• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Keteladanan dan Etika Mulia dalam Model

Suatu Pola Interaksi Edukatif Pada Pembelajaran Akuntansi dan Matematika

4. Implementasi Metode Keteladanan dan Etika Mulia dalam Model

Pembelajaran STAD.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran k o o p e r a t i f l e b i h u n g g u l d a l a m m e n i n g k a t k a n h a s i l b e l a j a r dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif (Muslimin Ibrahim, 2000). Penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh Yurnietti (1999) menyatakan bahwa

penerapan model kooperatif STAD memperlihatkan dapat meningkatkan k e a k t i f a n p e s e r t a d i d i k d a l a m mempelajari Fisika, dan peserta didik meminta supaya pembelajaran seperti ini dapat diteruskan oleh guru.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sulistyorini (1998) menunjukkan model pembelajaran kooperatif STAD dalam mata pelajaran IPA dilaporkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya menurut Perdy Karuru (2001), dari hasil p e n e l i t i a n n y a m e n g e n a i m o d e l pembelajaran kooperatif STAD diperoleh beberapa temuan antara lain guru dalam mengelola pembelajaran cukup baik, dan dapat meningkatkan aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran, guru mampu melatihkan keterampilan proses dengan baik, mengubah pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered, serta dapat meningkatkan proporsi jawaban benar peserta didik. Hasil belajar yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibanding pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan oleh Nurchasanah (2006) bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif STAD di kelas X SMAN 5 Semarang mampu memaksimalkan implementasi KBK 2004 pada mata pelajaran Kimia yang ditunjukkan oleh aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik selama pembelajaran berlangsung. Anton (2008) menunjukkan pembelajaran metode STAD lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional sehingga dapat dikatakan bahwa, penerapan pembelajaran kooperatif model STAD mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik kelas VIII di SMPN 5 Kepanjen Malang. Temuan yg lain adalah prestasi belajar matematika peserta didik yang di ajar dengan pembelajaran kooperatif model STAD lebih baik dari pada peserta didik yang di ajar dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian Tandrasokhi Halawa (2009) menunjukkan bahwa peserta didik merasa senang dengan belajar kooperatif model STAD. Hal ini

ditunjukkan dengan motivasi, aktivitas, dan sikap antusias mereka ketika memanipulasi benda-benda konkret untuk menemukan keliling dan luas bidang lingkaran. Hasil belajar peserta didik yang diukur melalui tes setiap akhir tindakan telah menunjukkan bahwa peserta didik telah memahami materi dengan baik. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Yulihoney (2009) yang menunjukkan bahwa hasil b e l a j a r p e s e r t a d i d i k t e n t a n g menyatakan suatu himpunan, diagram Venn, dan diagram Venn gabungan dan himpunan untuk menyelesaikan soal cerita dengan pembelajaran model kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan. Dengan pembelajaran ini peserta didik terlihat nampak senang dan menyetujui akan penerapan model k o o p e r a t i f t i p e S T A D d a l a m pembelajaran matematika. Karamoy ( 2 0 0 9 ) d a l a m p e n e l i t i a n n y a mengindikasikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif metode STAD perlu dijadikan sebagai suatu referensi d a l a m k e g i a t a n p e m b e l a j a r a n matematika (materi pecahan) dan mungkin juga pada materi lain yang m e n e k a n k a n k e r j a s a m a , s a l i n g membantu dalam satu tim, dalam rangka menemukan konsep atau prinsip.

Dari berbagai hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa d e n g a n m e n e r a p k a n m o d e l pembelajaran STAD: (1) peserta didik lebih bisa memahami materi dengan baik, (2) peserta didik merasa senang dan antusias, (3) mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik, (4) meningkatkan keaktifan peserta didik, dan (5) dapat memaksimalkan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Disamping itu, model pembelajaran STAD memberi pengaruh positif kepada g u r u / d o s e n y a k n i , ( 1 ) d a p a t meningkatkan aktivitas guru/dosen/ dosen selama pembelajaran, (2) g u r u / d o s e n m a m p u m e l a t i h k a n keterampilan proses dengan baik, (3) guru/dosen dapat mengubah pola pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered, serta (4) guru/dosen dapat meningkatkan proporsi jawaban benar peserta didik.

Apabila dicermati lebih lanjut, berdasar bukti-bukti empirik dan fakta

sejarah keberhasilan Rasulullah Muhammad SAW dalam membangun karakter manusia menjadi generasi yang berpendidikan terdapatlah benang merah bahwa metode keteladanan

(modelling) dan etika mulia dapat

d i i n t e g r a s i k a n d a l a m m o d e l pembelajaran STAD dan sangat terkait erat untuk menumbuhkan kepribadian peserta didik yang berakhlaq mulia. Keteladanan dan etika mulia inilah yang p e r l u d i k e m b a n g k a n d a n ditumbuhkembangkan dalam proses pembelajaran melalui model STAD agar peserta didik terbiasa mengembangkan sikap positif sehingga terbentuk kepribadian yang mandiri, tangguh, peduli, dan bermoral yang pada gilirannya tercapai keberhasilan dan kesuksesan peserta didik mencapai prestasi puncak. Pada akhirnya akan bermuara pada terbentuknya pendidikan yang berkarakter sebagai buah dari keteladanan dan etika mulia yang lekat pada diri peserta didik.

Merujuk pada hal yang pernah dilakukan Rasulullah SAW dalam menerapkan keteladanan ini, beliau s e n a n t i a s a m e l a k u k a n s e s u a t u s e b e l u m m e n y u r u h o r a n g l a i n (muridnya) melakukan sesuatu itu sebagai bentuk permodelan, sehingga orang lain akan dapat mengikuti dan mencerna dengan mudah sebagaimana yang mereka saksikan. Modelling (pemodelan) bertujuan agar peserta didik mempunyai gambaran nyata tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Dalam desain penelitian yang telah penulis lakukan tentang penerapan metode keteladanan (modelling) dan etika mulia dalam model pembelajaran STAD di SMA Muhammadiyah Pontren I m a m S y u h o d o , p e r a n g k a t pembelajaran yang digunakan antara lain buku- buku yang relevan, lembar kegiatan peserta didik (LKS), kertas kerja (worksheet), alat peraga, dan rencana pembelajaran. Selain itu, juga dikembangkan instrumen seperti lembar observasi, tes/kuis, dan angket peserta didik untuk mengetahui tanggapan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

Penerapan Metode Keteladanan dan Etika Mulia dalam Model Pembelajaran

S TA D y a n g d i l a k u k a n d i S M A M u h a m m a d i y a h P o n t r e n I m a m Syuhodo, secara sederhana dapat digambarkan bahwa dalam interaksi edukatif dengan metode keteladanan dan etika mulia akan terjadi komunikasi multi arah yang pada akhirnya akan terjadi diskusi dan tanya jawab untuk m e n d a p a t k a n i n f o r m a s i d a n pengalaman belajar melalui praktik p e r c o n t o h a n a t a u m o d e l l i n g . Keteladanan dan etika mulia diwujudkan dalam hubungan interpersonal, saling keterbukaan, jujur, dan mengandalkan kesabaran, kepedulian, dan kebaikan. Sedangkan model pembelajaran STAD digunakan untuk membentuk pola belajar yang memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran dan membangun kegiatan berpikir yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil k e p u t u s a n s e c a r a t e p a t d a n melaksanakannya secara benar dalam pengerjaan kasus-kasus akuntansi maupun matematika yang diberikan oleh guru/dosen.

Hasil penelitian selama KBM menunjukkan bahwa (1) 80% peserta didik aktif menyampaikan pendapat di dalam kelompok/tim kurang dari 5 menit sejak tim mulai beberja, (2) 95% tim dapat menyelesaikan tugas di dalam LKS tepat waktu dari waktu yang telah ditentukan guru/dosen, (3) Kurang lebih 86% peserta didik sebagai anggota tim aktif berpartisipasi didalam kerja tim, sisanya adalah 10% kurang aktif dan kurang dari 4% pasif. Berdasarkan hasil penelitian yang berupa data observasi dan pencapaian nilai/skor kuis peserta didik dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi. Hal ini bisa dibuktikan dengan rata-rata nilai yang dicapai peserta didik hampir 90% sudah melampaui batas/ kriteria ketuntasan minimal. Bahkan kurang lebih 30% anak mencapai nilai sempurna. Adapun sisanya yang 10% peserta didik masih perlu pembinaan khusus lebih lanjut. Hasil yang lain menunjukkan bahwa: (1) interaksi sosial di dalam tim berjalan cukup kondusif, (2) sikap peserta didik yang lebih pandai terhadap anggota tim yang lain sudah

aktif terlihat memberikan bimbingan kepada anggota timnya yang kurang pandai, (3) kebersamaan tim untuk menuntaskan materi pelajaran sangat baik walaupun ada beberapa peserta didik yang kurang aktif.

Adapun kontribusi unik dalam pengembangan metode keteladanan d a n e t i k a m u l i a d a l a m m o d e l pembelajaran STAD adalah (1) dapat memberi dukungan pengukuran praktik pengajaran terhadap tingginya konteks keragaman sekolah, dari ketatnya persaingan pasar yang tidak hanya m e n e k a n k a n p a d a k e c a k a p a n intelektualitas saja tetapi hal lain yang juga penting perlu dipertimbangkan adalah penekanan pada kecakapan etika dan spiritual peserta didik melalui keteladan sebagai kunci ketercapaian keberhasilan yang sesungguhnya, (2) terbangunnya hubungan belajar antara praktik pengajaran dan hasil pencapaian kecakapan/kompetensi peserta didik di abad 21 yang melahirkan pribadi-pribadi yang tangguh, berakhlaq mulia, mandiri, dan cakap serta berkarakter.

Kelebihan pembelajaran berbasis keteladanan dan etika mulia adalah (1) melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan imajinatif, mengguna-kan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal d a n t r a d i s i o n a l , ( 2 ) m e r u p a k a n pendekatan yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai model pembelajaran, (3) merupakan hal yang inherent dalam kehidupan peserta didik, (4) menekan-kan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional, dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah, (5) guru/dosen dan peserta didik akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman, karena terlibat dalam diskusi yang mendalam dan memicu b e r p i k i r k r i t i s s e h i n g g a m a m p u memasuki ranah intelektual, sosial, mental, emosional, dan spiritual seseorang, (6) Hubungan antara guru/dosen dan peserta didik akan terbina secara harmonis, dan (7) m e r u p a k a n m e t o d e y a n g d a p a t meletakkan landasan karakter yang kuat dalam pembentukan generasi yang berkarakter.

Sebagai suatu inovasi pembelajaran, metode keteladanan dan etika mulia diharapkan mampu memberdayakan guru/dosen dan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat. Keteladanan dan etika mulia memuat aspek-aspek akhlaqul karimah yang selanjutnya dengan keteladanan dan etika mulia peserta didik akan mampu mengimplementasikan nilai-nilai positif dan secara perlahan-lahan mengintegrasikannya dalam kehidupan dirinya.

Dengan demikian, kombinasi metode keteladanan dan etika mulia dalam STAD syarat dengan nilai-nilai etika yang luhur yang harus dikedepankan dan ditumbuhkan dalam diri peserta didik agar terbangun kepribadian yang unggul dan berakhlaq mulia yang mampu mengadapi tantangan dan tuntutan perkembangan jaman. Nilai-nilai positif inilah yang dijadikan orientasi dalam metode keteladanan dan etika mulia. Selain peserta didik cakap beretika, peserta didik juga cakap dalam keilmuan yang terbangun dari pola belajar aktif, kritis, dan mandiri melalui model pembelajaran STAD.

Oleh karena itu, sebenarnya secara praktik metode keteladan dan etika mulia bisa digunakan ke semua model pembelajaran yang telah digunakan seperti Multiple Intelligences, Belajar Aktif, Keterampilan Proses ataupun Partnership Learning Method dan lain-lain. Namun hal yang perlu diperhatikan d a l a m t a t a r a n p r a k t i k a d a l a h k e t e r c a p a i a n k o m p e t e n s i p a d a pemahaman keilmuan merupakan titik sentral bagi guru/dosen, dengan menyelipi nilai-nilai etika mulia dan keteladanan.

III. Kesimpulan

Kesimpulannya adalah: (1) untuk membelajarkan peserta didik dengan s e s u n g g u h n y a b e l a j a r d i b u t u h k a n pemikiran kritis, kreatif, dan mendalam serta diperlukan inovasi dalam metode dan model pembelajaran yang digunakan, (2) dengan metode keteladanan dan etika yang terintegrasi dalam model STAD diharapkan mampu melahirkan pribadi yang tangguh, handal, santun, mandiri, dan berkarakter yang pada akhirnya dapat meningkatkan

prestasi belajar peserta didik, (3) metode k e t e l a d a n a n d a n e t i k a m u l i a , mencerminkan optimalisasi potensi peserta didik dalam kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual yang merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak (4) berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan metode keteladan (modelling) dan etika mulia dalam model pembelajaran kooperatif STAD di SMA M Pontren Imam Syuhodo mampu mengoptimalkan aspek-aspek kognitif, a f e k t i f , d a n p s i k o m o t o r i k s e l a m a pembelajaran berlangsung.

IV. Rekomendasi, Keterbatasan, dan