• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Masalah

Dalam dokumen Metodologi Penelitian Hukum Islam Edisi Revisi (Halaman 101-106)

PENELITIAN HUKUM ISLAM EMPIRIS

C. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

Sebelum melakukan perumusan masalah seorang pene-liti harus dapat melakukan apa yang disebut dengan iden-tifikasi masalah. Setelah hal tersebut, peneliti akan dapat melakukan langkah berikutnya untuk merumuskan

perma-109 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 106.

SAMPLE

91

BAB 6  Penelitian Hukum Islam Empiris

lasahan dari penelitian yang sedang dilakukan.

Masalah adalah lebih dari sekadar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanya de-ngan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban.110

Dapat dipahami dari kutipan di atas bahwa paling tidak sesuatu itu dikatakan sebagai permasalahan apabila mempu-nyai dua faktor atau lebih yang kemudian dari faktor-faktor akan memunculkan sebuah pertanyaan dan permasalahan disebabkan hubungan keduanya. Selanjutnya dari tanda ta-nya yang muncul dari hasil hubungan faktor-faktor tersebut akan mengarahkan kita kepada jawaban yang tepat untuk menyelesaikan permalasahan tersebut.

Di samping itu pula para peneliti sebelum melakukan penelitiannya harus terlebih dahulu menginventarisasi pene-litian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga dapat menentukan mana yang perlu diteliti dan mana yang tidak. Pengulangan penelitian kadang-kadang diperlukan, misalnya dalam hal penelitian deskriptif yang dilakukan pada suatu kurun waktu-waktu tertentu, perlu diulang kembali pada kurun waktu atau tempat yang berlainan. Studi ekspe-rimental yang telah dilakukan perlu diulang untuk menguji validitas hasilnya.111

Dengan demikian, ada suatu sifat yang harus dipegang peneliti dalam lapangan penelitian bahwa penelitian yang

110 Guba and S. Lincoln, Effective Evaluation (San Fransisco: Jossey-Bass Pub-lisher, 1981), hlm. 218, dalam Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XXII (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 93.

SAMPLE

dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya bersifat relatif dan tidak mutlak kebenarannya. Sehingga bisa diadakan penin-jauan ulang kembali terhadap hasil penelitian yang telah di-lakukan. Apakah itu dari sisi prosedur yang dilakukan, lang-kah-langkah yang dilakukan, dan sebagainya.

Dari tinjauan ulang itu akan dihasilkan kembali sebuah temuan baru atau berupa kritik terhadap hasil-hasil peneli-tian sebelumnya. Kemudian itu yang kita jadikan sebagai se-buah acuan terhadap masalah akan dibahas pada penelitian yang akan kita lakukan.

Maka untuk memperoleh penelitian, kita harus peka terhadap permalasahan. Apabila selama ini selalu meneri-ma apa adanya tanpa curiga (bertanya-tanya), meneri-maka harus ia ubah pandangan dari persepsinya tentang:112

a. Semua yang telah dituliskan dalam literatur. b. Prosedur dari para instruktur atau seniornya.

c. Praktik-praktik profesi yang selama ini dikerjakan atau dilihatnya.

Berpijak dari poin di atas, sikap kritis, berpikir logis, dan ragu merupakan suatu langkah untuk dapat memudahkan mendapatkan permasalahan.

Untuk melokalisir permalasahan penelitian, dapat dila-kukan dengan cara-cara sebagai berikut:113

1. Lakukan eksplorasi literatur, pada aspek tertentu dalam suatu bidang atau disiplin keilmuan dari kumpulan teo-ri-teori, pelajan perkembangan atau perubahannya, ke-lemahan-kelemahannya, kesenjangan-kesenjangannya, atau inkonsistensinya. Tindakan iniakan lebih me

ng-112 Ibid.

SAMPLE

93

BAB 6  Penelitian Hukum Islam Empiris

arahkan kita pada permasalahan untuk diteliti lebih lan-jut.

2. Mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah untuk memperkaya atau menangkap permasalahan-permasalahan. Misal nya dalam suatu seminar simposium, panel diskusi, loka-karya, pertemuan ilmiah, profesi kuliah tamu, ceramah-ceramah ilmiah, atau mengunjungi pusat-pusat peneli-tian, dan sebagainya.

3. Menyerap dari pengalaman sehari-hari dalam menja lani praktik profesinya.

4. Berdiskusi secara individual dengan teman-teman se-profesi.

Dari keempat poin di atas merupakan suatu pengantar kepada kita untuk dapat mengidentifikasi permalasalahan. Tetapi walaupun demikian, langkah-langkah tersebut baru pada tataran pengarahan kepada peneliti untuk mendapat-kan informasi-informasi yang berkenaan dengan objek yang diteliti.

Tidak hanya cukup memadukan dengan langkah-lang-kah tersebut, paling tidak ada tiga langlangkah-lang-kah lagi yang harus kita lakukan untuk lebih mengkonkretkan penelitian dalam rangka mendapatkan masalah yang mau diteliti.

1. Melakukan analisis terhadap semua yang diperoleh, di-serap, diketahui, atau yang telah diteliti. Hal ini dila ku-kan dengan cara:

a. Carilah kesenjangan dalam penjelasannya, atau ca-rilah kesimpulan yang belum teruji.

b. Dapatkan konflik pendapat (polemik) tentang se-suatu hal.

c. Carilah saran konkret yang harus diteliti lebih lan-jut dari suau laporan penelitian.

SAMPLE

d. Selalu mempertanyakan kebenaran dari suatu pro-sedur inti atau rutin yang selalu dipakai setiap hari. e. Baca, dengar, lihat, dan refleksikan dalam bentuk

pertanyaan, misal: apakah, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

2. Membatasi atas dasar minat atau disiplin ilmu yang se-dang digeluti.

3. Calon peneliti harus berbekal scientific mind dan

pre-pared mind. Pertama dalam arti harus berpandangan

objektif, independent, dan memiliki wawasan. Adapun yang kedua dalam arti selalu siap untuk dapat menang-kap permasalahan yang muncul selama melakukan ob-servasi.114

Dengan melakukan langkah-langkah di atas, akan me-mungkinkan kita dapat lebih mudah menemukan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang akan dirumuskan. Se-hingga identifiksi masalah yang akan kita dapatkan sekali-pun tidak mencapai tahap kesempurnaan penuh paling tidak mendekati pada level kesempurnaan.

Senada dengan itu pula, dalam panduan penulisan karya ilmiah skripsi disebutkan bahwa sebagai suatu pertanyaan, maka masalah dalam penelitian dapat berbentuk:

a. Kesenjangan, yaitu adanya jarak antara harapan dan ke-nyataan, antara perencanaan dan pelaksanaan, antara

das Sollen dan das Sein.

b. Kefakuman atau kekosongan, yaitu suatu kejadian atau keadaan yang membutuhkan jawaban.

c. Kontradiktif, yaitu adanya perbedaan pendapat atau perbedaan pandangan.

SAMPLE

95

BAB 6  Penelitian Hukum Islam Empiris

Oleh sebab itu, dalam penelitian yang paling diperhati-kan adalah proses penelitian yang dilakudiperhati-kan budiperhati-kan kepada hasilnya. Pada umumnya dalam penelitian apabila proses yang dilakukan betul mengikuti prosedur yang telah diten-tukan kemungkinan besar hasilnya pun akan baik pula.

Dalam dokumen Metodologi Penelitian Hukum Islam Edisi Revisi (Halaman 101-106)