BAB I PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang tertera di atas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Kurangnya keterlibatan universitas dalam pelaksanaan penerimaan peserta KJMU.
2. Lemahnya sistem pendataan mahasiswa penerima KJMU secara update.
3. Kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap penggunaan dana KJMU yang sesuai dengan prosedur.
4. Kurangnya pengawasan terhadap pendanaan KJMU
5 C. Pembatasan Masalah
Untuk mengoptimalkan agar pembahasan yang dipaparkan oleh penulis lebih terfokus, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti hanya pada Evaluasi Program Beasiswa KJMU di UIN Jakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan penelitian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana evaluasi context dalam program beasiswa KJMU?
2. Bagaimana evaluasi input dalam program beasiswa KJMU?
3. Bagaimana evaluasi process dalam program beasiswa KJMU?
4. Bagaimana evaluasi product dalam program beasiswa KJMU?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui evaluasi context dalam program beasiswa KJMU 2. Mengetahui evaluasi input dalam program beasiswa KJMU 3. Mengetahui evaluasi process dalam program beasiswa KJMU 4. Mengetahui evaluasi product dalam program beasiswa KJMU F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan program beasiswa melalui KJMU.
2. Bagi Akademisi
Memperkaya bahan kajian pustaka bagi peminat studi manajemen serta memberikan masukan kepada mahasiswa/mahasiswi tentang program
6
beasiswa melalui KJMU serta dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Praktisi
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan program beasiswa KJMU.
4. Bagi Masyarakat dan Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai dalam menyadari pendayagunaan dana KJMU sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan sehingga kesejahteraan dalam program beasiswa KJMU dapat terealisasi dengan baik.
7 BAB II
LANDASAN TEORI A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi memiliki beberapa definisi yang banyak dikemukakan oleh para ahli dalam buku atau tulisan yang mereka buat. Menurut Tayibnapis, evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan yang ingin diperoleh.3 Evaluasi menurut Sudjiono yaitu interpretasi atau penafsiran yang bersumber pada data kuantitatif. Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.4
“Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan”.5
Evaluasi merupakan alat dari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan praktik profesi.6
Evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan dan penentuan nilai, sedangkan berdasarkan pengertian bahwa evaluasi adalah
3 Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan, 2002, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, H. 36.
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), H. 1
5 Ibid, h. 325
6 Wirawan, MSL, 2011, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada), h. 30
8
mengkritisi suatu program dengan melihat kekurangan dan kelebihan pada konteks, input, dan produk proses pada suatu program.7
Dari keterangan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses penilaian suatu objek atau bahan yang dievaluasi selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan terhadap objek tersebut.
Program adalah suatu rangkaian kegiatan sebagai bentuk implementasi dari suatu kebijakan. Menurut pengertian secara umum, program diartikan sebagai rencana yang akan dilakukan/dikerjakan oleh seseorang atau suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan.8
Di dalam kamus tertulis: 1) Program adalah rencana, 2) Program adalah kegiatan yang rencanakan dengan saksama. Evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.9
Kata program berasal dari bahasa Inggris dari kata programme yang berarti acara atau rencana. Program dalam hal ini tidak sama dengan program dalam bahasa komputer. Program dapat didefinisikan sebagai unit kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu kebijakan yang berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.10 Wirawan berpendapat bahwa, “Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.”11
Menurut Wirawan, Evaluasi program adalah metode sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.12 Evaluasi program menurut Sukardi
7 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif, 2006, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta). hlm. 124.
8 Amat Jaedun, Metode Penelitian Evaluasi Program, diakses
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-amat-jaedun-mpd/penelitian-evaluasi-program.pdf pada 23 November 2019, pukul 12.14 WIB
9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta:Bumi Aksara, 2017),hlm. 325
10 T.Rusman Nurhakim,op. cit., hlm. 10
11 Wirawan, op. cit., hlm. 25
12 Wirawan, loc.cit
9
merupakan evaluasi yang berkaitan erat dengan program atau kegiatan pendidikan, termasuk di antaranya tentang kurikulum, sumber daya manusia, penyelenggara program, dan proyek penelitian pada suatu lembaga.13
Evaluasi program merupakan penelitian evaluatif. Pada dasarnya penelitian evaluatif dimaksudkan untuk mengetahui akhir dari adanya kebijakan dalam rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan yang lalu kemudian tujuan akhirnya adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi program merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengukur suatu program yang telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang dibuat secara sistematis dan menyeluruh sehingga program yang dilaksakan dapat diperbaiki, dilanjutkan maupun disempurnakan.
2. Tujuan Evaluasi Program
Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat
b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar
d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi program yang berjalan dan yang tidak berjalan
e. Pengembangan staf program
f. Memenuhi ketentuan undang-undang g. Akreditasi program
h. Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency i. Mengambil keputusan mengenai program j. Accountabilitas
13 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) hlm. 3
10
k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.14
Evaluasi program memiliki tujuan di antaranya untuk mengukur pengaruh program yang telah tercapai apakah sesuai standar atau tidak, menilai program yang telah dilaksanakan, mengidentifikasi permasalahan saat berjalannya program sampai dengan memberikan kontribusi terkait program yang akan dijalankan kedepannya. Oleh karena itu, evaluasi program sangat penting dilakukan demi membantu suatu lembaga meningkat.
3. Fungsi Evaluasi Program
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.15
Menurut Kusuma, evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru
b. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar
c. Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar d. Sebagai sarana umpan balik bagi guru yang bersumber dari siswa e. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa
f. Sebagai mated utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.16
Fungsi evaluasi program untuk mengukur kemajuan, menyusun rencana, memperbaiki, serta menyempurnakan program yang telah
14 Wirawan, op.cit., hlm. 30-33
15 Anas Sudijono, op.cit., hlm. 7
16 Mochtar Kusuma, op. cit., hlm. 6
11
dijalankan. Selain itu, evaluasi program juga digunakan pada saat mengajar, di antaranya sebagai alat untuk mengetahui seberapa besar ia menguasai pengetahuan yang telah diberikan sehingga mengetahui aspek-aspek kelemahan yang dimiliki. Selanjutnya guru akan mengetahui ketercapaian siswa dalam mengajar sebagai sarana umpan balik siswa dan dapat menjadi laporan hasil belajar siswa.
4. Prosedur Evaluasi
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini dipaparkan salah satu tahapan evaluasi yang sifat umum digunakan:
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam hal ini, apa saja yang dapat di evaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Di sana banyak terdapat aspek-apek yang kiranya dapat dan perlu dievaluasi.
b. Merancang kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-tahapan apa saja yang akan dilalui, siapa saja yang dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
c. Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
d. Pengelolaan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil evaluasi.
12
e. Pelapor hasil evaluasi agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan diinformasikan baik secara lisan mapun tulisan.
f. Tindakan lanjut hasil evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari manajemen. Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik di tingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.17
5. Model Evaluasi Program
Ada banyak model yang dapat digunakan untuk menilai suatu program.
Terlepas dari kenyataan bahwa mereka kontras satu sama lain, tujuannya tetap seperti sebelumnya, khususnya untuk melengkapi informasi atau latihan pengumpulan data yang mengidentifikasi item yang dinilai ditentukan untuk memberikan bahan kepada pemimpin dalam memutuskan tindak lanjut proyek. Model penilaian dibuat secara khas sesuai dengan kebutuhan yang ada, selain itu model penilaian terus berkembang sehingga model penilaian menjadi tidak dapat diprediksi. Meskipun terdapat perbedaan pendapat tentang model-model evaluasi, yang dimaksud itu sama yaitu kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan objek yang dievaluasi sebagai bahan bagi pengambilan keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.18
Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. Selain itu, ada ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan dibawakan dan kepentingan tertentu serta
17 Anas Sudijono, op.cit., hlm. 8
18 S. Arikunto & Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, 2008, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 40
13
ada yang menyesuaikan dengan paham yang dianut yang disebut dengan pendekatan19
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi bahwa ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli. Berikut ini adalah model-model evaluasi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut: Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli. Berikut ini adalah model-model evaluasi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
a. Goal Oriented Evaluation Model
Model yang berorientasi pada tujuan ini dikembangkan oleh Tyler. Objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan dengan cara berkesinambungan, terus-menerus, mencetak sejauh mana tujuan tersebut sudah tercapai di dalam proses pelaksanaan program. Evaluator akan secara terus menerus melakukan penilaian terhadap tujuan yang telah ditetapkan di dalam program. Penilaian yang dilakukan secara terus menerus ini bertujuan untuk menilai kemajuan yang dicapai oleh peserta program atau pelatihan sehingga dapat dinilai kesenjangan yang nampak mengenai apa yang seharusnya diperoleh dengan apa yang telah dicapai.20
Jika diperhatikan, model ini hanya terbatas pada tujuan program, sehingga perspektif lain yang tidak sesuai dengan tujuan kurang dipikirkan dan umumnya akan membatasi wawasan dalam menjalani langkah-langkah pelaksanaan program yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, hasil evaluasi tidak dapat diharapkan
19 E.P. Widiyoko, Evaluasi Program Pembelajara: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011).
hlm. 172
20Suharsimi Arikunto dan S.A Jabar, Op.Cit., hlm. 41
14
lengkap dan tidak dapat digunakan sebagai model evaluasi dalam penelitian ini.
b. Goal Free Evaluation Model
Model bebas tujuan ini dikembangkan oleh Michael Scriven pada tahun 1973. Evaluasi ini beranggapan bahwa evaluasi seharusnya tidak mengetahui tujuan-tujuan program. Kelebihan model ini lebih kepada objektivitas dan realitas lapangan yang sungguh terjadi.
Kemudian kemungkinan keberhasilan-keberhasilan dan fokus-fokus baru untuk diteliti lebih lanjut sangat terbuka.21
Model evaluasi bebas tujuan ini dapat dikatakan berlawanan dengan model yang pertama. Jika pada model pertama evaluator secara terus-menerus memantau tingkat pencapaian tujuan, maka dalam Goal Free Evaluation evaluator justru seolah-olah berpaling dari tujuan.
Menurut Scriven, dalam melaksanakan evaluasi, evaluator tidak harus hanya terpaku pada tujuan program, tetapi mereka justru harus mengidentifikasi dampak program, baik dampak yang positif (hal-hal yang diharapkan) maupun dampak yang negatif (hal-hal yang tidak diharapkan).22
Sesuai gambaran di atas, model Goal Free Evaluation tidak sesuai dengan sasaran penilaian dalam penelitian ini karena penilaian hanya berpusat pada pelaksanaan program yang sedang berjalan, padahal penyusunan program juga merupakan sesuatu yang penting untuk dievaluasi. Inilah salah satu alasan model ini tidak diterapkan dalam penelitian ini.
c. Model Evaluasi Empat Level
Model ini dikembangkan oleh Kirkpatrick. Model evaluasi empat level merupakan model evaluasi yang menetapkan kriteria dan fokus penilaian. Selain itu, model Kirkpatrick mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih komprehensif, karena mencakup aspek kognitif,
21 T. Rusman Nurhakim, Op.Cit., hlm. 83-84
22 Amat Jaedun, Op.Cit., hlm 8
15
skill dan afektif. Objek evaluasi mencakup proses, output dan outcome serta mudah untuk diterapkan.
Evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan mencakup empat level evaluasi, yaitu sebagai berikut:
1) Reaction Level (Level Reaksi).
Evaluasi pelatihan di tingkat ini mengukur sejauh mana reaksi peserta terhadap pelatihan yang dijalani. Pada tahap ini, kepuasan peserta pelatihan diukur berdasarkan persepsi dan apa yang dirasakan peserta terkait dengan pelatihan secara keseluruhan.
2) Learning Level (Level Pembelajaran).
Dalam level pembelajaran dapat dilihat dari seberapa jauh peserta menguasai materi yang diberikan baik dalam segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, maupun peningkatan keterampilan.
3) Behavior Level (Level Perilaku).
Perilaku peserta dibandingkan dari sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan guna mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan performa atau kinerja peserta pelatihan. Hal ini penting karena tujuan dari pelatihan adalah untuk mengubah perilaku peserta pelatihan agar sesuai dengan harapan.
4) Result Level (Level Hasil).
Level keempat ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena peserta mengikuti suatu program. Dampak yang dihasilkan dari suatu pelatihan atau program akan dibahas pada level ini.
Berdasarkan jabaran di atas dapat diketahui bahwa model evaluasi empat level ini bersifat komprehensif yaitu mencangkup aspek kognitif, skill dan afektif yang ada dalam peserta program, dengan demikian maka model evaluasi ini tidak tepat untuk diterapkan dalam penelitian ini.
16 d. Model Evaluasi Iluminatif
Model ini dikembangkan oleh Parlett dan Hamilton. Pada model iluminatif suatu program yang dinilai tidak ditinjau sebagai suatu yang terpisah melainkan dalam hubungan dengan suatu learning milieu dalam konteks sekolah sebagai lingkungan material dan psikososial.
Menghubungkan kegiatan evaluasi dengan suatu learning milieu membawa penilai kepada situasi yang konkret, tetapi juga kompleks, karena sistem yang akan dinilai itu tidak dipandang sebagai unsur yang terpisah (berdiri sendiri) melainkan sebagai bagian dari keseluruhan sistem
Tujuan evaluasi menurut model iluminatif adalah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem yang bersangkutan mengenai bagaimana pelaksanaan program di lapangan, bagaimana pelaksanaan itu dipengaruhi oleh situasi tempat yang bersangkutan dikembangkan, apa kebaikan dan kelemahan dan bagaimana program tersebut memengaruhi pengalaman belajar serta sebagai bahan atau input untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian dan penyempurnaan sedang dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang ditempuh model ini dalam melaksanakan evaluasi lebih bersifat terbuka atau open-ended dan dalam melaporkan hasil evaluasi lebih banyak digunakan cara deskriptif dalam penyajian informasinya.
Namun, apabila diamati lebih jauh maka batasan tiap aspek dalam model ini kurang begitu nampak sehingga hasil evaluasi akan cenderung bersifat umum, padahal evaluasi yang bersifat khusus juga sangat diperlukan guna melihat berbagai permasalahan kecil yang timbul dalam sebuah program, dengan demikian maka model ini tidak dijadikan sebagai model evaluasi dalam penelitian ini.
e. CIPP Evaluation Model
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam. Model CIPP memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem bahwa
17
program terdiri dari beberapa komponen yang saling bekerja sama dan berhubungan satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan terduga
Semua komponen program yang berpengaruh terhadap keberhasilan turut menjadi objek evaluasi. Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan cara menganalisis program berdasarkan komponen-komponennya. Komponen evaluasi model CIPP terdiri dari empat antara lain adalah konteks, input, proses dan produk. Masing-masing komponen tersebut memiliki fokus yang berbeda-beda. Stufflebeam dalam Tayibnapis menjabarkan komponen evaluasi CIPP. Berikut peran tiap-tiap komponen:
1) Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. 23 Evaluasi konteks menghasilkan informasi tentang macam-macam kebutuhan yang telah diatur prioritasnya, agar tujuan dapat diformulasikan.24
Model CIPP terdiri atas 4 tahapan yaitu: evaluasi konteks, input, proses dan produk. Pada tahap pertama ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang perlu dilakukan dengan mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari program.25
Evaluasi konteks merupakan tahap awal dalam melakukan suatu evaluasi pada evaluasi CIPP. Tahap ini melihat informasi terkait kebutuhan pada program dan tujuan program.
2) Evaluasi Masukan
Langkah selanjutnya pada model CIPP ini adalah input. Hal ini mengidentifikasi masalah aset dan peluang untuk membantu para
23 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op.cit., hlm. 46
24 Mochtar Kusuma, op. cit., hlm. 87
25 T. Rusman Nurhakim, Op.Cit., hlm 91
18
pengambil keputusan, mendefinisikan tujuan, prioritas, manfaat program, rencana tindakan, rencana tenaga, dan rencana anggaran.26 Evaluasi ini mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf, anggaran untuk feasibilitas, potensi cost effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.27
Evaluasi masukan melihat dari beberapa hal yang menjadi permasalahan, peluang dan aset yang dimiliki program. Beberapa hal pada tahap masukan sangat penting karena dapat menunjang hasil dari evaluasi pada suatu program.
3) Evaluasi Proses
Evaluasi proses berusaha mencari jawaban atas apa yang sedang dilaksanakan. Evaluasi ini membantu untuk mengimplementasikan keputusan. Sejauh mana rencana telah dilaksanakan dan apa yang harus direvisi.28
Evaluasi program ini bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaannya adalah hingga mana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan rencana kerja, dan apa yang harus diperbaiki. Dimensi ini mencakup penyelenggaraan, implementasi kegiatan pembelajaran, aktivitas peserta diklat, penggunaan sarana, media, sumber dan lingkungan.29
Evaluasi Proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam proses membandingkan dalam implementasi kegiatan. Evaluasi proses dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana aktivitas penyelenggaraan program, pengalaman belajar apa yang
26 Ibid
27 Wirawan, op. cit., hlm. 137
28 Ibid
29 Zainal Arifin, op.cit., hlm. 124
19
diberikan, dan bagaimana aktivitas penyelenggaraan yang telah dijalankan.
4) Evaluasi Produk
Langkah model CIPP yang terakhir adalah evaluasi produk yang berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan untuk membantu memfokuskan pada pencapaian manfaat.30
Dari 3 tahap yang dijalankan dalam model ini, tahap terakhir yang harus dilakukan adalah evaluasi produk atau hasil. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya. Pertanyaannya adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.
Produk diklat (misalnya) berupa lulusan yang diharapkan dapat menunjukkan kinerja di tempat kerjanya masing-masing.31
Evaluasi produk memperkirakan pencapaian dalam mencapai tujuan. Aktivitasnya untuk mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi tentang bagaimana hasil program persiapan dan manfaat bagi para
Evaluasi produk memperkirakan pencapaian dalam mencapai tujuan. Aktivitasnya untuk mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi tentang bagaimana hasil program persiapan dan manfaat bagi para