BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.2 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang, sesuai dengan rencana penelitian. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi: status perkawinan, pendidikan, masa kerja, tempat tinggal dan wilayah kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan status belum kawin sebanyak 25 (73,5%) dan yang status kawin sebanyak 9 orang (26,5%). Pendidikan responden sebagian besar D.1 sebanyak 17 orang (50,0%). Masa kerja responden
paling rendah 4 tahun dan tertinggi 20 tahun dengan rata-rata masa kerja 10 tahun, sebanyak 18 orang (52,9%) dengan masa kerja < 10 tahun. Tempat tinggal responden sebagian besar di perumahan (kompleks) puskesmas yaitu sebanyak 20 orang (58,8%). Berdasarkan wilayah kerja sebanyak 21 orang (61,8%) bekerja pada wilayah Puskesmas Tes, seperti pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi Identitas Responden di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Identitas Responden Jumlah Persentase
1. Status Perkawinan Kawin 9 26.5 Belum kawin 25 73.5 Jumlah 34 100.0 2 Pendidikan Bidan C 4 11.8 Bidan D.1 17 50.0 Bidan D.3 10 29.4 Bidan D.4 3 8.8 Jumlah 34 100.0 3. Masa Kerja < 10 tahun 18 52.9 ≥ 10 tahun 16 47.1 Jumlah 34 100.0 4. Tempat Tinggal Puskesmas 20 58.8 Luar Puskesmas 14 41.2 Jumlah 34 100.0 3. Wilayah Kerja Puskesmas Tes 21 61.8
Puskesmas Muara Aman 13 38.2
4.3 Faktor Individu
Variabel faktor individu dalam penelitian ini dengan indikator : kemampuan dan pengalaman dalam penanganan kasus-kasus obstetri neonatal yang emergensi. 4.3.1 Kemampuan
Kemampuan bidan dalam penanganan kasus gawatdarurat obstetri diukur dari kemampuan menangani ibu hamil dengan kasus : (a) preeklamsia berat/eklamsia, (b) kasus persalinan macet (distosia bahu) dan (c) penanganan ibu melahirkan dengan plasenta manual, dengan uraian sebagai berikut:
a. Kemampuan Menangani Ibu Hamil dengan Kasus Preeklamsia Berat/Eklamsia
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 34 bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong tentang kemampuan menangani ibu hamil dengan kasus preeklamsia berat/eklamsia ditemukan bahwa tindakan yang dilakukan sesuai prosedur adalah memberitahukan kepada ibu bersalin tentang yang akan dikerjakan oleh bidan serta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Sedangkan tindakan lainnya belum sesuai prosedur karena sebagian besar jawaban responden kadang-kadang sampai tidak pernah dilakukan.
Persentase jawaban responden tentang penanganan kasus preeklamsia berat/eklamsia menunjukkan kemampuan bidan Puskesmas PONED masih rendah dimana dari 14 pertanyaan yang diajukan diperoleh nilai rata-rata sebesar 3 atau sama dengan jawaban kadang-kadang dilakukan.
Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang kemampuan menangani ibu hamil dengan kasus preeklamsia berat/eklamsia seperti pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Ibu Hamil dengan Kasus Preeklamsia Berat/Eklamsia di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No
Kemampuan Menangani Ibu Hamil dengan Kasus
Preeklamsia Berat/Eklamsia Jawaban Jumlah Sangat sering dilakukan Sering dilakukan Kadang-kadang dilakukan Hampir tidak pernah dilakukan Tidak pernah dilakukan n % n % n % n % n % n % 1 Memberitahukan tindakan dan
berikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan 22 64.7 1 2.9 8 23.5 3 8.8 0 0.0 34 100.0
2 Meminta bantuan orang lain 3 8.8 1 2.9 4 11.8 13 38.2 13 38.2 34 100.0
3 Membaringkan ibu pada sisi kiri, mengurangi aspirasi
ludah, muntah dan darah 2 5.9 2 5.9 19 55.9 11 32.4 0 0.0 34 100.0
4 Memastikan bahwa jalan nafas
ibu terbuka 4 11.8 0 0.0 17 50.0 13 38.2 0 0.0 34 100.0
5 Memberikan oksigen 4-6
liter/menit melalui sungkup
atau kanula 3 8.8 2 5.9 15 44.1 13 38.2 1 2.9 34 100.0
6 Melindungi dari risiko jatuh dengan mengikat tangan dan kaki dan melakukan isap lender mulut dan tenggorok, sesuai kebutuhan
2 5.9 2 5.9 17 50.0 12 35.3 1 2.9 34 100.0
7 Memasang infuse intravena
dengan menggunakan larutan
Ringer laktat atau glukosa 5% 3 8.8 0 0.0 16 47.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
8 Memberikan 4 gr MgSO4
2 (10 ml) larutan 40% IV secara
perlahan-lahan selama 5 menit 5.9 1 2.9 17 50.0 4 11.8 0 0.0 34 100.0
9 Melanjutkan dengan 6gr
MgSO4 40% (15 ml) dalam 1 larutan Ringer Asetat/ Ringer Laktat selama 6 jam
2.9 3 8.8 15 44.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
10 Jika kejang berulang setelah 15 menit, apakah diberikan MgSO4 (40%) 2gr IV selama 5 0 menit
0.0 2 5.9 19 55.9 12 35.3 1 2.9 34 100.0
11 Memberikan MgSO4 1g / jam 2 5.9 0 0.0 23 67.6 9 26.5 0 0.0 34 100.0
12 Memberikan 4g MgSO4
0 40% (10 ml) melalui infuse intra
vena dalam 5 menit 0.0 3 8.8 3 8.8 0 0.0 28 82.4 34 100.0
13 Memberikan MgSO4
1 (40%) 5 g IM bokong kiri/ kanan
dengan 1ml Lognokain 2.9 2 5.9 0 0.0 3 8.8 28 82.4 34 100.0
14 Apabila kejang berulang
setelah 15 menit, apakah : -Memberikan 2 g magnesium
sulfat 40% (5 ml)
-Melakukan pemberikan
melalui suntikan intravena secara perlahan-lahan selama 5 menit
b. Kemampuan Menangani Kasus dengan Janin Distosia Bahu
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 34 bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong tentang kemampuan menangani kasus dengan janin distosia bahu ditemukan bahwa tindakan yang dilakukan belum ada yang sesuai prosedur, karena dari 13 pertanyaan yang diajukan tentang kasus dengan janin distosia bahu diperoleh rata-rata jawaban 3 atau sama dengan jawaban kadang-kadang dilakukan, hal ini menunjukkan kemampuan bidan Puskesmas PONED dalam penanganan kasus janin distosia bahu masih rendah.
Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang kemampuan menangani kasus dengan janin distosia bahu seperti pada Tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Janin Distosia Bahu di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Kemampuan Menangani Janin Distosia Bahu
Jawaban Jumlah Sangat sering dilakukan Sering dilakukan Kadang-kadang dilakukan Hampir tidak pernah dilakukan Tidak pernah dilakukan n % n % n % n % n % n % 1 Menempatkan jari telunjuk dan
jari tengah (tangan kiri) antara
kepala bayi dan perineum 0 0.0 17 50.0 5 14.7 4 11.8 8 23.5 34 100.0
2 Memasukkan jarum secara
subkutan, mulai komisura posterior, menelusuri sepanjang perineum dengan
sudut 45o
0 kearah kanan ibu
0.0 17 50.0 4 11.8 7 20.6 6 17.6 34 100.0
3 Melakukan aspirasi, apabila
pada aspirasi terdapat cairan darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan dengan arah yang berbeda
0 0.0 1 2.9 22 64.7 10 29.4 1 2.9 34 100.0
4 Memberikan suntikan bahan
anastesi (Lidokain 1%) 5-10
ml 0 0.0 0 0.0 22 64.7 11 32.4 1 2.9 34 100.0
5 Menekan tempat infiltrasi agar
anastesi menyebar. 0 0.0 2 5.9 17 50.0 14 41.2 1 2.9 34 100.0
6 Membaringkan ibu terlentang
Tabel 4.3 (Lanjutan)
7 Meminta ibu untuk melipat
kedu pahanya, sehingga kedua lututnya berada sedekat mungkin dengan dada
1 2.9 3 8.8 15 44.1 15 44.1 0 0.0 34 100.0
8 Melahirkan bahu depan dengan menarik kepala bayi kearah bawah
2 5.9 1 2.9 18 52.9 13 38.2 0 0.0 34 100.0
9 Memasukkan tangan mengikuti lengkung sacrum sampai jari penolong mencapai fosa antecubiti
3 8.8 1 2.9 16 47.1 14 41.2 0 0.0 34 100.0
10 Menekan jari tengah, lipat
lengan bawah ke arah dada 2 5.9 3 8.8 13 38.2 16 47.1 0 0.0 34 100.0
11 Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari vagina kemudian tarik hingga bahu belakang dan seluruh lengan belakang dapat dilahirkan
2 5.9 2 5.9 18 52.9 12 35.3 0 0.0 34 100.0
12 Bahu depan dapat lahir
dengan mudah setelah bahu dan lengan belakang dilahirkan
1 2.9 4 11.8 10 29.4 14 41.2 5 14.7 34 100.0
13 Bila bahu depan sulit
dilahirkan : putar bahu belakang ke depan dan putar bahu depan ke belakang mengikuti arah punggung bayi sehingga dapat dilahirkan
0 0.0 1 2.9 13 38.2 19 55.9 1 2.9 34 100.0
c. Kemampuan Menangani Ibu Melahirkan dengan Plasenta Manual
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 34 bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong tentang kemampuan menangani kasus ibu melahirkan dengan plasenta manual ditemukan bahwa tindakan yang dilakukan sesuai prosedur adalah: (a) periksaan tanda vital pasien, catat dan buat laporan tindakan, (b) instruksi perawatan, pengobatan dan pemantauan pasca tindakan dan meminta petugas untuk melaksanakannya dengan baik, dan (c) memberitahu suami/walinya bahwa tindakan telah selesai. Sedangkan tindakan lainnya belum sesuai prosedur karena sebagian besar jawaban responden kadang-kadang sampai tidak pernah dilakukan.
Persentase jawaban responden tentang kasus ibu melahirkan dengan plasenta manual menunjukkan kemampuan bidan Puskesmas PONED masih rendah dimana dari 14 pertanyaan yang diajukan diperoleh nilai rata-rata sebesar 3 atau sama dengan jawaban kadang-kadang dilakukan.
Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang kemampuan menangani kasus dengan janin distosia bahu seperti pada Tabel 4.4 :
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Ibu Melahirkan dengan Plasenta Manual di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong N o Menangani Ibu Melahirkan dengan Plasenta Manual Jawaban Jumlah Sangat sering dilakukan Sering dilakukan Kadang-kadang dilakukan Hampir tidak pernah dilakukan Tidak pernah dilakukan n % n % n % n % n % n %
1 Memberikan sedative atau
analgetika. 2 5.9 3 8.8 15 44.1 13 38.2 1 2.9 34 100.0
2 Mengosongkan kandung kemih 1 2.9 1 2.9 18 52.9 14 41.2 0 0.0 34 100.0
3 Melakukan jepit tali pusat dengan kocher, tegangkan tali
pusat dengan tangan kiri 1 2.9 4 11.8 14 41.2 15 44.1 0 0.0 34 100.0
4 Memasukkan tangan kanan melalui introitus vagina secara obstetrik, menelusuri tali pusat hingga serviks.
0 0.0 2 5.9 17 50.0 15 44.1 0 0.0 34 100.0
5 Menahan fundus dengan tangan kiri tali pusat dipegang
oleh asisten. 1 2.9 1 2.9 18 52.9 13 38.2 1 2.9 34 100.0
6 Melanjutkan penetrasi tangan kanan ke kavum uteri, temukan
implementasi dan tepi plasenta. 1 2.9 2 5.9 17 50.0 12 35.3 2 5.9 34 100.0 7 Menyisipkan ujung jari
diantara plasenta dan dinding
uterus 2 5.9 2 5.9 15 44.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
8 Menggerakkan tangan ke kiri dan kanan sehingga secara bertahap, seluruh plasenta dapat dilepaskan dengan tepi luar jari-jari tangan dalam, setelah penyisipan berhasil
2 5.9 1 2.9 17 50.0 13 38.2 1 2.9 34 100.0
9 Gunakan tangan luar atau minta asisten untuk menarik tali pusat untuk mengeluarkan plasenta dan sementara tangan dalam masih di kavum uteri dan memeriksa sisa plasenta
Tabel 4.4 (Lanjutan)
10 Melahirkan plasenta dan letakkan pada tempat yang
tepat 1 2.9 2 5.9 17 50.0 14 41.2 0 0.0 34 100.0
11 Memperhatikan kontraksi uterus dan kemungkinan
perdarahan 1 2.9 1 2.9 18 52.9 13 38.2 1 2.9 34 100.0
12 Melakukan periksaan tanda vital pasien, catat dan buat
laporan tindakan 18 52.9 1 2.9 5 14.7 10 29.4 0 0.0 34 100.0
13 Membuat instruksi perawatan, pengobatan dan pemantauan pasca tindakan dan meminta petugas untuk melaksanakan-nya dengan baik
16 47.1 3 8.8 5 14.7 10 29.4 0 0.0 34 100.0 14 Memberitahu suami/walinya
bahwa tindakan telah selesai 16 47.1 2 5.9 7 20.6 8 23.5 1 2.9 34 100.0
Secara keseluruhan kemampuan responden dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri (ibu hamil dengan kasus preeklamsia berat/eklamsia, kasus dengan janin distosia bahu dan ibu melahirkan dengan plasenta manual) dapat dijelaskan bahwa rata-rata jawaban responden tentang kemampuan adalah 4, artinya responden menjawab sering (skor 4) untuk seluruh pertanyaan tentang kemampuan.
Sehubungan dengan variabel yang ingin di ukur adalah kemampuan, maka pengertian jawaban pada setiap pertanyaan dapat dianalogikan sebagai berikut :
a. Pilihan jawaban “Sangat Sering dilakukan” dianggap mampu melakukan 81-100% tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
b. Pilihan jawaban “Sering dilakukan” dianggap mampu melakukan 61-80% tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
c. Pilihan jawaban “Kadang-kadang dilakukan” dianggap mampu melakukan 41-60% tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
d. Pilihan jawaban “Hampir tidak pernah dilakukan” dianggap mampu melakukan 21-40% tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal e. Pilihan jawaban “Tidak pernah dilakukan” dianggap mampu melakukan 0-20%
tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
4.3.2 Pengalaman
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi deteksi dini ibu hamil di wilayah kerja lebih banyak dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pengalaman bidan dalam penanganan kasus gawatdarurat obstetri ditemukan 67,6% responden yang menangani > 4 orang dalam setahun dan sebagian besar dengan indikasi dirujuk serta jenis yang ditangani adalah perdarahan. Demikian juga penanganan kasus gawatdarurat neonatal ditemukan 67,6% responden yang menangani > 4 orang dalam setahun dan sebagian besar dengan indikasi dirujuk serta jenis yang ditangani adalah gangguan pernafasan.
Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang pengalaman dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal seperti pada Tabel 4.5: Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman di Puskesmas
PONED Kabupaten Lebong
No Pengalaman Jumlah Persentase
1. Frekuensi deteksi dini ibu hamil dalam 1 tahun terakhir
a 1-2 kali 0 0.0
b 3-4 kali 21 61.8
c > 4 kali 13 38.2
Jumlah 34 100.0
2
Jumlah kasus kegawatdaruratan obstetri yang ditangani dalam satu terakhir
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 11 32.4
c > 4 orang 23 67.6
Tabel 4.5 (Lanjutan) 3. Jenis kasus kegawatdaruratan obstetri yang sering ditangani
a Infeksi 0 0.0
b Pendarahan 28 82.4
c Eklamsia dan komplikasi abortus 6 17.6
Jumlah 34 100.0
4. Kasus kegawatdaruratan obstetri yang diindikasikan dirujuk
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 21 61.8
c > 4 orang 13 38.2
Jumlah 34 100.0
5. Jumlah kasus kegawatdaruratan neonatal yang ditangani
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 11 32.4
c > 4 orang 23 67.6
Jumlah 34 100.0
6. Kasus kegawatdaruratan neonatal yang diindikasikan dirujuk
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 11 32.4
c > 4 orang 23 67.6
Jumlah 34 100.0
7. Kasus kegawatdaruratan neonatal yang sering ditangani
a Gangguan pernapasan 26 76.5
b Prematuritas 6 17.6
c Sepsis 0 0.0
Jumlah 34 100.0
8. Kasus kegawatdaruratan neonatal yang sering dirujuk
a Gangguan pernapasan 0 0.0
b Prematuritas 17 50.0
c Sepsis 17 50.0
Jumlah 34 100.0
Secara keseluruhan kemampuan bidan PONED dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori sedang yaitu 17 orang (50,0%)
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kemampuan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Kemampuan Jumlah Persentase
1 Tinggi 3 8.8
2 Sedang 17 50.0
3 Rendah 14 41.2
Secara keseluruhan pengalaman bidan PONED dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori sedang yaitu 23 orang (67,6%)
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengalaman di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Pengalaman Jumlah Persentase
1 Tinggi 11 32.4
2 Sedang 23 67.6
3 Rendah 0 0.0
Jumlah 34 100.0
Keseluruhan kemampuan dan pengalaman sebagai indikator faktor individu dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori sedang yaitu 16 orang (47,1%)
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Individu di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Faktor Individu Jumlah Persentase
1 Tinggi 3 8.8
2 Sedang 16 47.1
3 Rendah 15 44.1
Jumlah 34 100.0
4.4 Faktor Organisasi
Variabel faktor organisasi dalam penelitian ini dengan indikator : supervisi dan imbalan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong.
4.4.1 Supervisi
Supervisi yang dilakukan kepada bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong berdasarkan jawaban dari 34 bidan yang menjadi responden ditemukan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan belum dilakukan secara rutin, dalam
kegiatan supervisi belum dilakukan pembinaan, meningkatkan motivasi, pemeriksaan dokumentasi pelaporan bidan Puskesmas PONED, serta hampir tidak pernah supervisi petugas puskesmas ke posyandu untuk mengevaluasi kegiatan bidan dan bidan desa.
Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang supervisi seperti pada Tabel 4.9 :
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong No Supervisi Jawaban Jumlah Sangat sering dilakukan Sering dilakukan Kadang-kadang dilakukan Hampir tidak pernah dilakukan Tidak pernah dilakukan n % n % n % n % n % n %
1 Supervisi secara rutin ke
Puskesmas PONED 2 5.9 3 8.8 1 2.9 8 23.5 20 58.8 34 100.0
2 Supervisor memberikan
pembinaan pada kegiatan supervisi
5 14.7 0 0.0 1 2.9 7 20.6 21 61.8 34 100.0
3 Pelaksanaan supervisi
meningkatkan motivasi dalam melaksanakan tugas sebagai bidan Puskesmas PONED
2 5.9 3 8.8 0 0.0 25 73.5 4 11.8 34 100.0
4 Supervisor memeriksa
dokumentasi pelaporan bidan Puskesmas PONED
0 0.0 1 2.9 1 2.9 8 23.5 24 70.6 34 100.0
5 Menjelaskan secara terbuka
masalah yang dihadapai di Puskesmas PONED kepada supervisor
1 2.9 3 8.8 0 0.0 7 20.6 23 67.6 34 100.0
6 Supervisor diberitahukan
sebelumnya oleh pimpinan puskesmas
1 2.9 4 11.8 1 2.9 12 35.3 16 47.1 34 100.0
7 Supervisor menjelaskan secara terperinci setiap permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan supervisi.
0 0.0 1 2.9 3 8.8 3 8.8 27 79.4 34 100.0
8 Supervisi mensosialisasikan
format baru menangani kasus kegawatdaruratan persalinan sesuai dengan standar
Tabel 4.9 (Lanjutan) 9 Petugas supervisi melibatkan
bidan puskesmas dan bidan desa untuk melihat kegiatan rujukan ke Puskesmas PONED
1 2.9 4 11.8 2 5.9 13 38.2 14 41.2 34 100.0
10 Supervisi petugas puskesmas ke posyandu untuk mengevaluasi kegiatan bidan dan bidan desa.
0 0.0 3 8.8 0 0.0 19 55.9 12 35.3 34 100.0
4.4.2 Imbalan
Imbalan yang diterima bidan sebagai kompensasi dalam penanganan kasus gawatdarurat obstetri ditemukan jawaban dari 34 bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong bahwa sistem pemberian imbalan cenderung disesuaikan dengan pangkat dan golongan (8,8% menyatakan selalu), jenis imbalan yang diberikan adalah bentuk tunai (47,1% menyatakan selalu), waktu pemberian imbalan (8,8% menyatakan selalu diberikan sesuai waktu yang telah ditetapkan).
Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang imbalan seperti Tabel 4.10: Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Imbalan di Puskesmas PONED
Kabupaten Lebong
No Imbalan
Jawaban
Jumlah Selalu Sering
Kadang-Kadang Jarang
Tidak pernah
n % n % n % n % n % n %
1 Imbalan disesuaikan dengan
beban kerja 2 5.9 1 2.9 10 29.4 20 58.8 1 2.9 34 100.0
2 Imbalan disesuaikan dengan
pangkat/golongan 3 8.8 0 0.0 16 47.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
3 Imbalan disesuaikan dengan
masa kerja 0 0.0 2 5.9 17 50.0 13 38.2 2 5.9 34 100.0
4 Imbalan diberikan dalam
bentuk tunai. 16 47.1 3 8.8 5 14.7 0 0.0 10 29.4 34 100.0
5 Imbalan diberikan dalam
bentuk non tunai. 0 0.0 0 0.0 0 0.0 6 17.6 28 82.4 34 100.0
6 Imbalan non tunai dalam
Tabel 4.10 (Lanjutan)
7 Pemberian imbalan dilakukan dalam waktu tertentu (bulanan atau triwulan)
2 5.9 1 2.9 16 47.1 13 38.2 2 5.9 34 100.0
8 Waktu/tanggal pemberian imbalan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
3 8.8 0 0.0 16 47.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
9 Kriteria bidan yang mendapatkan imbalan adalah
yang melaksanakan penanganan kasus gawat
darurat obstetri dan neonatal.
16 47.1 2 5.9 7 20.6 8 23.5 1 2.9 34 100.0
10 Promosi jabatan diberikan kepada bidan yang melakukan prestasi khusus
2 5.9 1 2.9 17 50.0 13 38.2 1 2.9 34 100.0
Secara keseluruhan supervisi yang diterima bidan PONED dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori tidak baik yaitu 27 orang (79,4%)
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Supervisi di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Supervisi Jumlah Persentase
1 Baik 0 0.0
2 Cukup baik 7 20.6
3 Tidak baik 27 79.4
Jumlah 34 100.0
Secara keseluruhan imbalan yang diterima bidan PONED dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori tidak baik yaitu 19 orang (55,9%)
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Imbalan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Imbalan Jumlah Persentase
1 Baik 3 8.8
2 Cukup baik 12 35.3
3 Tidak baik 19 55.9
Keseluruhan faktor supervisi dan imbalan sebagai indikator faktor organisasi dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori tidak baik yaitu 26 orang (76,5%)
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Organisasi di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong
No Faktor Organisasi Jumlah Persentase
1 Baik 2 5.9
2 Cukup baik 6 17.6
3 Tidak baik 26 76.5
Jumlah 34 100.0