• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Sumber daya Perairan Pulau Semak Daun

3.3.1 Kondisi Habitat Terumbu Karang

Tipe terumbu karang di Kepulauan Seribu merupakan terumbu karang tepi (fringing reef). Tipe terumbu karang tepi (fringing reef) ditandai dengan adanya karang yang tumbuh mulai dari tepian pantai dan tidak di pisahkan oleh gobah besar yang membentuk paparan terumbu (reef flat). Karang tipe ini ditemukan hampir di seluruh pantai daerah tropis termasuk di Kepulauan Seribu. Terumbu karang tipe tersebut tumbuh menuju permukaan laut kearah laut lepas dan melindungi daratan pulau dari gemburan ombak

Hasil pengamatan pada empat stasiun menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di empat stasiun pengamatan di Perairan Pulau Semak Daun adalah kategori sedang, di kedalaman 6 m sampai dengan 10 m. Namun secara kuantitatif penutupan karang hidup dalam kondisi baik dengan perbedaan yang tidak signifikan. Berikut adalah bentuk pertumbuhan life form karang di Perairan Pulau Semak Daun tersaji pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Bentuk pertumbuhan (life form) karang di Perairan Pulau Semak Daun

Kategori Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 life form karang (%) Acropora 3,33 3,67 19,33 12,83 9,79 Non Acropora 38,30 26,00 58,33 18,00 35,16 Dead Sceractia 24,30 50,17 21,67 38,17 33,58 Algae 4,83 11,83 0,33 17,67 8,67 Other Fauna 28,57 8,33 0,33 10,33 11,89 Abiotic 0,67 0 0 3,00 0,92

Persentase penutupan karang hidup pada stasiun 1 di kedalaman 6 m sebesar 41,63% kategori dalam kondisi sedang, didominasi oleh komponen Non Acropora yaitu sebesar 38,30% dan jenis Acropora 3,33%. Pada stasiun 2 persentase tutupan karang hidup di kedalaman 6 m sebesar 29,67% kategori dalam kondisi sedang, didominasi oleh komponen Non Acropora yaitu 26% dan jenis Acropora sebesar 3,67%.

Persentase penutupan karang hidup pada stasiun 3 di kedalaman 10 m sebesar 77,66% kategori dalam kondisi sangat baik didominasi oleh komponen Non Acropora yaitu sebesar 58,33% dan jenis Acropora 19,33%. Pada stasiun 4 persentase tutupan karang hidup di kedalaman 10 m sebesar 30,83% kategori dalam kondisi sedang, didominasi oleh komponen Non Acropora yaitu 18% dan jenis Acropora sebesar 12,83%.

Tingginya Persentase penutupan karang hidup pada stasiun 3 diasumsikan bahwa aktivitas manusia dalam bidang perikanan sangat kecil di lokasi ini sehingga tidak begitu berpengaruh terhadap kerusakan karang dalam jumlah yang besar, karena didukung oleh faktor parameter lingkungan pada stasiun 3 yang masih berada dalam kisaran normal sehingga karang mampu bertahan hidup dan berkembang dengan lebih baik.

Persen tutupan karang di Perairan Pulau Semak Daun yang masuk dalam kategori kondisi sedang terletak pada sebelah Barat Semak Daun sebesar 41.63 %, Utara Semak daun sebesar 29.67 %, selatan Pulau Semak Daun 30.83 %. Meskipun memiliki kondisi persen penutupan yang sama yaitu sedang namun berdasarkan nilai kuantitatif, umumnya nilai persen penutupan lebih tinggi pada stasiun yang letaknya berjauhan dari pusat pulau-pulau pemukiman (Pulau Panggang dan Pulau Pramuka). Tabel 3.4 dibawah ini menunjukkan persen tutupan karang per stasiun pengamatan di Perairan Pulau Semak Daun.

Tabel 3.4 Persen Tutupan Karang per stasiun pengamatan di Pulau Semak Daun

Stasiun Rata-rata (%) Kondisi

Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV 41,63 29,67 77,66 30,83 Sedang Sedang Sangat baik Sedang Jumlah 44,95 Sedang

Kondisi tersebut jika dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu, menunjukkan terjadinya peningkatan persentase karang keras pada sumberdaya terumbu karang (Tabel 3.5). Kenaikan persentase penutupan karang diharapkan tetap bertahan lebih stabil sehingga dapat menyokong kehidupan biota terumbu karang lainnya dan terumbu karang yang baik juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui perikanan, pariwisata, dan lain-lain.

Tabel 3.5 Perbandingan Kondisi Terumbu karang di Pulau Semak Daun pada saat penelitian dengan Tahun-tahun sebelumnya

Sumber Informasi Tahun Tutupan Karang (%)

Yayasan Terangi 2003-2007 31,73 – 34,02

Purwita 2010 43,69

Hasil Penelitian 2013 44,95

Sumber : Olahan data primer 2013

Sifat penyebaran terumbu karang di Kepulauan Seribu termasuk di Pulau Semak Daun mengikuti perilaku dari parameter lingkungan seperti arus dan gelombang. Arus yang ekstrim dapat merubah bentuk pertumbuhan koloni karang, namun kecepatan arus di perairan Kepulauan Seribu sangat kecil sehingga tidak berpotensi merubah bentuk pertumbuhan karang dan aman bagi wisatawan untuk menyelam atau snorkeling. Menurut Tomascik et al. (1997) mengatakan bahwa parameter fisik lingkungan yang lebih banyak mempengaruhi terumbu karang di Kepulauan Seribu adalah pengaruh gelombang. Habitat terumbu karang yang berhadapan langsung dengan ombak cenderung memiliki bentuk pertumbuhan yang masif (kompak) dan sub-masif, bentuk-bentuk yang bercabang tidak dapat bertahan pada area ini. Berbeda dengan habitat yang letaknya terlindung dari

gelombang, cenderung hidup dan berkembang bentuk koloni karang yang bercabang. Posisi pulau disebelah timur umumnya berhadapan langsung dengan laut lepas dan pada musim tersebut, terpaan ombak cukup besar. Pada kondisi tersebut wisatawan juga menghindari situasi tersebut dengan alasan keamanan.

Ekosistem terumbu karang sebagai habitat umumnya mengalami perubahan yang tidak signifikan pada rentang waktu yang pendek, kecuali pada musim-musim tertentu dimana terjadi fenomena alam yang dashyat ataupun terjadi pemanfaatan secara besar-besaran. diduga cukup kuat bahwa sebaran dan keberadaan terumbu karang di Kepulauan Seribu umumnya dipengaruhi oleh aktivitas manusia dibandingkan perilaku paramater lingkungan.

Kerusakan terumbu karang di kawasan ini disebabkan oleh dua hal yaitu proses secara alami dan adanya kegiatan manusia. Perilaku masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi penyebab utama kerusakan terumbu karang di perairan Pulau Semak Daun. Pengaruh yang sangat besar adalah dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat di sekitar pulau yang melakukan kegiatan perikanan antara lain pelemparan jangkar kapal oleh nelayan yang tidak tepat sasaran sehingga mengenai dan merusak terumbu karang, penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan beracun sehingga karang menjadi patah hingga mati, hal ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya patahan karang hampir di setiap stasiun pengamatan. Aktivitas lainnya yaitu adanya organic impact dari sisa pakan pembudidayaan ikan dengan menggunakan keramba jaring apung/KJA.

Kerusakan yang disebabkan dari proses alami adalah adanya blooming predator bintang laut dan mahkota duri yang mengakibatkan terjadi predasi dan kompetisi oleh beberapa hewan pemakan polip karang sehingga membuat lemahnya di dalam polip karang, dan juga dikarenakan akibat berbagai macam makanan yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari jaringan karang terjadi “pemutihan” (menjadi pudar atau berwarna putih salju). Keadaan pemutihan yang terlalu lama, lebih dari 10 minggu pada akhirnya dapat menyebabkan kematian polip karang.

Berdasarkan dari hasil pemantauan di stasiun pengamatan, karang yang mengalami patahan dan pemutihan kebanyakan dari jenis Acropora Branching (ACB). Dari struktur dan bentuknya Acropora Branching (ACB) memiliki cabang yang lebih panjang dari pada ketebalan atau diameter yang dimilikinya sehingga kemungkinan menjadi sangat rentan terhadap kerusakan.

Kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Semak Daun, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada penelitian ini yaitu bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2014 dikategorikan dalam kondisi sedang. Adapun persentase tutupan karang di setiap stasiun pengamatan tersaji pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta persentase tutupan karang per stasiun pengamatan

Berdasarkan data sekunder penelitian Siregar et al, 2010 menggunakan citra satelit Quikbird dan pengamatan dilapangan. Menggambarkan kondisi terumbu karang perairan Pulau Semak Daun adalah 4% kondisi sangat baik, 42% kondisi baik, 14% kondisi sedang, 34% kondisi buruk dan 6% kondisi sangat buruk. Kondisi terumbu karang Pulau Semak Daun dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.3. Komposisi Kelas kondisi terumbu karang Pulau Semak Daun Sumber : Siregar et al, 2010

Dokumen terkait