• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sistem Diagram Lingkar Sebab Akibat.

Identifikasi indikator kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan mengikuti model manajemen strategis (Hunger dan Wheelen, 2001). Proses manajemen

81

strategis meliputi empat elemen dasar: (1) pengamatan lingkungan, (2) formulasi strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi dan pengendalian. Untuk melaksanakan proses manajemen strategi dalam perbaikan kinerja UMK makanan ringan maka langkah pertama adalah melakukan pengamatan terhadap lingkungan eksternal maupun internal UMK makanan ringan, dan membuat formulasi stretagi yang berupa rencana strategi. Selain itu dibutuhkan suatu kerangka yang menjadi dasar dalam pengukuran kinerja yang mampu mengakomodir seluruh aspek dalam suatu UMK makanan ringan, meliputi aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Faktor-faktor yang terdapat pada keempat variabel tersebut kemudian membentuk hubungan sebab akibat yang pada akhirnya menjadi model dalam perbaikan kinerja UMK makanan ringan, seperti yang terlihat pada Gambar 24.

Lingkungan Eksternal Kemampuan Proses Bisnis Internal Kinerja UMK Makanan Ringan Lingkungan Internal Pelanggan Perencanaan Strategik Pengetahuan, pembelajaran, dan pertumbuhan + + + + + + + + + + + + Finansial + + + - + + + + + - - + + + +

Gambar 24. Diagram Lingkar Sebab Akibat Manajemen Strategi Evaluasi Kinerja UMK Makanan Ringan

Diagram Input Output Sistem Manajemen Strategi Evaluasi Kinerja UMK

Makanan Ringan.

Pendekatan dengan survey pakar dilakukan untuk mengakuisisi pengetahuan dari

pakar mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam sebuah proses evaluasi

kinerja. Untuk menghasilkan model evaluasi kinerja yang efektif dibutuhkan deskripsi

skematis sistem melalui interpretasi terhadap variabel-variabel yang terdapat pada

perumusan strategi evaluasi kinerja ke dalam konsep kotak gelap (black box) mengikuti

alur input, proses, output, seperti yang terlihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Diagram Input-Output Sistem Manajemen Strategi Evaluasi

Kinerja Usaha Mikro dan Kecil Makanan Ringan.

Input Tak Terkendali

-Harga Bahan Baku

-Harga Pasar Produk

-Keinginan Pelanggan

Input Terkendali

-

Keuangan Perusahaan

-

Kemampuan Proses

Bisnis Internal

-

Pertumbuhan dan

Pembelajaran

-

Rencana Strategis

-

karakteristik Teknis

-

Kapasitas Produksi

-

Harga Jual Produk

Model Evaluasi

Kinerja Usa Mikro

dan Kecil Makanan

Ringan

Output yang Dikehendaki

- Pendapatan Bersih

UMK Makanan Ringan

- Keuntungan UMK

Makanan Ringan

Output yang Tidak

Dikehendaki

-

Kebutuhan Investasi

UMK Meningkat

-

Biaya Pengendalian

Proses dan Manajemen

Kinerja Meningkat

Input Lingkungan - Lingkungan Eksternal - Lingkungan Internal

Pengendalian

Sistem Evaluasi

Kinerja UMK

Makanan Ringan

ANALISIS SISTEM

Analisis Kebutuhan Stakeholder UMK Makanan Ringan

Dalam mengevaluasi kinerja suatu usaha mikro dan kecil makanan ringan

dibutuhkan karakteristik teknis yang menunjukkan kondisi ideal kinerja usaha mikro

dan kecil makanan ringan yang dapat menjadi acuan evaluasi kinerja usaha mikro

dan kecil makanan ringan. Selain karakteristik teknis, juga dibutuhkan karakteristik

kebutuhan UMK makanan ringan yang tertuang dalam indikator kinerja kunci UMK

makanan ringan sebagai ukuran yang dapat menjelaskan posisi kinerja suatu

perusahaan dan merupakan bahasa tersier yang mampu ditranformasi ke dalam nilai

numerik.

Rancang bangun model manajemen strategi evaluasi kinerja UMK makanan

ringan membutuhkan informasi yang berkaitan dengan kebutuhan stakeholder, agar

model dapat diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan seluruh pihak yang terlibat

dalam pengembangan UMK makanan ringan. Berdasarkan hasil kajian Departemen

Perindustrian dan Perdagangan (2002) mengenai pengembangan industri kecil dan

menengah penggerak perekonomian daerah, kondisi usaha mikro dan kecil yang

dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal menunjukkan kekuatan,

kelemahan, peluang, serta tantangan yang dihadapi usaha mikro dan kecil. Kekuatan

yang berasal dari lingkungan internal antara lain adalah:

(a)

Bahan baku tersedia di pasaran setempat/mudah diperoleh

(b)

Keterampilan dasar sudah dimiliki secara turun temurun

(c)

Teknologi tersedia dan mudah untuk dikuasai atau ditransfer

(d)

Dapat dijadikan usaha andalan/mata pencaharian masyarakat banyak

(e)

Adanya dukungan kebijakan dan program dari swasta maupun semua tataran

pemerintahan.

Adapun kelemahan yang berasal dari lingkungan internal antara lain:

(a)

Manajemen, teknologi dan mesin/peralatan yang digunakan masih sederhana

sehingga kurang efisien

(b)

Mutu produk beragam

(c)

Akses informasi pasar masih terbatas/belum dikuasai

(d)

Kemasan belum memenuhi persyaratan teknis dan tidak menarik konsumen.

Selain lingkungan internal, lingkungan eksternal juga mempengaruhi usaha

mikro dan kecil makanan ringan baik berupa peluang maupun tantangan/ancaman.

Peluang yang berasal dari lingkungan eksternal antara lain:

(a)

Pangsa pasar dalam negeri cukup luas

(b)

Fundamental ekonomi makro Indonesia mulai membaik

(c)

Dapat dikembangkan untuk pasar ekspor

Sedangkan tantangan yang berasal dari lingkungan eksternal antara lain:

(a)

Daya saing produk masih lemah

(b)

Persaingan semakin ketat baik dari produksi dalam negeri maupun barang impor

(c)

Iklim usaha belum kondusif bila dibandingkan fasilitas negara-negara pesaing

terhadap usaha mikro dan kecilnya

(d)

Kebijakan pemerintah di berbagai bidang seperti tarif BBM, tarif transport, dan

tarif listrik menyebabkan terjadinya peningkatan biaya yang signifikan.

Kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan tersebut kemudian dijadikan dasar

penentuan strategi pengembangan UMK makanan ringan, seperti pada Gambar 23.

KEKUATAN (STRENGTHS) KELEMAHAN (WEAKNESSES)

PELUANG (OPPROTUNITIES) 1. Menjaga kontinuitas dan standarisasi mutu bahan

baku UMK makanan ringan.

2. Meningkatkan produktivitas UMK makanan

ringan meliputi sasaran, inisiatif strategi dan target usaha.

3. Memperkuat hubungan kemitraan antara UMK

dengan industri besar/BUMN maupun lembaga- lembaga pendukung permodalan dan pemasaran (kekuatan ekonomi)

1. Evaluasi kemampuan keuangan perusahaan

dalam rangka perbaikan teknologi.

2. Evaluasi mutu SDM UMK makanan ringan

meliputi kemampuan dan motivasi pekerja.

3. Meningkatkan fasilitas akses informasi dan

pemasaran UMK makanan ringan (kekuatan teknologi)

TANTANGAN(THREATS) 1. Meningkatkan mutu produk UMK makanan

ringan melalui inovasi proses produksi, penyampaian, dan penanganan barang rusak.

2. Meningkatkan kemampuan. perusahaan melalui

perbaikan struktur, budaya, dan pemanfaatan sumberdaya perusahaan.

3. Memperkuat hubungan kemitraan antara UMK

dengan pemasok dan stake holder (lingkungan tugas)

1. Evaluasi daya saing UMK makanan ringan

melalui evaluasi pengetahuan tentang konsumen/pelanggan, meliputi mutu dan kelengkapan atribut produk.

Formulasi Masalah

Usaha mikro dan kecil penggerak perekonomian daerah adalah usaha yang memproduksi barang dan jasa yang menggunakan bahan baku utamanya berbasis pada pendayagunaan sumberdaya alam, bakat, dan karya seni tradisional dari daerah setempat. Ciri atau kriterianya antara lain adalah: (1) bahan bakunya mudah diperoleh, karena tersedia di daerah, (2) menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih teknologi, (3) keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun, (4) bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, (5) peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor, (6) beberapa komoditi tertentu memiliki cirri khas terkait dengan karya seni budaya masyarakat setempat, (7) melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, dan (8) secara ekonomis menguntungkan.

Lingkup komoditi prioritas usaha mikro dan kecil penggerak perekonomian daerah antara lain: (1) usaha makanan ringan, (2) usaha sutera alam, (3) usaha penyamakan kulit, (4) usaha minyak sawit, (5) usaha pupuk (alam dan organik), (6) usaha garam, (7) usaha genteng, (8) usaha alsintani dan pandai besi, (9) usaha kapal ≤ 100 GT, (10) motorisasi kapal nelayan, (11) usaha alat pertanian tradisional, (12) usaha tenun tradisional, (13) usaha perhiasan, dan (14) usaha anyaman. Dari keempat belas komoditi prioritas tersebut, usaha mikro dan kecil makanan ringan menduduki peringkat teratas dan terpenting untuk dikembangkan.

Secara umum kondisi usaha mikro dan kecil makanan ringan saat ini menunjukkan bahwa lingkungan internal dan lingkungan eksternal sangat mempengaruhi perkembangan dan kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan. Secara lebih khusus, kondisi usaha mikro dan kecil makanan ringan dicirikan oleh:

(a) Kurang memperhatikan aspek higienis

(b) Masih menggunakan bahan tambahan yang tidak benar (dilarang)

(c) Pengelolaan/manajemen usaha masih sederhana, dengan tingkat pengetahuan pengelola yang seadanya

80

(d) Mutu sangat beragam dan masih banyak yang belum sesuai standar

(e) Kemasan sangat sederhana, tidak menarik dan label tidak sesuai dengan isi (f) Masuknya produk-produk makanan ringan dari negara lain yang

mempunyai daya saing cukup tinggi.

Pengembangan usaha mikro dan kecil diarahkan untuk meningkatkan permintaan (pull factors) dan meningkatkan pengembangan usaha (push factors). Untuk itu dibutuhkan perencanaan strategi yang tepat dan sistem usaha yang superior dari aspek keuangan maupun non keuangan. Secara teknis, peningkatan permintaan dapat dilakukan melalui meliputi: (1) memperkuat hubungan kemitraan antara usaha mikro dan kecil (penggerak perekonomian daerah) dengan usaha besar/BUMN maupun lembaga-lembaga pendukung permodalan dan pemasaran, (2) menciptakan kebijakan iklim usaha yang lebih kondusif seperti peraturan pajak, bea masuk, distribusi, pemberian insentif, kemudahan kredit, dan lain-lain, (3) memberikan dukungan penelitian dan pengembangan, prasarana serta fasilitasi promosi dan pemasaran baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Peningkatan pengembangan usaha dapat dilakukan melalui: (1) menjaga kontinuitas dan standarisasi mutu bahan baku, (2) memperbaiki dan meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Berdasarkan uraian terdahulu, maka secara umum sasaran pengembangan usaha mikro dan kecil makanan ringan merujuk kepada peningkatan jumlah nilai tambah dan nilai produksi, yang menggambarkan tingkat kinerja UMK. Untuk itu dibutuhkan suatu model yang mampu menjadi acuan bagi evaluasi kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan, meliputi kemampuan pengelolaan terhadap lingkungan (eksternal dan internal), perencanaan strategi yang tepat, dan sistem usaha yang superior baik dari aspek keuangan maupun non keuangan.

Identifikasi Sistem

Diagram Lingkar Sebab Akibat.

Identifikasi indikator kinerja usaha mikro dan kecil makanan ringan mengikuti model manajemen strategis (Hunger dan Wheelen, 2001). Proses manajemen

strategis meliputi empat elemen dasar: (1) pengamatan lingkungan, (2) formulasi strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi dan pengendalian. Untuk melaksanakan proses manajemen strategi dalam perbaikan kinerja UMK makanan ringan maka langkah pertama adalah melakukan pengamatan terhadap lingkungan eksternal maupun internal UMK makanan ringan, dan membuat formulasi stretagi yang berupa rencana strategi. Selain itu dibutuhkan suatu kerangka yang menjadi dasar dalam pengukuran kinerja yang mampu mengakomodir seluruh aspek dalam suatu UMK makanan ringan, meliputi aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Faktor-faktor yang terdapat pada keempat variabel tersebut kemudian membentuk hubungan sebab akibat yang pada akhirnya menjadi model dalam perbaikan kinerja UMK makanan ringan, seperti yang terlihat pada Gambar 24.

Lingkungan Eksternal Kemampuan Proses Bisnis Internal Kinerja UMK Makanan Ringan Lingkungan Internal Pelanggan Perencanaan Strategik Pengetahuan, pembelajaran, dan pertumbuhan + + + + + + + + + + + + Finansial + + + - + + + + + - - + + + +

Gambar 24. Diagram Lingkar Sebab Akibat Manajemen Strategi Evaluasi Kinerja UMK Makanan Ringan

PEMODELAN SISTEM