pengoperasian lampara dasar tidak merugikan siapapun
Kebutuhan
Gambar 20. Nelayan lokal menganggap nelayan andon menggunakan gillnet melebihi kapasitas tidak mengikuti anjuran dalam Kep. Mentan 392/99 yang mengatur penggunaan gillnet (Jalur 3 mil terlarang bagi penggunaan Gillnet sepanjang 1000 m).
Posisi
Kepentingan
Gambar 20 Konflik yang menggambarkan perbedaan
”kebutuhan-kepentingan-posisi” pada kasus gillnet
(6) Kasus penggunaan bom
Analisis terhadap ”kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan yang bukan pengguna bom dengan nelayan pengguna bom digambarkan pada Gambar 21. Nelayan yang menggunakan bom diangggap oleh masyarakat adalah perilaku yang menyimpang (deviant behaviour) dengan beragam motif, seperti ingin kaya dengan cara atau mungkin terpaksa karena adanya benturan dengan kondisi ekonomi. Ironisnya para pelaku pengguna bom sulit ditangkap, berdasarkan keterangan informan hal tersebut disebabkan luasnya kondisi perairan, kurangnya fasilitas dan anggaran dana untuk menertibkan pengguna bom. Selain itu pengguna bom menggunakan
Wilayah konflik Nelayan gillnet (andon) Nelayan gillnet (lokal) Pelarangan pengoperasian gillnet yang melebihi kapasitas Pengoperasian gillnet tidak merugikan siapapun -Memperoleh hasil tangkapan yang memadai sepanjang tahun -Kelestarian SDI -Kepastian Hukum - Memperoleh hasil tanggkapan - Memperoleh keuntungan - Keamanan berusaha
Kebutuhan
kapal bermesin 6 (enam) silender sehingga kalah cepat ketika dilakukan pengejaran.
Apa yang telah dilakukan nelayan penggguna bom tersebut telah mematikan ikan hingga telurnya bahkan yang masih tersembunyi pada karang ikut musnah dan keberadaan penyu ikut terganggu, karena daya ledaknya begitu kuat. Daya ledakan yang ditimbulkan mencapai radius 100 meter persegi. Nelayan pengguna bom ini biasanya dalam 1 (satu) unit kapal terdiri dari 10 ABK, yang beroperasi pada pagi dan sore hari.
Posisi
Kepentingan
Gambar 21 Konflik yang menggambarkan perbedaan ”kebutuhan-kepentingan-posisi”pada kasus penggunaan bom
(7) Kasus bagan apung
Analisis terhadap ”kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan bagan tancap dengan nelayan bagan apung digambarkaann pada Gambar 22. Nelayan bagan apung
Wilayah konflik
Nelayan pengguna bom Nelayan
Bukan pengguna bom bom - Penggunaan bom merupakan peanggaran UU No 45 Tahun 2009, revisi UU No 31 Tahun 2004 dan tidak sesuai dengan norma -Memperoleh hasil tangkapan yang memadai sepanjang tahun -Kelestarian SDI -Keberlanjutan dalam berusaha -Keadilan dan keamanan dalam pemanfaatan SDI -Kepastian Hukum
- Tidak mentaati UU yang berlaku di Indonesia sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian sumberdaya ikan dan ekosistem perairan -Memperoleh hasil tangkapan yang melimpah -Memperoleh keuntungan sebesar-besarnya - Keperluan mendesak dan keuntungan sesaat
Kebutuhan
menganggap bahwa nelayan bagan apung merebut wilayah fishing ground bagan tancap. Potensi negatif ini terbukti ketika hasil tangkapan berkurang dan pendapatan mereka menurun bersamaan dengan beroperasinya bagan apung.
Posisi
Kepentingan
Gambar 22 Konflik yang menggambarkan perbedaan
”kebutuhan-kepentingan-posisi” pada kasus bagan apung
(8) Kasus seser modern
Analisis terhadap ”kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan seser tradisional dengan nelayan seser modern digambarkaann pada Gambar 23. Nelayan seser modern dianggap melakukan kegiatan eksploitasi dengan level yang lebih tinggi pada fishing ground yang sama dengan seser tradisional. Potensi negatif ini terbukti ketika hasil tangkapan berkurang bersamaan dengan beroperasinya seser modern.
Wilayah konflik
Nelayan bagan apung Nelayan
bagan tancap - Pengoperasian bagan
apung dapat merugikan nelayan bagan tancap - Bagan apung yang bisa
dipindahkan dianggap merebut wilayah bagan tancap
- Pelarangan pengoperasian bagan apung di wilayah bagan tancap bagan tancap
-Memperoleh hasil tangkapan -Kelestarian SDI Memperoleh keadilan Pengoperasian bagan apung tidak merugikan siapapun -Memperoleh hasil tangkapan -Memperoleh keuntungan sebesar-besarnya - Keamanan berusaha
Kebutuhan
Posisi
Kepentingan
Gambar 23 Konflik yang menggambarkan perbedaan
”kebutuhan-kepentingan-posisi” pada kasus seser modern
(9) Kasus cantrang
Analisis terhadap ”kebutuhan-kepentingan-posisi” yang diharapkan dari pihak nelayan yang berkonflik yaitu antara nelayan Kal-Sel dengan nelayan cantrang dari Sulawesi dan Jawa Tengah gambarkan pada Gambar 24. Nelayan seser modern dianggap melakukan kegiatan eksploitasi dengan level yang lebih tinggi pada fishing ground yang sama dengan seser tradisional. Potensi negatif ini terbukti ketika hasil tangkapan berkurang bersamaan dengan beroperasinya seser modern.
Wilayah konflik Nelayan seser modern Nelayan seser
tradisional
- Adanya anggapan bahwa tidak boleh mengadakan kegiatan eksploitasi dengan level yang lebih tinggi - Pelarangan -Memperoleh hasil tangkapan -Kelestarian SDI Memperoleh keadilan Pengoperasian seser modern tidak merugikan siapapun
Memperoleh hasil tangkapan dan
keuntungan yang besar
- Keamanan berusaha
Kebutuhan
Posisi
KepentinganGambar 24 Konflik yang menggambarkan perbedaan
”kebutuhan-kepentingan-posisi” pada kasus cantrang
4.4.3 Identifikasi sikap, perilaku dan konteks sebagai faktor yang