3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.3 Sumber daya Perairan Pulau Semak Daun
3.3.2 Ikan Karang Pulau Semak Daun
Keberadaan karang merupakan habitat penting bagi ikan karang, karena sebagian besar populasi ikan karang mengadakan rekruit secara langsung dalam terumbu karang. Keberadaan ikan karang dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas air sebagai habitatnya (Sirait, 2007).
Keanekaragaman spesies ikan terumbu mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaaan terumbu karang di perairan tersebut. Tingkah laku ikan terumbu baik dari kecenderungan untuk berkelompok, mencari makan, dan bertahan dari serangan predator tidak terlepas dari lingkungan yang berstruktur akibat bentuk terumbu yang komplek. Faktor yang memengaruhi keberadaan ikan terumbu antara lain: habitat ikan yang terlindung dari angin (leeward) atau tidak terlindung oleh angin (windward), topografi dasar perairan (Amesbury dalam Hutomo 1995) dan penutupan karang hidup atau mati.
Kumpulan ikan terumbu masing-masing memiliki habitat yang berbeda, tetapi banyak spesies yang terdapat pada lebih dari satu habitat. Pada umumnya tiap spesies ikan terumbu yang mendiami suatu perairan memiliki kesukaan habitat tertentu. Ekosistem terumbu karang tidak hanya berupa terumbu saja, tetapi daerah pasir, teluk dan celah, daerah alga, dan perairan dangkal serta dalam. Habitat yang beranekaragam ini dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan terumbu tersebut (Nybakken 1999).
Menurut English etal. (1994) bahwa ruang merupakan sumber daya terpenting sebagai faktor pembatas utama bagi kelimpahan ikan terumbu di ekositem terumbu karang dibandingkan makanan. Kepemilikan teritorial sangat mempengaruhi penggunaan ruang dan variasi spasial berkaitan erat dengan kerumitan habitat secara topografi. Namun dengan adanya sistem rantai makanan yang terjadi diantara ikan-ikan terumbu dapat mengurangi persaingan ruang di ekosistem terumbu karang (Luckhurst dan Luckhurst 1978). Tipe pemangsaan
5% 48% 17% 24% 6% Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
yang paling umum di ekosistem terumbu karang adalah karnivora, yang berkisar 50-70% dari seluruh spesies ikan terumbu. Ikan herbivora dan koralivora merupakan kelompok ikan terumbu besar kedua yaitu sebesar 15% dari spesies ikan terumbu dengan ikan yang paling dominan adalah Scaridae dan Acanthuridae. Ikan terumbu yang tergolong sebagai omnivora, zooplankton memiliki persentase sisa dari tipe pemangsa karnivora, herbivora dan koralivora, yaitu ikan famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Monacanthidae (Nybakken 1999). Ikan terumbu yang tergolong herbivora adalah ikan-ikan yang aktif di siang hari dengan postur mulut yang kecil dan berwarna cemerlang dan beberapa jenis pada umumnya membentuk kelopok yang cepat bergerak, sedangkan ikan terumbu yang tergolong karnivora pada umumnya mencari mangsa di malam hari (nokturnal).
Asosiasi habitat dapat digunakan untuk menjelaskan pola distribusi ikan karang, banyak spesies mempunyai distribusi geografis yang luas. Kelompok ikan yang selalu berasosiasi dengan karang akan mencapai kelimpahan yang tinggi dalam habitat yang mempunyai kisaran geografis besar. Asosiasi ini kemungkinan dapat dijadikan sebagai penjelasan tentang biogeografi (Choat dan Bellwood, 1991). Menurut White (1987), dasar perairan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pola distribusi dan kelimpahan ikan karang.
Beberapa famili ikan karang yang umum dijumpai di daerah terumbu karang yang dikelompokkan berdasarkan peranannya adalah sebagai berikut (Kuiter, R. H. 1992 );
1. Ikan target: Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae Labridae (Chelinus, Himigymnus, choerodon) dan Haemulidae. Salah satu contoh ikan target adalah Ikan kerapu dari famili Seranidae dalam dunia internasional dikenal dengan nama grouper/trout. Ikan jenis ini merupakan ikan konsumsi yang dipasarkan dalam keadaan hidup.
2. Ikan indikator: Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).
3. Ikan mayor (Mayor Family): Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut seperti: Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae, Labridae, Apogonidae. Contoh: ikan badut (Clown fish) dari famili Pomacanthidae.
Terdapat 88 jenis (spesies) ikan karang terdiri dari 21 Family ikan karang pada pengamatan yang dilakukan di 4 stasiun (stasiun 1, 2, 3 dan 4) di kawasan perairan Pulau Semak Daun. Berdasarkan kelompok fungsionalnya, ikan terumbu karang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Kelompok ikan target, kelompok ikan mayor dan kelompok ikan indikator. Adapun jumlah setiap individu kelompok ikan karang per setiap stasiun pengamatan di Pulau Semak Daun dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Jumlah individu kelompok ikan karang di setiap stasiun pengamatan Lokasi Indikator (ind/500m2) Target (ind/500m2) Mayor (ind/500m2) Jumlah Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 16 12 18 12 54 96 19 50 215 671 373 440 285 779 410 502 Jumlah 58 219 1699 1976 Individu/ha 290 1095 8495 9880 Perbandingan 1 4 29
Berdasarkan pengamatan, kelimpahan ikan kisaran 285-779 ind/500m² atau sebesar 9.880 individu per hektarnya. Ikan karang dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan fungsi dan peranannya yaitu ikan indikator, ikan target dan ikan mayor dengan perbandingannya adalah 1:4:29. Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh pada saat penelitian yaitu ikan kakap (Lutjanidae), ikan kerapu (Serranidae), ikan baronang (Siganidae), sedangkan ikan kakaktua/Parrotfish (Scaridae, dan ikan ekor kuning (Caesionidae).
Kondisi tersebut jika dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu, yaitu (Siregar et al, 2010) menunjukkan terjadinya penurunan kelimpahan ikan karang pada kelompok ikan indikator dan target namun mengalami peningkatan kelimpahan pada kelompok ikan mayor. (Tabel 3.7).
Tabel 3.7 Perbandingan Kelimpahan ikan karang di Pulau Semak Daun pada saat penelitian dengan Tahun sebelumnya
Sumber Informasi Tahun Indikator (ind/500m2) Target (ind/500m2) Mayor (ind/500m2) Siregar et al 2010 72 678 1344 Hasil Penelitian 2013 58 219 1699
Sumber : Olahan data primer 2013
Penurunan kondisi terumbu karang diduga disebabkan oleh kombinasi antara pencemaran minyak yang terjadi pada tahun 2003-2004, eksploitasi berlebih terhadap terumbu karang dan penggunaan sianida (TERANGI, 2008). Tim TERANGI, WWF Indonesia dan Elang ekowisata menemukan penyakit pada sebagain besar karang dengan genus Acropora tabulate dan branching, Pocillopora, Galaxea dan Porites (Estradivari, 2006). Kondisi lingkungan perairan dan ekosistem terumbu karang akan mempengaruhi pertumbuhan ikan dimana terumbu karang merupakan habitat perkembang biakan. Lingkungan perairan yang tercemar akan menurunkan jumlah ikan baik secara kualitas maupun kuantitas. Penurunan stok ikan terjadi akibat tangkap lebih (overfishing), degradasi sumberdaya alam terutama ekosistem terumbu karang akibat dari pencemaran, penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan bahan kimia, pengambilan karang yang berlebihan dan lain-lain.