• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklim komunikasi organisasi adalah segala sesuatu yang terjadi di dalam aktivitas internal organisasi, dimana terdapat proses interaksi antar anggota organisasi yang menimbulkan adanya peristiwa komunikasi. Iklim komunikasi organisasi di Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah dapat melihat adanya perilaku atau respons karyawan terhadap karyawan lain ataupun terhadap tindakan atasan, konflik serta sikap karyawan dalam mendukung pertumbuhan unit usaha. Adapun indikator iklim komunikasi organisasi yang akan dilihat yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah dan ke atas serta perhatian kepada tujuan berkinerja tinggi. Berikut jumlah dan persentase iklim komunikasi organisasi karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah.

Tabel 2 Distribusi karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah berdasarkan indikator dari iklim komunikasi organisasi

Variabel Iklim Komunikasi Organisasi Jumlah (orang)

Persentase (%) Kepercayaan Tinggi 1 3,33 Sedang 15 50,00 Rendah 14 46,67

Pembuatan Keputusan Bersama

Tinggi 8 26,67 Sedang 6 20,00 Rendah 16 53,30 Kejujuran Tinggi 6 20,00 Sedang 16 53,30 Rendah 8 26,67

Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah

Tinggi 8 26,67

Sedang 12 40,00

Rendah 10 33,33

Keterbukaan dalam Komunikasi ke Atas

Sedang 10 33,33

Rendah 20 66,67

Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi

Tinggi 6 20,00

Sedang 21 70,00

Rendah 3 10,00

Keterangan: n = 30

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, tingkat kepercayaan antar karyawan menunjukkan jumlah karyawan dengan kategori sedang yang

mendapatkan persentase tertinggi, tingkat pembuatan keputusan bersama mendapatkan hasil persentase tertinggi dengan kategori rendah, sedangkan tingkat kejujuran karyawan dengan kategori sedang mendapatkan persentase tertinggi, tingkat keterbukaan dalam komunikasi ke bawah pun sama yakni mendapatkan kategori sedang sebagai persentase tertinggi, tingkat keterbukaan dalam komunikasi ke atas hanya mendapatkan kategori rendah dan tingkat perhatian kepada tujuan berkinerja tinggi mendapatkan kategori sedang sebagai persentase tertinggi. Dengan begitu, dalam variabel iklim komunikasi organisasi menunjukkan bahwa, tidak ada indikator yang masuk kedalam kategori tinggi. Indikator dengan kategori sedang yaitu kepercayaan, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi, kemudian untuk indikator yang mendapatkan kategori rendah yaitu pembuatan keputusan bersama dan keterbukaan dalam komunikasi ke atas. Keenam indikator iklim komunikasi organisasi ini akan di jelaskan lebih jauh di bagian berikutnya.

Kepercayaan

Kepercayaan merupakan sebuah nilai yang wajib dimiliki oleh semua anggota dalam organisasi. Hal ini dikarenakan semua anggota organisasi harus dapat berusaha keras untuk mengembangkan ataupun sekedar mempertahankan pencapaian organisasi. Pencapaian ini tentunya tidak terlepas dari hubungan yang terjalin di dalamnya agar tetap bisa bersama dalam mencapai satu tujuan. Dalam sebuah hubungan terdapat kepercayaan yang ditanamkan dan kepercayaan itu lah yang dapat meningkatkan kualitas hubungan yang berfungsi sebagai pendukung pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Tabel 2), tingkat kepercayaan karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah termasuk ke dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 50 persen. Jumlah ini cukup dapat menjelaskan bahwa hubungan yang terjalin antar sesama karyawan dan antara karyawan dengan atasan digolongkan pada kondisi yang tidak buruk akan tetapi tidak juga sangat baik. Tingkat kepercayaan yang terjalin diantara mereka di dukung oleh hubungan saudara serta kerabat dekat sehingga kepercayaan dapat terjalin. Namun, nyatanya tidak selamanya hubungan saudara ataupun kerabat selalu menciptakan kepercayaan diantara mereka terbukti dengan karyawan kategori tingkat kepercayaan rendah mencapai 46,67 persen. Karyawan memilih untuk tidak terlalu percaya dengan sesama karyawan ataupun kepada atasan karena mereka merasa dalam aktivitas pekerjaan baiknya tidak harus percaya sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kategori tinggi hanya mencapai 3,33 persen. Kepercayaan disini dilihat berdasarkan kepercayaan karyawan dalam menceritakan rahasia pribadi kepada karyawan lain maupun kepada atasan, kepercayaan karyawan dalam meminjamkan uang kepada karyawan lain, kepercayaan karyawan dalam menitipkan barang berharga nya kepada karyawan lain, serta kepercayaan karyawan kepada semua keputusan maupun perkataan atasan. Adapun terdapat pernyatan dari salah satu responden yang mengungkapkan alasan mengapa dirinya tidak mudah percaya dengan sesama karyawan maupun atasan yaitu sebagai berikut:

“Saya mah ga pernah gampang percaya kalo soal curhat tentang pekerjaan,

piomongeun.padahal sesama saudara ya tapi kalau sudah ngomongin mah

ngomingin aja ga liat apa itu saudara atau bukan” (ZA, 38 tahun).

Kepercayaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain memang berbeda-beda meskipun mereka terikat hubungan sanak saudara. Setiap orang memiliki alasan masing-masing untuk percaya atau tidak karena pada dasarnya memang sesama manusia tidak akan pernah saling mengetahui isi hati mereka, sebagai bentuk kewaspadaan dalam bertindak serta mencegah terjadinya permasalahan maka karyawan lebih memilih untuk tidak mudah percaya kepada orang lain baik itu kepada sesama karyawan maupun kepada atasan.

Pembuatan Keputusan Bersama

Pembuatan keputusan bersama ialah orang-orang berkumpul bersama dalam kelompok untuk membuat keputusan mengenai sesuatu. Hal ini dilakukan untuk membantu memutuskan pilihan terbaik untuk kelompok. Bila orang berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, maka mereka akan lebih suka menerima hasil keputusannya dan membantu dalam melakukannya (Muhammad 2009). Unit usaha yang berdiri biasanya memiliki aturan masing-masing dalam pencapaian tujuan perusahaan, salah satunya ialah aturan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat diambil secara bersama-sama melibatkan semua karyawan ataupun pengambilan keputusan bersifat memaksa yang hanya diputuskan oleh atasan tanpa mempertimbangkan pendapat dari karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Tabel 2), tingkat pengambilan keputusan bersama karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah mendapatkan persentase tertinggi pada kategori rendah yaitu sebesar 53,33 persen. Jumlah ini menjelaskan bahwa dalam proses pengambilan keputusan, karyawan merasa tidak semua dilibatkan namun hanya beberapa orang saja yang memang dekat dengan atasan serta pendapat nya cukup diperhitungkan oleh atasan. Karyawan tersebut mencapai kategori tinggi dengan persentase sebesar 26,67 persen sedangkan kategori sedang mencapai persentase sebesar 20 persen. Karyawan yang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan ini memang tergolong pada karyawan yang aktif dan sudah lama menjadi karyawan Unit Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah sedangkan karyawan lain merupakan karyawan yang masih tergolong baru dan pasif dalam menghadiri rapat atau perkumpulan. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang karyawan yang dapat digolongkan sebagai karyawan pasif sebagai berikut:

“..namanya juga kita mah ibu rumah tangga banyak kerjaan juga di rumah

jadi kalau ada kumpul-kumpul gitu teh saya ga pernah dateng, jadi mau apa

aja hasilnya saya mah ngikut aja setuju setuju aja” (AN, 36 tahun).

Kejujuran

Kejujuran merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap orang dalam melakukan hal apapun, terlebih lagi dalam melakukan pekerjaan dalam perusahaan. Karyawan yang jujur akan mengantarkan pada pencapaian tujuan perusahaan dengan lancar. Meskipun kejujuran itu tidak begitu mudah untuk dinilai oleh atasan. Menurut Jill Dann (1980) dalam Mangkunegara (2005) kejujuran dapat mengembangkan kompetisi diri yang efektif karena kejujuran

dapat membangun kepercayaan melalui keandalan diri dan perilaku yang sesuai, bertindak etis dan tidak melakukan tidakan-tindakan tercela, mengakui kekurangan diri sendiri, memegang teguh nilai-nilai luhur, serta mengantisipasi kesalahan yang terkadang dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Tabel 2), tingkat kejujuran karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah memiliki kategori sedang sebagai persentase tertinggi yaitu sebesar 53,33 persen. Tingkat kejujuran ini termasuk indikator yang paling sulit untuk dibuktikan kebenarannya karena tidak semua karyawan dapat menjawab pertanyaan kuesioner dengan terbuka. Beberapa karyawan memilih untuk menutupi segala bentuk kesalahan yang pernah ia lakukan. Hal ini disebabkan karena mereka takut dengan supervisor yang selalu mengontrol setiap sikap dan perilaku karyawan dalam melakukan proses pekerjaan sehingga pada saat menjawab pertanyaan wawancara pun mereka masih berusaha menutupi. Karyawan dengan kategori tinggi memiliki persentase sebesar 20 persen dimana karyawan tersebut termasuk orang yang tidak bersedia untuk terbuka dalam menjawab pertanyaan kuesioner maupun wawancara, sedangkan karyawan dengan kategori rendah memiliki persentase sebesar 26,67 persen. Sebaliknya, karyawan dengan kategori rendah ini lebih bersedia untuk terbuka dalam menjawab pertanyaan kuesioner maupun wawancara.

Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah

Osmo Wiio (1972) dalam Muhammad (2009) mengemukakan bahwa pertambahan arus pesan atau keterbukaan dari komunikasi mungkin mempunyai pengaruh yang negatif kepada beberapa organisasi karena kelebihan beban atau bertambahnya harapan. Pada studi permulaan dan akhir dia menemukan bahwa ketidakpuasan akan pekerjaan dan organisasi, sesungguhnya bertambah sebagai suatu fungsi dari lebih terbukanya iklim komunikasi. Dia mengemukakan alasan bahwa pertambahan keterbukaan komunikasi menambah harapan karyawan berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Bila harapan ini tidak menjadi kenyataan maka makin lebih besar rasa ketidakpuasan. Pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab dalam organisasi dapat memberikan kontribusi dalam membangkitkan iklim komunikasi yang baik dalam organisasinya.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Tabel 2), karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah menilai bahwa pimpinan memiliki sifat terbuka terhadap bawahannya dengan kategori sedang yakni sebesar 40 persen. Hal ini dinilai berdasarkan kebersediaan pemimpin dalam menginformasikan masalah internal maupun eksternal perusahaan kepada karyawannya, mau menyampaikan penilaian hasil kerja karyawan baik penilaian positif maupun negatif, serta mau memberikan instruksi pekerjaan dengan jelas kepada karyawan. Akan tetapi, tidak sedikit juga karyawan merasa pimpinan mereka dalam hal keterbukaan memiliki kategori rendah yakni sebesar 33,33 persen sedangkan untuk kategori tinggi sebesar 26,67 persen. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa pimpinan dapat terbuka kepada bawahan namun tidak kepada semua karyawan. Hanya beberapa karyawan yang dipercayai oleh pimpinan demi menjaga integritas seorang pemimpin yang disegani oleh karyawannya. Faktor yang mendukung pemimpin mempercayai hanya beberapa karyawannya berdasarkan lama bekerja dan sifat karyawan yang dapat dipercaya untuk menjaga rahasia perusahaan.

Keterbukaan dalam Komunikasi ke Atas

Komunikasi dalam organisasi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dan maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem organisasi (Sutrisno 2010).

Komunikasi ke atas merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan proses pencapaian tujuan perusahaan, dimana jika memang keterbukaan tersebut dapat memberikan motivasi dalam bekerja, mendapatkan pesan terkait pekerjaan, menciptakan kenyamanan sehingga meningkatkan produktivitas kerja, memelihara hubungan antar atasan dan bawahan sehingga terbentuknya komitmen organisasi. Akan tetapi, keterbukaan ini pun dapat berdampak negatif jika keterbukaan ke atas membuat tidak adanya batasan antara bawahan dan atasan sehingga karyawan dapat berperilaku bebas tanpa menghargai atasan, sesama karyawan menjadi merasa tidak nyaman karena ada karyawan yang terlalu mendominasi serta komitmen organisasi tidak terbentuk karena tidak adanya rasa takut kepada atasan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Tabel 2), ternyata tingkat keterbukaan dalam komunikasi ke atas tidak ada satu pun karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah yang termasuk kedalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tidak berani untuk bersifat terbuka dalam menceritakan masalah pribadi, kesalahan pekerjaan yang dilakukan sendiri ataupun yang dilakukan oleh karyawan lain, serta ketidaksesuaian peraturan yang dirasakan karyawan. Adapun karyawan dengan kategori rendah sebesar 66,67 persen sedangkan kategori sedang mencapai 33,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa atasan disegani oleh para karyawan sehingga karyawan merasa segan untuk berkomunikasi secara terbuka. Pada kasus ini budaya kerja yang diterapkan oleh Unit Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah ialah keterbukaan dalam komunikasi ke atas nyatanya lebih memberikan dampak negatif dibandingkan positif. Bersikap terlalu terbuka dengan atasan membuat rasa kecemburuan karyawan lain muncul sehingga dapat merusak hubungan baik antar sesama karyawan.

Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi

Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi ini dapat dikatakan juga sebagai komitmen dalam berorganisasi. Menurut Sutrisno (2010), komitmen dapat diidentifikasikan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi dengan kemauan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian organisasi, jadi dapat disimpulkan bahwa perhatian pada tujuan berkinerja tinggi merupakan sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaannya dan juga proses mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Tabel 2), tingkat perhatian pada tujuan berkinerja tinggi karyawan Usaha Kecil Manisan Buah Harapan Berkah

dengan kategori sedang mendapatkan persentase tertinggi yaitu sebesar 70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas karyawan sudah merasa nyaman dengan peraturan pekerjaan yang diterapkan serta kepuasan dalam pemenuhan hak atas karyawan berupa gaji maupun bonus lainnya yang mereka dapatkan sehingga terciptanya loyalitas dalam diri karyawan terhadap perusahaan. Karyawan dengan kategori rendah hanya mendapatkan persentase sebesar 10 persen, karyawan minoritas ini merasa ada unsur ketidaksesuaian kebijakan perusahaan dengan dirinya, ataupun ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang ia lakukan saat ini sehingga timbulnya ketidak puasan yang membuat mereka memiliki keinginan untuk mencari lagi tempat bekerja yang lebih pantas dan sesuai dengan mereka. Karyawan dengan kategori tinggi mendapatkan persentase sebesar 20 persen, karyawan yang termasuk dalam kategori ini merupakan karyawan yang sudah lama bekerja dan memiliki hubungan yang sangat dekat yaitu hubungan sebagai saudara dari pemilik usaha.

KETIDAKPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KECIL

Dokumen terkait