• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Usahatani Bawang Merah

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pada usahatani iyalah pada kualitas benih yang ditanam. Bawang merah yang dimanfaatkan atau akan digunakan sebagai benih harus cukup tua. Umur benih yang berkualitas ialah benih yang sudah tersimpan selama 30 sampai 40 hari. Petani biasanya menggunakan benih yang dibeli dari pasar atau menggunakan bibit lokal.

Proses persiapan benih kadang dilaksanakan beberapa hari sebelum melaksanakan penanaman. Kegiatan pembersihan seperti pembersihan dan pengirisan ujung umbi bawang merah merupakan salah satu tahapan utama dalam

14 persiapan benih. Agar umbi cepat tumbuh dan memiliki jumlah anakan yang banyak maka dilakukan pengirisan ujung umbi bawang merah ini dilakukan dengan harapan agar memperoleh hasil yang memuaskan. Jika benih yang akan ditanam memiliki jumlah yang banyak, maka persiapan benih dilakukan jauh-jauh hari sebelum proses penanaman dengan cara menyicilnya.

2.5.2 Pengolahan lahan

Untuk mendukung agar pertumbuhan dan perkembangan bawang merah dengan harapan agar tumbuh subur perlu dilakukan pengolahan lahan yang baik dengan cara menciptakan kondisi tanah seperti yang dibutuhkan tanaman bawang merah, yaitu tanah yang gembur dan subur. Tahapan awal yang dilakukan ialah mensanitasi lahan dari rumput atau gulma menggunakan herbisida. Pengolahan lahan dilaksanakan dengan 5 tahapan, yaitu: penaikan tanah, pembalikan tanah, pembuatan bedengan, penggemburan, ada juga yang membuat garis di atas bedengan dengan tujuan agar pada saat benih ditanam bisa lurus dan rapi.

2.5.3 Penanaman

Penanaman bawang merah rata-rata dilakukan pada pagi hari untuk mengurangi penguapan. Penanaman biasanya dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar terlebih dahulu. Pupuk dasar yang digunakan biasanya menggunakan pupuk kompos atau pupuk kandang. Setelah pupuk dasar telah disebar biasanya tanah didiamkan beberapa hari sebelum proses penanaman bawang dilaksanakan.

Jarak tanam yang digunakan adalah 15x20 cm dan 20x20 cm dengan luas bedengan 110 sampai 120 cm dengan tinggi bedengan 50 sampai 60 cm.

15 Bedengan biasanya dibuat agak lebih tinggi jika kondisi tanahnya atau lahan terlalu becek atau sering berair sangat beresiko terkena busuk umbi.

Proses penanaman bawang merah dilakukan dengan cara membuat lubangan terlebih dahulu kemudian disusul dengan menaruh bawang merah dengan membenamkan bagian akarnya terlebih dahulu usahakan jangan terbalik karena menyebabkan lambatnya pertumbuhan bawang merah. Bawang merah yang dibenamkan sampai ujungnya rata dengan permukaan tanah dengan kedalaman ¾ bagian dengan bagian dari mata tunas.

2.5.4 Penyulaman

Penyulaman dilakukan ketika tanaman berumur kurang lebih 15 HST ( Hari Setelah Tanam). Biasanya di umur tersebut sudah nampak benih yang tumbuh atau tidak, jika ada benih yang tidak tumbuh maka akan dilakukan pergantian benih yang mati dengan benih yang baru. Biasanya petani memperoleh benih dari pasar atau membeli langsung ke pedagang yang ada di desa mereka, dimana umur benih tersebut berbeda-beda. Hal itu mengakibatkan benih yang tidak tumbuh relatif lebih banyak, sehingga memerlukan adanya tindakan penyulaman.

2.5.5 Penyiangan

Proses penyiangan dilakukan dengan tujuan guna membersihkan media tanam dari gulma yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan tanaman bawang merah, akibat dikarenakan adanya persaingan untuk memperoleh unsur hara. Penyiangan umumnya dilaksanakan sekali selama musim tanam yaitu ketika berumur 30 hari atau juga dapat dilakukan lebih dari sekali tergantung dari tingkat pertumbuhan gulma. Biasanya pada saat akan melakukan penanaman, lahan atau

16 media tanamnya dilakukan penyemprotan menggunakan herbisida sehari sebelum atau setelah penanam dilakukan.

2.5.6 Penyiraman

Tanaman bawang merah memiliki umbi yang mudah busuk oleh karena itu, tanaman bawang merah tidak memerlukan terlalu banyak air akan tetapi memerlukan penyiraman secara intensif atau sesuai dengan kebutuhan dengan melihat kondisi bawang merah di lahan dan kondisi cuaca yang ada.

Proses penyiraman disesuaikan dengan kondisi musim tanam yang dilakukan oleh petani. Pada saat musim hujan tingkat frekuensi penyiraman tidak terlalu sering dilakukan. Sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman bawang merah tumbuh. Hal tersebut dikarenakan akibat pada saat musim kemarau tanaman bawang merah memerlukan penyiraman yang cukup.

2.5.7 Pemupukan

Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman bawang merah yang biasanya kurang tersedia dalam tanah maka perlu adanya proses atau tahapan pemupukan. Biasanya petani melakukan pemupukan sebanyak satu sampai tiga kali selama satu musim tanam. Jika melihat kondisi di lapangan bagus, kadang petani melakukan pemupukan lebih dari empat kali dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman bawang merah mencapai umur 15 HST. Pemupukan kedua dilakukan pada saat 30 HST. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat umur 45 HST. Cara pemupukan dilakukan dengan

17 mencampurkan setiap kombinasi berbagai jenis pupuk kemudian pupuk ditaburkan di antara barisan bawang merah.

2.5.8 Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah dilakukan guna mengurangi kerugian. Proses ini disesuaikan dengan keadaan hama dan penyakit yang menyerang lahan pertanian. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menggunakan pestisida kimia. Hama bawang merah yang paling banyak menyerang yaitu ulat bawang (ulat grayak) dimana ditandai dengan adanya bercak putih transparan pada daun, ulat tanah (petani menyebutnya dengan nama ulat hitam karena ulat ini berwarna hitam), hama trip yang ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun, hama cikrak (memanjangnya daun mengakibatkan umbi kecil) dan busuk daun.

2.5.9 Panen dan pasca panen

Kegiatan pemanenan meliputi aktivitas pencabutan. Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umbi sudah memiliki ukuran yang besar dan siap untuk dipanen, ialah pada umur tanaman 55-60 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut umbi bawang merah secara perlahan dari dalam tanah. Setelah dicabut kemudian bawang merah diikat sebanyak kurang lebih 5-10 rumpun atau sebesar genggaman tangan dan dikumpulkan di dalam tenda yang telah disiapkan untuk mempermudah dalam penjemuran. Kegiatan pasca panen biasanya dilakukan ialah penjemuran, pengikatan bawang merah yang sudah kering, penyortiran sekaligus pembersihan.

18 2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel 2. Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Nama

Perempuan disamping sebagai ibu rumah tangga pada keluarga berbasis petani di Desa Rasau Jaya I, juga terlibat dari persentase waktu kerja yang mencapai rata-rata 5,2 jam/hari orang kerja (HOK) untuk mengelola pertaniannya.

Tingginya keterlibatan tersebut dikarenakan keterlibatan perempuan sudah komprehensif dalam proses-proses pertanian.

Keterlibatan sudah dimulai dari persiapan lahan, penanaman, perawatan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman sampai panen, pasca panen seperti perontokan, panen, pembersihan hasil panen, pengangkutan, penyortiran hasil panen dan pemasaran. Disamping itu, rendahnya tingkat keterlibatan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan cenderung dikarenakan kurangnya pengakuan terhadap kemampuan dan wawasan perempuan. Hal ini juga akibat pengakuan atas kesetaraan gender kurang dilakukan dan dipahami. Pada sisi lain, budaya paternalis masih sangat dipegang erat oleh masyarakat.

19

Analisis kualitatif 1. Kontribusi ekonomi dari perempuan tani dalam melakukan usahatani sayuran sebesar 7,03% dan memiliki kontribusi yang kecil.

2. Peran perempuan dalam pengambilan keputusan pada :1) penentuan jenis tanaman sayuran sebanyak 80%

berperan. 2) pengguna sarana produksi sebanyak 86,66%

perempuan tani berperan. 3) pengelolaan usahatani sebanyak 70% perempuan tani berperan dalam pengambilan keputusan.

4) pada aspek pemasaran sebesar 100% perempuan tani berperan dalam pengambilan keputusan.

20 pada kegiatan usahatani murbei sepenuhnya dilakukan oleh perempuan tani, kecuali pada kegiatan pembukaan lahan dan penanaman yang melibatkan peran suami dan keluarga.

Sedangkan pengambilan keputusan pemilihan sarana produksi dan tenaga kerja sepenuhnya dilakukan oleh perempuan tani, kecuali pada pemilihan dan pendapatan Rp. 10.793.156 selama kurun waktu 6 bulan. Peran perempuan secara ekonomi dengan melakukan usahatani murbei dan pemeliharaan ulat sutera membuat mereka dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga.

21

Perbedaan aktivitas suami dan istri tampak pada dominasi istri pada pekerjaan reproduktif dan suami pada pekerjaan produktif. Suami sama sekali tidak terlibat dalam pekerjaan reproduktif. Namun sebaliknya istri harus memikul beban kerja ganda, selain melakukan pekerjaan reproduktif, istri harus juga turut melakukan pekerjaan produktif. Curahan kerja istri dalam satu hari mencapai 10,7 jam. Istri tidak mendapatkan akses untuk mendapatkan kredit dari lembaga koperasi maupun perbankan. Selain itu istri juga tidak mendapat akses terhadap informasi pertanian melalui lembaga penyuluhan.

Pengambilan keputusan pada usahatani tembakau dilakukan suami. Istri dilibatkan pada pengelolaan keuangan karena adanya stereotip yang menyatakan bahwa perempuan lebih bisa mengatur keuangan dibandingkan laki-laki.

Perbedaan aktivitas, akses dan kontrol antara suami istri disebabkan oleh masih kuatnya nilai budaya patriarki pada masyarakat setempat. Kontrol perempuan yang terbatas disebabkan oleh adanya nilai laki-laki sebagai pemimpin perempuan.

22 di Desa Pallantikang kabupaten gowa, yaitu faktor ekonomi, faktor kebiasaan, dan faktor lingkungan.

2. Pembagian alokasi waktu dalam pembagian kerja pada keluarga petani di sawah dan di rumah terbagi atas empat kelompok pembagian waktu yaitu sebelum ke sawah, selama berada di sawah, dan setelah pulang dari sawah, dan,

3. Proses pengambilan keputusan menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan melalui 3 tipe yaitu, tipe dominan istri, dominan suami, dan tipe seimbang.

Penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Josua P.Hutajulu yaitu keduanya membahas tentang peranan perempuan dalam pertanian. Perbedaan penelitian ini terfokus hanya kepada masalah peran di sektor usahatani bawang merah sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ida Rahmi Chalid terfokus ke pertanian secara umum.

Penelitian yang dilakukan oleh Asriyanti Syarif dan Mutmainnah Zainuddin ini terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang peran perempuan dalam pengambilan keputusan. Perbedaan dari kedua penelitian ini membahas tentang peran petani perempuan dalam pengambilan keputusan dalam usahatani bawang merah sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh

23 Asriyanti Syarif dan Mutmainnah Zainuddin meneliti tentang pengambilan keputusan pada usahatani sayuran.

Dari penelitian ini persamaan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Firsal, Asriyanti Syarif, dan Sahlan yaitu membahas peran perempuan dalam usahatani. Perbedaanya pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Firsal, Asriyanti Syarif, dan Sahlan meneliti tentang peran perempuan secara ekonomis dan meneliti pada usahatani murbei sedangkan penelitian ini hanya terfokus kepada peranan petani perempuan pada usahatani bawang merah.

Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang peran perempuan. Adapun perbedaan dari penelitian yang dilakukan Slamet Widodo yaitu meneliti pada pertanian tembakau sedangkan penelitian ini fokus ke usahatani bawang merah.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuralfi Khaerany terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang peran perempuan.

Perbedaanya pada penelitian Nuralfi Khaerany meneliti tentang peran ganda perempuan pada keluarga sedangkan penelitian ini meneliti tentang peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam usahatani bawang merah.

2.7 Kerangka Pemikiran

Peran petani perempuan pada upaya memenuhi kebutuhan rumah tangga amatlah penting, karena dalam menyusun program pembangunan salah satu faktor yaitu dengan adanya pertimbangan curahan kerja perempuan, agar peranan petani perempuan dapat diperluas. Besarnya peranan perempuan pada kegiatan yang

24 menghasilkan pendapatan amat kuat hubungan peranannya dalam mengatur penggunaan pendapatan rumah tangga.

Usahatani bawang merah adalah salah satu sumber pendapatan utama untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Pada usahatani bawang merah pastinya membutuhkan perhatian khusus dan penanganan semaksimal mungkin demi memperoleh hasil yang menguntungkan. Tindakan dan perhatian itu tentu saja tidak lepas dari peran perempuan. Keterlibatan perempuan pada usahatani bawang bisa memberikan dampak positif dalam produksi bawang merah. Selain itu, juga mampu meringankan beban ekonomi dalam rumah tangga. Agar lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pikir penelitian Peran Petani Perempuan Terhadap Usahatani Bawang Merah di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

25 Gambar 1.Kerangka Pemikiran Penelitian Peran Petani Perempuan Terhadap Pengambilan Keputusan Usahatani Bawang Merah di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2021.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ialah sebanyak 20 orang perempuan (istri petani) yang terlibat dalam usahatani bawang merah di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dengan kriteria informan sebagai berikut:

1. Perempuan (istri petani bawang merah) 2. Berumur 25-60 tahun

3. Mempunyai lahan untuk budidaya bawang merah 3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data berupa kata-kata atau verbal cara memperoleh data kualitatif dapat dilakukan melalui wawancara. Data kuantitatif merupakan data atau informasi yang didapatkan dalam bentuk angka, dalam bentuk angka ini data kuantitatif dapat diproses menggunakan rumus matematika atau dapat juga dianalisis dengan sistem statistik. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

27 diperoleh langsung dari pihak yang diperlukan datanya atau dari sumber-sumber primer yaitu informasi narasumber. Sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh tidak secara langsung dari narasumber melainkan dari pihak ketiga (Sugiarto 2017).

Data primer pada penelitian ini berasal dari hasil wawancara dengan petani perempuan yang terlibat dalam usahatanI bawang merah, serta data sekunder didapatkan dari kantor Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang berupa data letak geografis, jumlah penduduk, jenis mata pencaharian, umur, tingkat pendidikan dan data kondisi pertanian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi lapangan, digunakan untuk memperoleh informasi mengenai peran petani perempuan dalam pengambilan keputusan pada usahatani bawang merah.

2. Wawancara, yaitu peneliti melakukan interaksi dan komunikasi dengan petani perempuan, dalam melakukan pengumpulan data melalui cara wawancara menggunakan bantuan kuesioner yang telah disiapkan dan mengacu pada kerangka pikir terhadap petani perempuan mengenai pengambilan keputusan pada tiga tahapan yaitu: tahap pra tanam, tahap tanam dan pemeliharaan serta tahap panen dan pascapanen.

28 3. Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen serta mendokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan guna memperkuat informasi yang didapatkan pada penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif merupakan analisis yang digunakan pada penelitian ini yang diolah dalam model tabulasi atau disusun dalam bentuk tabel. Berdasarkan jawaban responden akan diketahui berapa persen jumlah responden yang ikut berperan dan tidak pada kegiatan usahatani bawang merah. Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil penelitian, selanjutnya dianalisis guna mencapai tujuan penelitian ini.

Data yang sudah diperoleh dapat dicari berapa persentase peran terhadap pengambilan keputusan dengan rumus yang digunakan mengutip dari pendapat Moch. Ali (Rian Andriani 2008).

Keterangan :

P = Persentase (jawaban responden yang dicari) f = Frekuensi jawaban yang dicari

n = Jumlah informan 100% = Bilangan tetap

29 3.6 Definisi Operasional

1. Peran adalah bagian yang dinamis dari sebuah kedudukan (status) bila seorang individu yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya berarti ia telah menjalankan sebuah peran dalam usahatani bawang merah di Desa Saruran.

2. Petani perempuan ialah ibu-ibu (istri petani) yang bertempat tinggal di Desa Saruran yang melaksanakan usahatani bawang merah

3. Peran petani perempuan ialah keterlibatan perempuan dalam melakukan usahatani bawang merah

4. Pengambilan keputusan ialah langkah yang dilakukan dalam memilih suatu tindakan sebagai solusi permasalahan dalam usahatani bawang merah

5. Usahatani merupakan salah satu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi pada suatu usaha di sektor pertanian.

6. Tahap pra tanam ialah langkah atau proses sebelum tanam bawang merah yang terdiri dari persiapan benih dan pengolahan lahan.

7. Tahap tanam dan pemeliharaan yaitu terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

penanaman, penyulaman, penyiangan, penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit pada usahatani bawang merah.

8. Tahap panen dan pasca panen yaitu tahapan akhir yang terdiri atas panen, pengeringan/penjemuran, pengikatan kembali, dan pemasaran pada usahatani bawang merah.

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa saruran merupakan bagian dari Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yang luasnya 4,10 Km2. Letak desa ini sekitar 2,1 km dari ibukota kecamatan, 30 km dari ibukota kabupaten, 249 km dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif batas-batas Desa Saruran adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tampo Kecamatan Anggeraja.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Balla Kecamatan Baraka.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Batu Noni Kecamatan Anggeraja.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanete Kecamatan Anggeraja.

4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk adalah salah satu faktor penentu terbentuknya sebuah wilayah atau negara serta sekaligus sebagai modal penting sebuah negara bisa dikatakan berkembang atau maju, sehingga suksesnya pembangunan dibidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan pendidikan tidak terlepas dari peran penduduk, keadaan penduduk juga sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik maupun nonfisik. Adapun Tabel 3 sebagai berikut.

31 Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Saruran

Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang)

1. Laki-laki 528

2. Perempuan 546

Jumlah 1074

Sumber: Data Kantor Desa Saruran, 2020

Data Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah laki-laki di Desa Saruran berjumlah 528 orang, sedangkan jumlah perempuan berjumlah 546 orang. Dari jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak tentu saja dapat diharapkan pengambilan keputusan kaum perempuan juga bisa mendominasi.

4.2.2 Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani. Namun, tidak semua warganya bekerja di sektor pertanian. Ada beberapa yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, di bidang perdagangan dan jasa serta sektor industri, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Saruran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 273

2. Pegawai Negeri Sipil 23

3. Sektor jasa dan perdagangan 19

4. Sektor industri -

Sumber: Data Kantor Desa Saruran, 2020.

32 Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat penduduk dilihat dari mata pencaharian sebagai petani berjumlah 273 orang, pegawai negeri sipil 23 orang, sektor jasa dan perdagangan berjumlah 19 orang. Dari data tersebut di Desa Saruran kebanyakan bekerja sebagai petani mereka mengambil keputusan untuk menjadi seorang petani disebabkan oleh beberapa faktor SDA yang mendukung seperti lahan dan sistem irigasi.

4.2.3 Berdasarkan Umur

Suatu kelompok usia atau generasi adalah sekelompok orang yang telah mengalami kehidupan politik, sosial, sejarah dan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Sumber:Data Kantor Desa Saruran, 2020.

Tabel 5 jumlah penduduk dilihat dari sesi umur ialah 1074 orang, yang didapat dari umur 0 sampai 15 tahun berjumlah 267 orang, umur 16 sampai 30 tahun berjumlah 286 orang, umur 31 sampai 45 tahun berjumlah 227 orang, umur 46 sampai 60 tahun berjumlah 195 orang dan yang berumur lebih dari 60

33 tahun berjumlah 99 orang. Umur seorang petani pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam mengelola usahanya, dalam hal ini fisik dan kemampuan berpikir serta mengambil keputusan. Semakin muda umur petani cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya.

Sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua. Berdasarkan klasifikasi umur, dimana umur 16-30 tahun dikatakan sebagai umur produktif sehingga sangat potensial dalam mengembangkan usaha taninya. Sedangkan, usia petani kisaran lebih dari 65 tahun dikategorikan sebagai non produktif.

4.2.4 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan, dikarenakan pendidikan dapat mempengaruhi dan menentukan pola pikir seseorang dalam menghadapi sebuah masalah. Tingkat pendidikan di Desa Saruran dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Saruran Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1. SD/Sederajat 111

2. SMP/Sederajat 175

3. SMA/Sederajat 286

4. S1 80

Jumlah 652

Sumber: Data Kantor Desa Saruran 2020.

Tabel 6 bisa diketahui jika jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yakni 652 orang, dimana diperoleh dari jumlah SD/Sederajat 111 orang,

34 SMP/Sederajat sebanyak 175 orang, SMA/Sederajat 286 orang dan S1 sebanyak 80 orang. Dalam menganalisis suatu masalah tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan berpikir. Petani yang memiliki tingkat. Tingkatan pendidikan yang tinggi mudah mempengaruhi pola pikir seseorang untuk mengarahkannya dalam mengambil keputusan yang menguntungkan dan baik bagi dirinya, bagi masyarakat serta lingkungannya.

4.3 Kondisi Pertanian 5.2.1 Tanaman Pangan

Di Desa Saruran sektor pertanian terutama kegiatan perkebunan paling mendominasi namun, disamping bercocok tanam, masyarakat setempat juga memiliki ternak yang mereka kembangkan dan cukup beragam, meskipun dalam skala yang relatif kecil. Ternak yang dikembangkan adalah sapi, kambing, ayam dan bebek. Pertanian di Desa Saruran pada umumnya menjadikan tanaman jagung dan bawang merah sebagai tanaman yang mereka budidayakan. Kedua tanaman tersebut selalu bergantian.

Sampai saat ini, usahatani bawang merah masih menjadi usahatani yang sangat menjanjikan bagi petani di Desa Saruran. Walaupun dengan kendala dan resiko yang cukup besar akan dihadapi selama berusaha tani bawang merah, tidak

Sampai saat ini, usahatani bawang merah masih menjadi usahatani yang sangat menjanjikan bagi petani di Desa Saruran. Walaupun dengan kendala dan resiko yang cukup besar akan dihadapi selama berusaha tani bawang merah, tidak

Dokumen terkait