HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data
B. Hasil Penelitian
3. Faktor penghambat Implementasi Kebijakan Bahasa Isyarat dalam Mengembangkan Kecerdasan Intelegensi Anak Tuna rungu Mengembangkan Kecerdasan Intelegensi Anak Tuna rungu Mengembangkan Kecerdasan Intelegensi Anak Tuna rungu
Mengenai faktor penghambat pelaksanaan kebijakan bahasa isyarat adalah salah satunya dari segi komunikasi. Kompetensi peserta didik mengalami suatu degradasi apabila dari segi komunikasi mereka mengalami gangguan. Hal ini dibuktikan dari wawancara terhadap bapak KSS:
“Ada, kendalanya dalam transfer pembelajaran dari segi komunikasi”
Dari segi komunikasi kemudian berpengaruh dalam hal atau bidang akademik contohnya yaitu dari sisi pelajaran matematika. Hal ini didukung dengan adanya pernyataan dari ibu BM:
“Ada, sebagai contoh dari segi mata pelajaran matematika. Terkadang anak anak merasa bosan hal ini mungkin juga karena adanya keterbatasan untuk berkomunikasi”
Berbagai pernyataan di atas merupakan faktor pengambat dari implementasi kebijakan bahasa isyarat yang dikemas menjadi satu yaitu komunikasi. Disini komunikasi menjadi masalah ketika anak tuna rungu mengimplimentasikan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan intelegensi anak. Karena anak dalam pembelajaran pasti selalu menggunakan komunikasi, dari komunikasi menggunakan tangan ataupun mulut.
74 C. Pembahasan
1. Implementasi Kebijakan Bahasa Isyarat dalam Mengembangkan Kecerdasan Anak Tuna rungu.
a. Penggunaan Bahasa Isyarat di Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa isyarat digunakan dan diberikan kepada anak tuna rungu untuk membekali mereka dalam hal berkomunikasi dan upaya untuk mengembangkan kecerdasan anak di lingkungan masyarakat umumnya dan di sekolah pada khususnya. Sesuai dengan teori implementasi kebijakan oleh Smith bahwa kebijakan dibuat oleh pemerintah untuk diarahkan serta ditujukan guna mengadakan perubahan, dengan kata lain kebijakan sebagai sebuah reka sosial untuk mengubah masyarakat sebagai sasaran. Yang berarti bahwa kebijakan bahasa isyarat dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengubah serta menyelaraskan komunikasi anak tuna rungu melalui implementasi bahasa isyarat agar anak mampu bersosialisasi di masyarakat sempit atau luas.
Pemaparan di atas sesuai dengan fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi, alat penolong, serta sebagai alat penyimpanan. SLB Maarif Muntilan sendiri dalam penerapan atau implemenasi bahasa isyarat itu sendiri menjadi pilihan kedua apabila untuk melakukan komunikasi di kelas atau dalam pembelajaran. Karena guru di kelas sekarang lebih mengutamakan bahasa oral dari pada bahasa isyarat. Namun tetap bahasa isyarat itu sendiri di kelas masih sering dipakai
75
seperti halnya saat siswa dalam berkomunikasi satu sama lain, karena anak lebih nyaman dan bebas dikala menggunakan bahasa isyarat tersebut secara bebas seperti orang ketika berbicara . namun juga bahasa oral menjadi bahasa utama bagi anak tuna rungu supaya anak ketika di masyarakat mampu berkomunikasi secara lancar ketika bahasa isyarat susah dipahami oleh lingkungan sekitar.
b. Pengembangan Bakat Anak Tuna rungu
Adapun hal penunjang dalam penerapan bahasa isyarat bagi anak SLB Maarif Muntilan yaitu mengarahkan dan membimbing anak untuk terjun langsung ke dalam lapangan. Di lapangan sendiri memang anak tuna rungu diberikan kebebasan untuk mengenali lingkungannya. Hal ini dilakukan oleh pendidik tidak lain untuk mengembangakan wawasan anak dengan mengenal lingkungan sekitar dengan penglihatannya. Karena anak tuna rungu juga mengutamakan penglihatannya dari pada pendengarannya.
Selain itu ada dukungan fasilitas yang memfasilitasi anak tuna rungu tersebut dengan adanya berbagai fasilitas seperti ruang komputer, ruang menjahit, dan ruang speech theraphy
Anak tuna rungu dengan berbagai macam karakteristiknya memiliki berbagai faktor kelemahan ataupun kelebihan masing – masing. Maka diupayakan faktor kelemahan mampu diminimalkan dan kelebihan dapat dimaksimalkan dengan adanya kecerdasan intelegensi yang berhubungan dengan gerak tubuh anak. Gerak tubuh anak tersebut
76
akan mencakup penerapan bahasa isyarat dengan adanya pengarahan dari seorang guru.
c. Pengarahan Kegiatan
Pengarahan dari guru dapat berupa pembelajaran. Pembelajaran yang terjadi di dalam kelas maupun di luar mempunyai indikasi untuk memunculkan interaksi yang menghasilkan berbagai kegiatan menjadi hal positif. Hal - hal positif tersebut biasanya didapat dari kegiatan yang anak sukai, sehingga mudah untuk mengarahkan kegiatan anak menjadi hobi. Untuk mendampingi hobi atau kegiatan anak, seorang guru juga berperan penting didalamnya. Apalagi dengan minimalnya komunikasi yang tidak sama seperti anak pada umumnya, sehingga dalam berkomunikasi kembali lagi ke bahasa isyarat serta bahasa oral.
Ketika anak kembali lagi di dalam lingkungan sekolah dan memasuki area kelas maka guru akan memberikan pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan kecerdasan intelegensi anak seperti ketrampilan maupun kegiatan yang anak sukai. Oleh sebab itu, anak dengan kecerdasan di SLB ini dapat dilihat menjadi dua yaitu anak dengan golongan menengah kebawah serta golongan menengah keatas.
Saat pihak sekolah, terutamanya guru yang menangani langsung anak, pastinya akan menemukan kriteria anak dengan kecerdasan menegah kebawah. Apabila menemukan kriteria seperti ini seorang guru tidak lantas mengesampingkan anak tersebut melainkan diberikan
77
secara mendalam agar anak tidak merasakan perbedaan ketika guru mengajar di kelas.
Di kelas tuna rungu SLB ini pun dengan contoh pembagian kriteria di atas pastinya dilain hal akan menemukan anak yang cenderung jenuh ketika mengalami proses pembelajaran. Dengan proses pembelajaran yang membuat anak jenuh seperti saat menemui pelajaran matematika. Dengan keterbatasan untuk berkomunikasi membuat sebagian anak merasakan jenuh ketika bertemu dengan mata pelajaran ini. Memang benar karena matematika pada umumnya menggunakan suatu rumus serta angka pada umumnya, untuk hal tersebut anak yang mengalami tuna rungu harus mengapresiasikan dan menyampaikan angka melalui bahasa isyarat mereka yang tergolong memakan waktu yang tidak sebentar.
d. Penggunaan Bahasa Isyarat di Masyarakat
Sedangkan di bidang sosial untuk penerapan bahasa isyarat belum begitu dipahami oleh khalayak umum. Sebagian orang hanya dapat memahami apa yang anak bicarakan namun lebih banyak lagi masyarakat yang tidak mengerti tentang apa yang anak bicarakan dengan bahasa isyarat. Hal tersebut membuat sadar, bahwa anak - anak yang ternyata sudah mengetahui porsi dimana bahasa tersebut dipakai. Biasanya mereka memakai hanya di lingkungan sosial sekolah yang mereka anggap di lingkungan itulah bahasa isyarat mampu diterima. Sedangkan di luar sekolah hanya orang tertentulah yang paham ketika
78
siswa membicarakan menggunakan bahasa tubuh mereka . Padahal bahasa isyarat mereka berhubungan dengan teori kecerdasan gerak tubuh dimana untuk mengekspresikan perasaan ataupun ide, mereka melakukannya dengan fungsi gerak tubuh masing - masing anak. Tapi sayangnya masyarakat belum bisa menerimanya.
2. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Bahasa Isyarat dalam