• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Identitas Responden

Tabel 4.11

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Laki-laki 39 46,4 48,8 48,8 Perempuan 41 48,8 51,3 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0

Sumber: Data Kuesioner, Maret 2015

Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal

diwilayah radius tersebut dan bekerja di pabrik dapat menjadi sampel. Berdasarkan dalam Tabel 4.11 persentasi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 48,8 % laki-laki dan 51,3 % perempuan. Pada penelitian ini, perempuanlah yang lebih banyak menjadi responden dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih banyak bekerja dipabrik sebagai buruh harian untuk membantu prekonomian suami sedangkan laki-laki sudah banyak bekerja ke kota sebagai kuli bangunan dikarenakan lahan sawah yang banyak sudah beralih menjadi pabrik.

Tabel 4.12

Identitas Responden Berdasarkan Status dengan KK

Status KK Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Kepala Keluarga 30 35,7 37,5 37,5 Anak Kandung 15 17,9 18,8 56,3 Istri 35 41,7 43,8 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0

Sumber: Data Kuesioner, Maret 2015

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat di lihat responden bervariasi dari sebagai kepala keluarga, anak kandung sampai istri. Persentase yang ada menunjukkan responden yang paling banyak adalah istri di mana dalam penelitian ini yang paling banyak merasakan dampak positif dari hadirnya industri adalah para istri

yang dahulunya tidak memiliki kegiatan menjadi memiliki kegiatan bahkan yang menghasilkan pendapatan bagi mereka. Para istri ini bahkan sangat merespon baik perkembangan industri yang ada di desa mereka dikarenakan mereka tidak perlu jauh kekota untuk bekerja membantu suami dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar seperti ongkos.

Tabel 4.13

Identitas Reponden Berdasarkan Etnis

Suku Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Jawa 47 56,0 58,8 58,8 Sunda 12 14,3 15,0 73,8 Mandailing 19 22,6 23,8 97,5 Melayu 2 2,4 2,5 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0

Sumber: Data Kuesioner, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.13 yang merupakan hasil kuesioner, lebih banyak responden yang bersuku Jawa yaitu 58,8 % responden. Di Desa Tanjung Selamat ini menurut responden bahwa suku mayoritas adalah suku Jawa dikarenakan wilayah ini yang dahulunya dalah gabungan desa Percut yang merupakan wilaayh perkebunan yang paling banyak di huni oleh suku jawa dari pulau jawa yang bekerja di PTPN. Sedangkan yang bersuku Mandailing juga memiliki persentase lumayan yaitu 23,8% hal ini dikarenakan ada satu dusun di desa ini yakni dusun 5

yang berada paling dekat dengan kawasan pabrik yang merupakan masyarakat suku mandailing pendatang dari Tapanuli Selatan. Seluruh Responden ini yang terbagi kedalam berbagai suku adalah responden yang bekerja dipabrik dan memiliki pekerjaan sekitar pabrik seperti kos-kosan dan rumah makan.

Tabel 4.14

Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Tidak Tamat SD 7 8,3 8,8 8,8 SD 21 25,0 26,3 35,0 SMP 25 29,8 31,3 66,3 SMA 26 31,0 32,5 98,8 S1 1 1,2 1,3 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0

Sumber: Data Kuesioner, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.14, kebanyakan responden berpendidikan SD SMP dan SMA hal ini dikarenakan responden lebih banyak kaum ibu atau istri yang pendidikannya sangat reletif rendah dan mereka bekerja di pabrik hanya sebatas buruh harian. Hal ini di lakukan mereka karena mereka menganggap lebih baik bekerja dari pada hanya berdiam diri dirumah tanpa penghasilan sama sekali. Meningkatnya kaum ibu yang bekerja diluar rumah merupakan salah stau dampak

positif yang dirasakan masyarakat desa setelah hadirnya industri pabrik didesa ini. Hasil kuesioner ini juga menunjukkan bahwa pendidikan di desa ini masih kurang menjadi prioritas sejak dulu, akan tetapi sejak datangnya pembangunan industri mulai ada perubahan tentang pendidikan.

Tabel 4.15

Data Responden Berdasarkan Jumlah Anak Masih Hidup

Jumlah anak Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0 17 20,2 21,3 21,3 1 3 3,6 3,8 25,0 2 23 27,4 28,8 53,8 3 24 28,6 30,0 83,8 4 8 9,5 10,0 93,8 5 5 6,0 6,3 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0

Sumber: Data Kuesioner, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.15 pada umumnya di pedesaan memiliki anak yang jumlahnya lebih dari tiga merupakan hal yang biasa bahkan mereka katakan itu masih wajar. Di Desa Tanjung Selamat ini khususnya yang menjadi responden penelitian yang bekerja di pabrik tidak memiliki anak sebanyak 21,3 %. Responden yang memiliki anak satu sebanyak 3,8 %, yang memiliki anak 2 sebanyak 28,8 % yang memiliki anak 3 sebanyak 30,0% menurut mereka

khususnya yang sudah memiliki pekerjaan dipemerintahan cukup memiliki anak dua atau tiga paling banyak saja yang penting mampu dalam mengurus, memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak bagi mereka.

Sedangkan responden yang memiliki 4 dan 5 orang anak sebanyak 16,3 % dengan alasan jika tidak memiliki satu diantaranya anak laki-laki atau perempuan maka mereka akan tetap memilih untuk menambah anak meskipun dengan kondisi perekonomian yang kurang tetapi mereka akan tetap melakukannya dengan menambah anggota keluarga sampai yang diinginkan tercapai.

Tabel 4.16

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Sebelum Adanya Pabrik

Pekerjaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Bertani 27 32,1 33,8 33,8 Usaha sendiri 4 4,8 5,0 38,8 Sekolah 15 17,9 18,8 57,5 Tidak bekerja 22 26,2 27,5 85,0 Lainnya 12 14,3 15,0 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0

Sumber : Data Kuesioner Maret 2015

Pada tabel 4.16 berdasarkan data responden dari radius 100-500 m dari kawasan industri sebanyak 33,8 persen sebelum hadirnya pabrik adalah petani, yang dimaksud petani disini adalah masyarakat yang memiliki sawah dan mengerjakannya dan juga masyarakat yang tidak memiliki lahan tetapi bekerja dengan yang memiliki lahan. Sebanyak 27,5 merupakan pengangguran yang tidak

memiliki pekerjaan dan ini lebih banyak kaum perempuan yang hanya menjadi ibu rumah tangga saja dikarenakan tidak memiliki keahlian dan pendidikan sebelum adanya pabrik. Dan juga sebanyak 15 % bekerja lainnya seperti buruh bangunan di kota dan juga bekerja sebagai tukang cuci atau pembantu dikota.

Tabel 4.17

Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Setelah Adanya Pabrik

Pekerjaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Bekerja di Pabrik 65 77,4 81,3 81,3 Bertani 1 1,2 1,3 82,5 Usaha Sendiri 10 11,9 12,5 95,0 Lainnya 4 4,8 5,0 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0 Sumber: Data Kuesioner, Maret 2015

Dalam Tabel 4.17 responden pada penelitian ini mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik yaitu sebanyak 81,3% tentu hal ini mengalami peningkatan dari tabel 4.16 bahwa tidak ada masyarakat yang bekerja di sektor industri. Perkembangan ini dikarenakan lahan sawah yang sudah banyak beralih dan pekerjaan di pabrik yang lebih menghasilkan pendapatan yang relatif jelas menerima penghasilan setiap minggu. Sehingga masyarakat memilih bekerja sebagai buruh karyawan di

pabrik. Pada tabel 4.17 juga terlihat bahwa masyarakat yang saat ini bekeja sebagai petani sebanyak 1,3 % dan ini mereka bekerja sebagai buruh tani bukan lagi sipemilik sawah, dikarenakan sawah mereka telah dijual ke pabrik namnun belum dibangun pabrik maka mereka disuruh mengerjakannya terlebih dahulu sedangkan pada tabel 4.16 yang bekerja sebagai petani itu ada 33,8 persen dan mereka bekerja dilahan mereka sendiri. Sementara responden yang memiliki usaha sendiri pada tebel 4.16 itu hanya 5% dan tabel 4.17 sebanyak 12,5 % responden, hal ini mengalami peningkatan juga dikarenakan banyaknya tumbuh industri sehingga memberikan kesempatan untuk masyarakat membuka usaha seperti kos-kosan dan warung nasi. Semua peluang kerja yang semakin banyak yang terdapat di desa ini merupakan dampak positif dari hadirnya industri yang dapat meningkatkan pendapatan perkapita bagi masyarakat dan tentunya pendapatan desa.

Tabel 4.18

Identitas responden Berdasarkan Pendapatan Perminggu Sebelum Hadirnya Industri Pabrik

Penghasilan Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Rp.200.000-Rp.400.000 39 46,4 48,8 48,8

Rp.400.000-Rp.600.000 6 7,1 7,5 56,3

Tidak memiliki penghasilan 35 41,7 43,8 100,0

Total 80 95,2 100,0

Missing System 4 4,8

Total 84 100,0

Berdasarkan data tabel 4.18 tersebut dapat dilihat bahwa penghasilan para responden yang mewakili masyarakat desa yang diteliti, sebanyak 48,8 % memiliki penghasilan Rp.200.000- Rp.400.000 dan hanya 7,5% yang memiliki penghasilan lebih dari itu. Dan sisanya adalah masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan di karenakan tidak memiliki ketrampilan sehingga tidak memiliki penghasilan. Oleh karena itu tidak heran jiak sebelum adanya industri masyarakat did esa ini sangat rendah dalam hal pendidikan,kesehatan dikarenakan penghasilannya saja tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan sehar-hari dari setiap keluarga. Hal ini berbeda sejak masuknya indutri banyak mengalami perubahan sehingga banyak mengahdirkan peluang kerja baru dan jenis pekerjaan yang tidak hanya terfokus pada pertanian maka terjadi peningkatan yang cukup baik. Berikut data yang diperoleh peneliti.

Tabel 4.19

Identitas responden Berdasarkan Pendapatan Perminggu Setelah Hadirnya Industri Pabrik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Rp.200.000- Rp.400.000 10 11,9 12,5 12,5 Rp.400.000- Rp.600.000 51 60,7 63,8 76,3 Rp.600.000- Rp.800.000 16 19,0 20,0 96,3 Rp. 800.000- Rp.1000.000 3 3,6 3,8 100,0 Total 80 95,2 100,0 Missing System 4 4,8 Total 84 100,0

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat pendapatan setiap minggu merupakan upah yang dimiliki seseorang untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebanyak 12,5% responden memiliki pendapatan Rp.200.000 - Rp.400.000 setiap minggunya, sebanyak 63,8% responden yang memiliki pendapatan Rp.400.000-Rp.600.000 setiap minggunya, sebanyak 20,0% responden memiliki pendapatan Rp.600.000-Rp.800.000 setiap minggunya dan sebanyak 3,8% responden memiliki pendapatan Rp.800.000-Rp.1000.000 setiap minggunya.

Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki pendapatan sebanyak Rp. 400.000 - Rp.600.000 dengan pendapatan setiap minggu dan mereka bekerja sebagai buruh karyawan dipabrik dengan gaji mingguan yang dihitung perharinya biasanya Rp.80.000-Rp.100.000 dengan gaji sebanyak itu mereka harus mampu mengolah keuangan dengan sebaik-baiknya. Hal ini tentu mengalami peningkatan jika dilihat dari tabel 4.18 yang hanya berpenghasilan sekitar Rp.200.000 perminggu.

4.2.2 Tanggapan Responden Tentang Pembangunan Industri di Desa