SYARIAH DAN IMPLEMENTASI TAHUN 2008- 2010
A. Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia
1. Implementasi Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010: Tabel 4.1
Aset Perbankan Syariah (dalam Triliun)
Tahun Aset BUS Aset UUS Aset BPRS Tot al Aset
2008 34.036 15.519 1.693 51.248
2009 48.014 18.076 2.126 68.216
2010 79.186 18.333 2.739 100.258
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 9, No. 1, Desember 2010
Dari segi perkembangan aset perbankan syariah terus meningkat dari tahun 2008, 2009 hingga 2010. Di tahun 2008 aset Bank Umum Syariah mencapai 34 triliun rupiah, untuk unit usaha syariah mencapai aset seesar 15.5 triliun rupiah, dalam bank pembiayaan rakyat syariah aset tercapai sebesar 1. 7 triliun rupiah sehingga total aset di 2008 mencapai 51, 2 triliun rupiah.
Tahun 2009 aset Bank Umum Syariah sebesar 48 triliun rupiah, untuk unit usaha syariah aset yang dapat di capai sebesar 18.1 triliun rupiah, sedangkan untuk bank pembiayaan rakyat syariah aset yang dimiliki sebesar
2.1 triliun rupiah, sehingga total aset perbankan syariah di tahun 2009 sebesar 68.2 triliun rupiah.
Pada tahun 2010 total aset yang dicapai sebesar 100.26 triliun rupiah. Pencap[aian aset sebesar ini dirasa sangat menggembirakan.53 Di tahun 2010 aset bank umum syariah sebesar 79.2 triliun rupiah, sedangkan untuk unit usaha syariah mencapai 18.3 triliun rupiah. Aset yang dapat di capai oleh bank pembiayaan rakyat syariah adalah sebesar 2.7 triliun rupiah.
2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah
Di sisi permintaan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB (ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.54
Berikut ini citra yang melekat di industri perbankan syariah:
53
Hasil wawancara dengan peneliti bank di Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.
54
Tabel 4.2 Perubahan citra industri perbankan syariah
Aspek Citra sekarang55 Citra di masa depan56
Positioning Bank untuk kalangan muslim / orang yang mau naik haji
Untuk semua kalangan yang menginginkan keuntungan kedua belah pihak: bank & pelanggan
Atribut Lebih menekankan ke simbol keislaman
Lebih menekankan ke substansi/universal (sbg rahmatan lil alamin, kemanfaatan bagi semua) Produk Tabungan bagi hasil
Pinjaman tanpa bunga tapi serupa dengan perbankan konvensional
Produk dengan skema keuangan perbankan yang variatif
Cara penawaran
Banyak menggunakan istilah arab yang sebetulnya tidak banyak dimengerti oleh pelanggan atau calon pelanggan
Selain tetap menggunakan istilah bahasa arab sebagai ciri khas juga menggunakan istilah lain selain istilah Arab yang lebih mudah dimengerti Servis Jaringan terbatas
Fasilitas layanan sering tidak bisa digunakan
Jaringannya luas
Fasilitas layanan bisa diandalkan Brand Bank yang adil dan
menentramkan
Lebih dari sekedar bank (Beyond Banking)
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah
Dalam konsep grand strategy ini Bank Indonesia menfokuskan untuk memetakan segmen nasabah perbankan syariah menjadi 5 segmentasi: (5 segmen nasabah tersebut adalah segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus,
55
Sumber: hasil riset focus group discussions (FGD) dalam modul Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, DPbS Juli 2008
56
Sumber: hasil riset FGD In depth Interview, dan Desk Research dalam modul Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, DPbS Juli 2008
segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional)
Untuk mendukung pencitraan baru, terutama dalam mengubah persepsi tentang perbankan syariah yang ekslusif untuk golongan tertentu. Program pengembangan segmentasi akan berguna untuk mengkonkretkan langkah positioning ke benak konsumen yang menjadi target market. Sebagai acuan para pelaku untuk mengembangkan pasar perbankan syariah, telah dipetakan segmentasi baru konsumen perbankan syariah Indonesia berdasarkan orientasi perbankan dan profil psikografisnya menjadi lima segmen: Mereka yang sangat mengutamakan penggunaan Bank Syariah (“pokoknya Syariah”), Mereka yang ikut- ikutan, Mereka yang mengutamakan benefit seperti kepraktisan seperti transaksi dan kemudahan akses, Mereka yang menggunakan Bank Syariah sebagai sarana pembayaran gaji dan transaksi bisnis, dan segmen mereka yang mengutamakan penggunaan jasa bank konvensional yang telah ada.
Tabel 4.3 Segmentasi Nasabah Perbankan Syariah Bagi saya, riba adalah haram
Menurut saya, bank berbasiskan bunga (konvensional) adalah termasukriba Saya akan menggunakan bank yang tidak
berbasiskan bunga (syariah) meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas
Pokoknya Syariah
(apapun kondisinya, pakai perbankan syariah)
Saya akan menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) kalau sebagian besar teman/ atau saudara memakainya
Ikut Arus
(mau pakai
Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika fasilitas & jaringan layanan sudah bagus
Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga (konvensional)
kalau sudah banyak yang pakai)
Saya akan menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga (syariah) sama banyaknya
Menurut saya bank yang tidak berbasis bunga (syariah) hanyalah alternatif bank berbasis bunga (konvensional) dan kedua- duanya bisa dipakai Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga
(syariah) memiliki keunikan masing- masing, saya akan menggunakan sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
(memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulannya)
Saya akan memakai bank yang tidak berbasis bunga (syariah) supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan
Saya belum percaya bank tidak berbasis bunga (syariah) dapat di praktekkan
Saya belum menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami
Saya akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga (syariah) jika diminta oleh teman/ partner bisnis saya Terpaksa (memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan)
Saya akan tetap memakai bank yang berbasis bunga (konvensional) karena dari dulu sudah pakai
Saya akan menggunakan bank berbasis bunga (konvensional) karena sistem, persyaratan dan istilahnya sudah saya pahami
Saya akan tetap memakai bank berbasis bunga (konvensional) meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus Pokoknya konvensional (apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal)
Gambar 4.1
4. Program Pengembangan Produk