• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Masalah Insomnia

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 50-55)

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3 Data subjektif:

3.4 Rencana Keperawatan

3.5.1 Implementasi Masalah Insomnia

Pelaksanaan diagnosa insomnia dilakukan sebanyak 20 kali pertemuan. Intervensi yang dilakukan kepada nenek R meliputi teknik relaksasi (relaksasi otot progresif, latihan tarik nafas dalam, massase (punggung dan kepela), pemberian aromatherapy, sleep hygiene dan sleep restriction. Sebelum melakukan intervensi, penulis memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menanyakan kabar klien. Kemudian, penulis menjelaskan tujuan dari intervensi yang akan dilakukan pada hari ini.

Intervensi pertama yang dilakukan adalah teknik relaksasi berupa latihan nafas dalam.

Latihan nafas dalam berlangsung sekitar 15-30 menit. Intervensi yang dilakukan oleh penulis dengan melatih klien untuk melakukan latihan teknik nafas. Adapun langkah-langkah dalam melakukan latihan nafas dalam yaitu klien diminta untuk duduk dalam kedaan rileks. Klien diminta untuk menarik nafas, mengambil udara melalui hidung dan dikeluarkan perlahan-lahan melalui mulut. Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan dua sampai tiga kali sampai klien merasa benar-benar rileks. Setiap selesai memberikan intervensi penulis selalu memberikan pujian kepada klien .

Intervensi yang kedua dilakukan teknik relaksasi berupa teknik relaksasi progressif.

Setiap kali melakukan intervensi, penulis selalu menyapa klien dan menanyakan kabar klien. Tidak lupa juga penulis kembali memperkenalkan diri kepada klien.

Kemudian penulis kembali memvalidasi apakah klien masih mengalami kesulitan tidur. Sebelum melakukan teknik relaksasi otot progressif , klien terlebih dahulu dianjurkan untuk melakukan latihan tarik nafas dalam. Adapun gerakan-gerakan

teknik relaksasi nafas dalam sebagai berikut. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat , sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan.

Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.

Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata . Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot

rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.

Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan kesembilan dan gerakan kesepuluh ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas. Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.

Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas. Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk melemaskan otototot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.

Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan rileks. Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketigabelas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya

sampai perut menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

Gerakan 14 dan 15 adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan.Gerakan keempatbelas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut, sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.

Mengingat tahapan teknik relaksasi otot progressif sangat banyak tahapannya. Penulis melakukan teknik relaksasi otot progressif secara perlahan-lahan. Penulis bersama-sama klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan posisi yang saling berhadapan. Penulis menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi klien.

Ketika klien terlihat kurang focus atau tidak bersemangat, penulis memberikan motivasi dan memberikan hal-hal yang humoris sehingga klien merasa rileks dan bersemangat kembali untuk melakukan intervensi .

Intervensi yang ketiga adalah pemberiaan edukasi mengenai sleep hygiene. Intervensi sleep hygiene berlangsung sekitar 15-30 menit. Dalam rangka mengganti suasana agar klien tidak jenuh, penulis mengajak klien untuk mengobrol di teras wisma.

Sehingga dapat menciptakan suasana yang santai dan rileks. Pemberian edukasi mengenai sleep hygiene menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dalam menyampaikan materi penulis juga menggunakan suara yang sedikit keras, bicara yang jelas dan ada pengulangan kata. Hal tersebut dikarenakan klien yang mengalami gangguan pendengaran sering kurang mendengar apa yang di bicarakan oleh penulis.

Sleep Hygiene merupakan salah satu bentuk terapi insomnia. Sleep hygiene bertujuan untuk mengubah pola hidup individu dan lingkungannya sehingga bisa meningkatkan kualitas tidur seseorang. Adapun langkah-langkah dalam melakukan sleep hygiene

adalah penulis menyiapkan media yaitu berupa tulisan mengenai apa yang boleh dilakukan sebelum tidur dan apa yang tidak boleh dilakukan sebelum tidur. Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan pasien untuk meningkatkan sleep hygiene yaitu olahrga secara teratur pada pagi hari, tidur secara teratur, melakukan aktivitas, mengurangi konsumsi kafein empat sampai enam jam sebelum tidur, mengatur waktu bangun pagi, menghindari merokok, menghindari alkohol, tidak makan daging terlalu banyak sekitar dua jam sebelum tidur.

Intervensi keempat adalah melakukan teknik massase punggung dan massase kepala.

Menurut pengakuan klien, klien sering mengeluhkan sakit kepala dan merasa pegal-pegal di punggung. Penulis melakukan intervensi melakukan intervensi massase (pemijatan) di area kepala dan area punggung. Pemijatan menggunakan minyak baby oil yang di mulai di area kepala dan di lanjutkan area punggung. Sebelumnya, klien di minta untuk minum air hangat terlebih dahulu. Intervensi berlangsung sekitar 10-20 menit. Klien di minta untuk berbaring di tempat tidur pada saat dilakukan intervensi.

Setelah melakukan intervensi massase , penulis selalu melakukan evaluasi kepada klien.

Intervensi kelima adalah melakukan teknik pembatasan tidur (sleep restriction).

Terapi ini bertujuan untuk membatasi waktu di tempat tidur hanya untuk tidur sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang. Pada saat melaksanakan sleep restriction, penulis membuat jadwal tidur bagi klien. Dalam melaksanakan memberikan sleep restriction (terapi pembatasan tidur), klien berdiskusi dengan penulis tentang jam tidur dan lama waktu tidur. Penulis mengatakan bahwa jumlah jam tidur tidak boleh kurang dari lima jam. Hasil diskusi bersama klien diperoleh bahwa klien akan tidur dari pukul 20.00 dan bangun pukul 04.00 . Penulis juga meminta klien agar dapat menaati jadwal tidur yang sudah di sepakati bersama. Hal tersebut bertujuan agar klien bangun tidur teratur dan konsisten dengan jadwal tidur yang sudah disepakati bersama. Intervensi yang keenam melalui pemberian aromaterapi. Pemberian aromaterapi bertujuan agar klien lebih rileks dan tenang

sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur. Pemberian aromaterapi dilakukan dua kali yaitu aromaterapi mawar dan aromaterapi lavender.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 50-55)

Dokumen terkait