• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Umur merupakan lama hidup petani responden sampai pada saat penelitian dilakukan oleh peneliti yang dinyatakan dalam usia atau umur, dalam menanggapi atau merespon sesuatu hal yang baru umur atau usia seseorang amatlah berpengaruh. Selain itu, usia juga sangat berpengaruh pada kondisi fisik pada setiap orang atau individu, terkhusus pada saat mengerjakan kegiatan usaha tani atau bertani, umur juga mendukung petani dalam memahami atau menerima tindakan yang baik dari narasumber.

Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 30-35 2 10

2. 36-41 5 25

3. 42-47 4 20

4. 48-53 4 20

5. 54-59 5 25

Total 20 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Tabel 8 dapat dilihat bahwa umur petani responden yang paling banyak adalah 50-54 tahun ialah sebanyak 6 orang dengan persentase 30 persen, Sedangkan umur petani antara 30–39 tahun ialah berjumlah 5 orang dengan

37 persentase 25 persen dan juga petani berumur 40-44 tahun berjumlah 5 orang dengan persentase 25 persen. Sementara petani yang berumur antara 45–49 hanya 1 orang dengan persentase 5 persen, petani yang berumur 55-59 tahun berjumlah 3 orang dengan peresentase 15 persen.

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata petani perempuan masih tergolong usia produktif. Hal ini berarti fisik tenaga mereka masih mampu untuk bekerja dan terlibat dalam mengambil keputusan mengelola usahatani bawang merah. Dengan demikian kesempatan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan pertanian lebih besar dengan melihat persentase dari masing-masing kelompok umur tersebut.

5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan petani sangat mempengaruhi kemampuan petani dalam berpikir dan mengelola usahataninya. Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi bisa berpengaruh terhadap cara berpikir sehingga dapat membuat petani lebih antusias dan memiliki tingkat penerimaan pada teknologi baru lebih baik untuk meningkatkan produksi cabang usahatani yang dijalankan.

Agar lebih jelas, tingkat pendidikan petani responden bisa dilihat pada Tabel 9 berikut.

38 Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD/Sederajat 7 35

2. SMP/Sederajat 6 30

3. SMA/Sederajat 6 30

4. S1 1 5

Total 20 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani perempuan responden yaitu terdapat 7 orang atau sebesar 35 persen yang tamat SD, Kemudian sebanyak 6 orang atau 30 persen yang tamat SMP dan SMA, serta hanya 1 orang atau 5 persen yang sampai menempuh pendidikan S1. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa petani perempuan yang ada di Desa Saruran memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah namun dalam pengambilan keputusan pada usahatani bawang merah pendidikan tidak terlalu berpengaruh disebabkan walaupun tingkat pendidIkan mereka rendah tapi pengalaman mereka dalam usahatani bawang merah sudah berpengalaman berpuluhan tahun.

5.1.3 Luas Lahan

Jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani juga dipengaruhi oleh luas lahan yang dimilikinya. Semakin luas lahan yang digarap petani semakin besar pula hasil produksi yang didapatkan. Begitu pula sebaliknya, semakin sempit luasan lahan yang digarapnya, semakin sedikit hasil yang diperolehnya. Agar lebih jelasnya luas lahan petani responden bisa dilihat pada Tabel 10.

39

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Tabel 10 dapat diketahui bahwa ada 8 atau 40 persen petani responden yang memiliki luas lahan antara 0,30-0,52 Ha. Petani yang memiliki luas lahan 0,53-0,75 Ha terdapat 4 orang petani responden atau sebesar 24 persen dari total keseluruhan responden. Sedangkan petani yang memiliki luas lahan 0,76-1,00 Ha ada 8 orang atau 40 persen dari total responden. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan luas lahan budidaya bawang merah baik dengan lahannya yang luas ataupun sempit mereka tetap menggunakan lahan mereka untuk membudidayakan bawang merah. Dalam hal perolehan produksi yang tinggi, lahan usahatani bawang merah petani perempuan yang luas tidak menjamin bahwa usahatani bawang merah lebih produktif dibandingkan dengan luas lahan yang sempit.

5.1.4 Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani ialah terhitung dari sejak kapan memulai kegiatan usahatani. Pengalaman petani yang sudah lama dapat memberikan keahlian atau kemampuan petani pada usahatani lebih baik lagi. Pengalaman berusahatani seorang individu dapat memberikan pengaruh besar pada keberhasilan atau

40 kesuksesan usahatani terutama pada pengambilan keputusan dalam tahapan usahataninya. Dari pengalaman berusahatani tersebut maka dapat dijadikan sebagai pelajaran bahwa pada umumnya semakin banyak pengalaman maka akan mempengaruhi pada peningkatan produksi dan laba bagi petani. Agar lebih jelas, pengalaman berusahatani petani responden bisa dijelaskan pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Bawang Merah di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Pengalaman Usahatani (Tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 10-16 5 25

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2020.

Tabel 11 dapat diketahui bahwa pengalaman berusahatani, petani responden yang paling banyak yaitu antara 17–23 tahun dengan jumlah responden sebanyak 7 orang dengan persentase 35 persen, kemudian disusul responden dengan pengalaman usahatani 10–16 sebanyak 5 orang dengan persentase 25 persen serta petani yang memiliki pengalaman sekitar 24-30 tahun dan 38-44 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 15 persen, dan paling terakhir pengalaman berusahatani responden 31-37 tahun jumlah respondennya sebanyak 2 orang dengan presentase 10 persen.

41 Hal ini tentu berpengaruh dalam pengelolaan usahatani masing-masing responden khususnya dalam pencapaian hasil produksi yang lebih baik.

Pengalaman berusahatani yang cukup lama menjadikan petani lebih berhati-hati dan matang, dalam mengambil keputusan terhadap usaha taninya. Kegagalan dimasa lalu dapat dijadikan pelajaran sehingga lebih berhati-hati dalam bertindak.

Sedangkan petani kurang pengalaman umumnya lebih cepat dalam keputusan karena lebih berani menanggung resiko.

5.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Banyaknya orang yang menetap dalam satu keluarga tani merupakan definisi dari jumlah tanggungan keluarga. Jika jumlah tanggungan keluarga tani besar maka akan mempengaruhi semangat petani agar lebih giat untuk melakukan kegiatan dalam mengelola usahatani yang mereka budidayakan, dimana jumlah tenaga kerja akan mempengaruhi besarnya kebutuhan keluarga tani akan semakin meningkat atau tidak agar lebih jelaskan, jumlah tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada Tabel 12.

42 Tabel 12. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di

Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Jumlah Tanggungan Keluarga

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Tabel 12 dapat dilihat jika, jumlah tanggungan keluarga yang paling banyak yaitu antara 3-4 sebanyak 8 orang atau 40 persen dari total responden dan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1-2 orang dengan jumlah responden sebanyak 7 orang atau 35 persen sementara jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5-6 orang dengan jumlah responden sebanyak 4 orang atau 20 persen yang terakhir jumlah tanggungan keluarga 7-8 hanya 1 orang atau 5 persen.

Jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengelola usahataninya, yaitu selain dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga membantu dalam mengambil keputusan dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan penghasilan keluarga.

Dokumen terkait