• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari / tanggal : Senin, 6 Februari 2017

Pukul : 08.30 – 09.30

Tempat : SLB Maarif Muntilan

Responden : BM/ guru

TEMA : Implementasi Kebijakan UU No 19 Tahun 2011 Tentang Bahasa Isyarat dalam Mengembangkan Kecerdasan Intelegensi Anak Tuna rungu

1. Peneliti : Bagaimanakah pola pembelajaran / inovasi yang diterapkan bapak/ ibu ketika menghadapi peserta didik di dalam kelas berkaitan dengan kebijakan bahasa isyarat?

BM : Di sekolahan ini tidak selalu mempelajari bahasa isyarat namun lebih kearah bahasa oral untuk penerapannya di dalam kelas. Bahasa isyarat digunakan ketika dalam pembelajaran mengalami kesulitan sehingga guru menuliskan dipapan tulis serta menggunakan bahasa isyarat itu sendiri. Untuk anak dewasa lebih diutamakan bahasa oral sedangkan untuk anak kecil menggunakan bahasa isyarat atau bahasa ibu. Selain itu untuk anak SMA, demi menunjang kebijakan bahasa isyarat maka saya menggunakan laptop untuk mempermudah dalam pengajaran.

99

2. Peneliti : Dengan adanya keterbatasan yang dimiliki anak, bagaimanakah upaya yang dilakukan anak untuk mengembangkan potensi kecerdasan intelektual anak?

BM : Semua berawal dari hobi yang dimiliki oleh anak. Ketika anak sudah menyukai sesuatu hal dan hal tersebut dijadikan suatu hobi. Hobi tersebut secara perlahan dikembangkan oleh anak dengan mengacu kepada kecerdasan apa yang mereka miliki.

3. Peneliti : Ketika menghadapi anak dengan keterbatasan, adakah pengarahan tertentu untuk melihat ataupun mengembangkan kecerdasan anak dan bagaimana pengarahanya?

BM : Ada, pengarahan bisa berasal dari dua aspek yaitu luar dan di dalam sekolah. Dimana di luar yaitu mendatangkan ekstra untuk menumbuhkan serta mengembangkan kecerdasan anak. Sedangkan dari dalam sekoilah biasanya guru mendampingi anak dengan bakat melalui sifat otodidak seorang guru dimana sifat otodidak ini didukung oleh rasa kedekatan guru dengan murid yang mendalam.

4. Peneliti : Dengan melihat interaksi yang terjadi di dalam kelas, adakah anak yang mampu mengelola kecerdasan intelektual mereka kearah positif? Dan bagaimana cara mengelolanya?

BM : Ada, disini anak - anak memiliki minat yang menjadikan mereka motivasi untuk melangkah ke depan. Motivasi tersebut diubah menjadi hal positif seperti kepintaran untuk memasak, menjahit. Dari kepintaran yang

100

melekat pada siswa, sering sekali diikutkan lomba dan mendapatkan juara di berbagai tingakatan.

5. Peneliti : Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru ketika menemukan anak dengan kecerdasan intelektual rendah dengan keterbatsan untuk berkomunikasi?

BM : Disini ada anak tuna rungu dengan fisik ganda. Di dalam hal tersebut anak tersebut juga mengalami susah dalam menerima pelajaran sehingga saa sebagai guru harus berinteraksi secara berulang – ulang untuk meyakinkan pelajaran yang diterima anak tersebut. Tidak jarang pula saya meminta bantuan anak sebangkunya untuk menjelaskan apa yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat mereka. Karena disini mereka lebih nyaman dan bebas untuk berkomunikasi dengan bahasa isyarat mereka sendiri.

6. Peneliti :Dari segi pembelajaran yang ada, apakah bapak / ibu pernah mengalami atau menemukan anak yang jenuh belajar di dalam kelas ? BM : Ada, sebagai contoh dari segi mata pelajaran matematika. Terkadang anak anak merasa bosan hal ini mungkin juga karena adanya keterbatasan untuk berkomunikasi.

7. Peneliti : Adakah faktor pengambat yang dialami oleh pendidik dalam mengarahkan kebijakan bahasa isyarat untuk mengembangkan kecerdasan majemuk anak? apabila dilihat dari faktor internal dan eksternal?

101

BM : Dari segi internal anak lebih cenderung minder ketika terjun dimasyarakat seperti perlombaan karena disini ragu dengan cara mereka untuk berkomunikasi yaitu bahasa isyarat. Jika dilihat dari segi eksternal yaitu dari sisi orangtua dan guru karena masih mengacu kepada aturan aturan dan belum bersifat luwes untuk penerapannya.

8. Peneliti :Adakah faktor pendukung demi terlaksananya implementasi kebijakan bahasa isyarat di kelas maupun di lingkungan masyarakat sekolah ? apabila dilihat dari faktor internal dan eksternal?

BM : Dari segi internal anak – anak disabilitas tuna rungu ini lebih sering mengikutkan diri mereka ke dalam sebuah perkumpulan yang dinamai MDF (Magelang Deaf Community) yaitu perkumpulan yang diikuti oleh anak penyandang tuna rungu, dengan adanya komunitas ini anak merasa bebas untuk berkomunikasi dan saling mengembangkan kemampuan mereka.

9. Peneliti : Apakah ada anak yang cenderung menyendiri karena keterbatasan yang mereka miliki? Dan bagaimana cara bapak / ibu menanganinya?

BM : Ada, karena mungkin ketuna runguan mereka berawal dari masa kecil sehingga untuk berkumpul di dalam masyarakat masih merasa menjadi bahan pembicaraan, padahal itu berawal dari pikiran yang tidak benar dari anak. Untuk menangani hal tersebut maka saya memberikan pendekatan secara intensif.

102

TRANSKRIP WAWANCARA YANG SUDAH DIREDUKSI

Hari / tanggal : Jumat, 10 Februari 2017

Pukul : 09.30 – 10.15

Tempat : SLB Maarif Muntilan

Responden : WT/ guru

TEMA : Implementasi Kebijakan UU No 19 Tahun 2011 Tentang Bahasa Isyarat dalam Mengembangkan Kecerdasan Intelegensi Anak Tuna rungu

1. Peneliti :Bagaimanakah pola pembelajaran / inovasi yang diterapkan bapak/ ibu ketika menghadapi peserta didik di dalam kelas berkaitan dengan kebijakan bahasa isyarat?

WT : Untuk pembelajaran disini bahasa isyarat menjadi bahasa sekunder dimana bahasa yang paling sering digunakan adalah bahasa oral. Sedangkan bahasa isyarat digunakan untuk memperjelas apa yang kita atau anak kerjakan. Untuk pembelajaran selanjutnya ada bermacam – macam inovasi pembelajaran dari yang kejadian kejadian nyata, disini anak langsung belajar di lapangan karena anak tuna rungu memfokuskan diri belajar dalam penglihatan dan pengamatan. Untuk penggunaan laptop sendiri mungkin hanya untuk seilingan saja.

103

2. Peneliti : Dengan adanya keterbatasan yang dimiliki anak, bagaimanakah upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan potensi kecerdasan intelektual anak?

WT : karena kemampuan anak satu dengan yang lain berbeda beda dan untuk itu guru melihat potensi dan bakat mereka untuk digolongkan ke arah tata rias untuk anak dewasa serta menggambar ditujukkan kepada anak kecil. Guru selalu mendampingi ketika anak mulai menekuni minatnya.

3. Peneliti : Ketika menghadapi anak dengan keterbatasan, adakah pengarahan tertentu untuk melihat ataupun mengembangkan kecerdasan anak.

WT : Ada, misalnya dengan cara memberikan pengarahan kepada anak mengenai bakat mereka yang cocok ditempatkan di bidang apa . kebanyakan bidang yang ada itu ketrampilan dan olahraga yang paling menonjol.

4. Peneliti : Dengan melihat interaksi yang terjadi di dalam kelas, adakah anak yang mampu mengelola kecerdasan intelektual mereka kearah positif? WT : Disini anak – anak mengarahkan kegiatan serta mengelola kecerdasan mereka kea rah positif seperti sama halnya dengan tujuan sekolah. 5. Peneliti : Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru ketika menemukan anak

dengan kecerdasan intelektual rendah dengan keterbatsan untuk berkomunikasi?

WT : Kita disini tetap mengarahkan anak dengan berbagai kriteria yang ada, sehingga anak – anak pun merasa nyaman dengan adanya interaksi yang dilakukan oleh guru. Guru selalu memantau kegiatan dan kemampuan apa yang anak – anak sukai dan tidak disukai.

104

6. Peneliti : Dari segi pembelajaran yang ada, apakah bapak / ibu pernah mengalami atau menemukan anak yang jenuh belajar di dalam kelas ? WT : Untuk masalah jenuh itu berbeda beda ya tingkatan kelas, di SMA mungkin ditemukan anak yang jenuh dalam belajar seperti dalam pelajaran matematika , namun sebaliknya di tingkatan SD anak jarang bahkan tidak ada yang jenuh apalagi dalam bidang matematika karena anak bermain dengan uang kertas mainan.

7. Peneliti : Adakah faktor pendukung demi terlaksananya implementasi kebijakan bahasa isyarat di kelas maupun di lingkungan masyarakat sekolah ? apabila dilihat dari faktor internal dan eksternal?

WT : Pendukungnya dengan dibekalinya bahasa ibu atau bahasa isyarat yang perlahan lahan anak dan guru akan terbiasa memakainya.

8. Peneliti : Apakah ada anak yang cenderung menyendiri karena keterbatasan yang mereka miliki?

WT : Bila dilihat dari segi tuna rungu tidak ada, namun ada beberapa yang cenderung menyendiri karena mereka tuna rungu double ada C nya.

105

TRANSKRIP WAWANCARA YANG SUDAH DIREDUKSI

Hari / tanggal : Jumat, 10 Februari 2017

Pukul : 09.30 – 10.15

Tempat : SLB Maarif Muntilan

Responden : UK

TEMA : Implementasi Kebijakan UU No 19 Tahun 2011 Tentang Bahasa Isyarat dalam Mengembangkan Kecerdasan Intelegensi Anak Tuna rungu

1. Peneliti :Bagaimanakah pola pembelajaran / inovasi yang diterapkan bapak/ ibu ketika menghadapi peserta didik di dalam kelas berkaitan dengan kebijakan bahasa isyarat?

UK : Dengan menggunakan alat yang ada disekitar, terkadang anak juga terjun langsung ke lapangan untuk melihat hal – hal yang berhubungan dengan pelajaran mereka. Untuk laptop sendiri itu biasanya diterapkan di tingkat SMA sebagai penunjang.

2. Peneliti : Dengan adanya keterbatasan yang dimiliki anak, bagaimanakah upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan potensi kecerdasan intelektual anak?

UK : Di sini satu anak dengan anak lainnya berbeda. Sehingga anak dengan berbagai ketrampilan mampu diliat sejak dini. Ketika guru melihat

106

potensi anak maka upaya guru selalu mengarahkan dan memberikan pengarahan untuk mengembangkan kecerdasan dan potensi anak tersebut. 3. Peneliti :Anak dalam pembelajaran ini lebih diarahkan ke hal positif ?

UK : Jelas pembelajaran lebih diarahkan ke hal positif.

4. Peneliti : Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru ketika menemukan anak dengan kecerdasan intelektual rendah dengan keterbatsan untuk berkomunikasi?

UK : Tidak mungkin anak tersebut akan tersingkir, sehingga guru beruapaya untuk selalu membimbing dan merangkul setiap anak untuk diarahkan ke bidang positif.

5. Peneliti : Dari segi pembelajaran yang ada, apakah bapak / ibu pernah mengalami atau menemukan anak yang jenuh belajar di dalam kelas ? UK : Pasti ada, tapi untuk mengetahui kriteria anak bosan itu diketahui oleh tiap guru yang biasanya membimbing di kelas. Sehingga kalau bosan guru sering mengajak anak keluar berinteraksi dengan lingkungan sekitar. 6. Peneliti : Adakah faktor pendukung demi terlaksananya implementasi

kebijakan bahasa isyarat di kelas maupun di lingkungan masyarakat sekolah ? apabila dilihat dari faktor internal dan eksternal?

UK : Pendukungnya ya dilihat dari keaktifan anak itu sendiri dalam belajar sehingga otomatis anak dalam belajar tersebut mampu mengelola bahasa isyarat seperti layaknya sibi

107

TRANSKRIP WAWANCARA YANG SUDAH DIREDUKSI

Hari / tanggal : Senin, 13 Februari 2017 Pukul : 09.00 – 11.00 WIB Tempat : SLB Maarif Muntilan Responden : B/ SISWA

TEMA : Implementasi Kebijakan UU No 19 Tahun 2011 Tentang Bahasa Isyarat dalam Mengembangkan Kecerdasan Intelegensi Anak Tuna rungu

1. Peneliti : Apakah sekolah menerapkan bahasa isyarat? Serta bagaimana pelaksanaanya?

B : Iya, pihak sekolah menerapkan bahasa isyarat, proses pembelajaran dilakukan melalui interaksi yang mendalam antara guru dan murid. Pelaksanaanya sangat menyenangkan dan membantu kedepannya.

2. Peneliti : Apakah dalam belajar di kelas anda menggunakan bahasa isyarat dan adakah rasa senang saat belajar dengan bahasa isyarat?

B : Di dalam kelas saya menggunakan bahasa isyarat dengan dukungan bahasa oral untuk membantu pembelajaran. Saya merasa senang dengan adanya bahasa yang saya gunakan.

108

3. Peneliti : Apakah ada hambatan / masalah ketika pelajaran menggunakan bahasa isyarat?

B : Hambatannya terkadang lebih menggunakan bahasa oral daripada bahasa isyarat. Tapi keduanya saling berhubungan demi kemajuan proses pembelajaran.

4. Peneliti : Apakah bahasa isyarat juga anda gunakan saat diluar sekolah ? jelaskan

B : Saya tidak menerapkan bahasa isyarat di masyrakat. Karena dismasyarakat hanya beberapa orang yang paham dengan pengertian saya.

5. Peneliti : Apakah guru memberikan arahan / menyuruh murid untuk mengembangkan bakat?

B : Ada, guru mengarahkan bakat saya dari nol sampai berkembang menjadi lebih baik.

6. Peneliti : Apakah bahasa isyarat mendukung bakat kamu?

B : Iya, dengan bahasa isyarat saya mampu mengelola kemampuan saya kearah yang positif.

7. Peneliti : Apakah teman kamu dapat mendorong bahasa isyarat kamu?

B : Iya, di lingkungan masyarakat saya diberikan motivasi untuk mendorong bahasa isyarat saya.

109

TRANSKRIP WAWANCARA YANG SUDAH DIREDUKSI