• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL LEMBAGA

2. Identitas Yayasan Bina Insan

hukum

b. Tinggal kelas karena lambat belajar c. Korban penyalahgunaan obat terlarang.

d. Pasangan suami istri yang masih berada di usia sekolah, terutama para ibu-ibu belia.

e. Menderita karena permasalahan kesehatan, etnis, kebudayaan dan terutama ekonomi.

f. Putus sekolah karena berbagai sebab seperti ijazah yang ditahan, dan tidak memiliki identitas.

g. Mengalami trauma karena berasal dari keluarga yang bercerai, mengalami kekerasan, atau terlantar atau gelandangan

Sekolah Master Indonesia (SMI) berperan sangat penting dalam mempersiapkan generasi agar mampu menghadapi era yang penuh dengan tantangan SMI harus mampu menyelenggarakan proses pembekalan, pengetahuan, penanaman nilai, pembentukan sikap (karakter) pengembangan bakat (keterampilan), menumbuhkan potensi akal jasmani, ruhani yang optimal, seimbang dan sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran adalah proses

“memanusiakan manusia” dengan pendidikan manusia yang baru agar dapat menjalankan fungsi dan misi yang sejati.1

2. Identitas Yayasan Bina Insan Mandiri

1 Data Sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri

54

Sekolah Master atau YABIM adalah yayasan independen yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dakwah, ekonomi, serta pemberdayaan soial bagi anak jalanan dan dhuafa. SMI terleta di kawasan strategis Kota Depok tepat ditengah-tengah antara Terminal Depok, ITC Depok, Stasiun Depok Baru, dan pasar kemiri muka yang menjadi pusat bsinis Kota Depok, Banyak warga yang berharap mendapatkan rezeki dengan berbagai profesi seperti supir angkutan, pedagang, pengamen, pemulung dan lain-lain.

Nama Yayasan : Yayasan Bina Insan Mandiri (Sekolah Master)

Alamat : Jl. Margonda Raya No. 58 Teriminal Terpadu Kota Depok, Jawa Barat Indonesia

No. Telepon : (021) 92612047

Akta Notaris : Dwi Priharyanti SH, Nomor 2 Tanggal 25 Februari 2005

3. Visi dan Misi

Dalam mejalankan pendidikan dan pemberdayaan sekolah di Yayaysan Bina Insan Mandiri memiliki visi dan misi yang dijadikan pedoman dalam pencapaian target yang diinginkan.

Visi :

Menjadikan sekolah unggulan di Indonesia bagi msyarakat marginal dala ragka melahirkan dan menumbuhkan insan yang cerdas, kreatif, mandiri dan budi pekerti serta memiliki daya guna tinggi.

Misi ;

A. Melahirkan dan mengembangkan fasilitator pembelajaran yang integritas, dedikasi, dan kompeten yang berdasarkan pada pola-pola pengajaran mengasuh dan membimbing anak-anak.

B. Mengembangkan dan mewujudkan kurikulum dan modul-modul pembelajaran yang berbasis kepada kemandirian, kemanusiaan, dan mengembangkan kreativitas serta inovasi baik bagi anak-anak maupun fasilitator pembelajaran.

C. Menumbuhkan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi perkembangan partisipasi anak-anak dan fasilitator pembelajaran serta rasa aman, nyaman, dan menyenangkan.

D. Mengembangkan laboratorium penelitian dan pengembangan model pendidikan bagi masyarakat marginal yang berkualitas.

E. Mengembangkan dan meningatkan kapasitas SDM dan manajemen pendidikan yang handal.

F. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak diseluruh tingkatan dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan.

G. Melakukan advokasi kebijakan untuk mendukung pemenuhan hak-hak dan kepentingan anak-anak dan masyarakat.

H. Memanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi untuk mendukung manajemen pendidikan, proses pembeajaran,

56

dan pelayanan informasi Sekolah Master bagi yang membutuhkan.

4. Tujuan Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri

A. Sekolah Master Indonesia (SMI) memiliki tujuan menjadikan manusia berakhlak mulia dan amar ma‟ruf nahi munkar dengan usaha kesadaran secara aktif untuk membentuk kebiasaan baik.

B. Hakikat pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi

“good and smart” (cerdas dan bijak).

C. Sekolah Master Indonesia (SMI) memfokuskan rasa empati, etika moral, dan pelayanan sosial dapat menciptakan masyarakat sekolah yang lebih peduli dan mandiri serta tidak hanya dapat membuat anak-anak menjadi pintar tetapi lebih membangun akhlak mulia.

5. Keadaan Relawan dan Tutor

Guru atau relawan di Yayasan Bina Insan Mandiri terdiri dari bagian yaitu :

A. Guru Karir

Guru karir adalah mereka yang direkrut YABIM sebagai pengajar tetap. Ada standard kualifikasi yaitu minimal berpredikat sarjana.

B. Guru Bina

Guru bina adalah guru-guru yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Kota Depok untuk memberikan pengajaran di Yabim. Mereka adalah guru-guru yang berasal dari beberapa sekolah negeri di Depok.Guru-guru ini didatangkan untuk melakukan sinkronisasi kurikulum.

C. Alumni

Sejak menjadi siswa, guru dan pengurus YABIM menekankan pentingnya membantu sesama. Dengan keterikatan tersebut, banyak alumni YABIM yang setelah menamatkan sekolah menjadi guru di YABIM.

D. Guru Tamu

Untuk menunjang keterampilan siswa, banyak dikembangkan berbagai macam kegiatan terutama kewirausahaan. Guna memompa motivasi siswa, sering kali pengurus mendatangkan guru-guru tamu yang merupakan orang-orang sukses dengan latar belakang yang tidak jauh seperti mereka.

6. Program Kerja PKBM YABIM Depok

Adapun program kerja PKBM YABIM Depok untuk mencapai visi dan misinya, yakni sebagai berikut :

a. Program Akademisi

Program ini merupakan program sekolah layaknya sekolah umum biasa dimana siswa dididik kami dapat belajar sama seperti anak-anak lain walaupun dengan keterbatasan yang ada. Program ini meripakan pendidikan kesetaraan yang bekerjasama denga Dinas Pendidikan Luar Sekolah (PLS).Program akademis ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa didik kami agar dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Program akademis dibagi sesuai batasan usia sebagai berikut ; A. Paud (pendidikan anak uia dini)

58

Pendidikan usia dini merupakan wadah yang strategis dalam pembinaan anak yang berumur 0 sampai 5 tahun. Teori psikologi perkembangan menerangkan bahwa pendidikan yang ditanamkan pada usia dini akan mempengaruhi kepribadian anak pasa usia selanjutnya, kesalahan mendidik anak pada usia dini menyebabkan timbulnya benih kepribadian yang negatif.

Kehadiran PAUD di terminal Depok yang dikelola oleh YABIM bertujuan untuk membantu para orang tua murid yang memiliki keterbatasan ekonomi dan pengetahuan cara mendidik anak sehingga kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dapat terealisasikan dengan baik. Alhasil anak akan tumbuh dan berkembang sebaimana di cita-citakan oleh orang tuanya. Sampai saat ini jumlah seluruh PAUD ada 120 santri.

B. Sekolah Dasar Persamaan Paket A

Kondisi perekonomian yang belum membaik menyebabkan masih banyaknya orang tua yang mengalami kesulitan untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar (SD).Banyaknya anak-anak jalanan yang berusia sekolah dasar berada di sekitar trotoar dan lampu merah. Merupakan salah satu akibat dari mahalnya biaya Sekolah dasar dengan keterbatasan yang ada YABIM berusaha memberikan fasilitas kepada mereka untuk belajar dalam program Sekolah

Dasar. Sampai saat ini program tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat menengah ke bawah.Program sekolah dasar ini berjumlah 138 siswa dan siswi.

C. Kejar Paket B Setara SMP dan SLTP Terbuka

Paket B SMP dan SLTP diselenggarakan oleh YABIM sebagai tindak lanjut dari jenjang dasar bertujuan memberikan bekal pengetahuan serta keterampilan bagi siswa SLTP sehingga pola pikir siswa menjadi positif dan siap menyongsong masa depan dengan bekal keterampilan yang ia miliki.

Jumlah siswa yang mengikuti program SLTP sebanyak 348 siswa.Yang terdiri dari anak jalanan, pengamen, pengasong, dan masyarakat tidak mampu.

D. Kejar Paket C setara SMU

Kejar paket C merupakan suatu program yang dirancang untuk meningkatkan pola pikir dan kualitas bagi para siswa yang kebigungan ketika harus memilik antara dunia usaha ditenga keterbatasan yang ada.Program ini juga mempersiapkan para siswa didik untuk menempuh jenjang perguruan tinggi sesuai minat dan kemampuan mereka khusus dalam segi akademis.Jumlah seluruh siswa sampai saat ini mencapai 289 siswa.

b. Pelatihan Wirausaha

60

Program kelas kewirausahaan bertujuan untuk peserta didik yang tidak minat di bidang akademis untuk mengembangkan potensinya berwirausaha. Program ini memberi motivasi kepada peserta didik dengan memberikan pelatihan-pelatihan bisnis sehingga mereka dapat mengembangkan potensi dan memunculkan jiwa pengusaha yang mampu menciptakan lapangan kerja, melihat, menggali dan mengembangkan potensi daerahnya.

c. Kursus

Kursus yang diberikan ialah kursus komputer dan kursusu menjahit.Kursus tersebut diselenggarakan untuk peserta didik memberikan skill kepada binaan sebagai bekal di kemudian hari.Pelatihan yang diberikan berkaitan dengan pengoperasian windows sebagai bekal di dunia kerja, seperti Word, Excel, Power Point, dan design grafis. Kursus menjahit yang diberikan berupa pengoperasian mesin jahit, mendesain/ tata busana bagi peserta didik sebagai bekal agar dapat mandiri di kemudian hari.

d. Sanggar Seni

Program di bidang seni ini merupakan sarana bagi peserta didik yang pada dasarnya memiliki minat dan bakat dalam bidang kesenian baik itu berupa

senipahat,music, dan berbagai keterampilan dalam bidang seni yang dapat mereka kembangkan.2

7. Sarana dan Prasarana

Terkait degan fasilitas pendudkung yang tersedia di Sekolah Master, maka disediakan darana dan prasarana sebagai fasiitas penunjang berbagai kegiatan yang berlangsung, maka sarana dan prasaran yang disediakan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu :

a. Ruang kelas

b. Ruang Tutor PKBM c. Ruang Komputer d. Ruang Kamar Mandi e. Masjid

f. Perpustakaan

8. Struktur Kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri Bagan struktur kepengurusan PKBM BINA INSAN MANDIRI, seperti terlihat pada gambar

2 Data Yayasan Bina Insan Mandiri

62

Gambar 3.2 : Struktur Kepengurusan PKBM YABIM

Sumber: data SMA Sekolah Master

3

3 Hasil wawancara dengan Koordinator SMA Sekolah Master, Sri Lestari, pada hari Kamis 12 Desember 2019

Gambar 3.3: Struktur kepengurusan SMA Sekolah Master

64

Tabel 3.2 :Jumlah siswa dan siswi SMA Sekolah Master

Tingkat Kelas PUTRA PUTRI

Kelas 1 40 Siswa 45 Siswi

Kelas 2 25 Siswa 25 Siswi

Kelas 3 25 Siswa 25 Siswi

Jumlah 90 Siswa 95 Siswi

Sumber: diolah oleh peneliti

65 BAB IV

TEMUANLAPANGAN

Dalam temuan ini peneliti membahas tentang implementasi konsep modal sosial dalam pemberdayaan Sekolah Master di Depok-Jawa Barat. Penelitian ini fokus kepada penerapan modal sosial serta hasil yang diperoleh dari penerapan modal sosial di Sekolah Master Depok. Dalam upaya pemberantasan kebodohan anak-anak marjinal, Sekolah Master hadir untuk memberikan pelayanan di bidang pendidikan yang diperuntukkan untuk siapa saja tanpa ada batasan usia ataupun status agar bisa merajut impian, bahwa kemiskinan bukanlah menghambat cita-cita mereka.

A. Proses modal sosial dalam Pemberdayaan yang diterapkan oleh Sekolah Master

Gagasan awal berdirinya Sekolah Master berangkat dari kekhawatiran Pak Nurokhim selaku insiator Sekolah Master ketika melihat anak usia sekolah berada di pasar, terminal dan stasiun pada jam-jam sekolah. Menurut Pak Nurokhim harus tersedia pendidikan alternatif bagi anak-anak marjinal apapun namanya, dengan harapan anak-anak yang putus sekolah mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan.

Melihat permasalahan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian berdasarkan observasi dan wawancara kepada ketua yayasan, koordinator atau kepala sekolah SMA Sekolah Master, relawan atau guru-guru SMA Sekolah Master dan warga belajar atau murid-murid Sekolah Master. Dari hasil wawancara tersebut

66

dapat diketahui bahwa berdirinya Sekolah Master berangkat dari keprihatinan Pak Nurokhim melihat kondisi anak-anak yang putus sekolah. Menurut Pak Nurokhim anak-anak yang bersekolah di Sekolah Master berasal dari ketidakberdayaan keluarganya, yang menjadi bagian dari kaum urbanisasi dari desa ke kota dengan harapan dapat mengubah nasibnya, tetapi mereka tidak memiliki skill, kemampuan kompetensi dan keterampilan sehingga mereka tidak memiliki daya saing dalam memperoleh kesempatan ekonomi, hal itu mengakibatkan kehidupannya menjadi terlantar di kota Depok.

Awal mula kegiatan belajar mengajar sebelum pemberian nama Sekolah Master berangkat dari proses belajar di kios-kios milik Pak Nurokhim. Karena antusias warga belajar yang besar membuat kios-kios tidak mampu menampung jumlah warga belajar yang terus berkembang, dan akhirnya mereka belajar di emperan masjid dekat terminal. Maka lahirlah nama masjid terminal atau Sekolah Master yang dijadikan rumah kedua bagi anak-anak marjinal. Sekolah Master mengajarkan pendidikan formal dan nonformal yang diharapkan dapat menciptakan rasa nyaman dan aman untuk mereka, sehingga mereka dapat lebih mudah diarahkan oleh Sekolah Master untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Awal berjalan Sekolah Master dimulai pada tahun 2000.

Dengan pebagian waktu masuk kelas yang termasuk dalam peraturan Sekolah Master.Sekolah di mulai kelas Tanam Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di pagi hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB, lalu di

lanjut kelas tingkat Sekolah Menengah Atas mulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

Pak Nurokhim dan Ibu Sri Lestari mengemukakan bahwa kurikulum sekolah master mengikuti sekolah induk, yaitu SMAN 4 Depok yang berbasis kurikulum tiga belas. Namun, kurikulum nasional tersebut dimodifikasi dan dikembangkan sendiri oleh Sekolah Master sesuai dengan situasi dan secara psikologis sesuai dengan kemampuan belajar siswa. Artinya Sekolah Master mengajarkan pelajaran yang terdapat di ujian nasional agar siswa mampu mengikutinya, lalu selebihnya pengajaran dimodofikasi kepada pembentukan karakter, entrepreneur, dan pembelajaran yang disiapkan untuk mereka agar di kemudian hari mereka siap terjun di dunia kerja dan di dunia wirausaha.

Adapun hal-hal lain yang peneliti temukan adalah adanya faktor dukungan serta hambatan dan kualifiasi peserta didik yang dapat menjadi salah satu arahan dalam proses penerapan modal sosial dalam pemberdayaan oleh Sekolah Master. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor pendukung dan faktor penghambat a. Faktor pendukung

Penerapan modal sosial dalam pemberdayaan Sekolah Master dikemukakan Pak Nurokhim didukung oleh orang –orang yang mempunyai rasa kepedulian terhadap anak-anak marjinal dan tergerak hatinya untuk menjadikan dirinya sebagai relawan. Walaupun relawan guru Sekolah Master mendapatkan upah yang minim dan minim akan fasilitas. Hal lain yang mendasari para relawan bersedia

68

untuk bergabung menjadi pengajar di Sekolah Master karena panggilan hati. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Sri Lestari karena ingin semaksimal mungkin membantu anak-anak marjinal dengan berbagi ilmu. Hal yang sama juga di kemukakan oleh ibu Siti Arwah Nasution karena melihat banyak anak-anak marjinal yang membutuhkan pendidikan dan ingin menjadi manfaat bagi mereka. Hal berbeda dikemukakan oleh Akram Diponegoro yang memiliki hobi mengajar. Berawal dari Akram Diponegoro yang menjadikan Sekolah Master objek dari skripsinya.

sehingga ingin mengenal lebih dalam para siswa di Sekolah Master. Sediaan Rozi untuk bergabung menjadi pengajar diawali karena Rozi tinggal di Sekolah Master, dan melihat bahwa SMA Sekolah Master kekurangan tenaga pengajar. Hal itu membuat Rozi ingin membantu sebisa yang Rozi mampu.

Komitmen pak Nurokhim dalam mencerdaskan anak bangsa di lihat dari berjalannya Sekolah Master yang dimulai pada tahun 2000. Tingkat SMA Sekolah Master sendiri terdiri dari 15 relawan. Dikemukakan oleh Ibu Sri Lestari selaku kepala sekolah SMA Sekolah Master, 15 relawan yang memiliki komitmen tersebut sudah menjadi wali kelas dan menjadi pengejar tetap mata pelajaran tertentu. Sebelum mereka menjadi wali kelas, mereka para relawan melaui tes seperti anak magang yang diuji selama enam bulan mengajar di SMA Sekolah Master.

Serta didukung juga oleh beberapa orang tua murid yang menyekolahkan anaknya di Sekolah Master. Dengan harapan agar menjadi anak-anak yang baik dalam segi akhlak dan pengetahuan.Hal serupa tersebut dikemukakan oleh beberapa wali murid diantaranya Ibu Sukaesih, Ibunda dari Devanda Lusia. Ibu Marsinah, Ibunda dari Nur Afifah. Ibu Tina, Ibunda dari Sakinah dan Ibu Sri Purwanti, Ibunda dari Afni Khaerunisa.

b. Faktor penghambat

Bangunan Sekolah Master menggunakan container.

Adapun cara belajar para siswa dengan cara lesehan, tidak menggunakan bangku seperti sekolah pada umumnya. Fasilitas ruang kelas untuk belajar pada tahun 2018 sebagian bangunan Sekolah Master dibongkar.

Sekolah Master kekurangan ruang kelas. Pemkot Depok membongkar 12 ruang kelas yang terdiri dari empat ruang kelas TK dan delapan ruang kelas SD untuk pembangunan Terminal Terpadu Margonda Raya. Selain fasilitas untuk para siswa belajar yang kurang, para relawan juga mendapatkan fasilitas yang kurang juga seperti gaji relawan. Dikemukakan oleh Pak Nurokhim bahwa Sekolah Master menggaji relawan sesuai dengan UMR, yaitu upah minimum relawan yang mungkin hanya cukup untuk biaya transportasi saja. Sehingga banyak diantara para calon relawan mengundurkan diri kurang dari enam bulan, sebab dirasa kurang sesuai dari segi penghasilan menurut ibu Sri Lestari. Melalui hasil wawancara dengan

70

relawan SMA Sekolah Master mereka mencari pendapatan sampingan seperti Ibu Lestari yang berjualan pempek dirumah, Ibu Siti yang berjualan gorengan di sekolah, Akram Diponegoro yang sebelum atau setelah mengajar bekerja sebagai ojek online.

2. Kualifikasi peserta didik

Menurut Pak Nurokhim, Tidak sulit menjadi peserta didik di Sekolah Master. Menurut pak nurokhim yang terpenting para siswa mempunyai niat untuk mau belajar, mau berubah dan tergolong dari keluarga yang kurang mampu. Penempatan belajar siswa disesuaikan dengan kelengkapan administrasi dan usia siswa.

Jika administrasi lengkap dan berada di usia sekolah maka siswa ditempatkan di sekolah-sekolah terbuka dan mendapatkan ijazah sekolah negeri terbuka. Namun jika amdministrasi kurang lengkap seperti anak yang berhenti di tengah jalan atau anak yang sudah melampaui batas usia sekolah akan di tempatkan di sekolah paket. Menurut Pak Nurokhim penempatan sekolah paket lebih fleksibel dan tidak perlu memberikan surat pindah.

Melalui wawancara dengan empat orang anak SMA Sekolah Master ditemukan bahwa latar belakang keluarga setiap anak berbeda-beda berikut alasan mereka ingin bersekolah di Sekolah Master.

Narasumber pertama dikemukakan oleh Devada Lusia yang sudah bersekolah di Sekolah Master sejak kelas satu SD.

Devanda sering membantu sang ayah menjaga parkiran di

bawah jalan layang Ramanda Margonda sampai pukul 11.00 WIB setiap harinya. Sebelum menjadi tukang parkir, Devanda pernah menjadi seorang pengamen sejak kelas empat SD Kegiatan tersebut ia lakukan masuk sekolah. Devanda ingin bersekolah di Sekolah Master karena faktor ekonomi yang dirasa kurang mampu apabila ia bersekolah di sekolah biasa.

Selain itu bersekolah di Sekolah Master dapat memberikan rasa aman, nyaman dan juga dikelilingi oleh teman-teman yang baik.

Narasumber kedua bernama Nur Afifah berasal dari Ngawi seorang anak yang ditinggal bapaknya meninggal. Nur Afifah bersekolah di Sekolah Master sejak kelas satu SMA.

Sebelum Nur Afifah pergi sekolah, ia membantu sang ibu membungkus buah. Karena sang ibu berprofesi sebagai pedagang buah di pinggir jalan. Alasan Afni bersekolah di Sekolah Master karena tidak masuk ke sekolah Negeri. Dan tidak mampu dari segi ekonomi apabila Afifah melanjutkan jejang SMA di sekolah swasta.

Narasumber ketiga bernama Sakinah. Ia berasal dari Kota Medan. Sakinah bersekolah di Sekolah Master sejak satu SMA. Sebelum Sakinah berangkat ke sekolah ia membantu sang ibu yang menjadi pedagang asongan. Alasan Sakinah bersekolah di Sekolah Master karena tidak masuk SMA Negeri impian Sakinah. Keluarganya tidak mampu apabila menyekolahkan Sakinah di SMA Swasta Depok.

Narasumber keempat Putri Khaerunnisa. Ia bersekolah di Sekolah Master sejak kelas dua SD. Alasan ia bersekolah

72

karena saran dari sang ayah yang menjadi buruh harian.

Karena keterbatasan ekonomi tersebut orangtua Afni menyekolahkannya di Sekolah Master karena bersekolah di Sekolah Master tidak dipungut biaya.

B. Hasil Penerapan Modal Sosial Oleh Sekolah Master

Indikator keberhasilan dalam sebuah modal sosial dapat diketahui melalui pemberdayaan dalam bidang pendidikan baik formal maupun non formal diberikan Sekolah Master terhadap anak-anak marjinal. Seperti yang dikemukakan Pak Nurokhim apapun namanya harus ada pendidikan alternatif untuk masyarat marginal. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tingkat kebodohan.

Kepercayaan, norma sosial dan jaringan sosial merupakan hal penting dalam membangun suatu modal sosial, dalam hal ini peneliti temukan terdapat kepercayaan yang melahirkan norma sosial sehingga dapat menimbulkan jaringan sosial atau kerjasama antara Sekolah Master, guru dan para murid.

Ditemukan dilapangan pada saat peneliti melakukan wawancara dengan Pak Nurokhim, Para siswa SMP datang mendaftarkan dirinya sendiri untuk bersekolah di Sekolah Master, dan disusul dengan orangtua yang mendaftarkan anaknya untuk melanjutkan jenjang SMA di Sekolah Master. Orangtua siswa merasa bahwa sekolah dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada para siswa agar lebih mudah dalam pembentukan karakternya.

Dikemukakan oleh Bapak Nurokhim kurikulum di Sekolah Master menyesuaikan kurikulum yang dianut secara nasional tetapi hanya hal yang dirasa penting saja. Karena Sekolah Master melakukan modifikasi kurikulum sesuai dengan kondisi kemampuan para siswa. Karena Sekolah Master bukan hanya ingin membina siswa dari segi akademisi tetapi dibina dari segi karakter siswa. Peraturan yang dibuat Sekolah Master menurut Ibu Sri Lestari dapat dipatuhi oleh para siswa. Seperti datang dengan menggunakan pakaian yang rapih, mengikuti kegiatan tadarus setiap pagi dan mengusahakan untuk datang tepat waktu.

Menurut empat narasumber yang mejadi relawan, para siswa mempunyai kemajuan dalam kreatifitas belajar seperti mereka belajar sendiri tanpa harus disuruh.

Motivasi belajar anak ditentukan dengan hubungan yang akrab dengan guru dan orangtua. Motivasi yang diberikan para guru kepada murid berupa pendalaman dari segi agama seperti istikomah dalam mengenakan kerudung, mengaji, belajar tajwid dan diberikan pemahaman agar lebih memaknai hidup. Seperti yang dikemukakan Devanda Lusia. Selain itu ia juga ikut

Motivasi belajar anak ditentukan dengan hubungan yang akrab dengan guru dan orangtua. Motivasi yang diberikan para guru kepada murid berupa pendalaman dari segi agama seperti istikomah dalam mengenakan kerudung, mengaji, belajar tajwid dan diberikan pemahaman agar lebih memaknai hidup. Seperti yang dikemukakan Devanda Lusia. Selain itu ia juga ikut

Dokumen terkait