• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grand startegy Bank Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan Syariah di Indonesia antara konsep dan implementasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Grand startegy Bank Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan Syariah di Indonesia antara konsep dan implementasi"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Annafi Fatiha Annuria NIM : 107046101838

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 30 Maret 2011

(3)

ii

Dalam tahap perngembangannya, perbankan syariah melalui Direktorat

Perbankan Syariah Bank Indonesai memiliki langkah- langkah konkrit yang tersusun

dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Dimana

program yang dikembangkan dalam konsep Grand Strategy tersebut mencakup enam

program diantaranya visi pengembangan pasar dan target, program pencitraan baru,

pemetaan baru segmentasi pasar perbankan syariah, program pengembangan produk,

program peningkatan layanan, program sosialisasi dan komunikasi industri.

Uraian yang disajikan dalam penulisan skripsi ini penulis berfokus pada tahun

2008 hingga tahun 2010. Skripsi hanya membandingkan antara konsep dari Grand

Strategy tersebut dengan implementasinya dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Pada

bab I hingga bab IV telah dijelaskan hal- hal yang terkait dengan konsep dan

implementasi dari Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah.

(4)

iii

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq,

serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia: antara Konsep dan Implementasi”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada

keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit

hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan

kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., MA., sebagai

Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti

(5)

iv

penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak

ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT.

4. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer

ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang

telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.

5. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Bastianon S.H., M.H. dan Ibu

Dra. Isnaini Baroroh, yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberi dorongan

dan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada

orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Ibu dan Bapak,

dibawah payung kasih sayang-Nya. Amin

6. Kepada adikku tercinta Mikail Hamidum Majid, secara tidak langsung telah

menyumbangkan ide- idenya dalam penulisan skripsi ini juga memberikan

semangat kepada penulis yang sedang menjalankan tugas akhir ini agar cepat

(6)

v

8. Teman-teman semua, Ratna, Maya, Pwe, Lyaly, Tika, Mae, Farah, Acha, Dwi,

Opi, Nur, Amel, Jaja, Hilwa, Yuke dan teman-teman lain seangkatan dan

seperjuangan selama masa kuliah, perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah

terlupakan.

9. Ibu Srie Muliaty selaku Peneliti Bank di Direktorat Perbankan Syariah Bank

Indonesia, Ibu Tita di Direktorat Sumber Daya Manusia Bank Indonesia, Ibu

Endang di Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan Bank Indonesia, yang

telah bersedia membantu penulis dalam memperoleh data-data dan keterangan

yang penulis butuhkan dari Bank Indonesia.

10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati dan

menghibur penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini.

Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang

turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat

bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.

Jakarta, 30 Maret 2011

(7)

vi

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Tinjauan Kajian Terdahulu 8

E. Kerangka Teori 12

F. Metode Penelitian 15

G. Sistematika Penulisan 17

BAB II GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM

PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2008-1010

A. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Grand Strategy Bank

(8)

vii

2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah 25

3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 27

4. Program Pengembangan Produk 27

5. Program Peningkatan Layanan 27

6. Program Sosialisasi dan Komunikasi 28

BAB III PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah 30

B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah 32

C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah 38

D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah 43

E. Kekuatan, Kendala, Peluang, dan Tantangan Bank Indonesia

dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah 45

1. Kekuatan 45

2. Kendala 50

3. Peluang 54

(9)

viii

TAHUN 2008-2010

A. Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia

dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia

1. Implementasi Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 57

2. Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah 58

3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 59

4. Program Pengembangan Produk 62

5. Program Peningkatan Layanan 65

6. Program Sosialisasi dan Komunikasi 67

B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand

Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan

Syariah di Indonesia

1. Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 72

2. Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah 76

3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 79

4. Program Pengembangan Produk 86

5. Program Peningkatan Kualitas Layanan 93

(10)

ix

(11)

x

2.1 Skema Grand Strategy Pengembangan Pasar 22

4.1 4.2

Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%) Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%)

(12)

xi

Nomor Keterangan Halaman

2.1 2.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11

Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Tema Sosialisasi Beyond Banking

Aset Perbankan Syariah

Perubahan citra industri perbankan syariah Segmentasi Nasabah Perbankan Syariah Jaringan Kantor Perbankan Syariah Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 Program pencitraan baru perbankan syariah Program pencitraan baru perbankan syariah Segmen nasabah

Program pengembangan produk Program peningkatan kualitas layanan Program sosialisasi dan komunikasi

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan syariah terus menunjukkan perkembangan dan kemajuan

yang pesat. Bahkan perbankan syariah kini telah mampu menjadi alternatif

transaksi perbankan yang makin dikenal dan diminati masyarakat. Dalam

konteks bisnis, perbankan syariah juga menjadi alternatif bisnis yang memiliki

potensi yang amat besar . Terbitnya UU No. 20 tahun 2008 sangat mendukung

perkembangan dunia perbankan terutama dalam kemajuan ekonomi syariah.

Dengan adanya legalitas yang jelas maka dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat maupun bagi calon investor perbankan syariah baik asing maupun

domestik.

Secara kelembagaan, saat ini jumlah bank syariah telah mencapai 11

BUS, 23 UUS, dan 149 BPRS dengan jaringan kantor sebanyak 1.625 kantor

pada akhir September 2010. Secara geografis, sebaran jaringan kantor

perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat dilebih dari 89

kabupaten/kota di 33 propinsi.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah Per

Desember 2008, tercatat lima BUS , 28 UUS dan 131 BPRS, dalam jumlah ini

terdapat 131 kantor jaringan belum termasuk jaringan kantor office chanelling

1

(15)

yang jumlahnya hampir 1500 ( Desember 2008 ).2 Padahal di awal

perkembangannya tahun 1992 hingga tahun 2006 hanya terdapat tiga BUS

dan 19 UUS jumlah kantor Bank Syariah 415 buah dan jumlah BPRS 92

buah.3 Terbukti perkembangan perbankan syariah begitu pesat tentunya juga

disertai dengan pertumbuhan asetnya.

Menurut data statistik perbankan indonesia dari segi aset yang

perbankan syariah , di tahun 2008 aset perbankan syariah Rp 49 Triliun, pada

november 2009 aset perbankan syariah bertambah menjadi Rp 61.36 Triliun,

dan pada November 2010 aset perbankan syariah juga mengalami peningkatan

yaitu menjadi Rp 90.39 Triliun. Jika dilihat dari pertumbuhan asetnya maka

kinerja perbankan syariah sudah cukup baik terlihat dengan pertumbuhan aset

yang dimiliki. Namun sejatinya belum memenuhi target dari konsep grand

strategi perbankan syariah yang di buat oleh Bank Indonesia. Baik pancapaian

di tahun 2008, 2009 maupun 2010.

Dalam tahap perjalananya Kebijakan Pengembangan Perbankan

Syariah di Indonesia bertujuan untuk meletakkan posisi serta cara pandang

Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, pada

tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah

di Indonesia”. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk

2

A. Riawan Amin. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional. (disampaikan pada PidatoPengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah). 11 Juli 2009, h 72.

3

(16)

memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara

optimal bagi perekonomian nasional. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan

Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan

perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang

jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun

waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah

yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas

keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai

terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah lainnya.

Harapan di tahun 2010, perbankan syariah di Indonesia menjadi

terkemuka di kawasan ASEAN. Hal ini merupakan pencapaian yang

termaktub dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah

(selanjutnya ditulis Grand Strategy) seperti dirumuskan oleh Bank Indonesia.

Grand Strategy masuk dalam kerangka program akselerasi pengembangan

pasar perbankan syariah Indonesia yang telah di cantumkan dalam 3 fase

dalam tahapan pertama.4

Pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih kalah dengan

pangsa pasar perbankan syariah di negara lain, seperti Malaysia. Pangsa pasar

perbankan syariah di Indonesia baru menyentuh ke angka 3,1 persen dari

pangsa pasar nasional. Sementara perbankan syariah di Malaysia telah

4

(17)

menyentuh angka 20 persen. Disini terlihat bahwa target pencapaian Bank

Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu menjadi perbankan

syariah yang terkemuka di ASEAN.5

Banyak kendala yang dialami perbankan syariah di Indonesia untuk

peningkatan pangsa pasar tersebut. Dari sisi kualitas pertumbuhan perbankan

syariah juga menunjukan peningkatan signifikan. Setidaknya hal itu terlihat

dari rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing) yang tetap

terjaga pada posisi rendah dengan kisaran 1,64 persen, rasio penyaluran

pembiayaan dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) relatif tinggi yang

mencapai 95,4 persen. Sedangkan porsi pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah sektor produktif tetap dominan dalam portfolio pembiayaan bank

syariah.

Pada tahapan pertama konsep Grand Strategi Bank Indonesia memuat

tiga fase, dimana pada fase pertama di tahun 2008 target aset sebesar Rp 50

Triliun, namun dalam implementasinya sangat baik yaitu sebesar Rp 49.5

Triliun. Fase kedua di tahun 2009 target aset yang ingin dicapai Rp 87 Triliun,

dalam implementasinya Rp. 66.1 Triliun, dan pada fase ke tiga di tahun 2010

target yang ingin di capai Rp 124 Triliun, implementasinya hingga November

2010 aset perbankan syariah baru mencapai Rp 90.39 Triliun

Dari data- data yang telah di paparkan sebelumnya menunjukkan

bahwa antara konsep yang dibuat oleh Bank Indonesia dan implementasi

5

(18)

masih ada kesenjangan sehingga target belum tercapai. Ketidak tercapaiaan

target ini menunjukkan masih banyak permasalahan – permasalahan yang

dihadapi oleh Perbankan Syariah di Indonesia dalam pencapaian strategi

Peningkatan Perbankan Syariah. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan serta

upaya- upaya dari semua pihak untuk mengatasi masalah- masalah yang

sedang dihadapi agar target Bank Indonesia terhadap perkembangan Bank

Syariah tercapai.

Indepedensi Bank Indonesia dari segi ekonomi dapat dilihat dari

ketentuan UU No. 3 thun 20004 pasal 8 dan pasal 10ayat 1 (a), dalam

ketentuan ini disebutkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, namun dalam menetapkan

sasaran- sasaran moneter diharuskan menetapkan sasaran laju inflasi. Bank

Indonesia tidak diberi batasan dan Bank Indonesia diberi otonomi untuk

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.6

Menurut penulis Bank indonesia dalam hal ini telah membuat suatu

langkah konkrit terkait dengan peningkatan perbankan syariah melalui enam

tahap yang dimuat dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar

Perbankan Syariah. Di masing- masing tahapannya sudah memiliki arahan

yang jelas, maka dari segi strategi- strategi yang dijalankan untuk peningkatan

perbankan syariah perlu perhatian khusus.

6

(19)

Dengan Bertitik pangkal dari latar belakang tersebut, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian secara mendalam melalui skripsi ini yang

berjudul GRAND STARTEGY BANK INDONESIA DALAM

PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA: ANTARA KONSEP DAN IMPLEMENTASI.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Pembahasan mengenai Grand Strategy Bank Indonesia dalam

peningkatan perbankan syariah ini sangat luas, untuk itu penulis membatasi

skripsi ini pada Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar

Perbankan Syariah di Indonesia antara Konsep dan Implementasi Tahun 2008

– 2010 studi di kantor Pusat Bank Indonesia. Adapun perumusan masalah

pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan

Pasar Perbankan Syariah?

2. Bagaimana Potret Implementasi dari Grand Strategy Bank Indonesia

dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah?

3. Bagaimana Kesesuaian antara Implementasi dengan Konsep Grand

Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kajian tentang

implementasi kebijakan bank indonesia terhadap pengembangan pasar

perbankan syariah.

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian dan penulisan skripsi ini

adalah:

1. Mengetahui bagaimana gambaran perkembangan perbankan syariah di

Indonesia.

2. Mengetahui langkah konkrit bank Indonesia dalam pengembangan pasar

perbankan syariah.

3. Mengetahui sejauh mana implementasi konsep strategi bank indonesia

terhadap pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia

Sedangkan manfaat yang di harapkan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Dapat memberi gambaran kepada masyarakat tentang sejarah singkat

perkembangan perbankan syariah

2. Untuk memberikan informasi mengenai implementasi target bank

indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah

3. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait

kebijakan bank Indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan

(21)

4. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian

selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang

berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang

diteliti berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber

kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan pengembangan

pasar perbankan syariah, diantaranya adalah:

1. Ahmad Busaeri, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

“Peran dan Upaya Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia

Dalam Pengembangan Perbankan Syariah”. Penelitian ini menggunakan

metode diskriptif kualitatif, dalam penelitian Ahmad menyatakan bahwa

perkembangan perbankan syariah di tahun 2006 telah menunjukkan

pertumbuhan yang cukup baik. Pencapaian total aset perbankan syariah

hingga November 2006 sebesar Rp 25 Triliun. Namun perkembangan

perbankan syariah tidak terlepas dari faktor pendukung seperti

karakteristik operasional dan produk perbankan syariah dan ada faktor

lainnya, sedangkan faktor penghambatnya adalah lemahnya daya saing

dalam hal kualitas pelayanan, variasi fitur produk, jaringan kantor ATM,

perilaku nasabah serta calon nasabah yang masih sensitif terhadap

(22)

Dalam skripsi yang saya buat, Annafi selaku peneliti lebih konsentrasi

pada pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2008-2010 yang

terkonsep pada Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah

di Indonesia. Peneliti membandingkan antara konsep yang dibuat dan

realisasi dari konsep tersebut.

2. Yuria Pratiwhi Cleopatra, Kajian Timur Tengah dan Islam: Kekhususan

Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca Sarjana, Universitas

Indonesia , 2008.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Proporsi Aset

Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian ini Yuria menyatakan

bahwa Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang

signifikan mempengaruhi proporsi aset bank syariah terhadap

keseluruhan aset perbankan nasional Indonesia adalah variabel Non

Performing Financing (NPF), tingkat suku bunga SBI, Inflasi (Inf),

tingkat suku bunga kredit bank konvensional (BKBK), Financing to

Deposit Ratio bank syariah (FDR), dan porsi pembiayaan bagi hasil bank

syariah (PBH). Model yang terbentuk dari MLR telah memiliki sifat

BLUE (Best, Linear, Unbiased Estimator), dan terbebas dari penyakit

multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Menurutnya untuk

meningkatkan pertumbuhan aset perbankan syariah perlu di buka Bank

Umum Syariah baru dan Unit Usaha Syariah baru. Dari segi margin juga

(23)

di bank konvensional.

Hal yang membedakan dengan penelitian saya adalah dalam melihat

pertumbuhan proporsi aset perbankan syariah saya tidak menggunakan

metode- metode seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuria, namun saya

lebih melihat faktor- faktor yang mempengaruhinya yang sesuai dengan

konsep Grand Strategy Perbankan Syariah tahun 2008-2010 yang dibuat

oleh Bank Indonesia.

3. Ellyn Herlia Nur Hidayah, Program Studi Kajian Timur Tengah dan

Islam: Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca

Sarjana , Universitas Indonesia, 2008

Faktor yang Mempengarhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah”

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang signifikan

mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah variabel DPK

(dana pihak ketiga), dan variabel SBI (suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia). Variabel non performing financing dan return on assets tidak

signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah. Setiap

kenaikan satu satuan dana pihak ketiga akan meningkatkan aset sebesar

1,298 persen dan setiap kenaikan satu satuan SBI akan meningkatkan aset

sebesar 0,169 persen. Nilai adjusted R2 sebesar 0,993 berarti variabel

dana pihak ketiga dan SBI dapat menjelaskan variabel terikat aset sebesar

99,3 persen, sedangkan sisanya 0,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain.

(24)

perkembangan suku bunga bank indonesia terutama untuk jangka

panjang, terutama melihat kondisi makro indonesia sebagai negara yang

terus berkembang sampai saat ini.

Pada penelitian Ellyn terdapat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

aset dan faktor yang tidak mempengaruhi. Namun dalam penelitian saya

dalam hal pertumbuhan aset yaitu seberapa besar tingkat pertumbuhannya

dan apa saja yang mempengaruhinya tentunya faktor- faktornya yang

telah dicanangkan dalam Grand Strategy Bank Indonesia Dalam

Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Di Indonesia.

4. Dr. Harif Amali Rivai, SE., M.Si. dkk, Penelitian ini merupakan

kerjasama antara Bank Indonesia dan Center for Banking Research

(CBR)-Andalas University, 2006.

“Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen Dalam Memilih Jasa

Perbankan: Bank Syariah Vs Bank Konvensional” Berdasarkan hasil

pengolahan analisis dalam penelitian ini ditemukan lima dimensi penentu

perilaku nasabah dalam memilih bank syariah dan bank konvensional,

faktor internal yang mempengaruhi konsumen untuk memilih bank

syariah versus bank konvensional relatif berbeda. Pada konsumen yang

memilih bank syariah, faktor internal yang sangat mempengaruhi

keputusan konsumen untuk memilih bank tersebut adalah; (1) persepsi,

(2) biaya dan manfaat, dan (3) agama. Sementara itu, yang mempengaruhi

(25)

(2) biaya dan manfaat, dan (3) gaya hidup. Dan untuk faktor eksternal

bank syariah meliputi (1) personal selling, (2) keluarga, sedangkan bank

konvensional meliputi(1) keluarga ,(2) promosi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harif, Ia mengidentifikasi faktor

kunsumen yang memilih untuk menggunakan jasa layanan bank syariah.

Namun dalam penelitian saya lebih fokus pada program- program

pengembangan pasar perbankan syariah yang dijalankan oleh Bank

Indonesia dan melihat hasilnya pada pertumbuhan aset perbankan syariah.

E. Kerangka Teori

Menurut Geraats ada beberapa aspek yang harus ada untuk menilai

apakah kebijakan bank sentral transparan atau tidak, salah satu aspeknya

adalah adanya informasi mengenai strategi moneter dan pertimbangan

kebijakan internal.7

Dalam sebuah aturan dalam hal ini berbentuk kebijakan dapat

mengarahkan suatu masyarakat yakni sebagai kontrol sosial, teori ini

dinyatakan oleh Pound yang terkenal bahwa law is a tool of social

engineering. Kebijan dalam hal ini yang dimuat dalam Grand Strategy

Pengembangan Pasar Perbankan Syariah adalah suatu bentuk sarana kontrol

sosial yang khusus, yang harus diefektifkan berdasarkan seperangkat norma

7

(26)

kewenangan sebagaimana didayagunakan sebagai proses- proses

administratif.8

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat

sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia,

maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi

Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif

pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi

2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan

citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal,

pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih

beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang

memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank. 9

Berbagai langkah konkrit telah dilakukan sebagai tahap implementasi

dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah yang

dibuat dalam enam tahapan untuk target tahun 2008 hingga 2010. Program –

program yang dimuat dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan

Syariah harus didukung oleh semua pihak, di dalam Teori dinyatakan bahwa

dalam industri perbankan sifatnya sangat volatile, sehingga kebocoran

informasi yang sensitif dapat menciptakan reaksi yang tidak rasionaldari

8

Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya. (Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2002), h. 70.

9

(27)

masyarakat yang akan mengakibatkan perkembangan pasar perbankan

terhambat.10

Dahulu dalam memanfaatkan suatu aset dan cara menjaganya Nabi

pernah mengingatkan pengikutnya, jika merea menjual suatu aset maka hasil

penjualannya jangan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari, namun hendaknya digunakan untuk membeli aset dari jenis yang sama

agar berkah uang tetap terjaga.11 Begitu pula dalam menjaga aset perbankan

syariah, hendaknya aset yang telah dimiliki di investasikan lagi agar tidak

berkurang dan memiliki potensi untuk bertambah.

Pada saat krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 muncul paradigma baru

yang berkembang yaitu perlu dikembangkan ekonomi lerakyatan dimana

pertumbauhan ekonomi di dorong dari bawah. Hal iniberarti diperlukannya

alokasi sumberdaya untuk membangkitkan golongan ekonomi lemah dan

koperasi. Kepemilikan alat- alat produksi yang penting serta prasarana

ekonomi yang strategis perlu di restrukturisasi sehingga tidak dikuasai oleh

segelintir orang.12

Ketika bank- bank syariah telah dominan dan meluas maka bank

syariah harus mengedepankan aspek profesionalisme dan mengutamakan

10

Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), h.219.

11

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 151.

12

(28)

service excellence kepada customer. Jika telah menjalankan dengan

excellence maka umat islam akan lebih percaya terhadap bank syariah. Para

praktisi bank syariah juga harus menyakinkan bahwa bank syariah itu lebih

baik. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor pelayanan

sangat menentukan pilihan masyarakat dalam memilih bank- bank syariah.13

F. Metode Penelitian

Model penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang

dilakukan dengan cara menelaah litaratur kepustakaan dan penelitian

lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam

bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data dengan cara

wawancara. Penelitian deskriptif ini merupakan kegiatan yang meliputi

pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut

keadaan pada waktu yang sedang berjalan.14

1. Jenis Data

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan jenis data

kualitatif yang menghasilkan data deskrptif berupa kata-kata tertulis dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi.15. dimana penulis menggunakan

13

Adrian Sutedi, S.H., M.H., Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), .h 46.

14

Consuelo G Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h.71.

15

(29)

program Grand Strategy yang dicanangkan oleh Direktorat Perbankan Syariah

Bank Indonesia untuk dijadikan landasan dengan realisasi yang terjadi di

tahun 2008 hingga 2010. Adapun jenis data yang digunakan adalah:

a. Data primer

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data

berupa data primer yang di dapat langsung dari hasil wawancara

dengan pihak yang berkompeten yaitu di Direktorat Perbankan Syariah

Bank Indonesia.

b. Data sekunder

Yang didapat dari literatur kepustakaan seperti buku-buku

seperti Out Look Perbankan Syariah tahun 2008-2010, data statistik

perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun, karya ilmiah

lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dijalankan

penulis.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitiandilakukan dengan cara meneliti melalui media

wawancara langsung kepada Tim Penelitian dan Pengembangan

Pengembangan Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah Bank

Indonesia sehingga dapat memberikan keterangan tentang masalah

yang ingin dibahas, serta menganalisis melalui dokumen-dokumen

(30)

3. Teknik analisan data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan data-data

menjadi kata-kata tertulis dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi

yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti

fokus pada enam konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam

Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, dimana peneliti

membandingkan kesesuaian antara konsep dan implementasi yang terjadi

mulai tahun 2008 hingga tahun 2010.

4. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan

dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

kajian terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan

(31)

BAB II Grand strategy bank indonesia dalam pengembangan pasar

perbankan syariah tahun 2008- 2010 yang meliputi Pengertian,

Fungsi Dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia, Konsep –

Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan

Syariah Tahun 2008- 2010.

BAB III Perbankan syariah di Indonesia yang meliputi Pengertian Pasar

Perbankan Syariah, Landasan Hukum Terkait Perbankan

Syariah, Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah, Pangsa

Pasar Perbankan Syariah, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Tantangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar

Perbankan Syariah.

BAB IV Analisis Kesesuaian Antara Konsep Grand Strategy Bank

Indonesia Dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Dan

Implementasi Tahun 2008- 2010 yang meliputi Potret tentang

Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam

Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, Analisis

terhadap Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand

Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar

Perbankan Syariah di Indonesia.

BAB V Penutup yang memuat kesimpulan dan saran, dari bahasan bab-

(32)

BAB II

GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2008- 2010

A.Pengertian, Fungsi dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia

Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Pengertian umum strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara / upaya bagaimana agar rencana tersebut tetap

tercapai.16 Menurut kamus umum bahasa Indonesia strategi adalah ilmu untuk

mencapai suatu maksud.17 Strategi juga berarti rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi yang di maksud dalam

grand strategy Bank Indonesia adalah rencana yang disusun secara cermat

dalam rangka mengembangkan pasar perbankan syariah di Indonesia agar

tercapainya suatu target yang telah ditentukan.

Fungsi menurut kamus bahasa Indonesia adalah kegunaan suatu hal.

Fungsi dalam arti lain yaitu jabatan (pekerjaan) yang dilakukan.18 Fungsi

16

DigitalCollections./jiunkpe/s1/hotl/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-33403142-9829-belhotel_borneo-chapter2.pdf. of 30 Quality diunduh 24 Desember 2010, pukul 12.35

17

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 965.

18

(33)

dalam konsep grand strategy dapat diartikan dengan sesuatu yang berguna

dalam menjalankan tugasnya agar dari strategi- strategi yang di buat dalam

konsep grand strategy dapat di jalankan dengan maksimal.

Tujuan menurut kamus bahasa Indonesia adalah arah haluan (jurusan).

Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia tujuan adalah maksud

ialah sasaran.19 Dalam konteks ini berarti tujuan grand strategy Bank

Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia

memiliki arah, maksud dan sasaran yang jelas dalam menetapkan targetnya

baik di tahun 2008, 2009 maupun di tahun 2010.

Disisi lain Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki tujuan

utama yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk

mencapai tujuan tersebut Bank Sentral mempunyai tugas menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem

devisa serta mengatur dan mengawasi bank.20 Fungsi utama bank sentral

adalah mengelola sistem moneter disuatu negara. Sasarannya dan cara

pengelolaan moneter tergantung pada waktu dan negara yang

melaksanakannya sambil tetap menetapkan tujuan (goals) ekonomi dan

19

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 1094

20

(34)

struktur kelembagaan negara yang bersangkutan. Namun tujuan utama bank

sentral adalah stabilitas ekonomi dan pertumbuhan.21

Dalam pembahasan ini lebih menfokuskan pada pengembangan

perbankan syariah dimana tujuan bank syariah, sebagaimana bank

konvensional, bank syariah di Indonesia selain berfungsi sebagaimana

lazimnya suatu lembaga keuangan perbankan. Namun yang lebih di titik

beratkan dalam keberadaan bank syariah di Indonesia bukan hanya ditujukan

untuk sekelompok atau segolongan rakyat tertentu, melainkan untuk

kepentingan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara

keseluruhan tanpa kecuali.22

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat

sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia,

maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi

Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif

pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan

visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN,

pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan

universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang

21

Eugene A. Diulio, Uang dan Bank, (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 108.

22

(35)

lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang

memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.

[image:35.612.131.536.90.544.2]

B.Konsep – Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Tahun 2008- 2010

Gambar 2.1

Sumber: MarkPlus&Co / Bank Indonesia / Direktorat Perbankan Syariah / Mei 2008

Bank Indonesia khususnya Direktorat Perbankan Syariah Bank

Indonesia dalam menentukan target pasar perbankan syariah pada tahun 2008,

(36)

dalam beberapa tahap, yang di tiap tahapannya mempunyai arahan yang jelas.

Dalam uraiannya antara lain:

1. Visi Pengembangan Pasar dan Target

a. Fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai

Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun

dan pertumbuhan industri sebesar 40%

b. Fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai

perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target

asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%.

c. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai

perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target

asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.

Dalam mengimplementasikan target yang telah ditentukan, Bank

Indonesia memperhitungkan skenario pertumbuhan agresif, moderat, dan

[image:36.612.155.536.65.441.2]

konservatif yang akan di jelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah23

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

AGRESIF Nilai aset: 62 T

Pertumbuhan aset: 81 %

AGRESIF Nilai aset: 87 T

Pertumbuhan aset: 75%

AGRESIF Nilai aset: 124 T

Pertumbuhan aset: 81 % MODERAT

Nilai aset: 50 T

Pertumbuhan aset: 44%

MODERAT Nilai aset: 68 T

Pertumbuhan aset: 37%

MODERAT Nilai aset: 97 T

Pertumbuhan aset: 43%

23

(37)

KONSERVATIF Nilai aset: 45 T

Pertumbuhan aset: 32%

KONSERVATIF Nilai aset: 57 T

Pertumbuhan aset: 25%

KONSERVATIF Nilai aset: 72 T

Pertumbuhan aset: 26%

Tahun 2008 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif

jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 62 triliun rupiah yang artinya

mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario moderat

tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 55 triliun rupiah dengan

pertumbuhan aset sebesar 44 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai

aset perbankan syariah mencapai target sebesar 45 triliun rupiah dengan

pertumbuhan aset sebesar 32 persen.

Tahun 2009 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif

jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 87 triliun rupiah yang artinya

mengalami pertumbuhan aset sebesar 75 persen. Sedangkan skenario moderat

tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 68 triliun rupiah dengan

pertumbuhan aset sebesar 37 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai

aset perbankan syariah mencapai target sebesar 57 triliun rupiah dengan

pertumbuhan aset sebesar 25 persen.

Tahun 2010 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif

jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 124 triliun rupiah yang

artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario

moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 97 triliun rupiah

(38)

jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 72 triliun rupiah

dengan pertumbuhan aset sebesar 26 persen.

2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah

program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning,

differentiation, dan branding.

a. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling

menguntungkan kedua belah pihak (di konkretkan dalam program

pengembangan segmen pasar)

b. Differentiation meliputi:

1) Content : beragam produk dengan skema variatif

2) Context : transparan agar adil bagi kedua belah pihak

(Pada poin 1 dan 2 di konkretkan lewat program pengembangan

produk).

3) People : Kompeten dalam keuangan dan beretika

a) Kompeten meliputi, Mengerti masalah keuangan dan Memahami

financial structure dari produk perbankan syariah

b) Beretika meliputi, Mengerti masalah syariah dan Mengikuti

prosedur- prosedur yang syariah (syariah comply)

4) Technology : IT system yang update dan user friendly

a) User Friendly : simulasi konsep skema produk untuk

(39)

b) Update : selalu diperbarui sehingga menampilkan info- info

terbaru mengenai performasi produk berdasarkan skema / akad

syariah yang digunakan

5) Facility : Fasilitas yang tersedia di setiap Bank Syariah

a) Ahli Investasi; yang akan membantu melakukan prioritas industri

yang akan mendapatkan pendanaan perbankan syariah yang

memahami trend domestik dan internasional sektor industri

tertentu (bisa dilakukan juga melalui pertemuan reguler yang

difasilitasi asosiasi perbankan syariah dan Bank Indonesia dengan

para ahli di sektor industri tertentu).

b) Ahli keuangan dan perbankan; yang akan membantu

pengembangan produk baru atau modifikasi produk perbankan

syariah yang punya akseptabilitas tinggi.

c) Ahli syariah; yang dapat memberikan keyakinan akan kesesuaian

transaksi terhadap prinsip perbankan syariah.

c. Branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond

banking”.24

24

(40)

3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah

Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar

perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank

syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat

dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.

Dalam konsep grang strategy pengembangan pasar perbankan syariah

ini, Bank Indonesia mmbagi segmen nasabah bank syariah menjadi lima

segmen, diantaranya segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen

sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya

konvensional)

4. Program Pengembangan Produk

Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk

yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling

menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan

standar nama produk yang mudah dipahami.

5. Program Peningkatan Layanan

Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh sumber

daya manusia yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang

(41)

mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara

benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah

6. Program Sosialisasi dan Komunikasi

Program sosialisasi dan komunikasi masyarakat secara lebih luas dan

efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung,

yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk

serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 25

Dalam penerapannya program ini grand strategy pengembangan pasar

perbankan syariah ini memilah menjadi dua cara yaitu ATL (above the line) &

BTL (Below the line). Yang termasuk above the line dan below the line akan

[image:41.612.134.539.64.472.2]

dijelaskan pada uraian berikut:

Tabel 2.2 Tema Sosialisasi Beyond Banking26 Proporsi kegiatan

sosialisasi

Visualisasi (30% ATL) Aktivasi (70 % BTL)

Communication channel

iklan tv iklan radio outdoor media  iklan cetak.

media kreatif event publik eksebisi / pameran brand ambassador

website & internet –based dialog & workshop seminar & konferensi. Prioritas sasaran

audiens

nasabah perbankan partisipan industri

nasabah perbankan partisipan industri

25

A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 186-189

26

(42)

stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan

pengembangan

stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan pengembangan

stakehoders yang terkait langsung dengan

pengembangan

Tujuan peningkaatan

awareness

kampanye edukasi / sosialisasi industri menanamkan pemahaman mengenai konsep PDB (Possitioning, Defferentiation, Branding)

peningkatan jumlah account / transaksi atau bisa juga untuk sekedar mengajak

menggunakan bank syariah mengajak untuk ikut serta

merealisasikan visi dan program pengembangan industri perbankan syariah.

Pesan yang akan diangkat menjelaskan keunggulan perbankan syariah mengajak menggunakan bank syariah

menjelaskan keunggulan perbankan syariah

penjelasan mengenai konsep produk syariah

mengajak menggunakan bank syariah

melakukan sosialisasi terhadap visi dan program-program untuk

pengembangan

membantu penyelesaian hambatan dan kendala dalam pengembangan perbankan syariah

Inisiatif program bank indonesia (DPbS).

bank indonesia (DPbS)

kegiatan event eksebisi seperti pameran akan

dilakukan menggalang

partisipasi pelaku perbankan bank indonesia (DPbS)

(43)

BAB III

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESI

A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah

Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan antara penjual

dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan

penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain

mengatakan bahwa pasar merupakan suatu sekelompok orang yang

diorganisasikan untuk melakukan tawar- menawar, sehingga dengan demikian

terbentuklah harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton, mengemukakan

perngertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang- orang

yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan

untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang

terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta

tingkah laku dalam pembeliannya.27

Pasar dalam bab ini yang dibahas adalah pasar perbankan syariah,

berarti mengandung kesimpulan orang- orang yang memenuhi keinginannya

dengan daya beli (kemampuan) serta tingkah lakunya dalam manggunakan

jasa atau fasilitas bank yang sesuai dengan prinsip syariah.

27

(44)

1. Sistem Perbankan di Indonesia

Untuk mengetahui bagaimana kedudukan bank syariah dalam

sistem perbankan nasional, perlu terlebih dahulu dipahami bagaimana

sistem perbankan yang saat ini berlaku di Indonesia. Pengertian sistem

perbankan itu sendiri adalah menurut Emirzon (1998, h.23) “suatu

tatanan yang didalamnya terdapat berbagai jenis bank yang terkait satu

sama lain dan merupakan suatu kesatuan dengan mengikuti suatu

aturan tertentu.” Sedangkan dalam redaksi lain, menurut Hermansyah

(2006, h. 18) sistem perbankan adalah “ suatu sistem yang menyangkut

tentang bank, menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.” Dari

kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa sistem perbankan itu

merupakan suatu tatanan yang didalamnya terdapat unsur mengenai

bank, baik menyangkut kelembagaannya, kegiatan usahanya serta cara

dalam melaksanakan kegiatan usahanya dengan mengikuti aturan

tertentu.

Sistem perbankan yang ada di Indonesia harus mengacu pada

UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Mengacu pada UU

tersebut salah satu aspek yang perlu dipahami dalam sistem perbankan

di Indonesia adalah diakui adanya bank yang beroperasi berdasarkan

(45)

dengan istilah dual banking system.28 Disinilah salah satu letak

kekhasan dari sistem perbankan di Indonesia, yang membedakan dari

sistem perbankan yang berlaku di negara- negara lain (Sjahdeni 1999,

h. 198). Yang sampai saat ini eksistensi bank syariah di Indonesia

sudah sedemikian kukuh dengan terbitnya UU No. 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. 29

B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah 1. Urgensi UU Perbankan Syariah

UU Perbankan Syariah sendiri sangat diperlukan karena beberapa

alasan, yaitu: Pertama, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional

Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur

berdasarkan demokrasi ekonomi, yang berlandaskan pada nilai keadilan,

kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan. Kedua, bahwa kebutuhan

masyarakat Indonesia akan jasa – jasa Perbankan Syariah semakin

meningkat, seiring dengan kesadaran mamsyarakat muslim dan bahkan

non muslim bahwa jasa- jasa bank syariah lebih sesuai dengan kebutuhan

28

Dual Banking system adalah penerapan dua sistem perbankan, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah dalam satu yurisdiksi negara (Faisal 2006, h. 59)

29

(46)

riil masyarakat seperti pelaku usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM).30

Ketiga, Perbankan syrariah memiliki kekhususan dibandingkan

dengan perbankan konvensional nseingga memerlukan pengaturan

khusus. Kekhususan itu seperti fokus pada sektor riil dan pengembangan

bisnis yang halal. Keempat, pengaturan mengenai perbankan syariah di

dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan belum spesifik

sehingga perlu diatur dalam Undang – undang tersendiri.

Kelima, Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan

nasional memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan

kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional, salah

satu saarana vital yang mendukung adalah adanya perngaturan yang

memadai dan sesuai dengan karakteristik perbankan syariah sebagaimana

telah tercantum dalam UU No. 21 Tahun 2008.31

2. Hierarki Hukum Nasional

Dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 tentang

pembentukan Peraturan Perundang- undangan, hierarki hukum di

Indonesia adalah (1) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia

30

Zubairi Hasan, Undang- Undang Perbankan Syariah Titik Temu Kukum Islam dan Hukum Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 10

31

(47)

Tahun 1945, (2) Undang- Undang (UU), (3) Peraturan Pemerintah

Pengganti UU (Perpu), (4) peraturan Pemerintah (PP) , (5) Peraturan

Presiden (Perpres), dan (6) Peraturan Daerah (Perda). Peraturan

perundang- undangan berada diurutan teratas untuk itu peratuan yang

berada dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundang- undangan yang berada diatasnya.32

Dalam pembentukkan undang- undang DPR dan Presiden karena

kalau satu pihak tidak menyetujui pasal- pasal dalam rancangan undang-

undang, maka rancangan undang- undang tidak dapat disahkan menjadi

undang- undang.

3. Perbankan Syariah dalam UUD

Dukungan konstitusi terhadap Perbankan Syariah dapat dilihat

dalam pasal 33 ayat (4) UUD yang berbunyi:” Perekonomian Nasional

diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional”.

Perbankan Syariah memenuhi kriteria yang terdapat dalam

pernyataan dalam undang- undangan di atas, karena (1) Perbankan

Syariah Sesuai dengan aspirasi masyarakat serta sangat tepat untuk

masyarakat indonesia yang sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil dan

32

(48)

menengah (asas demokrasi ekonomi), (2) Perbankan Syariah

mengutamakan kemajuan bersama bukan kemajuan individu (asas

kebersamaan), (3) Perbankan syariah sebagai solusi pembiayaan (asas

keadilan dan kemandirian), (4) Perbankan Syariah tidak boleh bermitra

dengan perusahaan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan (asas

keberlanjutan dan lingkungan), (5) Perbankan Syariah menggabung

antara kepentingan duniawi dan ukhrawi (asas keeimbangan), (6)

Perbankna Syariah sangat memajukan kemajuan sektor riil (asas kesatuan

ekonomi nasional).33Dengan adanya dukungan konstitusi di atas

semestinya undang- undang perbankan syariah sudah disahkan sejak dulu.

4. Perbankan Syariah dalam UU

Awalnya sudah ada UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaiman di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998. Namun, dalam UU

tersebut ketentuan yang mengatur tentang perbankan syariah masih sangat

minim, dalam pasal 6 UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan

menyatakan bahwa Bank Umum dapat menyediakan pembiayaan bagi

nasabah dengan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, dalam Undang-

undang ini telah dinyatakan akad- akad syariah dan ketentuan lain yang

mengulas tentang perbankan syariah hanya 8 pasal yaitu Pasal 1 angka

33

(49)

(12), Pasal 6 huruf (n), Pasal 7 huruf (c), Pasal 8 ayat (1) dan (2), pasal 11

ayat (1) dan (4a), pasal 13, Pasal 29 ayat (3), dan Pasal 37 ayat (1) huruf

(c). dari ke delapan pasal tersebut menimbulkan kerancuan antara

ketentuan Bank Umum dan BPR dapat pula mengatur perbankan Syariah.

Saat ini telah ada UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah, dalam UU ini telah di atur secara spesifik hal- hal apa saja yang

dibutuhkan dalam perbankan syariah, untuk mendukung terlaksananya

dari UU ini maka di dukung pula oleh beberapa pihak dan ketentuan-

ketentuan lain yang membantu terlaksananya UU ini, seperti Majelis

Ulama Indonesia (MUI) yang di reppesentasikan melalui Dewan

Pengawas Syariah (DPS), fatwa yang dikeluarkan MUI melalui Peraturan

Bank Indonesia (PBI), dan di dalam interen Bank Indonesia sendiri di

bentu Komite Perbankan Syariah (KPS) yang keanggotaannya terdiri dari

perwakilan dari Bank Indnesia, Departemen Agama danunsur masyarakat

yang komposisinya berimbang. Serta dalam hal penyelesaian sengketa

terlibat pula peran Peradilan Agama.34

5. Perbankan Syariah dalam Peraturan Pemerintah

Ada empat peraturan pemerintah yang mengatur tentang Perbnkan

Syariah., yaitu : Pertama, PP No. 70 Tahun 1992 tentang modal disetor

pada Bank Umum, yang berubah menjadi PP No. 38 Tahun 1998. Kedua,

PP No. 71 Tahun 1992 tentang BPR, dimana BPR yang menjalankan

34

(50)

berdasarkan prinsip bagi hasil harus mencantumkan secara tegas bahwa

kegiatan bank semata- mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketiga, PP

No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil.

Keempat, PP No. 30 Tahun 1999, maka dengan adanya PP ini semua

regulasi yang mengatur perbankan secara umum dan Perbankan Syariah

secara Khusus tidak tidak lagi melalui PP melainkan melalui PBI.

Kekuasaan untuk membina dan mengawasi bank selanjutnya beralih dari

emerintah melalui Departemen Keuangan ke Bank Indonesia.35

6. Perbankan Syariah dalam Peraturan Bank Idonesia

Peraturan Bank Indonesia (PBI) adalah peraturan yang dikeluarkan

ole Bank Indonesia untuk mengawasi dan membina semua bank yang

berbadan hukum Indonesia atau beroperasi di Indonesia. Dalam UU

Perbankan Syariah banyak pasal- pasal yang memerintahkan “ketentuan

lebih lanjut mengenai hal tertentu diatur dalam PBI”.36

7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Salah satu sumber rujukan hukum tentang Perbankan Syariah

adalah Fatwa MUI yang biasanya digodok oleh Dewan Syariah Nasioonal

MUI (DSN MUI). Dengan adanya UU Perbankan Syariah maka fatwa

MUI juga mempunyai pijakan. Hal ini karena UU Perbankan Syariah

menentukan bahwa perincian mengenai prinsip syariah difatwakan oleh

35

Ibid, h. 20

36

(51)

MUI, yang kemudian diupayakan melalui PBI. Setelah melalui

penggodokan di Komite Perbankan Syariah yang dibentuk oleh Bank

Indonesia.

Dalam pasal 26 UU Perbankan Syariah dinyatakan bahwa : (1)

Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan/ atau produk dan Jasa Syariah,

wajib tunduk kepada Prinsip Syariah; (2) Prinsip Syariah itu difatwakan

oleh MUI; (3) Fatwa MUI dituangkan dalam PBI; (4) Dalam rangka

penyusunan PBI, Bank Indonesia membentuk Komite Perbankan Syariah.

Dengan demikian fatwa MUI tentang Perbankan Syariah dapat menjadi

hukum positif yang diakui keabsahaannya dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia.37

C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah

Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia diawali

dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki

sebuah alternatif sistem perbankan yang Islami. Selain itu, masyarakat

meyakini bahwa sistem perbankan syariah yang menerapkan bagi hasil sangat

menguntungkan, baik untuk nasabah dan bank. Pada awal tahun 1980-an,

rintisan pendirian perbankan syariah mulai dilakukan. Maraknya seminar dan

diskusi tentang urgensi bank syariah yang dilakukan masyarakat dan

37

(52)

akademisi kian memantapkan langkah untuk mendirikan sistem perbankan

yang sesuai syariah.

Sebagai sebuah uji coba, muncullah gagasan tentang bank syariah

dalam skala kecil. Sejak itu, berdirilah Bait Al-Tamwil Salman di Institut

Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Keberadaan badan

usaha pembiayaan non-bank yang mencoba menerapkan konsep bagi hasil ini

semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan hadirnya

alternatif lembaga keuangan syariah untuk melengkapi pelayanan lembaga

keuangan konvensional yang sudah ada.

Mencermati aspirasi masyarakat untuk memiliki lembaga keuangan

syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindaklanjuti aspirasi

tersebut dengan melakukan pendalaman konsep-konsep keuangan syariah,

termasuk sistem perbankan syariah. Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, MUI

menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor,

Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada

Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada 22-25 Agustus 1990.

Hasilnya, lahirnya amanat untuk pembentukan kelompok kerja

pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja ini disebut Tim

Perbankan MUI yang bertugas untuk menindaklanjuti aspirasi dan keinginan

masyarakat tersebut serta melakukan berbagai persiapan dan konsultasi

dengan semua pihak terkait. Hasil kerja dari Tim Perbankan MUI ini adalah

(53)

ditandatangani pada tanggal 1 November 1991 dan BMI mulai beroperasi

pada 1 Mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah yang lain adalah

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR Berkah Amal

Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di Bandung, yang diprakarsai oleh

Institute for Sharia Economic Development (ISED).

Dukungan Pemerintah dalam mengembangkan sistem perbankan

syariah ini selanjutnya terlihat dengan dikeluarkannya perangkat hukum yang

mendukung sistem operasional bank syariah, yaitu Undang-undang No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan dan PP No. 72 Tahun 1992. Ketentuan ini

menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di

Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan konvensional dan sistem

perbankan dengan prinsip bagi hasil. Dalam sistem perbankan ganda ini,

kedua sistem perbankan secara sinergis dan bersama-sama memenuhi

kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa perbankan, serta mendukung

pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Pada tahun 1998, terjadi perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Perubahan itu semakin mendorong berkembangnya keberadaan sistem

perbankan syariah di Indoneisa. Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun

1998, Bank Umum Konvensional diperbolehkan untuk melakukan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit

(54)

syariah” secara resmi menggantikan istilah “bank bagi hasil” yang telah

digunakan sejak tahun 1992.

Dalam perjalanan waktu, pengalaman membuktikan bahwa sistem

perbankan syariah telah menjadi salah satu solusi untuk membantu

perekonomian nasional dari krisis ekonomi dan moneter tahun 1998. Sistem

perbankan syariah terbukti mampu menjadi penyangga stabilitas sistem

keuangan nasional ketika melewati guncangan. Kemampuan itu semakin

mempertegas posisi sistem perbankan syariah sebagai salah satu potensi

penopang perekonomian nasional yang layak diperhitungkan.

Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh

Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat

universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dengan positioning khas perbankan syariah sebagai “lebih dari sekedar bank”

(beyond banking), yaitu perbankan yang menyediakan produk dan jasa

keuangan yang lebih beragam serta didukung oleh skema keuangan yang lebih

bervariasi, diyakini bahwa di masa mendatang minat masyarakat Indonesia

akan semakin tinggi untuk menggunakan bank syariah. Dan pada gilirannya,

hal tersebut akan meningkatkan signifikansi peran bank syariah dalam

(55)

dengan bank konvensional dalam kerangka Dual Banking System (sistem

perbankan ganda) Arsitektur Perbankan Indonesia (API).38

Di indonesia Bank Syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992

adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bila dibandingkan dengan negara-

negara lain memang perkembangan bank syariah di Indonesia dinilai

terlambat, namun saat perkembangan bank syariah di Indonesia terus

berkembang terlihat dari jumlah kelembagaan bank syariah yang terus

bertambah. Bila pada periode 1992- 1998 hanya ada satu unit Bank Syariah,

di tahun 2005 jumlah bank syariah di Indonesia sudah bertambah menjadi 3

Bank Umum Syariah dan 17 Unit usaha syariah. Sementara itu BPRS juga

bertambah hingga tahun 2004 mencapai 88 buah.

Data Bank Indonesia tahun 2005 prospek perbankan syariah di

Indonesia cukup baik. Di tahun 2004 volume usaha bank syariah telah

mencapai 14.0 Triliun rupiah, dengan tingka pertumbuhan sebesar 88,6

persen. Target Bank Indonesia di tahun 2005 diperkirakan mencapai 24

Triliun rupiah, ternyata pangsa pasar perbankan syariah mencapai 20.88

Triliun rupiah. Terlihat target bank indonesia dalam mengejar pangsa pasar

yang lebih besar belum tercapai.

Perkembangan perbankan syariah ini tentunya harus didukung oleh

sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun

38

(56)

kualitasnya. Namun, realitas yang ada masih banya sumber daya insani yang

tidak memiliki pengalamanpraktis maupun akademis dalam bidang perbankan

syariah yang tentu saja mempengaruhi tingkat produktivitas dan

profesionalisme perbankan syariah.39

D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah

Peluang pengembangan perbankan syariah di Indonesia dimasa datang

sungguh sangat memiliki potens yang besar. Pertama:, penduduk Indonesia

mayoritas beragama muslim, sekitar 88 persen dari jumlah penduduknya

sehingga size market yang dapat digarap jumlahnya cukup besar. Kedua:

kekayaan alam Indonesia yang sangat banyak, sumber daya alam yang

beragam, sehingga berpotensi proyek- proyek yang dijalankan dapat dibiayai

dengan skim syariah dari beberapa sektor yang dijalankan di Indonesia.

Ketiga: market share perbankan syariah di Indonesia memang cukup

kecil bila dibandingkan dengan negara- negara lain yang sudah jauh lebih dulu

mengembangkan perbankan syariah. Namun, dilihat dari tren

pengembangannya bank syariah di Indonesia jauh lebih pesat, dari segi

kelembagaan sudah terlihat bertambahnya jumlah lembaga keuangan syariah

setiah tahunnya. Menurut Bank Indonesia perkembangan & pertumbuhan

39

(57)

pasar keuangan (khususnya perbankan) syariah nasional yang semakin

meningkat.

Keempat: banyaknya dukungan baik dari pemerintah maupun Bank

S

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.1 Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah23
Tabel 2.2 Tema Sosialisasi Beyond Banking26
Tabel 4.1 Aset Perbankan Syariah (dalam Triliun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dengan penelitian pada proses pratindakan, siklus I, dan siklus II yang dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti dapat

Antara Waktu Yang Tertutupi :

Salah satu perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) moda tatap muka, moda dalam jaringan (daring), dan

SITU, SIUP, Akte Pendirian / Perubahan ( bila ada ), Data Keuangan : NPWP, Tanda Pelunasan SPT Tahunan, Data Personalia : Ijazah Asli/ Legalisir dan Sertifikat

Hasil dari studi ini adalah persepsi dari mahasiswa terhadap pelanggaran etika komunikasi dalam tayangan reality show Katakan Putus yaitu menurut mahasiswa, dalam

Figure 13: Time calibration for Pl´eiades stereo imagery; left: a car with positions in pan and a multispectral channel of the first stereo image; right: the same car in the

Hasil penelitian menggambarkan kinerja instalasi gawat darurat dari perspektif pelanggan dalam kondisi kurang sehat dengan total score 62,5%, dari perspektif keuangan dalam

Dalam tabel ini menunjukkan bahwa hampir semua guru (96,55%) setuju bahwa setiap guru wajib memberikan contoh tentang karakter yang baik walaupun bukan guru agama, hanya