• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Kualitas Santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Optimalisasi Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Kualitas Santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

SISKA AYU PURWATI NIM. D20184030

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS DAKWAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JANUARI 2023

(2)
(3)
(4)

iv 

َنوﱡدُعَت

"Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu."(QS. As-Sajdah 32: Ayat 5)1

1 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf Aisyah; Al-Qur’an dan Terjemah untuk Wanita (Bandung: Penerbit Jabal, 2010), 415.

(5)

karya ilmiah yang sederhana ini walaupun banyak sekali hambatan, rintangan, serta tantangan dalam menyelesaikannya. Tak lupa pula shalawat serta salam kepada junjungan seluruh manusia yaitu Nabi Muhammad SAW. Teriring doa dan rasa terimakasih saya persembahkan karya yang sederhana ini kepada :

1. Kedua orang tua, Ayah Agus Yono dan Ibu tercinta Murtilah yang senantiasa telah merawat saya dari kecil sampai saat ini dengan penuh rasa sayang yang tak terhingga, serta dukungan dan do’a yang selalu panjatkan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kepada saudara saya, Retno Wulan Dari yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

3. Kepada seluruh guru-guru saya yang senantiasa memberikan dukungan baik lahiriyah maupun bathiniyah kepada penulis.

(6)

vi 

makhluk-Nya dengan begitu sempurna, yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya serta melimpahkan kasih sayang-Nya dan memberikan kemudahan serta jalan keluar yang diridhoi-Nya.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan memanfaatkan dengan sebaik mungkin sehingga bisa berguna bagi agama, masyarakat tentunya seluruh umatnya.

Puji syukur dengan mengucap Alhamdulillah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan SKRIPSI yang berjudul “ Optimalisasi Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Kualitas Santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring kecamatan Jenggawah” bisa diselesaikan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos). Penulis menyadari bahwasanya dalam proses penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Harapan penulis skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pihak lain pada umumnya. Melalui hal ini penulis menemukan pelajaran, dukungan serta bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak mulai dari pelaksanaan hingga penyusunan skripsi ini selesai.

(7)

vii 

1. Prof. Dr. Babun Suharto, S.E, M.M selaku Rektor UIN KH Achmad Siddiq Jember.

2. Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag selaku dekan Fakultas Dakwah.

3. Aprilya Fitriani, S.M.B., M.M. selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu serta wawasan baru kepada penulis.

4. Aprilya Fitriani, S.M.B., M.M selaku Ketua Program Studi Manajemen Dakwah.

5. Segenap bapak dan Ibu Dosen Program studi S1 Fakultas Dakwah serta Staff Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Bimbingannya selama ini.

6. Ny. Hj. Sholihah selaku pengasuh putri pondok pesantren Madinatul Ulum yang memberikan izin tempat penelitian di Pondok Pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring Kecamatan Jenggawah.

(8)

viii 

Kata kunci : Fungsi Manajemen dan Kualitas Santri

Manajemen sangatlah dibutuhkan dalam organisasi, karena dengan adanya manajemen dapat membantu sebuah organisasi mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen sendiri memiliki fungsi yang terkenal dengan sebutan PDCA (Plan, Do, Check, Act), pondok pesantren Madinatul Ulum merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan manajemen dalam berbagai kegiatan serta memberikan bimbingan kepada seluruh santrinya yaitu dengan mengkoordinir segala kegiatan santri sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kualitas santri baik dalam kecerdasan spiritual maupun intelektual.

Fokus penelitian dalam penelitian ini terdiri dari bagaimanakah implementasi fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum? Bagaimana peran pengasuh dan pengurus dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum? dan Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum? Tujuan penelitian ini diantaranya untuk mengetahui implementasi fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research), untuk pengumpulan data peneliti menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan teori Miles dan Huberman, sedangkan uji keabsahan datanya peneliti menggunakan triangulasi metode, triangulasi sumber dan triangulasi waktu.

Hasil penelitian yang didapatkan setelah peneliti melakukan analisis data yaitu pondok pesantren Madinatul Ulum telah menerapkan keempat fungsi manajemen yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan dalam meninkatkan kualitas santri baik dalam kecerdasan spiritual maupun intelektualnya. Selanjutnya peran pengasuh dan pengurus dalam meningkatkan kualitas santrinya yaitu pemberian motivasi dan masukan kepada tenaga pengajar dan kepengurusan, untuk peran pengurus sendiri dengan sistem keamanan yang sudah ada bisa menertibkan santri ketika kegiatan. Faktor pendukung dalam meningkatkan kualitas santri yaitu sarana dan prasarana yang lengkap, lembaga pendidikan yang lengkap, tenaga pengajar yang berkompeten dibidangnya dan untuk faktor penghambatnya terdiri dari perekrutan kepengurusan yang belum tepat dan elemen santri itu sendiri.

(9)

ix 

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Tim Penguji ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

(10)

3 B. Lokasi Penelitian ... 34 C. Subyek Penelitian ... 35 D. Teknik Pengumpulan Data ... 36 E. Analisis Data ... 39 F. Keabsahan Data ... 41 G. Tahap-tahap Penelitian ... 42

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 46

A. Gambaran Objek Penelitian ... 46 B. Penyajian Data dan Analisis ... 57 C. Pembahasan Temuan ... 82

BAB V PENUTUP ... 92

A. Simpulan ... 92

B. Saran-saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(11)

xi 

Tabel 1.3 Kegiatan Tahunan Santri ... ... 51 Tabel 1.4 Daftar Ustadz- Ustadzah ... 52

(12)

1.3 Gambar penyusunan program kerja pengurus... 61

1.4 Gambar jadwal mata pelajaran madin ... 63

1.5 Gambar pembagian Reward ... 65

1.6 Gmabr pelantikan dan pemilihan ketua dan wakil pengurus ... 70

1.7 Gambar kegiatan santri ... 73

1.8 Gambar kegiatan Ma’lumat Pondok Pesantren ... 79

1.9 Gambar program kerja ... 82

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Ekspansi Islam di Nusantara hampir selalu disangkut pautkan dengan jumlah pesantren yang cukup banyak. Pondok pesantren dapat didefinisikan sebagai sekolah pendidikan Islam tradisional dimana semua siswanya belajar dibawah arahan seorang guru atau lebih yang biasanya disebut kyai serta siswa berada dalam satu gedung atau tempat tinggal. Asrama yang disediakan bagi para santri tersebut terletak dikawasan pondok pesantren, bukan hanya santri saja, tetapi kyai juga bertempat tinggal dilingkungan tersebut, asrama tersebut juga terdapat sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan santri seperti kelas, masjid, kamar mandi dan lain sebagainya untuk menunjang kegiatan keagamaan santri.2 Melalui pondok pesantren inilah lahir generasi rabbani yang senantiasa menyampaikan asma Tuhan kesetiap kehidupan sehari-hari. Pondok pesantren bukan hanya di Nusantara, tetapi juga sampai keberbagai negara baik Asia maupun Eropa, bukan hal itu saja menurut pandangan masyarakat pondok pesantren merupakan tempat berkumpulnya penerus ulama dalam mengembangkan dan mensyiarkan agama Islam.

Semenjak dulu, pondok pesantren tidak sempat mati, maksudnya memanglah pondok pesantren ini sangat erat dengan publik, begitu banyak ribuan pondok pesantren di Indonesia yang semenjak dulu sudah melahirkan       

2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 2011),79

(14)

individu-individu yang bermanfaat, baik itu bermanfaat untuk dirinya sendiri, idealnya bermanfaat untuk mereka yang memerlukan orang-orang yang memiliki keahlian, khususnya dibidang agama. Sebutan pondok pesantren di Indonesia lebih terkenal dengan istilah pondok pesantren, lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa arab yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal yang bersahaja.3

Keberadaan pondok pesantren dikukuhkan dengan adanya UU No 18 tahun 2019 tentang Pesantren.4

Bersamaan dengan kemajuan era, pesantren terus memiliki kemajuan sampai saat ini, awal mulanya pondok pesantren dominan dengan pondok pesantren salafiyah saja namun dimasa ini banyak pondok pesantren modern yang didalamnya ada lembaga-lembaga pembelajaran mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, namun karakteristik pondok pesantren masih senantiasa melekat. Pondok pesantren ialah bagian dari kenyataan publik maupun warga dan bangsa yang dituntut bukan hanya untuk menangani masalah internal kepesantrenan, pembelajaran, dan pengajaran kepada santrinya, pesantrenpun dituntut untuk mengawali masuk pada daerah sosial kemasyarakatan, sebab pada dasarnya santri akan terjun langsung dalam lingkungan masyarakat ketika menyudahi pendidikannya di pondok pesantren.

Berkembangnya era seperti sekarang ini, pondok pesantren tentunya memerlukan sebuah manajemen yang Islami serta dapat membawa       

3 Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter Pesantren, (Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, 2011), 34-35

4UU No 18 Tahun 2019 tentang Pesantren

(15)

 

organisasi/pesantren tersebut terhadap tujuan yang diharapkan oleh pesantren. Didalam ajaran Islam, manajemen dilihat sebagai perwujudan amal saleh yang harus bertitik tolak dari tujuan baik. Tujuan baik tersebut hendak menimbulkan motivasi untuk menggapai hasil maksimal demi kesejahteraan bersama. Terdapat empat landasan buat meningkatkan manajemen melalui pemikiran Islam, yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan dan kemampan. Keempat sifat diatas wajib dimiliki oleh seorang manajer supaya manajemen yang dijalankannya memperoleh hasil yang optimal.5

John Suprihanto dalam bukunya menjelaskan bahwa manajemen ialah memanfaatkan sumber daya organiasasi melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian pekerjaan anggota organisasi untuk menggapai tujuan organisasi yang telah dipastikan.6 Oleh karena itu, supaya tujuan pengelolaan kepesantrenan lebih mudah digapai, akan lebih baiknya pondok pesantren menggunakan kegiatan manajemen, yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi.

Manajemen mempunyai 4 fungsi yang terkenal dengan sebutan PDCA yakni : Perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), pmeriksaan (Check), dan perbaikan (Action). Berkaitan dengan fungsi diatas maka organisasi maupun pesantren akan lebih mudah untuk mencapai tujuannya. Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang pertama dan paling awal yang wajib ditempuh dalam mengerjakan bermacam-macam kegiatan baik dalam waktu       

5M.A Athoilah, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Bandung : CV Pustaka Setia,2010),18.

6 John Suprihanto, Manajemen, Edisi 1, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2014),5.

(16)

pendek maupun waktu panjang guna menggapai sebuah harapan yang ingin dicapai, fungsi pelaksanaan didefinisikan sebagai penerapan dari rencana yang sudah ditetapkan, fungsi pemeriksaan, dalam fungsi memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan sebaliknya fungsi perbaikan ialah upaya terstruktur dalam menentukan standar impelementasi dengan menyesuaikan dengan tujuan perencanaan, menciptakan sistem data, mengevaluasi penyimpangan dengan membagikan aksi yang dibutuhkan.7 Hingga dengan adanya manajemen organisasi maupun pesantren bisa sistematis dalam menjalankan tujuan yang diharapkan.

Pondok pesantren Madinatul Ulum termasuk pondok pesantren yang memiliki cukup banyak santriwan-santriwati, awalnya pesantren ini berbasis salafiyah tetapi dengan berjalannya waktu akhirnya pesantren ini mempunyai beberapa lembaga pembelajaran mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Pondok pesantren ini memiliki beberapa pelatihan dan kursus dalam meningkatkan kualitas santrinya seperti : kursus menjahit, pelatihan metode membaca kitab kuning melalui ilmu nahwu dan shorrof tentunya dengan pendamping yang berkompeten dibidangnya, dan bakat minat dalam mendekorasi hantaran lamaran atau pernikahan. Pondok pesantren Madinatul Ulum masih ditemukan beberapa bagian dalam struktural kepengurusan yang masih belum bisa berjalan sesuai dengan       

7Abd.Rahman, M.AP, Dasar-Dasar Manajemen, (Malang : CV Citra Intrans Selaras, 2017),23-26.

(17)

 

semestinya, hal ini terjadi dikarenakan sebagian pengurus yang belum sepenuhnya mengerti tentang penerapan fungsi manajemen dipondok pesantren. Terdapat beberapa masalah yang terjadi di pondok pesantren diantaranya : dalam fungsi perencanaan, program kerja belum terencana dengan baik seperti jadwal pelajaran yang berubah-ubah dalam satu semester, serta kurikulum yang berubah-ubah seperti kitab shorrof yang diajarkan kepada kelas II tahun ajaran 2022 semester 1 berbeda dengan kitab Shorrof yang diajarkan disemester 2, sehingga acuan dalam menjalankan program kerjapun terbengkalai dan tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan diawal, program kerja yang terbengkalai ditandai dengan adanya uastadzah yang masih belum mengetahui mengenai perubahan jadwal sehingga mengakibatkan beberapa kelas kosong. Fungsi organisasi, penempatan kepengurusan yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pengurus, seperti halnya penempatan pengurus yang . Fungsi pelaksanaan, terdapat pengurus yang belum melaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsi amanah atau jabatan yang diberikan, hal ini disebabkan dalam perekrutan tidak disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pengurus. Fungsi pengawasan, menurut observasi awal, di pondok pesantren belum dilaksanakan evaluasi secara intensif dalam berbagai acara, biasanya dalam rapat kerja hanya membahas penyampaian program kerja selanjutnya.

Melalui latar belakang yang dijelaskan diatas, permasalahan tersebut menjadi perhatian bagi penulis, maka penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti lebih dalam terkait dengan problematika tersebut dalam sebuah

(18)

karya ilmiah berjudul Optimalisasi Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Kualitas Santri di Pondok Pesantren Cangkring Jenggawah Kabupaten Jember.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana Implementasi fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember?

2. Bagaimana peran pengasuh dan pengurus dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

2. Untuk mengetahui peran pengasuh dan pengurus dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinantul Ulum desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas santri di pondok pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

(19)

  D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Toritis

Hasil penelitian dalam fungsi manajemen ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan maupun wawasan bagi pembaca dan peneliti lain baik secara intelektual dan spiritual sehingga mampu memberikan sumbangan pemikiran sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain.

a. Bagi prodi Manajemen dakwah

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada peneliti lain khususnya prodi manajemen dakwah melalui teori-teori manajemen yang dipaparkan peneliti.

2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi peneliti

Penelitian ini digunakan untuk melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana serta dapat menambah wawasan dan pengalaman dibidang fungsi manajemen didalam pondok pesantren.

b. Bagi UIN KHAS Jember

Manfaat penelitian ini merupakan sebagai bentuk implementasi keberhasilan mahasiswa khususnya program studi manajemen dakwah dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam melakukan penelitian serta menjadi rujukan mahasiswa UIN KHAS untuk melakukan penelitian selanjutnya.

(20)

c. Bagi pondok pesantren Madinatul Ulum

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan serta wawasan terhadap pesantren akan pentingnya manajemen didalam sebuah organisasi atau pesantren demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.

E. Definisi istilah 1. Optimalisasi

Optimalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki arti melakukan dengan baik atau hasil yang diraih sesuai dengan harapan dan keinginan, dalam pengertian lain optimalisasi dikatakan sebagai suatu proses untuk mendapatkan hasil maksimal atau maksimum sesuai dengan yang diharapkan secara tepat.

2. Manajemen

Manejemen merupakan suatu proses yang khas dan unik yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran- sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

3. Kualitas santri

Santri yang berkualitas yakni santri yang mempunyai keahlian yang berimbang antara ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta

(21)

kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam ruang lingkup kehidupan bermasyarakat.

4. Pondok pesantren

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama yang santrinya menerima pedidikan agama melalui sistem pengajian dan madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dan kepemimpinan seorang kyai.

F. Sistematika Pembahasan BAB I Pendahuluan

Berisikan mengenai konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan, manfaat, definisi istilah dan dilengkapi dengan sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Kepustakaan

Berisikan mengenai kajian teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan penelitian terdahulu yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

BAB III Metode Penelitian

Berisikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV Penyajian Data dan Analisis

Berisikan gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis dan pembahasan temuan.

(22)

BAB V Penutup atau Kesimpulan dan Saran

Berisikan mengenai pokok bahasan kesimpulan, saran atau rekomendasi.

Kesimpulan menitikberatkan secara ringkas isi dari penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Sedangkan saran mengacu pada jenis langkah yang berbeda yang digunakan oleh peneliti dalam instansi atau pihak terkait untuk melakukan perbaikan kedepannya.

(23)

11

Untuk menghindari kesalahan dalam penulisan serta menimbang dari berbagai aspek, maka peneliti menyematkan sebagian hasil penelitian yang berkaitan dengan skripsi ini diantara lain:

Pertama, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Oca Irma Sulara pada tahun 2022 yang berjudul “Manajemen Pondok Pesantren Salafiyah dalam Meningkatkan Religius Santri di Kota Bengkulu”, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis lapangan (Field research). Penelitian ini menghasilkan diantarnya : dalam meningkatkan religious santri salah satunya di Pondok Pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah selain melaksanakan ibadah wajib disana juga mempraktekkan amalan sunnah seperti sholat sunnah tahajjud dan dhuha, serta puasa hari senin dan kamis, mengajarkan perilaku amal saleh seperti suka menolong, berderma, berlaku jujur dan lainnya yang diterapkan dilingkungan pesantren.

Pondok pesantren Salafiyah Hidayatul Qomariyah fokus pada pembelajaran salafiyah yaitu kitab kuning.8

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Enni Marina pada tahun 2021 dengan judul “ Manajemen Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Mutu SDM di Pondok Pesantren Modern Adlaniyah”, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif analisis deskriptif dengan jenis penelitian (field

8 Oca Irma Sulara, “ Manajemen Pondok Pesantren Salafiyah dalam Meningkatkan Religius Santri di Kota Bengkulu”, (Skripsi UIN Fatmawati Sukarno, 2022)

(24)

research). Penelitian ini menghasilkan diantaranya : pondok pesantren ini telah melakukan rekrutmen, pembinaan dan pengembangan serta evaluasi bagi SDM madrasah, pelatihan dan pengembangan SDM yang dilakukan di pondok pesantren sesuai dengan kebutuhan madrsah, evaluasi yang dilakukan secara rutin dan berkala yang dilaksanakan diakhir semester atau penerimaan rapor siswa. Sedangkan upaya yang dilakukan yaitu membentuk tim pengembangan ekstrakulikuler dan akademik siswa.9

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nur Aisyah pada tahun 2022 dengan judul “ Penerapan Fungsi Manajemen Dakwah Pondok Pesantren DDI Lil-Banat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Dakwah Kota Parepare”, penelitian ini menggunakan penelitian Kepustakaan dengan jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menghasilkan diantaranya menerapkan fungsi manajemen pondok pesantren untuk mengatur agar seluruh yang berkaitan dengan pondok pesantren itu berfungsi secara optimal dalam mendukung terciptanya tujuan pondok pesantren itu sendiri, terdapat beberapa faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas dakwah dalam kegiatan dakwah diantaranya kurangnya sarana dan prasarana serta santri belum menguasai bahasa Indonesia ketika berdakwah.10

Keempat, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sidik affandi pada tahun 2020 yang berjudul “ Pelaksanaan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keagamaan Pondok

9 Enni Marina,“ Manajemen Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Mutu SDM di Pondok Pesantren Modern Adlaniyah”, (Skripsi IAIN Batusangkar, 2021).

10 Nur Aisyah, “ Penerapan Fungsi Manajemen Dakwah Pondok Pesantren DDI Lil-Banat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Dakwah Kota Parepare”,(Skripsi IAIN Pare, 2022).

(25)

Pesantren Darul Qur’an Medan Tahun 2019”, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif analisis deskriptif. Penelitian ini menghasilkan diantaranya : pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi kedisiplinan, doa yang tulus dan keikhlasan dalam beramal yang ditanamkan oleh pengasuh kepada pengurus dan santri maka program kerja dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga menimbulkan semangat belajar dalam menggapai cita-cita, pelaksanaan sumber daya non manusia (pendukung) dapat membantu mengarahkan dan menggerakkan pengurus dan santrinya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien.11

Kelima, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Izarotin Khoiriyah pada tahun 2020 yang berjudul “ Manajemen Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Spiritual dan Entrepreneur Santri di Pondok Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah Desa Honggosoco Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”, penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan jenis lapangan (field research). Penelitian ini menghasilkan diantaranya : fungsi perencanaan diwujudkan dengan adanya rapat bulanan dan tahunan guna menentukan kegiatan yang dapat menunjang santri dalam mneingkatkan kualitas spiritual dan entrepreneur dapat terwujud dengan baik, fungsi pengorganisasian diwujudkan dengan adanya struktur kepengurusan pondok pesantren menjadikan dalam pelaksanaan tugas menjadi teratur dan sesuai dengan job disk masing-masing. Fungsi

11 Sidik affandi, “ Pelaksanaan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keagamaan Pondok Pesantren Darul Qur’an Medan Tahun 2019”, (Skripsi UIN Sumatera Utara, 2019).

(26)

penggerakan diwujudkan dengan kyai menggerakkan para santri dengan dengan memberikan motivasi dan bimbingan dengan tujuan santri menjadi semangat dan giat dalam belajar spiritual dan entrepreneur, fungsi pengawasan dibantu dengan pengurus pondok. 12

B. Kajian Teori a. Optimalisasi

Menurut Hotnair, optimalisasi adalah proses pencarian terbaik tidak bertujuan untuk mendapatkan hasil sebesar mungkin jika tujuannya adalah untuk memaksimalkan laba, dan tidak bertujuan untuk biaya serendah mungkin jika tujuannya adalah untuk menghemat uang.13

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata optimal mengandung makna “paling, terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, terbesar, tertinggi, proses optimasi”.14 Sedangkan menurut Winardi, dari sudut usahanya bahwa Optimalisasi merupakan ukuran yang menyebabkan tercapainya suatu. Optimalisasi merupakan usaha untuk memaksimalkan kegiatan sehingga terwujudnya keuntungan yang diharapkan.15

Jadi, bisa disimpulkan bahwasanya optimalisasi adalah suatu prosedur untuk secara efektif dan efisien mencapai hasil yang maksimal

      

12 Izarotin Khoiriyah,“ Manajemen Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Spiritual dan Entrepreneur Santri di Pondok Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah Desa Honggosoco Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”, (Skripsi IAIN Kudus, 2020).

13 Hotnair Siringoringo, Pemrograman Linier : Seri Teknik Riset Operasi, (Yogyakarta : Graha ilmu, 2005), 4.

14 Kamus Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/optimal, diakses pada tanggal 17 Januari 2022.

15 Winardi, Manajemen Personalia, (Yogyakarta : BPDFE UGM, 1999), 363

(27)

 

atau maksimal sesuai dengan yang direncanakan atau diharapkan. Untuk optimalisasi fungsi manajemen sendiri yaitu usaha pencapaian tujuan organisasi, dengan efektivitas dan efisiensi fungsi-fungsi manajemen.16 b. Manajemen

Kata Manajemen berasal dari to manage yang mana berarti mengatur.17 Pengertian manajemen menurut menurut G.R Terry manajemen diartikan berikut ini. “Manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.18 George R. Terry merumuskan fungsi manajemen dengan istilah POAC yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), serta controlling (pengawasan). Adapun penjabarannya yakni berikut ini:

1. Fungsi planning (perencanaan)

Perencanaan dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah takhtith. Perencanaan (takhtith) merupakan starting point dari aktivitas manajerial. Perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal. Perencanaan memiliki peran yang

      

16 Soekarno. K, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Miswar, 1986), 18.

17 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2006), 1.

18 Agus Sabardi, Manajemen Pengantar Edisi Revisi, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2001), 3.

(28)

sangat signifikan, karena ia merupakan dasar dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya.19

Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.20

Salah satu pentingnya perencanaan adalah untuk pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Adapun tahapan kegiatan perencanaan yaitu: pertama, menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Kedua, merumuskan keadaan saat ini.

Ketiga, mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.

Keempat, mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan.21

Sebuah perencanaan dikatakan baik, jika memenuhi persyaratan berikut:

a) Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Standar baik dalam Islam adalah sesuai dengan ajaran AlQur’an dan Sunnah.

      

19M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2015), 94- 95.

20 Undang Ahmad Kamaluddin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam (Bandung:

Pustaka Setia, 2010), 31.

21 Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006 ), 33.

(29)

 

b) Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki manfaat. Manfaat ini bukan sekadar untuk orang yang melakukan perencanaan, tetapi juga untuk orang lain, maka perlu memerhatikan asas maslahat untuk umat.

c) Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang dilakukan.

d) Dilakukan studi banding (benchmark). Benchmark adalah melakukan studi terhadap praktik terbaik dari lembaga yang sukses menjalankan aktivitasnya.

e) Dipikirkan dan dianalisis prosesnya, dan kelanjutan dari aktivitas yang akan dilaksanakan.22

2. Fungsi organizing (pengorganisasian)

Pengorganisasian (thanzhim) adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alatalat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.23

Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.

Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, pengelompokan tugas, siapa yang bertanggung jawab atas tugas, serta orang yang       

22 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, 99.

23 M. Munir dan Wahyu Illahi, 117.

(30)

berwewenang dan yang tepat dalam mengambil keputusan untuk jalannya organisasi.24

Istilah pengorganisasian dapat digunakan untuk menunjukkan cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif, bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan- kegiatannya, hubungan antara fungsifungsi, jabatan, tugas-tugas, dan para karyawan, serta cara para manajer membagi lebih lanjut tugas yang dilaksanakan dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.25

Proses pengorganisasian ini menghasilkan tentang struktur organisasi serta pemberian wewenang dan tanggung jawab tugas apa yang akan diemban dalam organisasi.26

3. Fungsi actuating (penggerakan)

Pengertian penggerakan (tawjih) adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien. Motiving secara implisit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, instruksi, nasihat, dan koreksi jika diperlukan.27

Penggerakan merupakan fungsi manajemen yang mempunyai peran aktif dalam melaksanakan kegiatan. Melalui fungsi ini,       

24 Undang Ahmad Kamaluddin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, 32-33

25 Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen, 81.

26 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 117-118

27 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 139

(31)

diharapkan semua anggota kelompok atau siapa pun yang terlibat dalam kegiatan dapat bekerja dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, penuh kreativitas yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. Hakikatnya, fungsi manajemen penggerakan ini yaitu untuk mendorong orangorang yang ada dalam organisasi agar mempunyai semangat kerja yang tinggi dan menjadi produktif, serta meyakinkan bahwa apa yang dilakukan juga merupakan tanggungjawab serta kepentingan pribadinya sendiri bukan hanya kepentingan kelompok.28 Fungsi penggerakan dapat dilakukan dengan hal-hal berikut:

a. Pemberian motivasi Motivasi yakni kemampuan dan keterampilan atasan untuk mendorong anggota yang ada dalam organisasi untuk terus semangat dan terus bekerja keras dengan sukarela dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pemberian bimbingan Bimbingan yakni kegiatan seorang atasan untuk membimbing dan membantu anggotaanggotanya dalam mencapai tujuan yang akan dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.29

4. Fungsi controlling (pengawasan)

Pengawasan yakni proses bagaimana seorang atasan melihat jalannya pelaksanaan apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan ataukah belum. Tujuan dari pengawasan bukan untuk mecari suatu kesalahan, tetapi untuk melakukan pencegahan serta memperbaiki apa

28 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah Profesional, ( Jakarta : Amzah,2007), 36.

29 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, 141-151

(32)

yang tidak sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Adanya pengawasan ini diharapkan pelaksanaan kegiatan dapat mencapai sasaran yang tepat dan optimal.30

Hakikatnya, fungsi controlling adalah proses pengendalian dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan dengan baik. Selain itu, pengawasan juga bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan, supaya tidak terjadi lagi di masa mendatang dengan demikian tujuan dapat dicapai dengan baik, optimal dan tepat sasaran sesuai dengan kesepakan bersama.31 Proses pengawasan terdiri dari lima tahap, sebagai berikut:

1) Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan), artinya sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil.

2) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, tahap kedua yakni menentukan pengukuran dalam pelaksanaan kegiatan secara tepat. Dapat diukur dalam setiap harian, mingguan, bulanan atau tahunan.

3) Pengukuran pelaksanaan kegiatan, yaitu dapat melalui pengamatan, laporan, pengujian, atau dengan mengambil beberapa sampel.

4) Perbandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan, tahap ini yaitu membandingkan pelaksanaan

30 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah Profesional, 38

31 RB. Khatib Pahlawan Kayo, 38.

(33)

 

dilapangan dengan pelaksanaan yang telah direncanakan.

Apabila terjadi penyimpangan maka perlu adanya analisa untuk melakukan perbaikan, supaya di masa mendatang tidak terjadi kesalahan yang sama.

5) Pengambilan tindakan koreksi apabila diperlukan Tindakan koreksi dapat diambil dalam beberapa bentuk standar, seperti:

mengubah standar awal (kemungkinan standar awal terlalu tinggi), perlu mengganti pengukuran dalam pelaksanaan, serta merubah cara menganalisa dan memberikan pendapat tentang penyimpangan yang terjadi.32

Fungsi-fungsi manajemen tersebut apabila diterapkan secara tepat dan benar, maka dapat diketahui bahwa tujuan dan kegunaan manajemen adalah untuk mewujudkan output kegiatan yang benar- benar berkualitas, tahan uji, dan mampu bersaing dalam segenap cuaca.33

Selain fungsi manajemen yang disebutkan oleh George R Terry, sekarang fungsi manajemen berkembang dengan sebutan PDAC (Plan, Do, Check dan Action) atau perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. Lingkaran PDAC (Plan, Do, Action dan Check) disebut juga lingkaran Deming, karena Deminglah

      

32 Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen, 135-136

33 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah Profesional, 39

(34)

yang menciptakannya.34 Lingkaran itu menggambarkan proses-proses yang terus menerus terjadi dalam setiap kegiatan atau kinerja yang bermutu. Lingkaran itu bisa dilihat melalui gambar berikut :

Gambar 1.1 Sikulus PDCA

Siklus PDCA memberikan tahapan proses pemecahan masalah yang terukur dan akurat. Siklus PDCA ini efektif untuk :

1. Membantu penerapan proses perbaikan terus menerus. Ketika siklus PDCA ini diulangi kembali ia akan membuka kemungkinan untuk menemukan area baru yang perlu ditingkatkan.

2. Mengidentifikasi solusi-solusi baru untuk meningkatkan proses berulang secara signifikan.

      

34 Umiarso, “Pesantren and Quality of Education: A Qualitative Analytical Study of the Existence of Pesantren in Indonesia”, e-journal.iain.palangkaraya., diakses 28 April 2022, https://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/TF/article/view/3944/1771

Plan

Do

Check Action

(35)

3. Membuka cakrawala yang lebih luas akan solusi masalah yang ada, mengujinya dan meningkatkan hasilnya dalam proses yang terkontrol sebelum diimplementasikan secara luas.

4. Menghindari pemborosan sumber daya secara luas.35

Dalam hal ini bisa dipaparkan siklus PDCA secara rinci dan jelas diantaranya :

a) Plan

Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggabungkan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa dating dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.36 Dalam tahap Plan ini juga meliputi pembentukan tim peningkatan proses (process improvement team) dan melakukan pelatihan-pelatihan terhadap sumber daya manusia yang berada didalam tim tersebut serta batas-batas waktu (jadwal) yang diperlukan untuk melakukan perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan. Perencanaan terhadap penggunaan sumber daya lainnya seperti biaya dan mesin juga perlu dipertimbangkan dalam tahap plan ini.37 b) Do

Do (kerjakan) artinya melakukan perencanaan proses yang telah ditetapkan sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan, ukuran-ukuran

35 Saefudin Bahrun, Manajemen Muhasabah Diri, ( Bandung : PT Mizan Pustaka, 2011), 27.

36 Sofian Bastuti, Pengendalian Kualitas Untuk Menurunkan klaim internal dengan mengaplikasikan metode PDCA, (Banten : Pascal Books, 2021), 36.

37 Saefudin Bahrun, Manajemen Muhasabah Diri, 24.

(36)

proses ini juga telah ditetapkan dalam tahapan Plan. Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.

c) Check

Check adalah tahap pemeriksaan dan peninjaun ulang serta mempelajari hasil-hasil dari penerapan ditahap kedua yaitu do. Melakukan perbandingan antara hasil actual yang telah dicapai dengan target yang ditetapkan dan juga ketepatan jadwal yang telah ditentukan.

d) Act

Menindak lanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan, berarti juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum implementasi berikutnya. Jika tahapan ini sudah selesai dan kita sudah sampai ditahap berikutnya yang lebih baik, kita bisa mengulang proses ini dari awal kembali untuk mnecapai tahapan yang lebih tinggi.38 Terdapat 2 jenis tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya, antara lain :

1. Tindakan perbaikan (corrective action) yang berupa solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam pencapaian target, tindakan perbaikan ini perlu diambil jika hasilnya tidak mencapai apa yang telah ditargetkan.

2. Tindakan standarisasi (standardization action) yaitu tindakan untuk menstandarisasikan cara ataupun praktek terbaik yang telah dilakukan, tindakan standarisasi ini dilakukan jika hasilnya mencapai target yang telah ditetapkan.

      

38 Sofian Bastuti, Pengendalian…., 38

(37)

 

Siklus tersebut akan kembali lagi ketahap plan untuk melakukan peningkatan proses selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses yang terus menerus (continuous process improvement). 39

c. Kualitas Santri

1) Pengertian kualitas santri

Rasulullah SAW merupakan sosok kepribadian yang dijadikan panutan dalam pendidikan islam. Santri mengantisipasi bahwa kepribadian Rasulullah akan melekat dalam diri mereka, tidak hanya menyentuh pikiran mereka tetapi juga hati mereka. Al-Qur’an menjelaskan bahwasanya santri harus memiliki kepribadian seperti Nabi Muhammad SAW yaitu shiddiq, tabligh, amanah, fathanah, bijaksana, penyayang dan berakhlaq sesuai dengan ajaran yang ada didalam Al-Qur’an.

Kecerdasan spiritual diukur disamping kecerdasan otak (kecerdasan spiritual) santri yang mampu mencapai keseimbangan yang sehat antara jasmani dan rohani dianggap sebagai santri yang berkualitas, artinya segala sesuatu yang dilakukannya dalam kehidupannya selalu berkorelasi langsung dengan ayat-ayat Al- Qur’an dan sunnah Nabi. Alhasil, keberhasilannya bisa dilihat dari kemampuannya meneladani kehidupan Rasulullah SAW.40 Melalui

      

39 Sofian Bastuti, Pengendalian…, 40

40 Shabri shaleh Anwar, Quality Student Of Muslim Achievement (konsep anak didik dalam islam), (Riau : Yayasan Indragiri, 2014), 4.

(38)

pengertian diatas diketahui bahwasanya indikator kualitas santri diantaranya :

a. Kecerdasan intelektual

Dalam arti luas, kecerdasan intelektual adalah kemampuan umum yang membedakan karateristik seseorang dengan karakteristik orang lain. Ahli Matematika dan ilmuwan dari Inggris paling terkenal yaitu Francis Galton adalah orang pertama mempopulerkan kecerdasan intelektual. Kecerdasan seseorang dapat didefinisikan sebagai kapasitas mereka untuk memperoleh dan menerapkan penegtahuan atau keterampilan.41

Mustofa dan Miller menegaskan bahwa kecerdasan intelektual tidak mungkin diukur hanya dengan satu pengukuran saja. Peneliti menemukan bahwa tiga pengukuran yaitu kemampuan verbal, kemampuan matematika, dan kemampuan ruang yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif tersebut.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan intelektual Menurut Ngalim Purwanto kecerdasan intelektual manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pembawaan

Pembawaan didasarkan pada sifat dan karakteristik yang diturunkan dari generasi kegenerasi. Misalnya

41 Robert E Slavin. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik ( Jakarta : indeks, 2011),159.

(39)

 

ketidakmampuan untuk memecahkan masalah pertama-tama diakibatkan dari keturunan manusia itu sendiri.

2. Kematangan

Setiap organ fisik dan psikis tubuh manusia dikatakan matang bila mampu menjalankan fungsinya. Usia sangat berkorelasi dengan kedewasaan.

3. Pembentukan

Pembentukan dapat dibedakan dari pembentukan sengaja yaitu pembentukan yang dilakukan sekolah dan pembinaan tidak sengaja yaitu segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan.

4. Minat dan karakteristik yang unik

Minat adalah kekuatan pendorong dibalik interaksi seseorang dengan dunia luar dan bertanggung jawab untuk mnegarahkan tindakan menuju suatu tujuan. Dengan menangani dan menyelidiki dunia luar, minat terhadap sesuatu secara tidak langsung akan terpicu.

5. Kebebasan

Kebebasan berarti individu dapat memilih cara memecahkan suatu masalah berdasarkan kemampuannya.42

      

42 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013),55-56.

(40)

c. Kecerdasan spiritual

Menurut Zohar dan Marshall kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi dan menyelsaikan masalah yang berkaitan dengan nilai atau makna seseorang, khususnya kemampuan untuk menempatkan perilaku dan kehidupan seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya serta kemampuan untuk menentukan apakah perilaku seseorang atau cara hidup lebih bermakna dari yang lain.43 Menurut lan Marshall dan Danah Zohar, kecerdasan spiritual ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Fleksibilitas dalam penerapan (adaptif dan aktif secara impulsif)

2. Keadaan kesadaran yang tinggi

3. Kemampuan untuk mengatasi dan mengambil keuntungan dari penderitaan.

4. Kapasitas untuk bertahan dan menang atas penderitaan.

5. Kualitas hidup berdasarkan tujuan dan prinsip

6. Keengganan untuk merugikan orang lain yang tidak perlu.44 d. Faktor-faktor kecerdasan spiritual

Menurut Marshall dan Zohar kecerdasan spiritual dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

      

43 Danah Zohar, Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual (Bandung : Mizan, 2017),04.

44 Marshall, 14.

(41)

  1. Sel saraf otak

Otak menjadi penghubung antara bagian dalam dan luar kehidupan. Ia mampu mengatur segalanya karena bersifat kompleks, mudah beradaptasi, fleksibel dan mampu mengatur dirinya sendiri. Kecerdasan spiritual didasarkan kepada osilasi sel saraf otak pada kisaran 40 Hz, menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 1990-an dengan menggunakan WEG (Magneto-Encephalo-Graphy).

2. Titik tuhan

Wilayah otak atau bagian otak yang dikenal dengan sebutan lobus temporal yang mana tumbuh selama pengalaman religious atau spiritual.45 Dalam biologi, god point memiliki dampak yang signifikan.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas santri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas santri yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan diantaranya :

1. Lingkungan

Lingkungan pesantren merupakan hasil dari pertumbuhan kuantitas dan kualitas yang sporadic, tidak terencana, dan tidak mencukupi. Minimnya sarana dan prasarana menunjukkan hal

      

45 Marshall, 35.

(42)

tersebut. Batasan potensi seseorang ditentukan oleh alam, tetapi lingkungan individu menentukan siapa mereka sebagai pribadi.46 2. Penghuni / santri

Dilihat dari sudut pandang santri, terdapat beberapa fenomena unik, antara lain pakaian, kondisi kesehatan, perilaku, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya. Mengenai perilaku santri, diketahui bahwa santri mengalami rasa malu atau bisa dikatakan dengan rasa rendah diri ketika dipaksa untuk berinteraksi dengan orang-orang luar komunitas atau pesantren.

3. Kepemimpinan dipesantren

Seorang kyai adalah satu-satunya pemimpin yang memiliki kendali hampir penuh atas semua aspek kehidupan pesantren.

Tanpa persetujuan seorang kyai, orang lain tidak dapat memperoleh akses atau kendali atas apapun menyangkut kepesantrenan. Seperti seorang raja yang seluruh perintahnya menjadi konstitusi, yang mengatur kehidupan pesantren baik dalam bentuk tertulis mapun konvensi.

4. Alumni

Unsur alumni santri juga membatasi bagaimana pondok pesantren menyikapi tantangan kekinian. Kehidupan pesantren menegaskan bahwa mereka telah berhasil menghasilkan wakil, kader, atau keluaran yang diartikulasikan, tetaoi ini hanya berlaku untuk

46 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, (Yogyakarta : Lkis, 2008), 169- 170.

(43)

lingkungan itu sendiri atau tidak jauh dari pesantren atau lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa keluaran pesantren atau output pesantren belum siap untuk memenuhi kebutuhan lembaga lain.47 e. Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas

santri

a. Faktor Pendukung

1. adanya interaksi yang baik antara ustadzah dan santri

Dengan adanya ustadz-ustadzah yang baik dan bijak dapat menjadi panutan untuk santri, sehingga dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat, dengan adanya interaksi yang baik, membuat keberlangsungan pesantren menjadi lebih baik lagi.

2. Proses pembelajaran yang berkualitas

Dalam proses pembelajaran dipondok pesantren juga terdapat kurikulum yang menyertai siswa maupun santri disetiap pembelajarannya. Tujuannya untuk memenuhi kurikulum serta minat bakat dari para santri. Dengan adanya proses pembelajaran yang baik dan sejalan dengan perkembangan santri. Oleh karena itu, keberadaan pesantren mengalami peningkatan dalam penambahan santri yang ingin sekolah dilembaga pendidikan islam khususnya pesantren.

3. Sarana dan prsarana yang memadai

Melalui sarana dan prasarana yang memadai akan membantu perekmbangan pesantren juga peningkatan kualitas santri, hal ini

47 Mujammil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam ( Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama, 2007), 110.

(44)

ditunjukkan dengan adanya proses belajar mengajar yang ada di pesantren berjalan lancar dan meningkat tiap tahunnya.

b. Faktor penghambat

1. Pola perilaku santri dan siswa yang terkadang sulit diatur

Dalam pondok pesantren pengurus berperan utama untuk para santri dalam mengatur setiap kegiatan maupun diluar kegiatan santri.

Pengurus memberikan metode dengan tidak berteriak kepada santri melainkan memberikan peringatan secara perlahan, karena banyak santri yang berbeda-beda sifat dan perilaku. Selain itu juga pengurus dapat menghargai setiap apa yang dikerjakan oleh santri meskipun ada kesalahan, akan tetapi pengurus mencoba hasil santri menjadi lebih baik dan merasa nyaman didalam pondok pesantren dan tidak ingin boyong.

2. Adanya kebijakan pesantren yang terkadang dinilai sepihak oleh wali santri

Pondok pesantren melalui pengurus memutuskan kebijakan- kebijakan yang terbaik bagi santri serta perkembangan pesantren, tetapi dalam hal ini kebijakan-kebijakan tersebut dinilai menyimpang oleh berbagai pihak dan wali santri. Nyatanya kebijakan tersebut sangat lah berpengaruh dalam meningkatkan kualitas santri.

(45)

33  A. Metode penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai upaya menganalisis dan menelaah suatu persoalan dengan menggunakan metode ilmiah dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan secara terstruktur dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menyelesaikan suatu pemecahan guna memperoleh ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.48 Tahap ini peneliti akan menjelaskan tahap-tahap yang diperlukan dalam penelitian kulitatif guna mendapatkan data yang relevan, diantaranya:

1. Pendekatan Penelitian dan jenis penelitian

Penelitian kali ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Moleong pendekatan kulitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengerti kejadian secara keseluruhan dan jelas mengenai persoalan yang dihadapi oleh subjek penelitian seperti halnya perilaku, persepsi, tindakan dan motivasi secara keseluruhan yang dijelaskan berbentuk kata istilah serta bahasa, pada konteks yang spesifik secara alamiah serta menggunakan metode alamiah.49 Adapun dalam penelitian ini membutuhkan data yang spesifik serta luas untuk mengungkapkan data

48 Rifa’I Abubakar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : SUKA-press UIN Sunan Kalijaga, 2022), 02.

49 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 6.

(46)

dan fakta yang terjadi sesuai dengan kejadian yang ada, selain itu sesuai dengan fokus penelitian pada bagian awal pembahasan, hal ini yang menjadi alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Data dalam penelitian ini akan dijelaskan melalui format naratif.

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni field research atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan atau field research yaitu peneliti mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang dilakukan atau diteliti dan mengumpulkan data dari lapangan.

Penelitian lapangan (field research) juga dipandang sebagai strategi umum untuk penelitian kualitatif atau sebagai cara untuk mengumpulkan data kualitatif. Pada dasarnya peneliti menyelidiki fenomena yang terjadi dalam objek penelitiannya serta terjun langsung kelapangan tempat dimana penelitian akan berlangsung. Penelitian lapangan umumnya membuat catatan lapangan secara ekstensif kemudian diberi kode dan dianalisis menggunakan berbagai metode atau cara.50

2. Lokasi Penelitian

Saat melakukan penelitian lapangan, lokasi penelitian merupakan faktor yang sangat menentukan, pemilihan lokasi mempunyai dampak yang signifikan terhadap perolehan penelitian. Oleh karena itu, pilihan peneliti mengenai tempat untuk melakukan penelitiannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini bertempat

      

50 Lexy J. Moleong , 26.

(47)

 

di Pondok Pesantren Madinatul Ulum Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah.

3. Subyek Penelitian

Peneliti dalam tahap ini akan memilih beberapa informan, yaitu seseorang atau kelompok yang dapat membantu memecahkan masalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Tatang M. Amirin mengatakan bahwa orang atau lebih tepatnya sumber informasi penelitian atau bisa dimaknai sebagai seseorang atau individu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data didalam penelitian.51 Adapun subyek pada penelitian ini yaitu :

a. Pengasuh yaitu Nyai Hj. Sholihah, peneliti memilih informan seorang pengasuh karena beliau merupakan seorang pimpinan atau manajer dalam pondok pesantren yang pastinya mengetahui bagaimana kualitas santrinya, tentunya dengan bantuan pengurus dan ustadzah yang ada dilingkungan pesantren.

b. Ketua pengurus dan wakil pengurus Pondok Pesantren Madinatul Ulum putri yakni Thalibatul Inaroh dan Halimatus Sa’diyah, peneliti memilih ketua pengurus karena secara tidak langsung ketua pengurus dan wakilnya merupakan tangan kanan seorang pengasuh pondok pesantren dalam mengelola pesantren, tentunya dalam hal ini ketua pengurus mengetahui bagaimana implementasi fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas santri baik dalam kecerdasan intelektual maupun spiritual.

      

51 Rahmadi, Pengantar Metode Penelitian (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 6.

(48)

c. Kabid keamanan yaitu Fadhilatul Mar’ah peneliti memilih subyek peneliti ini, karena dalam setiap pelaksanaan kegiatan bidang keamanan sangat berpengaruh dalam menertibkan santri.

d. Kabid pendidikan yaitu Afifah Lailatul Fitriah, alasan peneliti memilih subyek penelitian ini, karena secara tidak langsung bidang pendidikan juga ikut andil dalam meningkatkan kualitas santri baik dalam kecerdasan spiritual maupun intelektual santri

e. Ustadzah Pondok Pesantren Madinatul Ulum putri yaitu Urwatul wustqo dan Ustadzah Fatimatus Zahro peneliti memilih informan ini karena ustadzah juga berperan dalam meningkatkan kualitas santri, ketika santri berada didalam kelas maka secara tidak langsung ustadzah mengetahui kualitas santrinya dalam kecerdasan intelektual.

f. Elemen santri yaitu Inarotul Hasanah dan Diana Latifah, alasan memilih subyek penelitian santri, karena peneliti ingin mengetahui kualitas santri setelah mendapatkan berbagai metode dari kepengurusan melalui fungsi manajemen yang diterapkan dalam pondok pesantren.

4. Teknik pengumpulan data a. Observasi

Jenis observasi dalam kegiatan penelitian ini menggunakan observasi non partisipan karena peneliti hanya berinteraksi dengan subjek yang diteliti. Nasution mengemukakan observasi merupakan

(49)

 

dasar dari semua pengetahuan dan ilmuan hanya akan bekerja jika mereka memiliki fakta data yang bermakna mengenai realitas kehidupan.52 Adapun kegiatan observasi ini dilakukan di pondok pesantren Madinatul Ulum desa Cangkring kecamatan Jenggawah b. Wawancara

Interview atau wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mendapatkan data-data tentang fokus penelitian yang dilakukan. Sedangkan menurut Salim dan Syahrum dalam bukunya mengutip Bogdan dan Biklen yang mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan atau dialog dengan tujuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data tertentu.53 Adapun subjek yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah dewan pengasuh pondok pesantren, ketua pengurus pondok pesantren, kabid pendidikan dan keamanan, ustadzah/kepala madrasah diniyah, serta santri pondok pesantren Madinatul Ulum, hal ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan ketika penelitian ini berlangsung. Adapun langkah- langkah dalam wawancara sebagai berikut :

1) Memilih individu-individu yang akan dimintai keterangan.

2) Siapkan semua alat yang dibutuhkan untuk wawancara.

      

52Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2020), 64.

53 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Ciptapustaka Media, 2012), 118.

(50)

3) Mulailah dengan mendiskusikan hal-hal yang mudah seperti menanyakan nama atau kabar terlebih dahulu agar suasana mencair atau tidak canggung.

4) Untuk membuat alur wawancara lebih produktif, sebaiknya atur terlebih dahulu langkah-langkahnya.

5) Menyajikan informasi yang berkaitan dengan pokok bahasan wawancara pada tahap terakhir wawancara atau memverifikasi hasil wawancara

6) Menyimpan catatan hasil wawancara.

7) Berdasarkan informasi yang diberikan, semua kegiatan pengumpulan data tindak lanjut harus diidentisikasi.54

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi dipandang sebagai proses pengumpulan data dengan mencatat yang sudah ada. Pengambilan data dari dokumen merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dengan metode dokumentasi.55 Melalui metode ini peneliti mampu menyertakan keabsahan data dan bukti pendukung dalam penelitian yang dilakukan. Hasil dari dokumentasi ini terdiri dari jadwal pelajaran madrasah diniyah tahun ajaran 2022/2023, jumlah ustadzah yang dilihat dari jadwal pelajaran dan jumlah kepengurusan yang dilihat dari struktur kepengurusan. 

      

54 Salim dan Syahrum, 122-123.

55 Hardani, dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Yogyakarta: CV Pustaka ilmu group Yogyakarta, 2020), 149.

(51)

  5. Analisis data

Menurut Moleong analisisi data kualitatif merupakan upaya yang dicapai melalui bekerja dengan data, mengatur data, memilih data dan membuat unit yang dapat dibagikan denganorang lain,56 sehingga dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Metode analisis deskriptif melibatkan penyajian dan analisis fakta secara berurutan atau sistematis untuk memberikan pemahaman dan persetujuan yang lebih baik. Data yang disajikan murni bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan. 57 Menurut Miles dan Huberman dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan yaitu :58

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan metode pengumpulan data yang paling efektif untuk penelitian dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan.59 Wawancara, observasi, serta dokumentasi merupakan pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yang mana sudah dijelaskan sebelumnya.

b. Reduksi data

Patilima mengemukakan bahwa reduksi data merupakan proses seleksi yang menitikberatkan pada penyederhanaan, abstraksi, dan

      

56 Sandu Siyoto, dkk, Dasar Metodologi Peneliti, (Yogyakarta : Literasi Media Publishing, 2015), 120.

57 Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006) , 10. 58 Hardani, dkk, Metode Penelitian…, 163-172.

59 Hardani, dkk, Metode Penelitian… 120.

(52)

transformasi data yang muncul dai catatan lapangan sehingga reduksi data menjadi bagian dari analisis data, yang memurnikan, mengklarifikasikan, mengarahka, menimbun data yang tidak diperlukan, dan menata sedimikian rupa sehingga mengarah pada kesimpulan.

c. Penyajian data

Menurut Miles dan Huberman penyajian data merupakan kumpulan data terstruktur yang memungkinkan kemungkinan keberadaan yang menarik dan mengambil tindakan. Metode kualitatif dalam penelitian sering digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk teks naratif. Data kualitatif dapat disajikan dalam berbagai format, antara lain flowcard, bagan, deskripsi singkat, hubungan antar kategori, dan format serupa lainnya. Peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan tindakan apa yang harus diambil berdasarkan pemahaman mereka tentang penyajian data.

d. Penarikan simpulan dan verifikasi

Menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah terakhir dalam analisis data. Inti dari temuan penelitian adalah kesimpulan, yang menggambarkan pendapat akhir berdasarkan uraian sebelumnya atau keputusan yang dibuat dengan menggunakan teknik berpikir induktif atau deduktif Simpulan merupakan intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan uraian sebelumnya, atau

(53)

 

keputusan diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Melalui hal tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ini adalah solusi dari masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini.

Namun, hal ini juga tidak mungkin karena dalam penelitian kualitatif, masalah dan fokus masalah hanya bersifat sementara dan akan berubah setelah dilakukan penelitian lapangan.

6. Keabsahan data

Untuk memperoleh keabsahan data maka perlu upaya-upaya untuk menguji kredibilitas penelitian menggunakan triangulasi. Melalui triangulasi, perlu dilakukan uji kredibilitas penelitian untuk memvalidasi data. Triangulasi adalah metode pemeriksaan data yang menggunakan sesuatu selain data tersebut untuk memeriksa atau membandingkan dengan data lainnya.60 Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :

a. Triangulasi metode

Triangulasi ini digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan mengoreksi data dengan sumber yang sama dengan cara yang berbeda misalnya data yang didapatkan ketika wawancara sebelumnya diperiksa dengan observasi dan dokumentasi. Begitu juga dengan tekniknya, hal ini juga dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data tersebut ketika wawancara dan pada saat observasi maupun dokumentasi akan memberikan informasi yang berbeda atau       

60 Iskandar, Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta : Gaung Persada Press, 2009), 230.

(54)

sama, kalau berbeda, peneliti perlu menjelaskan isi perbedaanya, hal ini dilakukan untuk menemukan kesamaan data dengan metode yang berbeda.

b. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber diperlukan untuk menilai tingkat kreadibilitas data yang dilakukan dengan mengoreksi informasi atau data yang didapatkan melalui beberapa sumber.61 Menurut Moleong dengan memakai triangulasi sumber kita dapat memperoleh hal-hal sebagai berikut:

1. Koresponden mengevaluasi hasil penelitian

2. Memperbaiki kesalahan menggunakan data dari sumber.

3. Secara suka rela memberikan informasi tambahan.

4. Libatkan informan dalam proses penelitian dan berikan kesempatan kepada mereka untuk meringkas data sebagai langkah pertama dalam proses analisis

5. Periksa kecukupan keseluruhan dari data yang terkumpul.62 7. Tahap-Tahap Penelitian

Moleong memaparkan 3 tahap yang terdiri dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data yang termasuk kedalam tahapan penelitian.63 Hal ini bertujuan untuk menjelaskan proses

      

61 Lexy J. Moleong, Metodologi…, 331.

62 M. Burhan Bungis, Penelitian kualitatif, (Jakarta : Prenada Media Group, 2015), 256.

63 Lexy J. Moleong, Metodologi….127

(55)

 

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari awal sampai akhir penelitian, maka perlu adanya penjelasan tahap-tahap penelitian.

a. Tahap Pra-Lapangan

Tahap pra-lapangan terbagi menjadi enam tahap yang harus dilalui oleh peneliti sebagai berikut :

1. Membuat Desain Penelitian

Desain dasar penelitian yang dilakukan adalah kompilasi penelitian. Oleh karena itu, ketika mengembangkan kerangka penelitian, peneliti harus mengumpulkan isu-isu yang dijadikan judul penelitian, membuat matriks penelitian, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing sebelum melaksanakan seminar proposal.

2. Menentukan Lapangan Penelitian

Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja, meskipun masih dalam tahap awal, berfungsi sebagai tolak ukur untuk pemilihan area penelitian. Setelah hipotesis kerja baru dikonfirmasikan dengan data yang muncul ketika peneliti memasuki latar penelitian.

Saat memilih lokasi penelitian, pendekatan yang paling efektif adalah mempertimbangkan teori substantive penelitian serta fokus utama masalah penelitian. Agar peneliti dapat menentukan apakah temuannya sesuai dengan kenyataan, peneliti juga harus

Referensi

Dokumen terkait

Supernatan netral bakteri asam laktat dapat menghambat bakteri patogen tetapi aktivitas penghambatan- nya tidak optimal seperti kultur bakteri asam laktat yang membentuk zona

Peran stakeholders dalam pengembangan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat dioptimalkan melalui pendekatan ’grass -roots ‟ yang pelaksanaannya

Besar biaya investasi dihitung berdasarkan kebutuhan pembangunan SPAM di Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur yang terdiri dari pembangunan unit Intake, Unit IPA dan jaringan

Sistem penunjukan kepala negara pada calon penggantinya, meskipun terdapat unsur positifnya, (seperti ketika Abu Bakar menunjuk Umar untuk menjadi khalifah setelah beliau, dengan

(4) Pelaksanaan penempatan Uang Negara dengan metode lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan pelaksanaan penempatan Uang Negara dengan metode over

Hasil penelitian dengan menggunakan tes kemampuan IPBA Terintegrasi yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, memberikan hasil bahwa kedua kelas tersebut

Implementasi fungsi actuating sebagai upaya pembinaan santri di Pondok Pesantren MISK dilakukan dengan cara : pemberian motivasi, pemberian bimbingan, menjalin

Dengan demikian perlu dipastikan bahwa kinerja pengadaan pekerjaan konstruksi berjalan sebagainya yang direncanakan sehingga kiner- ja proyek konstruksi juga akan dapat dicapai