• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini membahas mengenai temuan lapangan,yaitu penerapan konsep dari modal sosial dalam pendidikan di Sekolah Master melalui kepercayaan, kepatuhan terhadap norma sosial dan hubungan kerjasama antara pihak sekolah, para guru dengan siswa-siswi Sekolah Master

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini membahas analisis dari temuan lapangan di Bab IV yang dikaitkan dengan landasan teori atau tinjauan pustaka dari Bab II.

BAB VI PENUTUP

Bab ini membahas kesimpulan, dan saran dari hasil dan temuan yang didapatkan penulis dalam penelitian

24 BABII

LANDASANTEORI

A. Pengertian Implementasi

Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan dianggap sudah matang. Menurut Nurdin Usman (2002: 70), implementasi bermuara, pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu system, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.

Guntur Setiawan (2004: 39) berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Pressman dan Wildavsky dalam Purwanto (2012: 20) menyatakan bahwa implementasi diartikan ke dalam beberapa tujuan seperti : untuk menjalankan kebijakan, untuk memenuhi janji-janji sebagaimana dinyatakan dalam dokumen kebijakan, untuk menghasilkan output sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan kebijakan dan untuk menyelesaikan misi yang harus diwujudkan dalam tujuan kebijakan.

Menurut Kapioru menyebutkan terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

a. kondisi lingkungan

b. hubungan antar organisasi c. sumberdaya, dan

d. karakter institusi implementator

terdapat beberapa faktor yang menentuka berhasil atau tidaknya suatu proses implementasi menurut Purwanto, yaitu:

1. kualitas kebijakan itu sendiri

2. kecukupan input kebijakan (terutama anggaran)

3. ketepatan instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan kebijakan (pelayanan, subsidi, hibah, dan lainnya)

4. kapasitas implementor (struktur organisasi, dukungan SDM, koordinasi, pengawasan dan sebagainya)

5. karakteristik dan dukungan kelompok sasaran (apakah kelompok sasarn adalah individu atau kelompok, laki-aki atau perempuan, terdidik atau tidak)

6. kondisi lingkungan geografi, sosial, ekonomi, dan politik dimana inplementasi tersebut dilakukan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu proses kegiatan yang terencana dan terstrusktur. Berkaitan dengan program yang telah diterapkan oleh suatu organisasi atau institusi yang dengan menyertakan sarana dan prasarana pendukung setiap program yang dijalankan berdasarkan peraturan-peraturan tertentu untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.

B. Pengertian Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 520), konsep berarti pengertian, gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan.

26

Pada dasarnya konsep merupakan abstraksi dari suatu gambaran, ide, atau menurut Kant yang dikutip oleh Harifudin Cawidu (1991: 13) konsep yaitu gambaran yang bersifat umum dan abstrak tentang sesuatu.

Agar segala kegiatan berjalan secara sistematis dan lancar dibutuhkan suatu perencanaan yang mudah dipahami dan dimegerti. Perencanaan yang matang menambah kualitas dari kegiatan tersebut. Di dalam perencanaan terdapat suatu gagasan atau ide yang akan dilaksanakan oleh kelompok atau individu.

Berdasarkan teori konsep di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa konsep yang dimaksud adalah gambaran umum abstrak tentang perencanaan yang terdapat dalam managemen Sekolah Master.

C. Modal Sosial

1. Pengertian Modal Sosial

Pembahasan tentang modal sosial mewarnai banyak literatur sosiologi, poltik dan ekonomi. Modal sosial memiliki peran yang dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan dan rekonstruksi bencana dan mendorong pertumbuhan ekonomi (Usman, 2018: 2).

Pierre Bourdie dan Wacquant mendefinisikan modal sosial sebagai berikut:

Social capital is the sum of resources, actual or virtual, that accrue to an individual or a group by virtue of possessing a durable networl of more or less institutionalised relationships of mutual acquaintuance and recognition.

Modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual, atau virtual, yang timbul dari individu atau kelompok karena memiliki jaringan yang bertahan lama dari lebih banyak atau kurang dirawat dalam hubungan untuk saling mengenal dan mengakui (Usman, 2018: 21).

Tidak jauh berbeda dengan pandangan Bourdieu, Coleman juga melihat modal sosial mewakili sumber daya yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik relasi-relasi yang saling menguntungkan, jejaring sosial yang melembagakan kepercayaan (Usman, 2018: 21).

Dalam konteks ini modal sosial mengandung unsur produktif yang dapat didayagunakan menjadi sarana untuk mendukung proses merealisasikan tujuan tertentu termasuk memperkuat sumber daya manusia (Coleman, 2009: 422).

2. Konsep Modal Sosial

Modal sosial dalam Sunyoto Usman memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Pembahasan tentang modal sosial biasanya terkait dengan mendayagunakan sumber daya (resource) dalam rangka memperoleh keuntungan ekonomi (economic gain) atau manfaat sosial (social benefit) melalui kegiatan produktif.

Sumber daya tersebut bukan berupa barang, uang, kepandaian, atau keterampilan tetapi berupa relasi-relasi sosial. Relasi sosial yang terendap dalam kehidupan sosial yang tidak diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial dapat diklasifikasikan sebagai modal sosial.

28

Menurut Field seperti dikutip oleh Sunyoto Usman, terdapat beberapa jenis modal yang dapat diinvestasikan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

a. Modal finansial (finance). Pembahasan tentang modal finansial sering dihubungkan dengan upaya dalam mengelola, meningkatkan, mengalokasikan dam menggunakan dana yang dimiliki oleh perorangan, kelompok, komunitas atau organisasi untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial melalui kegiatan produktif.

b. Modal fisik (physical capital) pembahasan tentang modal fisik sering dihubungkan dengan faktor produksi barang atau jasa yang menghasilkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial. Modal fisik dalam konteks ini berupa sarana (infrastruktur) untuk mengolah bahan baku. Bahan baku bisa berasal dari sumber daya alam seperti (hutan), bisa juga berupa tambang (gas dan mineral). Kemudian sarana (infrastruktur) ini berupa gedung, dan peralatan komputer.

c. Modal manusia (human capital) pembahasan modal manusia biasanya dikaitkan dengan usah mengelola, meningkatkan, dan mendayagunakan kepandaian, keterampilan (skill), tingkat dan keberagaman pendidikan serta pengalaman sebagai sumberdaya manusia yang dinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial melalui kegiatan produktif. Bisa

dikatakan potensi apabila kepandaian, keterampilan, pendidikan dan pengalaman tidak diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manafaat sosial.

Kekuatan modal manusia terletak pada keberhasilan dalam mengembangkan sistem yang mampu mendayagunakan kepandaian, keterampilan, pendidikan dan pengalaman tersebut untuk kegiatan produktif.

d. Modal sosial (social capital) pembahasan tentang modal sosial biasanya dikaitkan dengan upaya mengelola, meningkatkan, dan mendayagunakan relasi-relasi sosial sebagai sumber daya yang diinvestasikan guna mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

Pelembagaan hubungan yang saling menguntungkan difasilitasi oleh relasi-relasi sosial, dimana relasi sosial tersebut memberikan jaminan yang lahir dari kepercayaan. Nilai-nilai menghargai suatu perkembangan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.

Karakteristik modal sosial berbeda dengan modal financial, modal fisik dan modal manusia. Modal fisik relativetangible (kasat mata), capable of being touched.

Modal fisik dapat dihitung dan diprediksi, kapasitas modal fisik bisa ditambah bila dirasa kurang atau tidak mumpuni. Modal finansial dan modal manusia telatif tangible (kurang kasat) meskipun tidak sejelas modal fisik. Sedangkan modal sosial bersifat less tangible (tidak begitu kasat mata) modal sosial dalam level individu hampir sama dengan modal manusia. Dalam kajian

30

sosiologi, analisis modal sosial berada pada level kelompok, komunitas dan masyarakat. Sehingga modal sosial baru dirasa keberadaannya atau dapat diidentifikasi apabila individu-individu tersebut menjalin relasi sosial.

3. Peran modal sosial

Pembahasan yang pertama tentang peran modal sosial, pembahasan yang kedua tentang bagaimana memanfaatkan modal sosial untuk menjalin relasi guna mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial, pembahasan yang ketiga tentang bagaimana orang merealisasikan tujuan tersebut di lihat dari efek atau dampak peran modal sosial relasi-relasi sosial,

Relasi sosial sebagai penyedia informasi tentang berbagai macam kebutuhan lingkungan. Semakin luas jaringan sosial semakin luas juga informasi yang didapatkan.

Peran penting dalam penguasaan informasi merupakan upaya dalam menentukan dan memprediksi kebutuhan yang dibutuhkan dalam perkembangan masyarakat. Di sisi lain, penguasaan peran dan penguasaan informasi bernilai penting.

Guna pembuatan prakiraan atau prediksi tentang sumber daya yang layak untuk diinvestasikan disesuaikan dengan kebutuhan.

Relasi sosial merupakan media untuk menanamkan dan menebarkan trust (nilai positif terhadap perkembangan) sehingga orang dapat mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Relasi sosial merupakan media untuk mempertegas identitas sehingga mudah untuk

mengembangkan hubungan yang saling menghargai.

Hubungan saling menghargai tersebut dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk berbagai kepentingan dan sumber daya. Dengan hubungan semacam ini dapat memberikan rasa aman dan juga memberikan jaminan keberlangsungan kegiatan.

Relasi-relasi sosial melibatkan aktor (subjek yang menjalin hubungan sosial) sekaligus kelompok, komunitas, dan masyarakat luas yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya relasi sosial tersebut. Individual aktor, kelompok, komunitas, masyarakat luas berperan penting dalam pembahasan modal sosial. Modal sosial pada level individual aktor sering diwarnai oleh uraian yang member tekanan pada bagaimana setiap aktor mendayagunakan sumber daya yang terendap dalam jejaring untuk mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

Secara optimal, pembahasan modal sosial seringkali mirip dengan modal manusia, terutama pada pengoptimalisasian keuntungan ekonomi dan manfaat sosial ditaruh dan dipertaruhkan pada kemampuan individual aktor.

Namun sebenarnya individual aktor berbeda esensi dengan modal sosial karena tidak membahas kapasitas orang secara personal dalam terciptanya ide-ide kreatif. Dalam pembahasan modal sosial pada level individual aktor sebenarnya lebih fokus pada pengidentifikasian bagaimana individual aktor tersebut menciptakan dan memanfaatkan sumber daya yang terdapat pada relasi-relasi sosial untuk

32

mendapatkan keuntungan ekonomi atau manfaat sosial.

Energi dan kekuatan modal manusia terdapat dalam diri aktor, sedangkan kekuatan modal sosial melekat pada relasi sosial apabila individual aktor dalam keadaan pasif atau tidak menjalin relasi dengan aktor-aktor lain maka potensi yang terdapat dalam dirinya sulit untuk diidentifikasi. Karena sumber daya modal sosial ditentukan oleh koneksi yang terjalin antar aktor maka derajat konektisitas dan integrasi berkolerasi positif dengan perbedaan sumber daya yang dimiliki.

Terdapat pandangan yang berbeda pada level modal sosial kelompok, komunitas atau masyarakat dalam mengembangkan kelompok, komunitas atau masyarakat terbentuk dalam asosiasi, organisasi, perhimpunan atau perkulmpulan guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bisa dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan atau memanfaatkan peluang ekonomi, memperkuat posisi tawar menawar kekuasaan/politik, mengatasi konflik, dan membangun perdamaian, mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi bencana, beradaptasi dengan perubahan iklim dan sebagainya.

Kemudian ruang koneksi atau jaringan sosial menjadi ajang mengelola kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, dalam arti kegiatan yang mendatangkan keutungan ekonomi atau manfaat sosial.

Mereka mengembangkan jejaring untuk memfasilitasi relasi-relasi sosial. Jejaring tersebut bisa dalam ikatan

bonding, bridging, linking. Jejaring tersebut bisa menggambarkan relasi-relasi sosial yang dijembatani oleh aktor-aktor (berbentuk structural holes) dan bisa pula menggambarkan relasi-relasi sosial yang ditandai oleh interkoneksi (berbentuk network closure). Mereka mengembangkan trust (nila-nilai kepercayaan positif terhadap perkembangan). Mereka saling percaya, saling menghargai dan melindungi serta merasa menjadi satu entitas yang hidup dalam kebersamaan dan sepenanggungan.

Mereka mengembangkan relasi-relasi sosial yang saling menguntungkan (reprocal relationship). Distribusi keuntungan ekonomi dan manfaat sosial tetap mengedepankan prinsip-prinsip keadilan.

4. Sumber modal sosial

Walaupun sama-sama untuk melakukan kegiatan produktif, namun sumber modal sosial berbeda dengan modal ekonomi dan modal manusia. Sumber dari modal ekonomi berasal dari pinjaman bank atau bantuan pemerintah, dan sumber modal manusia berasal dari keberhasilan mengasah pikiran, sedangkan sumber modal sosial berasal dari relasi-relasi sosial. Untuk itu mengetahui atau megidentifikasi kuantitas dan kualitas modal sosial seseorang harus menjalin hubungan dengan orang lain.

Modal sosial berasal dari dalam diri orang ketika orang tersebut berhubungan dengan orang lain. Modal sosial tidak lahir karena jika hanya seorang diri.

34

Dikutip dari Sunyoto Usman (2018: 8), Portes menggolongkan dua kategori modal sosial yang berasal dari pola consummentary dan instrumental. Sumber modal sosial dalam pola consummentary lebih memberi tekanan pada penanaman nilai-nilai yang memberi stimulant dalam memperkuat solidaritas dan kebersamaan.

Sumber modal sosial consummentary mengedepankan bonded solidarity atas dasar nilai-nilai yang diyakini mampu memperoleh keuntungan kolektif. Sedangkan, sumber modal sosial dalam pola instrumental lebih memberi tekanan pada relasi-relasi sosial yang melembagakan kerjasama yang saling menguntungkan. Sumber modal sosial pada pola instrumental lebih megedepankan reciprocity exchange atas saling percaya satu sama lain (trust).

Bekerjanya elemen-elemen seperti nilai yang mengikat kepentingan bersama, hubungan-hubungan saling menguntungkan seperti tercermin pada reciprocity exchange dan dijiwai trust tersebut membuat mereka yang terhimpun dalam jaringan sosial atau menjadi bagian dari strutur sosial yang mampu menciptakan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada di sekitarnya.

5. Elemen Trust

Keyakinan (belief) dalam pembahasan modal sosial terdapat dalam diri aktor-aktor.Mereka menjadi bagian dari jaringan, mereka tidak saling melukai, ingkar janji, dan tidak ada dusta. Serta mereka senantiasa memelihara kesadaran, sikap dan tindakan secara bersama untuk mencapai

kesejahteraan bersama. Seringkali dinyatakan bahwa dalam kehidupan nyata trust dalam level individu, organisasi, dan masyarakat saling berhubung satu sama lain.

Kepercayaan tumbuh dan berkembang melalui proses.

iatidak datang secara mendadak dan tiba-tiba. Pada level organisasi, komunitas dan masyarakat, trust tersebut tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang memberi kejelasan distribusi peran dalam sruktur sosial, sikap dan tindakan yang bersifat inklusif, ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati secara kolektif serta menunukkan manfaat kerja sama.

D. Hubungan Kajian Modal Sosial dan Pendidikan

Modal sosial memberikan pemahaman tentang pendayagunaan dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas.

Di lihat dari keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan bukan hanya ditentukan oleh infrastruktur, sumberdaya, dan tata kelola akademik tetapi dipengaruhi oleh relasi-relasi sosial.

Pengkajian dalam wilayah studi modal sosial dan pendidikan dibutuhkan karena dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya dibutuhkan sarana fisik, sumber daya, dan finansial, tetapi juga menerapkan kepercayaan, norma-norma sosial dan jejaring sosial untuk mendorong individu dalam mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan akhlak dan keterampilan.

1. Prestasi belajar

Nilai modal sosial dalam prestasi belajar menurut Coleman bahwa motivasi belajar anak ditentukan dari

36

hubungan yang akrab dengan orang tua yang terbentuk ketika terjadi komunikasi yang akrab antara orangtua dan anak untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2018: 75).

a. Peran kelompok pertemanan

Kelompok pertemanan (peers) di sekolah memiliki peran yang penting terhadap prestasi akademik. Menurut Hasan dan Badge pengaruh teman sebaya terhadap prestasi akademik bisa secara langsung atau tdak langsung (Usman, 2018: 77).

Pengaruh tersebut terlihat bagaimana teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang baik untuk mendapatkan prestasi akademik, kepercayaan diri dan keyakinan mencapai kesuskesan. Perkumpulan peers sering kali berasal dari berbagai latar belakang (etnik,agama, daerah asal) yang berbeda, karena murid biasanya lebih akrab dengan teman sebaya yang berasal dari latar belakang sosial yang sama.

b. Human Capital

Menurut pandangan Coleman (Usman, 2018: 79) modal sosial dapat diidentifikasi setelah seseorang menjalin hubungan sosial. Sedangkan, modal manusia terletak dalam diri aktor misalnya tingkat pendidikan, keterampilan dan kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah dan mempunyai strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Pembahasan peran Modal sosial dalam meningkatkan prestasi akademik menunjukan bahwa modal sosial memiliki peran penting

dalam menciptakan atau mengembangkan modal sosial.

Modal sosial memfasilitasi relasi-relasi sosial untuk memperoleh berbagai macam pengetahuan.

Semakin luar relasi sosial aktor semakin luas pula informasi yang didapatkan. Peluang disuksi relasi-relasi sosial lebih mudah dikonfirmasi dan pengetahuan aktor yang terpercaya melalui diskusi-diskusi

c. Pengelolaan pendidikan

Dalam Sunyoto Usman (2018: 82) Bonnet mengatakan, bahwa praktik pembelajaran dikelas haruslah mampu untuk meningkatkan kecerdasan atau kualitas berpikir peserta didik, yang digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu rational calcuative thinking, authentic thinking, dan poetic thinking.

Rational calculative thinking merupakan nilai yang menempatkan benda, hewan dan tumbuhan serta mahluk ciptaan Tuhan lainnya yang berada disekeliling kita memiliki fungsi dalam proses mencapai tujuan tertentu.

Authentic thinking mengedepankannilai-nilai yang mengedepankan toleransi, saling menghormati, trust, dan melembagakan kesadaran, sikap dan tindakan yang bisa menghargai keputusan dan kepentingan orang lain.

Sedangkan poetic thinking lebih mengedepankan rasa empati terhadap pihak lain. Ekspresi dari empati tersebut dalam bentuk kemampuan mengerti kekuatan, kelemahan dan kesulitan pihak lain.

38

d. Keluarga

Menurut pandangan Israel, Benulieu, dan Hertless ketika membahas tentang pengaruh modal sosial dalam keluarga terhadap semangat belajar selaras dengan pembahasan tentang pengelolaan pendidikan.Meski disadari bahwa sekolah merupakan lembaga penting dalam pendidikan, namun berbagai pengamatan menunjukkan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya lembaga yang menentukan keberhasilan akademik (Usman, 2018: 90).

Keberhasilan akademik juga ditentukan oleh modal sosial yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan keluarga. Israel, Benulieu, dan Hertless mengadopsi dari pandangan Coleman yang menyatakan bahwa modal sosial keluarga adalah perbuatan yang memberikan nilai-nilai, norma-norma dan jejaring (network) yang di tanamkan orang tua kepada anak sejak masa kanak-kanak hingga tumbuh dewasa.

Penjelasan di atas menujukkan bahwa elemen-elemen yang terdapat dalam modal sosial yang mencakup kepercayaan (trust), norma-norma sosial, dan jaringan sosial yang melembagakan relasi-relasi yang saling menguntungkan. Pembahasan tersebut juga memperlihatkan bahwa keberadaan modal sosial dapat diidentifikasi dari segi perannya sebagai agen perubahan seperti dalam kegiatan pendidikan.

E. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan menurut Schumaker ialah kelompok miskin yang dapat diberdayakan melalui ilmu pengetahuan dan kemandirian sehingga dapat berperan sebagai agen pembangunan (Mulyono, 2017: 30).

Menurut Usman, pemberdayaan adalah suatu proses pembelajaran masyarakat untuk mengembangkan seluruh potensi agar dapat berperan serta dalam pembangunan.

Sebagai suatu proses pembelajaran, ia adalah suatu proses peningkatan kemampuan pada seseorang atau kelompok orang agar dapat memahami dan mengontrol kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi, dan politik sehingga dapat memperbaiki kedudukannya ditengah-tengah masyarakat (Mulyono, 2017: 31).

Menurut Jim Ife pemberdayaan adalah memberikan batasan bahwa pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampila untuk meningkatkan kemapuan mereka dalam menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan komunitas mereka (Awaludin, 2017: 39) .

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses pembelajaran melalui kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan potensi diri agar mampu bersaing di tengah-tengah masyarakat.

40

2. Tahapan Pemberdayaan

Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat tahapan-tahapan sebagai penunjang keberhasilan dari proses pemberdayaan masyarakat, berikut adalah tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat :

a. Perencanaan

Dalam menejemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktifitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.

Menurut Conyers dan Edi Suharto dalam Muhtadi Tantan (2013: 42) dalam konteks pengembangan masyarakat, bahwa perencanaan yang dimaksud disebut dengan perencanaan sosial. Perencanaan sosial pada hakekatnya menunjukkan pada perencanaan mengenai program pelayanan kesejahteraan sosial.

Menurut Edi Suharto (Muhtadi dan Tantan, 2013:

42) adapun definisi perencanaan sosial menurut PBB sebagai berikut:

1) Perencanaan sosial pada sector sosial, perencanaan ini meliputi sektor kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kependudukan, dan keluarga berencana.

2) Perencanaan sosial pada lintas sektoral, perencanaan yang lebih dari sekedar perencanaan ekonomi, akan tetapi perencanaan pada berbagai sektor.

3) Perencanaan sosial sebagai aspek-aspek sosial dari perencanaan ekonomi. Pada pengertian perencanan terdapat dua dimensi penting, yaitu pertama, perencanaan sosial sebagai perencanaan input sosial bagi perencanaan ekonomi. Kedua, perencanaan sosial sebagai perencanaan yang dtunjukkan untuk menghindari, mencegah berbagai akibat sosial yang tidak diharapkan dari adanya pembangunan ekonomi.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam tahap mamajemen pembangunan masyarakat adalah kata lain dari fungsi manajemen pengorganisasian. Dimana pengertian fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan suber daya fisik lain yang dimiliki organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan organisasi.

Tahapan pelaksanaan program intinya menunjukkan pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau penyelenggaraan program merupakan tujuan.

Sedangkan kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Menurut Edi Suharto dalam Muhtadi Tantan (2013: 46) ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu a. Merinci prosedur

42

operasional untuk melaksanakan program b. Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai rencana.

Dalam kaitan tahapan menurut Mahendra dalam Muhtadi Tantan (2013: 47). Pelaksanaan juga ada dua hal yang harus diperhatikan yakni pertama, pengorganisasian/pelaksanaan terkait erat dengan perencaaan, organisasi proyek dibentuk sesuai kebuthan fungsional demi efektifitas, tanggung jawab dan tugas personal, tugas harus jelas batasannya, dan organisasi struktur rincian kerja, kedua mengkordinasi yang terdiri kordinasi dengan eksternal dan kordinasi dengan internal.

Adapun kegiatan dalam pelaksanaan terdiri dari sosialisasi program, pelatihan tenaga pengelola program, pemberian bantuan teknis, pelatihan-pelatihan pendukung lainnya, penyediaan sarana dan prasarana.

Adapun kegiatan dalam pelaksanaan terdiri dari sosialisasi program, pelatihan tenaga pengelola program, pemberian bantuan teknis, pelatihan-pelatihan pendukung lainnya, penyediaan sarana dan prasarana.

Dokumen terkait