• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KONSEP MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN SEKOLAH MASTER DI DEPOK JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI KONSEP MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN SEKOLAH MASTER DI DEPOK JAWA BARAT"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KONSEP MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN SEKOLAH MASTER

DI DEPOK – JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

NUR HIKMAH ARDINI 11150540000022

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M/1441 H

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nur Hikmah Ardini NIM : 11150540000022

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul IMPLEMENTASI KONSEP MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN SEKOLAH MASTER DI DEPOK – JAWA BARAT adalah benar merupakan karya saya sendiri untuk memperoleh gelar srata 1 (S1) dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Jika terdapat kutipan, saya sudah mencantumkan sumbernya sesuai dengan peraturan penulisan skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika suatu hari terbukti bahwa ini plagiat karya orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi.

Ciputat, 15 September 2020

NUR HIKMAH ARDINI NIM. 11150540000022

(5)

i ABSTRAK Nur Hikmah Ardini

Implementasi Konsep Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Sekolah Master di Depok

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini.Kegiatan migrasi dari desa kekota dianggap sebagai solusi untuk memutus rantai kemiskinan.Tetapi para pelaku migrasi tersebut tidak didukung oleh keahlian yang mumpini sehingga membuat para pelaku migrasi sulit untuk bersaing demi memenuhi kebutuhan harian.

Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis mengajukan judul tentang modal sosial dalam rangka pemberdayaan Sekolah Master di Depok

Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian studi kasus dengan pendekatan penelitian kualitatif pertanyaan penelitan ini adalah (1) Bagaimana proses penerapan modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master dan (2) Bagaimana hasil dari hasil penerapan modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan dari modal sosial dalam pemberdayaan anak marjinal dalam bidang pendidikan di Sekolah Master terbukti dapat menerapkan konsep dari modal sosial yang terdiri dari kepercayaan, norma sosial dan jaringan sosial sehingga mereka dapat bekerjasama guna tujuan bersama yaitu menjadi manusia yang mandiri

Kata kunci: Modal Sosial, Pemberdayaan, Sekolah Master

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang telah memberikan nikmat yang tak terhitung. Berkat kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu „Alayhi wa Sallam serta kepada para keluarganya dan sahabatnya atas teladan yang baik.

Penulisan skripsis ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S. Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M.Ed., Ph. D., Dekan Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sihabuddin N, M. Ag., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

5. Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Muhtadi, M. Si., Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. WG. Pramita Ratnasari, S. Ant,. M. Si., Sekertaris Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Drs. Yusra Kilun, M. Pd Dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sangat ikhlas, tulus, dan sabar kepada penulis selama masa bimbingan skripsi.

9. Dr. Abdul Razak, MA. Dosen pembimbing Akademik mahasiswa PMI‟15 yang telah membina etika dan moral saya beserta kawan-kawan lainnya didalam proses perkuliahan.

10. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan; Prof Dr. H Asep Usman Ismail, MA, Drs Yusra Kilun M.Pd, Nurul Hidayati S.Ag., M.Pd, Wati Nilamsari, M.Si., Rosita Tandos, M.Comdev., Ph. D., M. Hudri, M.Ag., Dicky Andika, M.

Si., beserta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan ilmunya selama perkuliahan.

11. Kedua orangtua, Muhammad Jasri dan Almh. Suryani atas segala perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi dan do‟a yang diberikan kepada penulis terutama dalam

(8)

iv

menyelesaikan penulisan skripsi dan sahabat hidup Ishaak Christofer Moyambo yang turut menemani, mendampingi dan mengiringi proses perjalanan dalam rutinitas perkuliahan.

12. Kawan-kawanku sekalian keluarga besar Program Studi Pengembangan Masyarakat khususnya angkatan tahun 2015, Dini Masrika, Riza Fauziyah, Munah Herawati, Mety Andriyani, Rizki Dalina, Septiani Rahmawati, Putri Robiatul, Salsabila, Faskan Aditama, Fakhriy, Chairul, Salman, Iqbal, Fajar Setiawan, Desta, Imam, Haidar, Tami, Lely, Cici, Sarah, Firzi dan tidak lupa juga kepada Abangda Mughni Labib PMI 2013, Reza Pahlevi PMI 2014yang sellau turut mengiringi proses perjalanan tugas- tugas kuliah, terutama pada momen Praktikum II di Desa Daleman.

13. Teman seperjuangan anak Depok yang berkuliah pulang pergi Depok-Ciputat Nurul Hasanah, Dini Masrika, terutama Kamila Humairah yang sudah menjadi teman selama Sembilan tahun dan sudah bersedia membantu menyelesaikan skripsi peneliti secara tegas.

14. Nurokhim, Ketua Yayaysan Sekolah Master yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan wawancara dengan Warga Sekolah Master

15. Sri Lestari, selaku Kepala Sekolah Tingkat SMA Sekolah Master, Siti Arwah, Akram, dan Rozi selaku relawan pengajar di Sekolah Master dan para Siswa Siswi Sekolah Master yang telah membantu dalam proses penelitian ini,

(9)

v

yang telah meluangkan waktu dalam memberikan informasi terkait penelitian.

16. Kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dapat balasan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan acuan bagi peneliti yang lain yang hendak menulis skripsi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, 7 Juli 2020 Penulis

Nur Hikmah Ardini

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan dan Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Tinjauan Pustaka ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Implementasi ... 24

B. Pengertian Konsep ... 25

C. Modal Sosial ... 26

1. Pengertian Modal Sosial ... 26

2. Konsep Modal Sosial ... 27

3. Peran Modal Sosial ... 30

4. Sumber Modal Sosial ... 33

5. Elemen Trust ... 34

D. Hubungan Kajian Modal Sosial dan Pendidikan ... 35

(11)

vii

E. Pemberdayaan ... 39

1. Pengertian Pemberdayaan ... 39

2. Tahapan Pemberdayaan ... 40

a. Perencanaan ... 40

b. Pelaksanaan ... 41

c. Pelembagaan ... 42

d. Monitoring dan Evaluasi ... 43

3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan ... 44

F. Kerangka Berpikir ... 45

BAB III PROFIL LEMBAGA A. Profil Yayasan Bina Insan Mnadiri ... 47

1. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri ... 47

2. Identitas Yayasan Bina Insan Mandiri ... 53

3. Visi Misi ... 54

4. Tujuan Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri ... 56

5. Keadaan Relawan dan Tutor ... 56

6. Program Kerja PKBM YABIM Depok ... 57

7. Sarana dan Prasarana... 61

8. Struktur Kepengurusan PKBM Bina Insan Mandiri ... 61

BAB IV TEMUAN LAPANGAN A. Proses Modal Sosial dalam Pemberdayaan yang Diterapkan Sekolah Master ... 65

(12)

viii

1. Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat ... 67 2. Kualifikasi Peserta Didik ... 70 B. Hasil Penerapan Modal Sosial dalam

Pemberdayaan Oleh Sekolah Master ... 72 1. Mengurangi Tingkat Kebodohan ... 74 2. Menambah Kreatifitas Peserta Didik .... 75 BAB IV ANALISIS

A. Analisis Pada Proses Penerapan Modal Sosial dalam Pemberdayaan Sekolah

Master ... 77 B. Analisis Hasil Penerapan Modal Sosial

dalam Pemberdayaan Sekolah Master ... 81 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Informan Sekolah Master ... 15 Tabel 3.2 Jumlah siswa dan siswi SMA Sekolah Master ... 64 Tabel 4.3 Ringkasan Tahapan Pemberdayaan pada Sekolah

Master ... 80

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 46 Gambar 3.2 Struktur Kepengurusan PKBM YABIM ... 62 Gambar 3.3 Struktur Kepengurusan SMA Sekolah Master .. 63

(15)

1 BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Salah satu faktor pendukung masalah pertumbuhan penduduk yaitu kegiatan migrasi dari desa ke kota yang menyebabkan populasi penduduk kota semakin bertambah setiap tahunnya.

Kegiatan migrasi dari desa ke kota ini tidak didukung oleh keahlian yang menunjang pelaku migrasi tersebut untuk dapat bersaing di ibu kota. Sehingga membuat pelaku migrasi yang tidak terdidik dan kurang terampil sulit untuk bersaing dan mendapatkan kesempatan ekonomi yang layak. Akibatnya adalah pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal itu membuat mereka bertahan hidup di ibukota dengan keadaan yang seadanya bahkan cenderung hidup dibawah garis kemiskinan.

Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan bertahan hidup dengan segala cara. Mulai dari bekerja serabutan, memulung, mengamen, bahkan mengemis hal itu mereka lakukanuntuk melangsungkan kehidupan di ibu kota. Banyak juga diantaranya yang melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, menjual barang-barang ilegal sampai melakukan pembegalan itu semua dilakukan untuk mendapatkan uang agar mendapatkan penghidupan yang lebih layak bukan hanya sekedar memenuhi kehidupan sehari.

(16)

2

Hal tersebut merupakan permasalahan yang dirasakan masyarakat golongan bawah yaitu masyarakat pra-sejahtera atau lebih dikenal sebagai masyarakat marjinal. Masyarakat marjinal masuk kedalam kelompok masyarakat yang berada standart kemiskinan. Mereka terkucil dan dipinggirkan oleh lingkungan masyarakat sekitar.

Dalam hal ini modal sosial merupakan salah satu perekat sosial karena memiliki peran penting dalam membangun dan memelihara integrasi sosial. Modal sosial dinilai dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup tiap individu maupun kelompok dalam kesehariannya. Maka dari itu modal sosial dinilai sebagai investasi sumber daya guna melahirkan sumer daya baru. Dapat diketahui bahwa sumber daya merupakan sesuatu yang dapat digunakan, diinvestasikan dan dan disimpan.

Sumber daya yang digunakan untuk investasi tersebut disebut modal.Kajian modal sosial cukup luas dan kompleks, oleh karena nya modal sosial di batasi dengan konsep dari modal sosial. Yaitu kepercayaan, norma sosial dan jaringan sosial atau kerjasama sehingga fokus kepada permasalahan yang ada. Modal sosial ini fokus pada potensi individu antar individu dalam hal kepercayaan yang akan melahirkan norma kelompok individu sehingga mereka dapat bersatu dan bekerjasama dalam kelompok individu tersebut (Yager, 2014: 43).

Harapan yang tumbuh dalam sebuah masyarakat, ditunjukkan dengan perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama, Norma-norma (norms), norma terdiri pemahaman-pemahaman, nilai-nlai,

(17)

harapan-harapan, dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan oleh sekelompok orang, Jaringan-jaringan (networks), merupakan infrastruktur dinamis yang berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Modal sosial di atas merupakan media pendorong bagaimana orang dapat bekerja sama dengan mudah. Dalam diri masyarakat marjinal terdapat potensi yang besar untuk saling bekerjasama, membangun solidaritas dan partisipasi antar individu.Mereka yang berkerjasama terbentuk karena norma-norma yang melahirkan kepercayaan antar individu. Potensi tersebut adalah bentuk modal sosial.Sebagai sumber daya yang lahir dari interaksi antar individu seperti, terciptanya saling percaya diantara mereka.

Pendekatan positivis memaparkan bahwa modal sosial merupakan jejaring sosial yang terkandung hubungan timbal balik sebagai komponen pembangun kepercayaan dalam kelompok. Individu membangun hubungan sosial tersebut sebagai sumber daya untuk mencapai tujuan kolektif maupun secara kolektif saling menjaga hubungan yang erat dalam kelompok, atau dengan kata lain modal sosial sebagai aset kelompok. Kepercayaan dan hubungan timbal balik dalam relasi berkelompok menjadi nilai internal dalam konsep modal sosial.Hubungan internal ini diistilahkan oleh Putnam sebagai

“bonding social capital” (ikatan modal sosial), yang merupakan relasi sosial dalam masyarakat yang ikatannya erat. Namun ikatan

(18)

4

ini hanya ada pada internal kelompok dan tidak membangun jembatan baru yang dapat memperluas wawasan, memberikan ide-ide baru atau untuk tujuan kesejahteraan.

Permasalahan mengenai anak marjinal merupakan permasalahan yang serius. Sebab adalah generasi-generasi penerus bangsa. Apa jadinya jika sebagai generasi penerus bangsa seperti mereka hidup di pinggir jalan, tidak memiliki tempat tinggal, hingga melakukan pekerjaan yang tidak semestinya, seperti mengemis mengamen dan kerja serabutan.

Padahal harusnya anak diusia mereka berada di dalam kelas dan belajar bersama teman-teman seusianya.

Sebenarnya penanganan anak-anak marjinal ini sudah menjadi tanggung jawab negara, seperti yang tercantum dalam pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Ditegaskan pada pasal 34 ayat 2. Bahwa “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Dan juga tercantum pada UUD 1945 pasal (1) dan (2) yang berbunyi : (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

(19)

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ”Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan, ”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”.

Surat Fatir ayat 27-28

Arti: Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah- buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan di antara gunung- gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.

Ayat tersebut di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni lebih tinggi dan tidak sekedar beriman. Tidak disebutnya kata

(20)

6

meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu Tentu saja yang dimaksud dengan alla dzinautu al-„ilmu yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal shaleh, dan yang kedua beriman dan beramal shaleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal pengajarannya kepada pihak lain secara lisan, atau tulisan maupun dengan keteladanan. Ilmu yang di maksud ayat di atas bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun yang bermanfaat.Dalam QS. 35: ayat 27-28. Allah meguraikan sekian banyak mahluk Ilahi, dan fenomena alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa: yang takut dan kagum kepada Allah dari hamba-hambanya hanyalah ulama, ini menunjukkan bahwa ilmu dalam pandangan al-Qur‟an bukan hanya ilmu agama. Di sisi lain juga menujukkan bahwa ilmu haruslah menghasilkan khasyyah yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkan untu kepentingan mahkluk, Rasul sering kali berdo‟a “Allahuma inni a‟udzu bika min „ilm(in) la yanfa‟(Aku berlindungan kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat)‟ (khusus kamu) itu-sedekah.

Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kamu dan lebih suci:

jika kamu tidak memperoleh maka sesungguhnya Allah maha

(21)

pengampun lagi maha penyayang”. Ayat di atas kembali berbicara tentang pembicaraan rahasia, yang telah dibicarakan sejak ayat ke 7 sampai dengan ayat 10 lalu diselingi oleh tuntutan keberadaan dalam suatu majelis. Ayat di atas kembali berbicara tentang hal tersebut sebagai penjabaran dari perintah melakukan pembicaraan yang mengandung kebajikan dan ketakwaan (Sholeh, 2016: 215).

Sekolah Master atau Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Kota Depok Jawa Barat, merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan guna memberikan pelayanan terhadap anak-anak marjinal.dan kaum dhuafa. Yang mana tiap kegiatan tidak dipungut biaya sedikitpun. Program yang ada semata-mata untuk menolong dan membantu meningkatkan kualitas hidup dan memberikan kesejahteraan kepada anak-anak marjinal dan kaum dhuafa.

Modal sosial merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kualitas hubungan, mempererat hubungan dan kekuatan dalam kelompok. Kemampuan untuk bekerjasama, membangun suatu jarigan untuk mencapai tujuan kolektif.

Kerjasama tersebut seperti pola interelasi timbal balik yang saling menguntungkan atas dasar kepercayaan, norma sosial dan jaringan sosial yang kuat di atas prinsip kebersamaan. Seperti modal sosial yang di terapkan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), Depok, Jawa Barat.

Kegiatan-kegiatan tersebut membutuhkan elemen-elemen yang terdapat dalam modal sosial seperti jejaring sosial yang kuat, trust (keyakinan terhadap nilai-nilai positif yang mampu

(22)

8

menciptakan perubahan), norma-norma dan kerjasama diantara warga sekolah (Usman, 2018: 127). Dimana siswa yang khususnya di tingkat SMA dan para pengajar di tingkat SMA dengan Yayasan Bina Insan Mandiri dalam menjalin relasi-relasi sosial. Berdasarkan pada penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kepercayaan, norma sosial dan jaringan sosial yang dilakukan Sekolah Master dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Konsep Modal Sosial dalam Pemberdayaandi Sekolah MasterDepok Jawa Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah peneliti buat, maka dirumuskan beberapa identifikasi masalah pembahasan sebagai berikut:

1. Migrasi dari desa ke kota dengan keadaan yang kurang terampil

2. Kemiskinan membuat pemenuhan kebutuhan seharian menjadi terbatas sehingga kurang mampunya dari segi finansial untuk bersekolah

3. Modal sosial berperan dalam memelihara dan membangun integritas sosial

C. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, sebagai langkah untuk menghindari timbulnya sesuatu penafsiran yang keliru dan menyesatkan, maka peneliti melakukan

(23)

batasan terhadap masalah yang diangkat dengan mengidentifiaksikannya, dalam perumusan masalah sebagai berikut.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah, sebagai berikut:

a. Bagaimana Sekolah Master menerapkan konsep modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master?

b. Apa hasil yang diperoleh dari penerapan konsepmodal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui gambaran penerapan konsep modal sosial dalam pemberdayaan di SMA Sekolah Master

b. Mengetahui hasil penerapan konsep modal sosial dalam kontribusi terhadap pemberdayaan di Sekolah Master 2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu untuk menambah khazanah ilmu dakwah, khususnya yang berhubungan dengan unsur-unsur masyarakat islam. Adapun secara praktis penelitian ini yaitu:

a. Penelitian ini sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(24)

10

b. Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan, khususnya pada mata kuliah Pengembangan Masyarakat Islam, karena pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Sasaran dari adanya pemberdayaan anak jalanan adalah peningkatan kapasitas dan kualitas dari kompetensi mereka guna mempertajam daya saing mereka.

c. Penelitian ini diharapkan dapat melahirkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan modal sosial, agar diperoleh pemahaman terhadap pengembangan kapasitas individu dan secara menyeluruh dan saling menyempurnakan.

d. Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman terkait kepercayaan, jaringan sosial dan norma sosial dalam mengembangakan mutu karakteristik pribadi dan komunitas dalam masyarakat. Dalam konteks ini, pengembangan kapasitas sebagai upaya dalam meningkatkan norma sosial, kepercayaan, dan jaringan sosial. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman untuk peneliti dalam mengaplikasikan ilmu penegtahuan yang didapat selama kuliah dalam karya tulis yang nyata serta dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah dan dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(25)

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang peneliti amati. Peneitian kualitatif dilakukan karena penelitian ini ingin menjelaskan fenomena yang tidak dapat dikuantitatifkan. Bersifat deskriptif seperti pola, pengertian tentang konsep tertentu, dan sebagainya. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk memahami fenomena dalam kehidupan masyarakat serta aktivitas sosial lainnya. Penelitian kualitatif berusaha untuk memahami atau menafsirkan fenomena dalam sudut pandang makna-makna yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka (Sugiyono, 2003: 7).

Peneliti disini akan menggunakan pendekatan lapangan, dimana dalam penelitian ini bertujuan utuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok dan masyarakat. Peneliti ini mempunyai ciri sifat yang mendalam tentang suatu unit sosial tertentu (Suryana, 2010:

14).

Dengan pendekatan ini, peneliti bisa megetahui lebih mendalam mengenai implementasi konsep modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master. Pada penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitu, menelaah sebuah

(26)

12

kasus tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer. Metode ini digunakan untuk menggali serangkaian kegiatan intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa dan aktivitas. Cakupan kajian dari studi kasus bersifat mikro yang mengkaji pada tingkat individu, kelompok lembaga dan latar tertentu secara mendalam.

2. Macam dan Sumber Data

Sumber data yang akan ditelusuri untuk memperoleh data lapangan terdiri atas sumber yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari narasumber yang akan diteliti dengan cara wawancara mendalam, narasuber dalam penelitian ini yaitu Warga Sekolah di Sekolah Master Depok dan bagian community development.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini seperti buku-buku, catatan dan transkip serta dokumen yang lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan beberapa tahap, yaitu:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan ciri yang spesifik apabila dibandingkan dengan teknik yang lain. Seperti wawancara dan kuesioner. Jika

(27)

wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak sebatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek yang lain. Salah satu observasi yang sesuai dengan penelitian kali ini adalah observasi partisipatif. Hasil temuan dari observasi akan peneliti lihat sebagai bahan perbandingan dengan hasil yang diperoleh dari wawancara tersebut.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data ketika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan. Guna menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden/narasumber yang lebih mendalam. Mengenai pembuatan wawancara, disini peneliti menggunakan wawancara terbuka yang dilakukan dengan cara sistematis menggunakan unsur pertanyaan 5W+1H.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan kepada beberapa pihak. Untuk memperoleh data yang akurat wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada:

1) Ketua Yayasan Sekolah Master

Peneliti melakukan wawancara kepada ketua yayasan guna mendapatkan data yang akurat mengenai rancangan penerapan modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master. Pada saat dilapangan peneliti melakukan wawancara dengan

(28)

14

Bapak Nurockhim selaku Kepala Yayasan Sekolah Master.

2) Kepala Sekolah SMA Sekolah Master dan Pengajar SMA Sekolah Master

Peneliti melakukan wawancara kepada satu orang kepala sekolah SMA Sekolah Master dan tiga orang Pengajar SMA Sekolah Master. Wawancara dengan kepala sekolah dan guru SMA Sekolah Master dilakukan guna mendapatkan data mengenai proses belajar mengajar dan harapan kepala sekolah dan guru SMA dari adanya Sekolah Master terhadap anak-anak marjinal. Pada saat dilapangan peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Sri Lestari, Ibu Siti Arwah Nasution, Mas Akram Diponegoro dan Mas Rozi.

3) Pelajar SMA Sekolah Master

Peneliti melakukan wawancara kepada empat orang pelajar SMA Sekolah Master. Wawancara dengan pelajar ini dilakukan guna mendapatkan data mengenai pengajaran dan hasil dari mereka bersekolah di Sekolah Master. Pada saat di lapangan peneliti melakukan wawancara dengan Devanda Lusia, Nur Afifah, Sakinah, dan Afni Khaerunisa selaku pelajar SMA di Sekolah Master.

4) Orang Tua Siswa SMA Sekolah Master

Peneliti melakukan wawancara kepada empat orang tua siswa SMA Sekolah Master. Wawancara

(29)

dengan orang tua ini dilakukan guna mendapatkan data mengenai hasil anaknya yang bersekolah di Sekolah Master. Pada saat di lapangan, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Sukaesih, Ibu Marsinah, Ibu Valentina dan Ibu Sri Purwanti.

Daftar informan wawancara, sebagai berikut:

Tabel 1.1: Informan Sekolah Master No Informan Jumlah Metode pengkajian

1 Ketua Yayasan 1 Observasi dan Wawancara 2 Kepala Sekolah

dan Pengajar

4 Observasi dan Wawancara

4 Pelajar 4 Observasi dan

Wawancara 5 Orang Tua

Siswa

4 Observasi dan Wawancara Jumlah total

informan

13

Sumber: diolah oleh peneliti 4. Teknik Analisa Data

Dalam teknik analisa data, peneliti menggunakan model metode pen dekatan analisis Miles dan Huberman, yang didalamnya membahas tentang: pertama, reduksi data ialah pengumpulan data, memfokuskan, serta memilah dan memilih data mana saja yang dibutuhkan. Kedua, model data

(30)

16

yaitu suatu proses pengumpulan data yang tersusun sesuai kriterianya masing-masing. Ketiga, penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir pada sebuah kegiatan penelitian, dimana isinya berisikan tentang ringkasan semua data yang diperoleh sehingga muncul sebuah manfaat dan saran untuk kedepannya (Emzir, 2012: 129).

5. Teknik Validasi Keabsahan Data

Teknik validasi keabsahan data ialah bertujuan untuk menjaga kebenaran dari isi data yang telah didapat, peneliti sini menggunakan teknik triangulasi, menurut Matthew B.

Miles dan A. Michael Huberman.Teknik tersebut berujuan untuk membandingkan indeks-indeks yang ada, masing- masing setiap indeks itu sendiri memiliki metode yang berbeda pula untuk mendapatkannya, sehingga mengarahkan kepada kesimpulan yang tepat (Tjetjep, 1992: 436).

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di sekolah Master atau Yayasan Bina Insan Mandiri jalan Margonda Raya No. 58 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok Kode Pos 16431 Jawa Barat.Adapun penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan selesai.Kemudian dari sudut lokasi tempat penelitian berdekatan dengan rumah tinggal sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penggalian data. Masa waktu penelitian dimulai dari pertengahan Mei 2019 sampai dengan selesai.

(31)

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017” yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku ceqda.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian tinjuan pustaka serta penepatan konteks sebagai langkah untuk proses penyususnan skripsi studi pustaka ini bertujuan untuk memperkuat konten hasil penelitian dan temuan peneliti di lapangan serta menghindarikesamaan karya milikorang lain.

Berikut adalah bahan referensi yang brekaitan dengan permasalahan yang penelti angkat:

Judul skripsi : Aktualisasi Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Komunitas (Studi Kasus Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman)

Penulis : Ashfin Balady

Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018

(32)

18

Hasil penelitian ini adalah Ashfin Balady melihat semakin mereggangnya hubungan antar manusia dan semakin meningkatnya ketidak pedulian terhadap sesama manusia sekarang ini di berbagai negara di belahan dunia Modal sosial dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam proses pembangunan. Penelitian ini melihat bagaimana modal sosial diaktualisasikan dalam program pemerintah yang dinamakan sebagai Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) atau Neighborhood Development (ND) atau masyarakat local menyebutnya Noto Deso di Desa Wonokerto.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan metodependekatan studi kasus.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial telah terbukti menekan pembiayaan,kemudian menyebabkan efisensi anggaran, sehingga pembangunan dapat dilakukan secara maksimal. Modal sosial yang diinvestasikan dapat berubah menjadi modal-modal lainnya seperti modal finansial, modal manusia dan modal lingkungan. Menggunakan modal sosial dalam proses pemberdayaan dapat mempermudah transfer kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan pada masyarakat.

Modal sosial dapat meningkatkan kepercayan terhadap pemerintah dan juga masyarakat itu sendiri. Sehingga memperkokoh kerjasama dan mempertahankan eksistensi sosial yakni gotong royong. Aturan-aturan bersama yang disepakati dalam program PLPBK dapat mendukung kelangsungan hidup dan menjaga kelestarian lingkungan di Sangurejo. Jaringan- jaringan sosial yang terjalin pada masyarakat dapat memperluas

(33)

jaringan untuk melibatkan pihak eksternal untuk bermitra dalam mencapai tujuan bersama. Modal sosial telah mengubah wajah padukuhan Sangurejo yang semula padat, kumuh, dan miskin menjadi kampong yang cantik, tertata, bersih, dan menawan, sehingga terbentuklah Kampung Wisata Gerbang Sangurejo.

Skripsi ini sama-sama membahas tentang modal sosial dalam pemberdayaan. Berbeda dengan pembahasan yang penulis laksanakan yaitu tentang modal sosial dalam pemberdayaan penerapan konsep di Sekolah Master Indonesia. Karena dalam pembahasan ini penulis membahas tentang implementasi konsep modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master.

Judul Skripsi : Peran Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi Di Pasar Depok Lana Pancoran Mas Depok), 2011

Penulis : Rahmi Ganarsih (Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Poitik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Hasil penelitian ini menjelaskan tindakan yang diakui pedagang mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya trust diantara pedagang dan pihak-pihak yang berinteraksi dengan pedagang sehingga adanya nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Aturan-aturan informal yang berlaku di kelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis. Sehingga aturan-aturan informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang

(34)

20

berkembang serta dilaksanakan secara berama-sama. Maka, peran norma di kelompok pedagang sebagai pembentuk aturan-aturan informal yang mengiringi proses interaksi diantara pedagang dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pedagang, khususnya pedagang masakan matang.

Peran jaringan di kelompok pedagang nasi diantaranya adalah bertambahnya jumlah pelaggan, pedagang mudah memperoleh bahan-bahan baku, perilaku saling membantu diantara pedagang, pedagang mendapatkan rasa aman, pedagang memperoleh dukungan keluarganya dalam menjalankan usahanya.

Skripsi ini sama-sama membahas tentang modal sosial dalam pemberdayaan. Berbeda dengan pembahasan yang penulis laksanakan yaitu tentang modal sosial dalam pemberdayaan penerapan konsep di Sekolah Master Indonesia. Karena dalam pembahasan ini penulis membahas tentang implementasi konsep modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master.

Judul Skripsi : Modal Sosial Pada Komunitas Motor Di Yogyakarta (Studi Pada Jogja Automotive Community Yogyakarta)

Penulis: Yogo Mukti Wibowo (Jurusan Pendididkan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta), 2012

Hasil penelitian ini menjelaskan peranan modal sosial dalam jaringan sosial pada komunitas motor di Yogyakarta. Di lihat satu persatu unsur modal sosial, terdapat dua norma dalam JAC yakni

(35)

norma tertulis yang digunakan untuk menjalankan organisasi dan norma lisan yang menjadi pedoman dalam berinteraksi anggota JAC. Kepercayaan dalam JAC dapat di lihat melalui pembagian kerja yang ada pada JAC baik dalam kepengurusan organisasimaupun pengelolaan suatu event. Kepercayaan ini didapat oleh seseorang atas apa yang telah lakukan dalam JAC,hal yang diperhatikan untuk seseorangmendapat kepercayaan adalah loyalitasnya terhadap JAC dan keaktifannya baik dalam JAC maupun komunitasnya sendiri. Temuan peneliti yang selanjutnya adalah adanya tiga bentuk jaringan sosial yaitu jaringan sosial pendirian JAC, jaringan sosial anggota JAC, dan jaringan sosial JAC dengan pihak pemerintahdan swasta. Modal sosial yang ada pada JAC berkarakter Bridging Social Capital.

Skripsi ini sama-sama membahas tentang modal sosial dalam pemberdayaan. Berbeda dengan pembahasan yang penulis laksanakan yaitu tentang modal sosial dalam pemberdayaan penerapan konsep di Sekolah Master Indonesia. Karena dalam pembahasan ini penulis membahas tentang implementasi konsep modal sosial dalam pemberdayaan di Sekolah Master.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yag dterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2017, isinya terdiri dari enam bab. Sistematika penulisan tersebut, sebagai berikut:

(36)

22

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini membahas mengenai teori-teori terkait dengan penelitian ini, terdiri dari teori implementasi, konsep, modal sosial, pendidikan dan modal sosial dan pemberdayaan.

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai gamaran umum Sekolah Master, mulai dari profil Sekolah Master, sejarah Awal Mula Sekolah Master, Visi Misi Sekolah Master, program Sekolah Master dan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Master.

BAB IV TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas mengenai temuan lapangan,yaitu penerapan konsep dari modal sosial dalam pendidikan di Sekolah Master melalui kepercayaan, kepatuhan terhadap norma sosial dan hubungan kerjasama antara pihak sekolah, para guru dengan siswa-siswi Sekolah Master

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini membahas analisis dari temuan lapangan di Bab IV yang dikaitkan dengan landasan teori atau tinjauan pustaka dari Bab II.

(37)

BAB VI PENUTUP

Bab ini membahas kesimpulan, dan saran dari hasil dan temuan yang didapatkan penulis dalam penelitian

(38)

24 BABII

LANDASANTEORI

A. Pengertian Implementasi

Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan dianggap sudah matang. Menurut Nurdin Usman (2002: 70), implementasi bermuara, pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu system, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.

Guntur Setiawan (2004: 39) berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Pressman dan Wildavsky dalam Purwanto (2012: 20) menyatakan bahwa implementasi diartikan ke dalam beberapa tujuan seperti : untuk menjalankan kebijakan, untuk memenuhi janji-janji sebagaimana dinyatakan dalam dokumen kebijakan, untuk menghasilkan output sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan kebijakan dan untuk menyelesaikan misi yang harus diwujudkan dalam tujuan kebijakan.

Menurut Kapioru menyebutkan terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

a. kondisi lingkungan

b. hubungan antar organisasi c. sumberdaya, dan

(39)

d. karakter institusi implementator

terdapat beberapa faktor yang menentuka berhasil atau tidaknya suatu proses implementasi menurut Purwanto, yaitu:

1. kualitas kebijakan itu sendiri

2. kecukupan input kebijakan (terutama anggaran)

3. ketepatan instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan kebijakan (pelayanan, subsidi, hibah, dan lainnya)

4. kapasitas implementor (struktur organisasi, dukungan SDM, koordinasi, pengawasan dan sebagainya)

5. karakteristik dan dukungan kelompok sasaran (apakah kelompok sasarn adalah individu atau kelompok, laki-aki atau perempuan, terdidik atau tidak)

6. kondisi lingkungan geografi, sosial, ekonomi, dan politik dimana inplementasi tersebut dilakukan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu proses kegiatan yang terencana dan terstrusktur. Berkaitan dengan program yang telah diterapkan oleh suatu organisasi atau institusi yang dengan menyertakan sarana dan prasarana pendukung setiap program yang dijalankan berdasarkan peraturan-peraturan tertentu untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.

B. Pengertian Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 520), konsep berarti pengertian, gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan.

(40)

26

Pada dasarnya konsep merupakan abstraksi dari suatu gambaran, ide, atau menurut Kant yang dikutip oleh Harifudin Cawidu (1991: 13) konsep yaitu gambaran yang bersifat umum dan abstrak tentang sesuatu.

Agar segala kegiatan berjalan secara sistematis dan lancar dibutuhkan suatu perencanaan yang mudah dipahami dan dimegerti. Perencanaan yang matang menambah kualitas dari kegiatan tersebut. Di dalam perencanaan terdapat suatu gagasan atau ide yang akan dilaksanakan oleh kelompok atau individu.

Berdasarkan teori konsep di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa konsep yang dimaksud adalah gambaran umum abstrak tentang perencanaan yang terdapat dalam managemen Sekolah Master.

C. Modal Sosial

1. Pengertian Modal Sosial

Pembahasan tentang modal sosial mewarnai banyak literatur sosiologi, poltik dan ekonomi. Modal sosial memiliki peran yang dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan dan rekonstruksi bencana dan mendorong pertumbuhan ekonomi (Usman, 2018: 2).

Pierre Bourdie dan Wacquant mendefinisikan modal sosial sebagai berikut:

Social capital is the sum of resources, actual or virtual, that accrue to an individual or a group by virtue of possessing a durable networl of more or less institutionalised relationships of mutual acquaintuance and recognition.

(41)

Modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual, atau virtual, yang timbul dari individu atau kelompok karena memiliki jaringan yang bertahan lama dari lebih banyak atau kurang dirawat dalam hubungan untuk saling mengenal dan mengakui (Usman, 2018: 21).

Tidak jauh berbeda dengan pandangan Bourdieu, Coleman juga melihat modal sosial mewakili sumber daya yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik relasi-relasi yang saling menguntungkan, jejaring sosial yang melembagakan kepercayaan (Usman, 2018: 21).

Dalam konteks ini modal sosial mengandung unsur produktif yang dapat didayagunakan menjadi sarana untuk mendukung proses merealisasikan tujuan tertentu termasuk memperkuat sumber daya manusia (Coleman, 2009: 422).

2. Konsep Modal Sosial

Modal sosial dalam Sunyoto Usman memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Pembahasan tentang modal sosial biasanya terkait dengan mendayagunakan sumber daya (resource) dalam rangka memperoleh keuntungan ekonomi (economic gain) atau manfaat sosial (social benefit) melalui kegiatan produktif.

Sumber daya tersebut bukan berupa barang, uang, kepandaian, atau keterampilan tetapi berupa relasi-relasi sosial. Relasi sosial yang terendap dalam kehidupan sosial yang tidak diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial dapat diklasifikasikan sebagai modal sosial.

(42)

28

Menurut Field seperti dikutip oleh Sunyoto Usman, terdapat beberapa jenis modal yang dapat diinvestasikan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

a. Modal finansial (finance). Pembahasan tentang modal finansial sering dihubungkan dengan upaya dalam mengelola, meningkatkan, mengalokasikan dam menggunakan dana yang dimiliki oleh perorangan, kelompok, komunitas atau organisasi untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial melalui kegiatan produktif.

b. Modal fisik (physical capital) pembahasan tentang modal fisik sering dihubungkan dengan faktor produksi barang atau jasa yang menghasilkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial. Modal fisik dalam konteks ini berupa sarana (infrastruktur) untuk mengolah bahan baku. Bahan baku bisa berasal dari sumber daya alam seperti (hutan), bisa juga berupa tambang (gas dan mineral). Kemudian sarana (infrastruktur) ini berupa gedung, dan peralatan komputer.

c. Modal manusia (human capital) pembahasan modal manusia biasanya dikaitkan dengan usah mengelola, meningkatkan, dan mendayagunakan kepandaian, keterampilan (skill), tingkat dan keberagaman pendidikan serta pengalaman sebagai sumberdaya manusia yang dinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial melalui kegiatan produktif. Bisa

(43)

dikatakan potensi apabila kepandaian, keterampilan, pendidikan dan pengalaman tidak diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manafaat sosial.

Kekuatan modal manusia terletak pada keberhasilan dalam mengembangkan sistem yang mampu mendayagunakan kepandaian, keterampilan, pendidikan dan pengalaman tersebut untuk kegiatan produktif.

d. Modal sosial (social capital) pembahasan tentang modal sosial biasanya dikaitkan dengan upaya mengelola, meningkatkan, dan mendayagunakan relasi-relasi sosial sebagai sumber daya yang diinvestasikan guna mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

Pelembagaan hubungan yang saling menguntungkan difasilitasi oleh relasi-relasi sosial, dimana relasi sosial tersebut memberikan jaminan yang lahir dari kepercayaan. Nilai-nilai menghargai suatu perkembangan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.

Karakteristik modal sosial berbeda dengan modal financial, modal fisik dan modal manusia. Modal fisik relativetangible (kasat mata), capable of being touched.

Modal fisik dapat dihitung dan diprediksi, kapasitas modal fisik bisa ditambah bila dirasa kurang atau tidak mumpuni. Modal finansial dan modal manusia telatif tangible (kurang kasat) meskipun tidak sejelas modal fisik. Sedangkan modal sosial bersifat less tangible (tidak begitu kasat mata) modal sosial dalam level individu hampir sama dengan modal manusia. Dalam kajian

(44)

30

sosiologi, analisis modal sosial berada pada level kelompok, komunitas dan masyarakat. Sehingga modal sosial baru dirasa keberadaannya atau dapat diidentifikasi apabila individu-individu tersebut menjalin relasi sosial.

3. Peran modal sosial

Pembahasan yang pertama tentang peran modal sosial, pembahasan yang kedua tentang bagaimana memanfaatkan modal sosial untuk menjalin relasi guna mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial, pembahasan yang ketiga tentang bagaimana orang merealisasikan tujuan tersebut di lihat dari efek atau dampak peran modal sosial relasi-relasi sosial,

Relasi sosial sebagai penyedia informasi tentang berbagai macam kebutuhan lingkungan. Semakin luas jaringan sosial semakin luas juga informasi yang didapatkan.

Peran penting dalam penguasaan informasi merupakan upaya dalam menentukan dan memprediksi kebutuhan yang dibutuhkan dalam perkembangan masyarakat. Di sisi lain, penguasaan peran dan penguasaan informasi bernilai penting.

Guna pembuatan prakiraan atau prediksi tentang sumber daya yang layak untuk diinvestasikan disesuaikan dengan kebutuhan.

Relasi sosial merupakan media untuk menanamkan dan menebarkan trust (nilai positif terhadap perkembangan) sehingga orang dapat mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Relasi sosial merupakan media untuk mempertegas identitas sehingga mudah untuk

(45)

mengembangkan hubungan yang saling menghargai.

Hubungan saling menghargai tersebut dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk berbagai kepentingan dan sumber daya. Dengan hubungan semacam ini dapat memberikan rasa aman dan juga memberikan jaminan keberlangsungan kegiatan.

Relasi-relasi sosial melibatkan aktor (subjek yang menjalin hubungan sosial) sekaligus kelompok, komunitas, dan masyarakat luas yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya relasi sosial tersebut. Individual aktor, kelompok, komunitas, masyarakat luas berperan penting dalam pembahasan modal sosial. Modal sosial pada level individual aktor sering diwarnai oleh uraian yang member tekanan pada bagaimana setiap aktor mendayagunakan sumber daya yang terendap dalam jejaring untuk mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

Secara optimal, pembahasan modal sosial seringkali mirip dengan modal manusia, terutama pada pengoptimalisasian keuntungan ekonomi dan manfaat sosial ditaruh dan dipertaruhkan pada kemampuan individual aktor.

Namun sebenarnya individual aktor berbeda esensi dengan modal sosial karena tidak membahas kapasitas orang secara personal dalam terciptanya ide-ide kreatif. Dalam pembahasan modal sosial pada level individual aktor sebenarnya lebih fokus pada pengidentifikasian bagaimana individual aktor tersebut menciptakan dan memanfaatkan sumber daya yang terdapat pada relasi-relasi sosial untuk

(46)

32

mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

Energi dan kekuatan modal manusia terdapat dalam diri aktor, sedangkan kekuatan modal sosial melekat pada relasi sosial apabila individual aktor dalam keadaan pasif atau tidak menjalin relasi dengan aktor-aktor lain maka potensi yang terdapat dalam dirinya sulit untuk diidentifikasi. Karena sumber daya modal sosial ditentukan oleh koneksi yang terjalin antar aktor maka derajat konektisitas dan integrasi berkolerasi positif dengan perbedaan sumber daya yang dimiliki.

Terdapat pandangan yang berbeda pada level modal sosial kelompok, komunitas atau masyarakat dalam mengembangkan kelompok, komunitas atau masyarakat terbentuk dalam asosiasi, organisasi, perhimpunan atau perkulmpulan guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bisa dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan atau memanfaatkan peluang ekonomi, memperkuat posisi tawar menawar kekuasaan/politik, mengatasi konflik, dan membangun perdamaian, mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi bencana, beradaptasi dengan perubahan iklim dan sebagainya.

Kemudian ruang koneksi atau jaringan sosial menjadi ajang mengelola kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, dalam arti kegiatan yang mendatangkan keutungan ekonomi atau manfaat sosial.

Mereka mengembangkan jejaring untuk memfasilitasi relasi-relasi sosial. Jejaring tersebut bisa dalam ikatan

(47)

bonding, bridging, linking. Jejaring tersebut bisa menggambarkan relasi-relasi sosial yang dijembatani oleh aktor-aktor (berbentuk structural holes) dan bisa pula menggambarkan relasi-relasi sosial yang ditandai oleh interkoneksi (berbentuk network closure). Mereka mengembangkan trust (nila-nilai kepercayaan positif terhadap perkembangan). Mereka saling percaya, saling menghargai dan melindungi serta merasa menjadi satu entitas yang hidup dalam kebersamaan dan sepenanggungan.

Mereka mengembangkan relasi-relasi sosial yang saling menguntungkan (reprocal relationship). Distribusi keuntungan ekonomi dan manfaat sosial tetap mengedepankan prinsip-prinsip keadilan.

4. Sumber modal sosial

Walaupun sama-sama untuk melakukan kegiatan produktif, namun sumber modal sosial berbeda dengan modal ekonomi dan modal manusia. Sumber dari modal ekonomi berasal dari pinjaman bank atau bantuan pemerintah, dan sumber modal manusia berasal dari keberhasilan mengasah pikiran, sedangkan sumber modal sosial berasal dari relasi-relasi sosial. Untuk itu mengetahui atau megidentifikasi kuantitas dan kualitas modal sosial seseorang harus menjalin hubungan dengan orang lain.

Modal sosial berasal dari dalam diri orang ketika orang tersebut berhubungan dengan orang lain. Modal sosial tidak lahir karena jika hanya seorang diri.

(48)

34

Dikutip dari Sunyoto Usman (2018: 8), Portes menggolongkan dua kategori modal sosial yang berasal dari pola consummentary dan instrumental. Sumber modal sosial dalam pola consummentary lebih memberi tekanan pada penanaman nilai-nilai yang memberi stimulant dalam memperkuat solidaritas dan kebersamaan.

Sumber modal sosial consummentary mengedepankan bonded solidarity atas dasar nilai-nilai yang diyakini mampu memperoleh keuntungan kolektif. Sedangkan, sumber modal sosial dalam pola instrumental lebih memberi tekanan pada relasi-relasi sosial yang melembagakan kerjasama yang saling menguntungkan. Sumber modal sosial pada pola instrumental lebih megedepankan reciprocity exchange atas saling percaya satu sama lain (trust).

Bekerjanya elemen-elemen seperti nilai yang mengikat kepentingan bersama, hubungan-hubungan saling menguntungkan seperti tercermin pada reciprocity exchange dan dijiwai trust tersebut membuat mereka yang terhimpun dalam jaringan sosial atau menjadi bagian dari strutur sosial yang mampu menciptakan dan memanfaatkan peluang- peluang yang ada di sekitarnya.

5. Elemen Trust

Keyakinan (belief) dalam pembahasan modal sosial terdapat dalam diri aktor-aktor.Mereka menjadi bagian dari jaringan, mereka tidak saling melukai, ingkar janji, dan tidak ada dusta. Serta mereka senantiasa memelihara kesadaran, sikap dan tindakan secara bersama untuk mencapai

(49)

kesejahteraan bersama. Seringkali dinyatakan bahwa dalam kehidupan nyata trust dalam level individu, organisasi, dan masyarakat saling berhubung satu sama lain.

Kepercayaan tumbuh dan berkembang melalui proses.

iatidak datang secara mendadak dan tiba-tiba. Pada level organisasi, komunitas dan masyarakat, trust tersebut tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang memberi kejelasan distribusi peran dalam sruktur sosial, sikap dan tindakan yang bersifat inklusif, ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati secara kolektif serta menunukkan manfaat kerja sama.

D. Hubungan Kajian Modal Sosial dan Pendidikan

Modal sosial memberikan pemahaman tentang pendayagunaan dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas.

Di lihat dari keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan bukan hanya ditentukan oleh infrastruktur, sumberdaya, dan tata kelola akademik tetapi dipengaruhi oleh relasi-relasi sosial.

Pengkajian dalam wilayah studi modal sosial dan pendidikan dibutuhkan karena dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya dibutuhkan sarana fisik, sumber daya, dan finansial, tetapi juga menerapkan kepercayaan, norma-norma sosial dan jejaring sosial untuk mendorong individu dalam mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan akhlak dan keterampilan.

1. Prestasi belajar

Nilai modal sosial dalam prestasi belajar menurut Coleman bahwa motivasi belajar anak ditentukan dari

(50)

36

hubungan yang akrab dengan orang tua yang terbentuk ketika terjadi komunikasi yang akrab antara orangtua dan anak untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2018: 75).

a. Peran kelompok pertemanan

Kelompok pertemanan (peers) di sekolah memiliki peran yang penting terhadap prestasi akademik. Menurut Hasan dan Badge pengaruh teman sebaya terhadap prestasi akademik bisa secara langsung atau tdak langsung (Usman, 2018: 77).

Pengaruh tersebut terlihat bagaimana teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang baik untuk mendapatkan prestasi akademik, kepercayaan diri dan keyakinan mencapai kesuskesan. Perkumpulan peers sering kali berasal dari berbagai latar belakang (etnik,agama, daerah asal) yang berbeda, karena murid biasanya lebih akrab dengan teman sebaya yang berasal dari latar belakang sosial yang sama.

b. Human Capital

Menurut pandangan Coleman (Usman, 2018: 79) modal sosial dapat diidentifikasi setelah seseorang menjalin hubungan sosial. Sedangkan, modal manusia terletak dalam diri aktor misalnya tingkat pendidikan, keterampilan dan kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah dan mempunyai strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Pembahasan peran Modal sosial dalam meningkatkan prestasi akademik menunjukan bahwa modal sosial memiliki peran penting

(51)

dalam menciptakan atau mengembangkan modal sosial.

Modal sosial memfasilitasi relasi-relasi sosial untuk memperoleh berbagai macam pengetahuan.

Semakin luar relasi sosial aktor semakin luas pula informasi yang didapatkan. Peluang disuksi relasi-relasi sosial lebih mudah dikonfirmasi dan pengetahuan aktor yang terpercaya melalui diskusi-diskusi

c. Pengelolaan pendidikan

Dalam Sunyoto Usman (2018: 82) Bonnet mengatakan, bahwa praktik pembelajaran dikelas haruslah mampu untuk meningkatkan kecerdasan atau kualitas berpikir peserta didik, yang digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu rational calcuative thinking, authentic thinking, dan poetic thinking.

Rational calculative thinking merupakan nilai yang menempatkan benda, hewan dan tumbuhan serta mahluk ciptaan Tuhan lainnya yang berada disekeliling kita memiliki fungsi dalam proses mencapai tujuan tertentu.

Authentic thinking mengedepankannilai-nilai yang mengedepankan toleransi, saling menghormati, trust, dan melembagakan kesadaran, sikap dan tindakan yang bisa menghargai keputusan dan kepentingan orang lain.

Sedangkan poetic thinking lebih mengedepankan rasa empati terhadap pihak lain. Ekspresi dari empati tersebut dalam bentuk kemampuan mengerti kekuatan, kelemahan dan kesulitan pihak lain.

(52)

38

d. Keluarga

Menurut pandangan Israel, Benulieu, dan Hertless ketika membahas tentang pengaruh modal sosial dalam keluarga terhadap semangat belajar selaras dengan pembahasan tentang pengelolaan pendidikan.Meski disadari bahwa sekolah merupakan lembaga penting dalam pendidikan, namun berbagai pengamatan menunjukkan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya lembaga yang menentukan keberhasilan akademik (Usman, 2018: 90).

Keberhasilan akademik juga ditentukan oleh modal sosial yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan keluarga. Israel, Benulieu, dan Hertless mengadopsi dari pandangan Coleman yang menyatakan bahwa modal sosial keluarga adalah perbuatan yang memberikan nilai- nilai, norma-norma dan jejaring (network) yang di tanamkan orang tua kepada anak sejak masa kanak-kanak hingga tumbuh dewasa.

Penjelasan di atas menujukkan bahwa elemen-elemen yang terdapat dalam modal sosial yang mencakup kepercayaan (trust), norma-norma sosial, dan jaringan sosial yang melembagakan relasi-relasi yang saling menguntungkan. Pembahasan tersebut juga memperlihatkan bahwa keberadaan modal sosial dapat diidentifikasi dari segi perannya sebagai agen perubahan seperti dalam kegiatan pendidikan.

(53)

E. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan menurut Schumaker ialah kelompok miskin yang dapat diberdayakan melalui ilmu pengetahuan dan kemandirian sehingga dapat berperan sebagai agen pembangunan (Mulyono, 2017: 30).

Menurut Usman, pemberdayaan adalah suatu proses pembelajaran masyarakat untuk mengembangkan seluruh potensi agar dapat berperan serta dalam pembangunan.

Sebagai suatu proses pembelajaran, ia adalah suatu proses peningkatan kemampuan pada seseorang atau kelompok orang agar dapat memahami dan mengontrol kekuatan- kekuatan sosial, ekonomi, dan politik sehingga dapat memperbaiki kedudukannya ditengah-tengah masyarakat (Mulyono, 2017: 31).

Menurut Jim Ife pemberdayaan adalah memberikan batasan bahwa pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampila untuk meningkatkan kemapuan mereka dalam menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan komunitas mereka (Awaludin, 2017: 39) .

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses pembelajaran melalui kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan potensi diri agar mampu bersaing di tengah-tengah masyarakat.

(54)

40

2. Tahapan Pemberdayaan

Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat tahapan- tahapan sebagai penunjang keberhasilan dari proses pemberdayaan masyarakat, berikut adalah tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat :

a. Perencanaan

Dalam menejemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktifitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.

Menurut Conyers dan Edi Suharto dalam Muhtadi Tantan (2013: 42) dalam konteks pengembangan masyarakat, bahwa perencanaan yang dimaksud disebut dengan perencanaan sosial. Perencanaan sosial pada hakekatnya menunjukkan pada perencanaan mengenai program pelayanan kesejahteraan sosial.

Menurut Edi Suharto (Muhtadi dan Tantan, 2013:

42) adapun definisi perencanaan sosial menurut PBB sebagai berikut:

1) Perencanaan sosial pada sector sosial, perencanaan ini meliputi sektor kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kependudukan, dan keluarga berencana.

(55)

2) Perencanaan sosial pada lintas sektoral, perencanaan yang lebih dari sekedar perencanaan ekonomi, akan tetapi perencanaan pada berbagai sektor.

3) Perencanaan sosial sebagai aspek-aspek sosial dari perencanaan ekonomi. Pada pengertian perencanan terdapat dua dimensi penting, yaitu pertama, perencanaan sosial sebagai perencanaan input sosial bagi perencanaan ekonomi. Kedua, perencanaan sosial sebagai perencanaan yang dtunjukkan untuk menghindari, mencegah berbagai akibat sosial yang tidak diharapkan dari adanya pembangunan ekonomi.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam tahap mamajemen pembangunan masyarakat adalah kata lain dari fungsi manajemen pengorganisasian. Dimana pengertian fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan suber daya fisik lain yang dimiliki organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan organisasi.

Tahapan pelaksanaan program intinya menunjukkan pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau penyelenggaraan program merupakan tujuan.

Sedangkan kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Menurut Edi Suharto dalam Muhtadi Tantan (2013: 46) ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu a. Merinci prosedur

(56)

42

operasional untuk melaksanakan program b. Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai rencana.

Dalam kaitan tahapan menurut Mahendra dalam Muhtadi Tantan (2013: 47). Pelaksanaan juga ada dua hal yang harus diperhatikan yakni pertama, pengorganisasian/pelaksanaan terkait erat dengan perencaaan, organisasi proyek dibentuk sesuai kebuthan fungsional demi efektifitas, tanggung jawab dan tugas personal, tugas harus jelas batasannya, dan organisasi struktur rincian kerja, kedua mengkordinasi yang terdiri kordinasi dengan eksternal dan kordinasi dengan internal.

Adapun kegiatan dalam pelaksanaan terdiri dari sosialisasi program, pelatihan tenaga pengelola program, pemberian bantuan teknis, pelatihan-pelatihan pendukung lainnya, penyediaan sarana dan prasarana.

c. Pelembagaan

Tahap pelembagaan merupakan tahapan khusus yang dilakukan dalam rangka membangun aspek kemandirian atau keberlanjutan dalam sebuah program pemberdayaan. Dimana tahapan ini sering terabaikan oleh sejumlah perencana dalam program pemberdayaan masyarakat tersebut. Padahal agar program pemberdayaan dapat berjalan berkesinambungan dan memberikan manfaat kepada masyarakat secara jangka panjang, serta menjamin bahwa program itu tetap berjalan walaupun bantuan/asistensi dari pemerintah/LSM maupun badan usaha sudah selesai.

Gambar

Tabel 1.1   Informan Sekolah Master .......................................   15  Tabel 3.2   Jumlah siswa dan siswi SMA Sekolah Master ......
Gambar 2.1   Bagan Kerangka Berpikir ..................................   46  Gambar 3.2   Struktur Kepengurusan PKBM YABIM ..........
Tabel 1.1: Informan Sekolah Master  No  Informan  Jumlah  Metode pengkajian
Gambar 2.1: Bagan Keraangka Berpikir
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Majar Tabela Kota Palangka Raya telah dilakukan yang dapat disimpulkan bentuk pemberdayaan

Pada PKM Pemberdayaan Anak Putus Sekolah Melalui Pelatihan Pembuatan Kerajinan Flanel di Lingkungan Pondok Sosial Desa Sambirejo Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun

Hwan memfokuskan pada pemanfaa- tan modal sosial untuk membangun pendidikan dalam keluarga. Hasil pe- nelitian Hwan ini dimuat dalam jur- nal Development and

Potensi komite sekolah sebagai faktor pendukung kinerjanya dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah adalah memiliki pengalaman pendidikan yang baik, kemauan untuk

1) Keterlibatan anggota mengajarkan segenap masyarakat untuk dapat bekerjasama dalam mencapai kemandirian keuangan dan maju bersama dalam bidang ekonomi. 2) Modal sosial

Pembatasan masalah diidentifikasikan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah implementasi kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan media komunikasi sosial di Kabupaten

Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti yaitu bagaimana peran modal sosial dalam proses pemberdayaan yang di lakukan kepada masyarakat nelayan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Manajemen pemberdayaan masyarakat pada Dinas Pendidikan Kota Palopo dalam penanggulangan anak putus sekolah, menerapkan tiga aspek manajemen yaitu: