BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1.1 Identifikasi Masalah
Peneliti melakukan identifikasi masalah dengan teknik observasi dan wawancara. Permasalahan yang diidentifikasi yaitu masalah yang berkaitan dengan ketersediaan alat peraga di kelas dan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran membaca. Hasil dari obervasi dan wawancara kemudian dikaji dengan menggunakan triangulasi data. Kemampuan membaca siswa pada tahap permulaan merupakan potensi yang dibahas dalam penelitian ini sedangkan kemampuan membaca permulaan yang belum dimiliki siswa SD N 1 Keputran adalah permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
4.1.1.1.1 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung baik secara partisipatif maupun non partisipatif (Sukmadinata, 2008: 220). Observasi dilaksanakan untuk mengamati pembelajaran membaca di kelas I SD N 1 Keputran selain itu juga untuk
mengamati ketersediaan alat peraga membaca permulaan. Sebelum pedoman observasi digunakan, pedoman observasi dinilai terlebih dahulu oleh ahli bahasa. Tujuan dilakukannya penilaian terhadap pedoman observasi adalah untuk mengetahui kelayakan pedoman observasi. Berikut adalah hasil penilaian ahli bahasa terhadap pedoman observasi yang disajikan pada tabel di bawah ini,
Tabel 4. 1 Hasil Penilaian Pedoman Observasi oleh Ahli No.
Item Kisi-Kisi Observasi Objek yang Diamati Skor
1
Ketersediaan alat peraga untuk latihan membaca permulaan di kelas.
Adanya alat peraga yang digunakan untuk latihan membaca.
4
2 Penggunaan alat peraga untuk latihan membaca di kelas.
Guru menggunakan alat peraga untuk latihan membaca
permulaan dikelas.
4
3
Cara menggunaan alat peraga untuk latihan membaca permulaan di kelas.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga untuk latihan membaca permulaan dikelas
4
4,5
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca.
1. Siswa melakukan kesalahan dalam membaca di kelas 3 2. Siswa kurang berkonsentrasi dalam membaca di kelas. 3 Jumlah skor 18 Rerata Skor 3,6
Dengan demikian dapat dilakukan perhitungan menggunakan perhitungan menurut Widoyoko (2014: 149) untuk memperoleh rerata skor penilaian instrumen sebagai berikut,
Rerata skor = 3,6
Berdasarkan perhitungan hasil penilaian pedoman di atas, dapat diketahui bahwa jumlah rerata skor hasil penilaian pedoman observasi adalah 3,6. Jika dilihat pada tabel pengklasifikassian skor, rerataskor pedoman observasi masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen pedoman observasi termasuk dalam kriteria sangat baik sehingga layak untuk digunakan. Hasil observasi peneliti terhadap ketersediaan alat peraga membaca dan kesulitan membaca siswa SD kelas 1 SD N 1 Keputran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 2 Hasil Observasi Ketersediaan Alat Peraga danPembelajaran Membaca Permulaan di Kelas I
Obyek yang diamati Jawaban Catatan
Adanya alat peraga yang didisplay
untuk membaca dikelas Ada
Beberapa poster huruf untuk memperkenalkan huruf.
Guru menggunakan alat peraga
membaca di kelas Tidak
Alat peraga sedang tidak digunakan
Guru menjelaskan cara
penggunaan alat peraga membaca di kelas
Tidak
Guru menuliskan kata di papan tulis. Kemudian Guru mengejakan kata yang ada di
papan tulis kemudian siswa membaca kata tersebut.
Siswa melakukan kesalahan dalam
membaca di kelas Ya
Ada satu siswa terlambat dalam membaca kata. Satu siswa membaca kata belajar menjadi belaja
Siswa melakukan aktivitas lain
selain yang diminta guru Ya
Satu siswa bermain tempat pensil.
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga membaca permulaan belum ada sehingga kurang mendukung dalam meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran membaca yang dan mudah bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi dimana siswa melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan membaca. Permasalahan yang dialami beberapa siswa belum dapat diatasi secara optimal apabila guru hanya menggunakan teknik dikte dalam belajar membaca permulaan.
4.1.1.1.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I dan dua siswa kelas I. Pedoman wawancara telah divalidasi oleh guru SD. Wawancara telah dilakukan dengan kepala sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4. 3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Topik pertanyaan No. Item Hasil Wawancra
dengan permasalahan membaca permulaan.
dan 5 tahunnya terdapat mengalami permasalahan membaca sebanyak 60%. Permasalahan yang muncul anatara lain siswa belum hafal huruf yang menyebabkan kesulitan merangkai huruf menjadi kata dan kalimat. Permasalahan disebabkan karena beberapa siswa ada yang tidak mengalami masa TK dan memiliki kemampuan menghafal yang rendahsehingga siswa kurang minat dalam membaca.
Ketersediaan alat peraga di sekolah
6,7,8,9 dan 10
Alat peraga untuk membaca yang ada di sekolahan berupa poster huruf dan poster kata dengan terdiri dari dua suku kata.
Penggunaan alat peraga
membaca dalam
pembelajran.
11 dan 12
Alat peraga membaca digunakan dalam pembelajaran. Alat peraga digunakan secara klasikal di kelas walaupun belum optimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dapat diketahui bahwa di SD N 1 Keputran dalam setiap tahunnya terdapat mengalami permasalahan membaca. Alat peraga untuk membaca permulaan yang dimiliki sekolahan untuk membantu siswa masih terbatas. Alat peraga yang dimiliki sekolahan berupa poster huruf dan poster kata. Wawancara kedua dilakukan dengan guru kelas I. Adapun hasil wawancara dengan guru SD N 1 Keputran
yang dilaksanakan tanggal 15 September 2016. Hasil wawancara dengan guru dituangkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4. 4 Hasil Wawancara dengan Guru
No. Topik Pertanyaan Jawaban
1 Proses kegiatan belajar di kelas
Kegiatan belajar di kelas saat ini memang sedikit terganggu atau sedikit terhambat karena ada siswa yang belum bisa membaca dan ada yang masih belum lancar membaca.
2 Penggunaan alat peraga di kelas.
Di kelas satu ini ada alat peraga membaca, tapi hanya berupa pengenalan huruf yang dipajang di dinding. Alat peraga tersebut digunakan diawal saja untuk penggenalan setelah itu tidak ada lanjutan penggunaannya.
3
Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa latihan membaca dan menulis permulaan
Kesulitan yang dialami adalah ketika membimbing siswa yang belum lancar membaca. Ada siswa yang masih mengenal huruf. Ditambah lagi dengan keterbatasan alat peraga yang ada di kelas. Adapun jumlah secara keseluruhan setiap tahunnya adasekitar 5 siswa yang belum lancar membaca.
4
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam latihan membaca dan menulis permulaan
Sulit membaca suku kata, kata dan membaca kalimat dikarenakan ada siswa yang tidak menempuh pendidikan di TK.
guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
untuk mengeja dan membaca dalam pelajaran bahasa Indonesia maupun pelajaran yang lain
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru SD kelas I yang disajikan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa, Setiap tahunnya di kelas I selalu ada siswa yang belum lancar membaca. Adapun penyebab kesulitan membaca yang dialami siswa beranekaragam. Ada siswa yang tidak bersekolah di taman kanak-kanak. Ada siswa yang masih sulit mengeja kata. Alat peraga untuk latihan membaca yang dimiliki di kelas I masih terbatas. Wawancara ketiga dilakukan dengan siswa kelas I SD N 1 Keputran. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 5 Hasil Wawancara dengan Siswa
Pertanyaan
Jawaban Siswa
DV RY HS
Apakah kamu suka pelajaran bahasa
Indonesia? Ya Tidak Tidak
Apakah di kelasmu terdapat kartu suku
kata untuk latihan membaca? Tidak
Tidak, adanya
gambar huruf. Tidak
Apakah kamu menginginkan ada kartu
suku kata untuk latihan membaca? Ya Ya
Ya
Apakah kamu masih kesulitan dalam
Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, guru dan siswa dapat disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam membaca serta ketersediaan alat peraga untuk membaca masih terbatas. Bagan dibawah ini memperlihatkan triangulasi data dari ketiga narasumber tersebut,
Gambar 4. 1 Triangulasi Sumber Data Wawancara
Berdasarkan bagan di atas, diketahui bahwa masih ada permasalahan dalam membaca yang dialami siswa. Beberapa siswa masih merasa kesulitan dalam membaca. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan alat peraga yang terbatas. Alat peraga memang sudah tersedia tetapi guru jarang menggunakan alat tersebut. Salah satu alasannya adalah karena kondisi alat peraga yang sudah rusak dam jumlah yang terbatas. Padahal siswa merasa lebih senang dan mudah memahami materi apabila menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca. Pada saat observasi, peneliti menemukan masalah seperti kesulitan menyebutkan huruf, sulit merangkai huruf, terbata-bata dalam membaca, kurangnya ketertarikan siswa dalam pembelajaran membaca. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan siswa, siswa mengungkapkan bahwa mereka sudah merasa bosan saat membaca.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah penggunaan alat peraga dalam kegiatan membaca di dalam kelas belum optimal. Dari hasil observasi, alat peraga untuk membaca sudah ada namun tidak digunakan secara optimal. Asannya karena ketersediaan alat peraga yang terbatas dan kondisi fisik alat peraga yang rusak. Metode yang selama ini digunakan oleh guru adalah metode Iqro.