• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum

C. Pembahasan Temuan

1. Implementasi Fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum

Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan bahwasanya implementasi fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum sebagai berikut:

a. Implementasi fungsi perencanaan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dilapangan dan teori yang telah peneliti paparkan sebelumnya, peneliti menemukan temuan dimana pondok pesantren Madinatul Ulum untuk meningkatkan kualitas santrinya baik dalam kecerdasan spiritual maupun intelektualnya mengaplikasikan jenis-jenis perencanaan diantaranya rencana sekali pakai, dan rencana strategis, berikut penjelasannya : 1) Rencana tetap, pondok pesantren Madinatul Ulum menggunakan

rencana ini dengan menggunakan perencanaan program kerja yang dilakukan pengurus sebelumnya, artinya kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kualitas santri seperti sholat jamaah dan kegiatan lainnya sudah diterapkan, selain itu pengurus juga menetapkan sejumlah persyaratan yang harus dilakukan oleh santri supaya naik kelas, seperti nilai raport ynag harus diatas 6 dan menghafalkan nadzom sesuai dengan tingkatan kelasnya.

2) Rencana sekali pakai, pondok pesantren Madinatul ulum menggunakan rencana ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami pesantren, seperti perubahan jadwal pelajaran sementara

karena adanya ustadzah yang cuti dls, dalam hal ini pondok pesantren menggunakan rencana sekali pakai.

Berdasarkan dengan teori yang ada, temuan ini merupakan temuan yang diperoleh peneliti dilapangan, temuan ini berdasarkan dengan teori yang dikemukakan oleh Amirullah Haris Budiono yang menyebutkan bahwasanya rencana sekali pakai dan rencana tetap termasuk jenis-jenis perencanaan. Rencana tetap digunakan untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang bersifat kontinyu, program kerja dan lain sebagainya, sedangkan rencana sekali pakai digunakan untuk tujuan tertentu atau tidak terprogram, ketika tujuan tersebut sudah tercapai maka rencana ini sudah tidak digunakan lagi.108

b. Implementasi fungsi pengorganisasian

Data dilapangan yang sudah peneliti sebutkan bahwasanya pondok pesantren Madinatul ulum dalam fungsi pengorganisasian sudah melakukan pembagian-pembagian pekerjaan dan wewenang-wewenang yang spesifik sehingga mampu berkontribusi untuk mewujudkan tujuan lembaga berkaitan dengan teori George R terry yang menyatakan bahwa kegiatan organisasi adalah memanfaatkan sumberdaya yang cocok bagi kepentingan kerja untuk menggapai tujuan yang diinginkan melalui proses penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan berbagai macam kegiatan. Pembagian tugas dan wewenang

108 Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen, 25

pondok pesantren Madinatul Ulum sudah dijelaskan sebelumnya oleh peneliti.

Seluruh komponen sudah dibagi sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing sehingga memudahkan pesantren dalam meningkatkan kualitas santri. selain itu pengorganisasian yang ada di pesantren sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh bittel newstrom yang mengemukakan langkah-langkah pengorganisasian kedalam 4 tahap yakni buat daftar semua yang perlu dilakukan organisasi untuk mencapai tujuannya, bagilah sekelompok tugas menjadi tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh satu orang, dan setiap orang akan memiliki posisi atau sekumpulan tugas untuk diselesaikan. Melalui posisi ini, setiap individu dapat meningkatkan keterampilan mereka untuk tugas tertentu, menempatkan tugas terkait kedalam kelompok yang logis dan efektif. Departemen atau bagian organisasi merupakan hasil dari pengelompokan ini.109

c. Implementasi fungsi pelaksanaan

Hasil dari penelitian yang di lakukan oleh peneliti dalam implementasi fungsi manajemen di pondok pesantren Madinatul Ulum bahwasanya dalam pelaksanaan program kerja maupun kegiatan pimpinan mengarahkan dan menggerakkan pada kepengurusan supaya bekerja dengan maksimal untuk mewujudkan tujuan yang telah di tentukan melalui startegi yang dilakukan oleh pesantren agar

109 Sukarna, Dasar-dasar Manajemen, (Bandung : CV Mandar Maju, 2011), 10

pengurusnya bisa bergerak dengan leluasa dalam menertibkan seluruh santri dalam meningkatkan kualitasnya baik dari segi kecerdasan spiritual maupun intelektualnya, asalkan tidak ada kontak fisik yang bisa membuat santri sampai cedera atau lainnya dan yang bisa melukai santri baik psikis maupun mental dan yang bisa membawa yayasan keranah hukum, berkaitan dengan hal tersebut terdapat teori perencanaan yang mengatakan fungsi pelaksanaan lebih menekankan bagaimana pimpinan mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mnecapai tujuan yang diinginkan.

Hal ini diperkuat dengan temuan peneliti bahwa pada saat kegiatan berlangsung tidak ada satupun santri yang dikunjungi karena pondok pesantren melalui kepengurusan memiliki kebijakan bahwasanya pada saat kegiatan berlangsung santri harus berada dilingkungan pesantren, bukan hal itu saja kepengurusan terjun langsung untuk mengontrol santri dan memastikan santri mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal.

Disisi lain, dalam pelaksanaan program kegiatan yang ada dipesantren terbukti bisa meningkatkan kualitas santri baik dari segi kecerdasan intelektual maupun spiritualnya, dilihat dari yang sebelumnya santri malas belajar, nakal, jarang sholat fardhu serta sulit dikendalikan dan nilainya dalam pelajaran atau dalam hafalan yang diterapkan oleh pesantren tidak terlalu baik, tetapi setelah diberikan metode fungsi manajemen dari pondok pesantren, santri sudah dapat

merubah perilaku dan meningkatkan kualitas mereka baik dalam kecerdasan spiritual maupun intelektualnya dan dibuktikan dengan perolehan ranking dan bisa wisuda nadzom imrithi. Berdasarkan teori yang peneliti sebutkan diatas terdapat beberapa hal yang dapat menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia didalam organisasi yaitu leadership (kepemimpinan), Attitude and morale (sikap dan moril), communication (tatahubungan), supervision (supervisi), discipline (disiplin.110

d. Implementasi fungsi pengawasan

Setelah peneiliti melihat data yang diteliti sebelumnya, cara pengendalian atau pengawasan pondok pesantren Madinatul Ulum ialah dengan cara mengukur kinerja dari kepengurusan terbukti dengan adanya laporan lisan dari berbagai pihak ketika terdapat kepengurusan yang tidak melakukan tugasnya atau kinerjanya yang endor, maka pengurus tadi diberi arahan oleh pimpinan. Berdasarkan temuan peneliti diatas, hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan penulis yakni mengenai pengukuran kinerja (measure of performance) yaitu pembandingan antara standar dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan, dan untuk mengukur kinerja pimpinan dapat menggunakan 3 sumber informasi yang mencakup laporan lisan, pengamatan pribadi dan laporan-laporan tertulis.111

110 Amirullah, Pengantar Manajemen : Fungsi-proses-pengendalian, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2015), 37.

111 Sukarna, Dasar-dasar manajemen, 35.

2. Peran pengasuh dan pengurus dalam meningkatkan kualitas santri