• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN PADA PERUSAHAAN MERGER DAN AKUISISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN PADA PERUSAHAAN MERGER DAN AKUISISI"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

I. Pendahuluan

Akuisisi suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya merupakan suatu investasi yang dilakukan dalam suatu ketidakpastian. Satu ditambah satu menjadi tiga, persamaaan ini merupakan persenyawaan khusus dari suatu merger atau akuisisi. Kunci prinsip d a l a m p e m b e l i a n t e r h a d a p s a t u perusahaan adalah menciptakan value bagi

shareholder diatas value yang dihasilkan

dari dua perusahaan tersebut. Dua perusahaan yang melebur akan lebih berharga daripada dua perusahaan yang terpisah, paling tidak itulah alasan dilakukannya merger dan akuisisi.

P r i n s i p d a s a r p e n i l a i a n s u a t u perusahaan layak diakuisisi apabila perusahaan tersebut mampu menghasilkan net present value (NPV) positif kepada shareholder perusahaan pengakuisisi. Namun, karena NPV perusahaan yang akan diakuisisi sulit untuk ditentukan, merger dan akuisisi tetap akan menjadi topik yang sangat menarik.

Di antara begitu banyak cara untuk mengukur nilai yang dihasilkan oleh merger dan akuisisi perusahaan terhadap

shareholdernya, kinerja saham dalam

jangka pendek dipandang sebagai bukti yang dipercaya sebagai bukti penambahan nilai bagi shareholder perusahaan. Peningkatan ini juga bisa diukur dari adanya

r e t u r n t o t a l b a g i s h a r e h o l d e r n y a . Sebagaimana dalam studi yang dilakukan o l e h M a n d e l k e r ( 1 9 7 4 ) , s e l a i n mempertimbangkan return aktual saham yang terjadi selama beberapa hari, abnormal return juga dapat dipakai sebagai ukuran keberhasilan penambahan nilai.

Salah satu bukti yang dapat diandalkan dalam penilaian apakah merger dan akuisisi m a m p u m e n a m b a h n i l a i b a g i

shareholdernya dapat dilihat dari event

study jangka pendek. Kebanyakan studi pengujian abnormal return disekitar hari pengumuman merger dan akuisisi sebagai suatu indikator tentang terjadinya penambahan nilai bagi shareholdernya atau malah membawa kehancuran (Hackbarth dan Morellec, 2006).

Penelitian tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap abnormal return perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu upaya penelitian untuk melihat reaksi pasar, dalam hal ini reaksi para pemegang saham, investor, analisisi investasi dan pelaku pasar modal lainnya.

B e r d a s a r k a n u r a i a n y a n g t e l a h dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah,"Apakah terdapat perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi?"

This research aims to determine the difference in abnormal returns generated by the company before and after mergers and acquisitions. Measurement variables used in this study is Cumulative Abnormal Return (CAR) which is divided into several event window that is CAR-20,-2; CAR0; CAR1, -1; and CAR2, 20. It is also used abnormal return for each day during 41 days of observation. The

study found no significant abnormal return on announcement of mergers and acquisitions. Other results show, there were no differences in abnormal return for each event window periods being compared. While on the daily abnormal stock returns for 41 days were compared in pairs, obtained the result that there are significant differences in abnormal return in a few days before and after mergers and acquisitions.

Keywords: Abnormal return, Merger, and Acquisition.

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN

PADA PERUSAHAAN MERGER DAN AKUISISI

Amru Sukmajati STIE Swstamandiri Surakarta

(2)

disebut dengan return realisasi (realized return) yang dapat dicari dengan rumus:

II. Merger dan Akuisisi

"A business occurs when a corporation and one or more incorporated or unincorporated business are brought together into one account entity. The single entity carries on the activities of the previously separate independent enterprise".(Accounting Prinsiples BoardOpinion No. 15)

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dinyatakan bahwa penggabungan usaha secara umum merupakan suatu keadaan yang menyebabkan terjadinya legal merger atau suatu keadaan yang menyebabkan sebuah perusahaan memiliki mayoritas

voting stock perusahaan lain, sehingga

perusahaan mempunyai kemampuan untuk m e n g e n d a l i k a n p r o s e s p e m b u a t a n keputusan serta menguasai aktiva dan kewajiban perusahaan lain dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaaan.

Tiga macam bentuk penggabungan usaha menurut (Brigham and Gapenski, 1994) adalah:

1. Merger merupakan penggabungan usaha dengan cara mengambil alih semua operasi bisnis entitas bisnis dan entitas bisnis yang diambil alih kemudian dibubarkan.

2. Akuisisi merupakan penggabungan usaha dengan cara sebuah perusahaan mengakuisisi aset-aset produktif entitas bisnis lain dan mengintegrasikan aset-aset tersebut kedalam usahanya atau sebuah perusahaan mempunyai kendali atas fasilitas produktif entitas usaha lain d e n g a n m e n g a k u i s i s i d a l a m penggabungan badan usaha dapat berupa akuisisi aktiva.

3. K o n s o l i d a s i m e r u p a k a n s e b u a h p e n g g a b u n g a n u s a h a y a n g menyebabkan sebuah usaha baru terbentuk dengan mengambil alih aset dan operasi bisnis dua atau lebih bisnis yang terpisah dan entitas-entitas yang sebelumnya terpisah tersebut kemudian dibubarkan

Terlepas dari struktur kategorinya, semua merger dan akuisisi memiliki satu tujuan yang sama, yaitu bermaksut menciptakan sinergi yang menghasilkan nilai yang lebih besar dari penggabungan perusahaan dalam jumlah yang melebihi keduanya. Keberhasilan merger ataupun akuisisi bergantung pada tercapai tidaknya sinergi tersebut.

Menurut Jogiyanto (2003:109) return dapat berupa realisasi yang sudah terjadi atau sering

Keterangan :

R_it : Return realisasi yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

P_it : Harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

P_(it-1): Harga saham sekritas ke-i pada periode peristiwa t-i

atau bisa berupa return ekspektasi

(expected return) yang merupakan return yang

belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang yang dapat dicari dengan rumus:

R

it

=

(P - P )

it it-1

P

it-1

R

m t

=

(IHSG - IHSG )

t it-1

IHSG

t-1

Keterangan :

Rmt : Return pasar

IHSG t : Indek penutupan IHSG pada periode t

IHSG (t-1) : Indek penutupan IHSG pada periode t - 1

Sedangkan selisih antara keuntungan yang diharapkan (expected return) dengan keuntungan yang sebenarnya inilah yang disebut abnormal return. Sehingga didapat rumus abnormal return sebagai berikut: Jogiyanto (2003:434)

RTN

it

= R

it

- E ( R

it

)

Keterangan:

RTNit : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

R it : r e t u r n s e s u n g g u h n y a y a n g terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode ke-t

E(Rit) : return ekspektasi (return IHSG) sekuritas ke-i pada periode peristiwake-t.

(3)

Akumulasi return tidak normal (ARTN) atau

(cumulative abnormal return) merupakan

penjumlahan return tidak normalhari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas. Dengan rumus sebagai berikut

III. Hipotesis dan Kerangka Pemikiran

Hipotesis yang dirumuskan adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan abnormal r e t u r n y a n g d i h a s i l k a n o l e h perusahaan sebelum dan sesudah tanggal pengumuman merger dan akuisisi.

Keterangan :

ARTN(i,t) : akumulasireturn tidak normal

(cumulative abnormal return)

sekutiras ke-i pada hari ke-t, yang diakumulasikan dari return tidak normal (RTN) sekuritas ke-i mulai hari awal periode peristiwa (t3) sampai hari ke-t

RTN ia : Return tidak normal (abnormal

return) untuk sekutiras ke-i pada

hari ke-a, yaitu mulai t3 (hari awal periode jendela) samapi hari ke-t

H1 : Terdapat perbedaan abnormal return yang dihasilkan oleh perusahaan sebelum dan sesudah tanggal pengumuman merger dan akuisisi.

Diagram alir kerangka pemikiran disajikan dalam gambar berikut:

Merger &Akuisis i CAR-20 CAR-2 CAR-1 CAR2 CAR20 CAR1 Compare Mean One-sample t-test Paired-sample t-test REKOMENDASI Sebelum Sesudah

(4)

IV. Metode Penelitian

P e n e l i t i a n d i l a k u k a n t e r h a d a p perusahaan yang melakukan kegiatan merger dan akuisisi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2004-2010 dengan menggunakan sumber data ICMD periode tahun 2004-2010.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan kegiatan merger dan akuisisi yang telah terdaftar di BEI selama periode 2004-2010. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakter dengan kriteria sampel yang telah ditentukan sehingga didapatkan sampel yang representatif (Cooper dan Schindler,

2003).

Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan signifikan antara pengumuman merger dan akuisisi dengan perubahan abnormal return perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Pengujian reaksi perusahaan-perusahaan tersebut dilakukan dengan event study dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini m e n g g u n a k a n u j i O n e S a m p l e t

-test.Tujuannya membandingkan rata-rata dari beberapa kelompok yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Beberapa kelompok yang diuji adalah

cumulative abnormal return CAR-20,-2; CAR0;CAR1,-1; dan CAR2,20. Selain itu, untuk mendapatkan perbedaan abnormal return yang diperoleh sehubungan dengan kegiatan merger dan akuisisi, tes yang digunakan adalah paired sample test. Tujuan dari penggunaan tes ini adalah untuk membandingkan abnormal return yang diperoleh perusahaan pada saat sebelum dan sesudah meger dan akuisisi.

V. Statistik Deskriptif

Sampel yang digunakan mencakup delapan jenis industri yang ada di Bursa Efek Indonesia, yaitu Basic industry and

chemical, Mining, Finance, Miscellaneous industry, Consumer goods industry, Infrastructure, utilitiesand transportasion, property and real estate, Agriculture.

Tabel 1 meringkas statistik deskriptif dari variabel penelitian untuk perusahaan secara keseluruhan.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel

N

Mean

Std.

Deviation

CAR

-20,-2

30

.0640

.3691

CAR

-1

30

.0100

.1485

CAR

0

30

.0133

.0645

CAR

1

30

.0197

.0675

CAR

2, 20

30

-.0022

.1621

Sumber: Hasil pengolahan SPSS

CAR pada umumnya mendekati nol dengan deviasi standar kecil. Ini berarti bahwa baik pada periode sebelum, pada saat, dan setelah pengumuman, abnormal

return saham perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi rata-rata hampir sama dengan nol. Perusahaan mendapatkan CAR yang positif pada periode 20 sampai 2 hari sebelum merger (sebesar rata-rata

0,0640), 1 hari sebelum pengumuman ( 0 , 0 1 0 0 ) , d a n p a d a s a a t t a n g g a l pengumuman (0,0133). Sedangkan pada periode setelah pengumuman perusahaan mendapatkan abnormal return dengan nilai (0,0197), dan periode 2 hari sampai 20 hari setelah merger dan akuisisi mendapatkan abnormal return yang negatif, yaitu sebesar (-0,0022).

(5)

VI. Uji Hipotesis

Uji normalitas menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan semua data terdistribusi normal kecuali untuk CAR7 menunjukkan nilai 0,048 yang dapat dilihat pada lampiran 2. Penulis tetap memasukkan data ini karena jumlahnya hanya satu dan sangat mendekati normal sehingga semua data dapat disimpulkan terdistribusi normal dan uji hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu uji

one sample dan paired sample t-test.

Uji hipotesis mengemukakan hasil analisis dari pengolahan data sekunder untuk melihat perbandingan abnormal

return yang diperoleh pada H-20,-2; H-1;

H0; H1;H2,20, serta untuk keseluruhan periode pengamatan selama 41 hari.

Analisis diawali dengan menentukan return masing-masing saham atas dasar h a r g a p e n u t u p a n s e l a m a p e r i o d e pengamatan. Selanjutnya menghitung abnormal return dari 30 saham harian perusahaan yang dijadikan sampel, kemudian dilanjutkan dengan menghitung

cummulative abnormal return saham untuk

periode pengamatan 41 hari perdagangan bursa. Adapun pengamatan tersebut dibagi menjadi 20 hari sampai dengan 2 hari sebelum tanggal pengumuman, 1 hari s e b e l u m d a n s e s u d a h t a n g g a l pengumuman, tanggal pengumuman, dan 2 hari sampai dengan 20 hari setelah tanggal pengumuman merger dan akuisisi (CAR-20,-2; CAR0;CAR1,-1; dan CAR2,20).

P e n g u j i a n i n i b e r t u j u a n u n t u k m e n g e t a h u i p e r b e d a a n p e r o l e h a n

abnormal return saham harian untuk

tiap-tiap periode pengamatan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan

one-sample t-test dan paired sampel test.

Abnormal return dapat dijadikan sebagai cermin reaksi pasar terhadap pengumuman meger dan akuisisi yang dilakukan oleh p e r u s a h a a n s a m p e l . J i k a p a s a r memberikan respon positif terhadap pengumuman merger dan akuisisi, maka p e r u s a h a a n a k a n m e m p e r o l e h

cummulative abnormal return positif.

Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh

cummulative abnormal return negatif jika

pasar memberikan respon negatif terhadap pengumuman merger dan akuisisi.

Berdasarkan hasil penghitungan CAR, secara umum dapat dilihat bahwa CAR negatif yang lebih banyak daripada CAR positif terjadi pada periode CAR-20,-2;CAR-1; CAR-1,1 dan CAR 2,20. Ini mengindikasikan bahwa pada periode tersebut pasar tidak merespon positif terhadap tindakan merger dan akuisisi.Sedangkan pada periode CAR0 dan CAR1 menunjukkan bahwa CAR positif yang lebih banyak daripada CAR negatif. Ini mengindikasikan pada periode tersebut pasar memberikan respon positif terhadap keputusan merger dan akuisisi oleh perusahaan sehingga para pemegang saham memperoleh cumulative abnormal

return.

Sedangkan pada gambar 2 tentang rata-rata abnormal return saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan bahwa terdapat pola yang fluktuasi disekitar tanggal pengumuman m e r g e r d a n a k u i s i s i . H a l t e r s e b u t merupakan antisipasi pasar terhadap berita merger dan akuisisi. Pada periode sebelum tanggal pengumuman, terjadi pergerakan

abnormal return yang relative fluktuatif

d i b a n d i n g k a n d e n g a n s e t e l a h pengumuman.

Gambar Rata-rata Abnormal Return Perusahaan di Seputar Tanggal Pengumuman Merger dan Akuisisi

-20 -15 -10 -0.036 -5 0.049 0 5 10 15 20 -0,04 -0,02 0,00 0,02 0,04 0,06 Hari AR

AR Mean

(6)

adanya abnormal return. Di sisi lain, hasil dalam penelitian ini bertentangan dengan penelitian Dubcovsky dan Gracia (1995) yang menemukan bahwa perusahaan yang m e l a k u k a n m e r g e r d a n a k u i s i s i mendapatkan abnormal return yang positif dan signifikan dalam dua hari sebelum dan sesudah tanggal pengumuman. Hasil perhitungan mengindikasikan bahwa pasar memberikan tanggapan yang sama terhadap pengumuman merger dan akuisisi karena informasi telah diketahui pasar sebelum merger dan akuisisi diumumkan. Berdasarkan hasil perhitungan mean

compare test didapatkan hasil bahwa tidak

terdapat perbedaan antara CAR sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Pada pengujian hipotesisi pengaruh merger dan akusisi terhadap abnormal return perusahaan, diperoleh hasil bahwa merger dan akuisisi tidak berpengaruh terhadap abnormal return saham harian. Hasil ini mendukung penelitian Sudarsanam (2003) di Negara-negara Eropa yang menemukan bahwa perusahaan pengakuisisi malah mengalam penurunan kesejahteraan dengan tidak

Tabel 3. Hasil Uji Beda Mean

Variabel

Test Value = 0

t Df

Sig.

(2-tailed) Mean Difference

CAR -20,-2 .949 29 .350 .0640 CAR-1 .368 29 .715 .0100 CAR -1,1 1.502 29 .144 .0429 CAR 0 1.126 29 .269 .0130 CAR 1 1.598 29 .121 .0197 CAR2,20 -.075 29 .941 -.0022

Sumber: Hasil pengolahan SPSS

Hasil pengujian dengan menggunakan paired samples test sebagaimanayang terlihat dalam lampiran 3 menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan uji bedamean pada tabel 3. Hasil ini membandingkan antara abnormal return yang diperoleh pada periode 20 hari sebelum dan 20 hari sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Hasilnya terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada hari ke-10 dan ke-14 sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Perbedaan pada hari ke-10 memiliki nilai t sebesar 2,477 dengan signifikansi 0,019.Sedangkan pada hari ke-14 didapatkan hasil t sebesar -2,937 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006. Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan memang terdapat abnormal return yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah dilakukannya merger dan akuisisi, terutama pada hari ke-10 dan 14 sebelum dan sesudah pengumuman. Dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima.

VII. Kesimpulan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan abnormal return yang dihasilkan oleh perusahaan s e b e l u m d a n s e s u d a h t a n g g a l pengumuman merger dan akuisisi. Pengukuran variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah cumulative abnormal return (CAR) yang terbagi dalam beberapa event window. Event window tersebut adalah CAR-20,-2; CAR0; CAR1,-1; dan CAR2,20. Selain itu juga digunakan abnormal return untuk tiap hari pengamatan sepanjang 41 hari.

Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah dari keempat event window yang digunakan, tidak terdapat abnormal return yang signifikan terhadap pengumuman merger dan akuisisi. Begitupula dalam pembandingan perolehan abnormal return, tidak ditemukan adanya perbedaan untuk t i a p p e r i o d e e v e n t w i n d o w y a n g

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F and Gapenski, Financial Management, 7th Ed., Florida: The Dryden Press, 1994.

Cooper, D.R. and Schindler, P.S. Bussiness Reserch Method,7th Ed., Internasional Edition, New York : Mc Graw-Hill Companies, Inc, 2003.

Dubcovsky, Gerardo, Benjamin Gracia, Merger, Acqusition and Joint Ventures between

US-Mexian Firms 1993-1994, Journal of Financial Economics, 1995.

Hackbarth, Dirk, Erwan Morellec, Stock Return in Merger and Acquisition, Journal of Financial Economics, 2006.

Institute For Economic and Financial Research, 2004. ICMD 2004, http://www.4shared.com/rar/30_Yc7CQ/icmd_2004.html Institute For Economic and Financial Research, 2005.ICMD 2005.

http://www.4shared.com/rar/30_Yc7CQ/icmd_2005.html Institute For Economic and Financial Research, 2006.ICMD 2006.

http://www.4shared.com/rar/30_Yc7CQ/icmd_2006.html Institute For Economic and Financial Research, 2007.ICMD 2007.

http://www.4shared.com/rar/30_Yc7CQ/icmd_2007.html Institute For Economic and Financial Research, 2008.ICMD 2008.

http://www.4shared.com/rar/30_Yc7CQ/icmd_2008.html Institute For Economic and Financial Research, 2009.ICMD 2009.

http://www.4shared.com/rar/30_Yc7CQ/icmd_2009.html Institute For Economic and Financial Research, 2010. ICMD 2010.

http://www.4shared.com/rar/30_Yc7CQ/icmd_2010.html

Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisisi Investasi, Edisi Ketiga, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2003.

Mandelker, Gershon, Risk and return: The case of merging firms, Journal of Financial Economics,

Elsevier, vol. 1(4), pages 303-335, 1974.

Sudarsanam, Sudi, Creating Value from Mergers and Acquisitions, The Challenges, Prentice Hall,

Harlow, 2003.

dibandingkan. Sedangkan terhadap

abnormal return saham harian selama 41

h a r i y a n g d i b a n d i n g k a n s e c a r a berpasangan, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada hari ke-10 dan hari ke-14 sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tindakan merger dan akuisisi yang telah dilakukan oleh 30 perusahaan publik yang terdaftar di BEI selama tahun 2004 - 2010 tidak memiliki

pengaruh terhadap perolehan abnormal

return saham harian. Dengan demikian,

pasar di Indonesia tidak terpengaruh oleh

merger dan akuisisi yang dilakukan oleh

perusahaan. Namun di sisi lain, ditemukan perbedaan abnormal return yang signifikan yang positif pada hari ke-10 dan signifikan negatif pada hari ke-14 sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dilakukan. Dengan demikian, berdasarkan penelitian ini pada hari tersebut terdapat perbedaan perolehan abnormal return yang signifikan.

(8)

I. Pendahuluan

Era globalisasi tentu saja membawa banyak perubahan-perubahan baik yang bersifat positif maupun negatif. Sisi positifnya adalah pada saat sekarang ini informasi/pengetahuan mudah diperoleh meskipun juga mengalami masa yang cepat, sedangkan sisi yang lain adalah bahwa permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari semakin kompleks dan sekaligus tidak pasti. Perubahan yang demikian drastis seringkali menjadikan organisasi menghadapi permasalahan-permasalahan yang semakin kompleks yang tidak hanya menyangkut masalah finansial, namun seringkali juga sumber daya manusia. Perubahan yang demikian tidak hanya menuntut seorang manajer yang mempunyai kepandaian intelektual yang tinggi, yang mampu menghitung seberapa banyak alokasi dana, berapa perkiraan keuntungan yang harus diperolehnya, dan perhitungan perkem-bangan perusahaan secara angka saja. Justru pada saat - saat dinamika perusahaan naik turun, diperlukan seseorang yang mampu menyeimbangkan kepentingan organisasi dengan tanpa meninggalkan sumber daya khususnya sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya, atau dengan kata lain dibutuhkan suatu kepemimpinan yang t e p a t . M e n u r u t Ta n a k a ( 1 9 9 8 ) kepemimpinan memang menempati posisi

sentral dalam manajemen.. Tugas seorang pemimpin memang berkaitan dengan kegiatan manajemen dan kepemimpinan. Melakukan kegiatan Manajemen berarti mengerjakan segalanya secara benar, dan melakukan kegiatan kepemimpinan berarti mengerjakan hal-hal yang benar. Dalam melaksanakan kegiatan manajemen, seorang pemimpin dituntut untuk dapat memenuhi kedua persyaratan di atas secara menyeluruh. Seringkali para p e m i m p i n m e n e m u i d i l e m a d a l a m pengambilan keputusan karena hal benar yang dibenarkan secara manajemen dalam kesempatan yang lain, artinya dimensi waktu bisa menegatifkan pengambilan keputusan sebelumnya (Gunawan Samsu, 2009).

Untuk lebih mengantisipasi hal tersebut, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang visioner dan efektif. Pemimpin Visioner berarti seorang pemimpin yang dalam bertindak, berpikir tidak hanya dalam era sekarang saja tetapi memandang jauh ke depan. Ia menetapkan tujuan perusahaan dalam visi dan misi, ia menetapkan kebijakan dengan melihat baik buruknya alternatif dan resiko atau akibat yang akan terjadi, sudah dipertimbangkan baik-baik. Setiap persoalan dipandang secara bijak diambil hikmahnya, jika baik diambil, jika buruk kemudian diperbaiki agar tetap mengarah dan fokus ke masa depan. Agustian, Ary Ginanjar (2008) seseorang

Transformational leadership is the ability of leaders to motivate followers to reach beyond what is normally done. Competence or ability to realize one's own feelings, aware of the feelings of others, distinguish between them, and use information to guide one's thinking and behavior is the competence of Emotional Intelligence (Emotional Quotient / Emotional Intelligence). Emotional Intelligence is Intrapersonal dimension, as an indicator of self-awareness and self-expression, interpersonal used to measure the social awareness and interpersonal relationships, Stress Management is used for Management and Control of Emotion, Adaptation is used as an indicator of the ability to Managing Change, and General Mood is used as an indicator of Motivation self.

Keywords: leadership, Transformational Leadership, Emotional Intelligence

KECERDASAN EMOSIONAL,

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

Andri Nurtantiono

annurtantiono@gmail.com

(9)

yang visioner adalah mereka yang memiliki tujuan jangka panjang. Mereka bekerja bukan untuk sesuatu yang bersifat fisik dan sementara, namun untuk kepentingan orang banyak. Menurut Gunawan Samsu (2008) "Seorang visioner punya kearifan untuk bersinergi dengan visioner lainnya, dengan semangat saling memperkuat seperti layaknya ikatan sapu lidi. Seorang visoner juga harus punya kesabaran untuk merangkai tiap batang sapu lidi untuk menjadi ikatan yang kuat. Hal ini berarti bahwa seorang visioner haruslah seorang yang peduli dan empati dengan orang lain khususnya anak buah atau anggota-anggotanya". Sedangkan pemimpin efektif adalah seorang pemimpin yang mampu memimpin dengan segala ucapan, perbuatan dan sikap atau perilaku hidup yang mendorong dan mengantarkan bawahan pada tujuan yang hendak dicapai ( R i y a d i n i n g s i h d a n R a t n a , 2 0 0 7 ) . R i y a d i n i n g s i h d a n R a t n a ( 2 0 0 7 ) menyatakan bahwa kepemimpinan yang efektif akan sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam suatu organisasi. Hal ini mengindikasikan bahwa bawahan akan memiliki kinerja tinggi jika kepemimpinannya efektif. Kinerja bawahan tinggi dengan sendirinya akan berimbas pada kinerja organisasi yang tinggi pula.

II. Pembahasan

Pemimpin Efektif dan Transformasional

Ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengukur efektivitas pemimpin adalah seberapa jauh unit organisasi pemimpin tersebut berhasil menunaikan tugas pencapaian sasarannya (Yukl, 2006). Contoh ukuran kinerja yang obyektif mengenai pencapaian kinerja atau sasaran adalah keuntungan, margin keuntungan, peningkatan penjualan, pangsa pasar, penjualan dibanding target penjualan, pengembalian atas investasi, produktivitas, biaya per unit keluaran, biaya yang berkaitan dengan anggaran pengeluaran dan seterusnya. Sedangkan ukuran subyektifnya adalah tingkat efektivitas yang dihasilkan oleh pemimpin tertinggi, para pekerja atau bawahan.

Sikap para pengikut terhadap pemimpin adalah indikator umum lainnya dari pemimpin yang efektif (Yukl, 2006). Seberapa baik pemimpin tersebut memenuhi kebutuhan dan harapan

pengikutnya ? Apakah para pengikut menyukai, menghormati dan mengagumi pemimpinnya ? Apakah pengikut benar-benar mau mengerjakan keinginan pemimpinnya ? Indikator berikutnya adalah berdasar kontribusi pemimpin pada kualitas proses kelompok yang dirasakan oleh para pengikut. Apakah pemimpin mampu meningkatkan kohesivitas anggota kelompok, kerjasama anggota, motivasi a n g g o t a , p e n y e l e s a i a n m a s a l a h , pengambilan keputusan dan mendamaikan konflik antar anggota ? Apakah pemimpin berkontribusi terhadap efisiensi pembagian peran, pengorganisasian aktivitas, pengakumulasian sumber-sumber dan kesiapan kelompok untuk menghadapi perubahan atau krisis ? Apakah pemimpin dapat memperbaiki kualitas kehidupan kerja, membangun rasa percaya diri pengikutnya, meningkatkan ketrampilan mereka dan berkontribusi terhadap p e r t u m b u h a n d a n p e r k e m b a n g a n psikologis para pengikutnya ?

Dalam kebanyakan konteks organisasi, kepemimpinan transformasional dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang lebih efektif dibandingkan dengan transaksional d a n s e c a r a k o n s i s t e n d i t e m u k a n meningkatkan kinerja organisasi yang lebih b e s a r ( L o w e d a n K r o e c k , 1 9 9 6 ) . Kepemimpinan transformasional secara t r a d i s i o n a l d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i p e r w u j u d a n k o m p o n e n - k o m p o n e n karisma, stimulasi intelektual, dan pertimbangan individual (Avolio et al., 1999). Dimensi karisma terkait dengan pemimpin yang menanamkan kebanggaan, iman, dan rasa hormat pada bawahan dan yang menetapkan visi dan misi untuk s e b u a h t i m m e l a l u i k e t e r a m p i l a n komunikasi yang baik. Stimulasi Intelektual ciri seorang pemimpin yang meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, kehati-hatian dalam pemecahan masalah, dan yang mendorong bawahan untuk melakukan inovatif dalam menyelesaikan suatu masalah. Seorang pemimpin yang memberikan perhatian pribadi kepada bawahan, memperlakukan setiap karyawan sebagai seorang individu, dan mengambil m i n a t d a l a m j a n g k a p a n j a n g pengembangan kepribadian setiap k a r y a w a n m e r u p a k a n k o m p o n e n k e p e m i m p i n a n t r a n s f o r m a s i o n a l K e p e m i m p i n a n T r a n s f o r m a s i o n a l (Sivanathan, Niroshaan dan G.Chinthia F,

(10)

2002) adalah kemampuan pemimpin untuk memotivasi pengikutnya untuk mencapai melebihi apa yang mulanya dianggap mungkin. Bass (1985) mengusulkan empat f a k t o r k a r a k t e r i s t i k k e p e m i m p i n a n transformasional yang sering disebut sebagai "Four I's :

1 . Pengaruh ideal/Idealized Influence yakni pengikut mengidealkan dan meniru perilaku pemimpin terpercaya mereka; 2 Inspirasional motivasi/Inspirational

Motivation yaitu pengikut termotivasi oleh pencapaian tujuan yang sama; 3. S t i m u l a s i i n t e l e k t u a l / I n t e l l e c t u a l

Stimulation yakni pengikut didorong untuk melepaskan diri dari cara berpikir lama dan didorong untuk mempertanyakan nilai-nilai, keyakinan dan harapan mereka; dan

4. Pertimbangan individual/Individualized Consideartion yaitu kebutuhan pengikut yang ditujukan baik secara individu dan tujuan keadilan (Bass dan Avolio, 1997). Kepemimpinan transformasional secara k o n s i s t e n m e n u n j u k k a n e f e k menguntungkan pada berbagai hasil individu dan organisasi (Bass, 1998). Sebagai contoh, Barling et al. (1996) menemukan bahwa komitmen organisasi bawahan berkorelasi positif dengan perilaku kepemimpinan transformasional supervisor mereka. Kelloway dan Barling (1993) juga telah menunjukkan prediksi kuat kesetiaan seseorang kepada organisasinya adalah sejauh mana dipraktikkan kepemimpinan transformasi. Selain itu, hubungan yang positif juga telah d i t e m u k a n a n t a r a k e p e m i m p i n a n transformasional dan motivasi bawahan (Masi dan Cooke, 2000). Beberapa penelitian yang lain menunjukkan bukti-bahwa kepemimpinan transformasional secara positif berhubungan dengan kinerja bisnis intinya (Barling et al., 1996; Howell dan Avolio, 1993). Menurut Bass (1998) kepemimpinan transformasi adalah berhubungan secara positif dengan efektivitas pemimpin (Bass, 1998).

K a r e n a h a s i l o r g a n i s a s i p o s i t i f berhubungan dengan kepemimpinan transformasi, para peneliti mengeksplorasi faktor-faktor yang memprediksi perilaku kepemimpinan transformasional (Rost, 1991). Faktor yang banyak dinyatakan adalah kecerdasan emosional (Sosik dan Megerian, 1999; Barling et al., 2000) Avolio mengemukakan bahwa para pemimpin

yang efektif adalah orang-orang yang m e m p u n y a i g a y a k e p e m i m p i n a n t r a n s f o r m a s i o n a l d a r i p a d a g a y a kepemimpinan transaksional (1995). Kepemimpinan Transformasional lebih berdasarkan emosi dibandingkan dengan k e p e m i m p i n a n t r a n s a k s i o n a l d a n melibatkan tingkat emosional tinggi (Yammarino dan Dubinsky, 1994).

Kompetensi Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

Kompetensi didefinisikan sebagai k a p a b i l i t a s a t a u k e m a m p u a n ( B o y a t z i s , 2 0 0 8 ) d a n k o m p e t e n s i Kecerdasan Emosional (EQ) merujuk pada kemampuan seseorang untuk menyadari perasaan sendiri, sadar akan perasaan orang lain, membedakan diantara keduanya, dan menggunakan informasi untuk membimbing seseorang berpikir dan perilaku. Definisi ini terdiri dari tiga kategori kemampuan: evaluasi dan ekspresi emosi, regulasi emosi dan menggunakan emosi dalam pengambilan keputusan. Goleman (Polychroniou, PV, 2009) memberikan definisi yang sama: "kemampuan untuk mengatur perasaan kita sendiri dan orang-orang lain, untuk memotivasi diri kita sendiri, dan untuk mengelola emosi dengan baik dalam diri kita sendiri dan dalam berhubungan orang lain "Bar-On (Stein, SJ. Et al, 2009) menyatakan bahwa orang dengan tingkat emosional lebih tinggi memiliki kemampuan untuk menangani situasi yang menekan tanpa kehilangan kontrol dan dapat mempertahankan ketenangannya ketika berhubungan dengan orang lain bahkan ketika intens mengalami emosi. Sosik dan Megerian (Stein, SJ. Et al, 2009) menyatakan bahwa orang yang cerdas secara emosional merasa lebih aman dalam kemampuan mereka untuk mengontrol dan pengaruh peristiwa kehidupan dan, sebagai hasilnya, individu memberikan fokus pada orang lain serta merangsang intelektual dan memotivasi pengikutnya.

Stein dan Book (2000) berpendapat bahwa para pemimpin dengan kecerdasan emosional yang lebih besar akan menjadi pemimpin yang efektif. Barling dari suatu studi menemukan bahwa para manajer di pabrik yang kecerdasan emosionalnya ditingkatkan (diperhatikan dan dijaga) menunjukkan pengaruh yang lebih besar pada faktor pengaruh ideal , inspirasional

(11)

motivasi dan pertimbangan individual (Barling et al., 2000). Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosi berperan dua kali lipat bahkan lebih dalam menentukan kesuksesan seseorang di tempat kerja. Bahkan jika dikombinasikan dengan kecerdasan spiritual (ESQ) mampu menjadi benteng dalam pelaksanaan tanggung-jawab atas pekerjaaannya (Hidayat, Riskin, 2008)

Kepedulian dan sikap berempati terhadap bawahan atau pengikutnya merupakan salah satu indikator adanya kecerdasan emosional pada orang tersebut. Semenjak ditemukannya konsep EQ (Kecerdasan Emosi) oleh Daniel Goleman, peduli dan empati menjadi sesuatu yang teramat penting. Masyarakat barat yang cenderung individualis seakan tersadarkan akan pentingnya nilai-nilai yang selama ini dianggap kurang penting terhadap kesuksesan seseorang. Peduli berarti mampu untuk memahami kebutuhan orang lain, merasakan persaannya serta menempatkan diri dalam posisi orang lain. Seseorang yang memiliki kepedulian tinggi adalah orang yang peka, yang bukan saja perhatian pada dirinya sendiri

(self-centered), melainkan juga tertuju kepada

orang lain (extra centered sensitivity) sehingga mudah merasa iba pada orang lain. Kepedulian membuat orang melihat keluar dari dirinya dan menyelami perasaan dan kebutuhan orang lain, lalu menanggapi dan melakukan perbuatan yang diperlukan untuk orang-orang disekelilingnya (ESQ Nebula, 2009).

Ada dua jenis cara pandang, pertama melalui cermin dan kedua melalui kaca jendela. Seseorang yang self centered memandang hanya melalui kaca cermin sehingga yang ia lihat hanya dirinya sendiri. S e d a n g k a n s e o r a n g e x t r a c e t e r e d memandang melalui kaca jendela, yang dilihat bukanlah dirinya sendiri, melainkan orang lain dan kebutuhannya. Orang yang perhatiannya tertuju kepada orang lain akan bersikap :

1). Lebih sadar akan kepentingan dan kebutuhan orang lain

2) Perhatiannya terhadap kepentingan diri sendiri berkurang.

3) Bertambah kesadarannya bahwa setiap orang memiliki keunikan sendiri-sendiri. 4) Bertambah keinginan untuk memberikan

bantuan dan pertolongan bagi orang lain

5) Berkurangnya rasa kesedihan, karena melihat bahwa orang lain banyak yang kurang beruntung.

Empati yang secara umum dikenal sebagai kebijakan universal, sangat berkaitan dengan kebajikan lainnya seperti cinta, toleransi, kebaikan, kepedulian, penerimaan dan lain-lain. Daniel Goleman menganggap empati sebagai komponen besar dalam kecerdasan emosi sebab e m p a t i m e m u n g k i n k a n s e s e o r a n g memahami dan memprediksi emosi dan kebutuhan orang lain. Pengetahuan tersebut dapat membantu kita untuk mempengaruhi orang lain. Empati dapat menjadi kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan dengan orang lain (Connecting with). Menurut Daniel Goleman (ESQ Nebula, 2009), meningkatkan empati dapat melalui beberapa cara yaitu :

1. Understanding Others yaitu cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain.

2. Service orientation yaitu memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain, bukan mengambil apalagi memanipulasi 3. Developing Others yaitu memberikan

m a s u k a n - m a s u k a n p o s i t i p a t a u membangun orang lain

4. Leveraging Others yaitu mengambil manfaat dari perbedaan, bukan menciptakan konflik dari perbedaan, dan 5. Political Awareness yaitu memahami aturan main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam hubungannya dengan orang lain

Sikap peduli dan empati dapat meningkatkan emosi positip, dimana emosi positip akan mendorong orang untuk bereaksi positip juga.Dengan demikian jika pemimpin menginginkan ada respon yang baik dan motivasi untuk bekerja menjadi lebih baik adalah dengan menumbuhkan sikap peduli dan empati .

Pengukuran Kecerdasan Emosional

Selain kepedulian dan empati, ada beberapa dimensi ketrampilan yang lain yang ada dalam kecerdasan emosional. Dimensi ketrampilan tersebut meliputi Intrapersonal sebagai indikator Kesadaran-diri dan ekspresi Kesadaran-diri, Interpersonal digunakan untuk mengukur Kesadaran sosial dan hubungan interpersonal , Manajemen Stress digunakan untuk Manajemen dan Pengendalian Emosi, Adaptation digunakan sebagai indikator

(12)

kemampuan untuk Mengelola Perubahan, dan General Mood digunakan sebagai indikator Motivasi diri. Pengukuran dimensi ketrampilan dan indikator kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan m e n g g u n a k a n E m o s i o n a l Q u o t i e n t

Inventory (EQ-i). Menurut Bar-On (Stein,

SJ. Et al, 2009) model EQ-i melibatkan daftar kemampuan dan ketrampilan pribadi, emosional, dan sosial. Skor yang lebih tinggi pada hasil EQ-i ini mengimplikasikan ketrampilan Emotional Intelligence yang kuat dan lebih positif memprediksikan sebagai efektif dalam memenuhi tuntutan dan tantangan. Sebaliknya, skor EQ-i yang lebih rendah menunjukkan keterampilan EI yang buruk dan mengurangi kemampuan untuk menjadi efektif dalam memenuhi tuntutan dan tantangan .

Keandalan dari EQ-i telah diselidiki oleh sejumlah peneliti seperti Matthews, Newsome, Petrides dan Furnham (Stein,

SJ. Et al, 2009) dengan konsensus temuan mengungkapkan bahwa instrumen ini dapat diandalkan, konsisten, dan stabil. Bar-On melaporkan bahwa Reliabilitas konsistensi internal EQ-i secara keseluruhan adalah 0,76 dan Keandalan tes-tes ulang 0,85 setelah satu bulan dan 0,75 setelah empat bulan (Stein, SJ. Et al, 2009).

Slaski dan Cartwright (Stein, SJ. Et al, 2009) menemukan bahwa hasil metode pengukuran EQ-i secara signifikan berkorelasi dengan semangat (0,55), stres (0,41), kesehatan umum (0,50), dan peringkat kinerja Supervisor (0.22) dalam penelitian mereka terhadap manajer retail. Studi lain pada manajer Inggris, Slaski dan Cartwright menemukan bahwa pelatihan dalam kecerdasan emosional meng-hasilkan peningkatan skor EQ-i dan m e n i n g k a t k a n k e s e h a t a n d a n kesejahteraan.

Tabel I. Karakteristik Ketrampilan dan Arah Pengukuran Kecerdasan emotional (Emotional Intelligence)

Karakteristik Ketrampilan Arah Pengukuran

Intrapersonal

1.Anggapan Diri (Self Regard)

2.Kesadaran Emosi Diri (Emotional Self Awareness

3.Ketegasan (Assertiveness)

4.Kemandirian (independence)

5.Aktualisasi diri(Self Actualization)

Kesadaran-diri dan ekspresi diri:

1. Kemampuan Memahami, mengerti dan menerima diri sendiri

2. Kemampuan mengetahui dan memahami emosi seseorang

3. Kemampuan mengekspresikan emosi seseorang dan diri sendiri

4. Menjadi mandiri dan bebas dari ketergantunganemosional pada orang lain 5. Berusaha untuk mencapai tujuan pribadi dan mengaktualisasikan potensi seseorang

Interpersonal 1.Empati(Empaty)

2.Tanggung jawab sosial (Social Responsibility)

3.Hubungan interpersonal yang saling memuaskan (Interpersonal

Relationship)

Kesadaran sosial dan hubungan interpersonal:

1. Kemampuanmengetahui dan

memahami bagaimana orang lain merasa 2. Kemampuan mengidentifikasi dengan salah satu kelompok sosial dan

bekerjasama dengan orang lain

3. Kemampuan membangun hubungan dan berhubungan baik dengan yang lain

Stress Management

1.Toleransi Stres (Stress Tolerance ) 2.Pengendalian Rangsangan (Impulse

Control)

Manajemen dan Pengendalian Emosi 1.Kemampuanmengelola emosi 2.Kemampuanmengendalikan emosi

(13)

pengembangan kepribadian terhadap setiap karyawan merupakan komponen kepemimpinan transformasional. Perilaku yang ditunjukkan dalam kepemimpinan transformasional adalah cerdas secara emosional, dimana dimensi Emotional Intelligence adalah Intrapersonal, sebagai indikator Kesadaran-diri dan ekspresi diri, Interpersonal digunakan untuk mengukur K e s a d a r a n s o s i a l d a n h u b u n g a n interpersonal, Manajemen Stress diguna-kan untuk Manajemen dan Pengendalian Emosi, Adaptation digunakan sebagai indikator kemampuan untuk Mengelola Perubahan, dan General Mood digunakan sebagai indikator Motivasi diri.

Adaptability

1. Uji Realitas(Reality Testing)

2. Fleksibilitas (Flexibility)

3. Pemecahan Masalah(Problem Solving)

Mengelola Perubahan: 1.Kemampuanseseorang untuk

merasakan dan berpikir obyektif dengan kenyataan eksternal

2.Kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan perasaan seseorang dan berpikir untuk situasi baru

3.Kemampuan memecahkan masalah secara efektif memecahkan masalah alamiah personal dan interpersonal

General Mood

1. Optimis (Optimism)

2. Kebahagiaan (Happiness)

Motivasi Diri:

1.Menjadi positif dan meliha t sisi terang kehidupan

2.Merasa puas dengan diri sendiri dan kehidupan pada umumnya

Sumber : Stein, SJ. et al, 2009

III. Kesimpulan

Perubahan-perubahan dalam era globalisasi yang semakin kompleks membutuhkan seorang pemimpin yang visioner dan efektif. Visioner ditunjukkan dengan kepedulian dan empatinya seorang pemimpin, sedangkan pemimpin yang efektif terlaksana jika seorang pemimpin mampu memimpin dengan segala ucapan, perbuatan dan sikap atau perilaku hidup yang mendorong dan mengantarkan bawahan pada tujuan yang hendak dicapai.

Seorang pemimpin yang mampu memberikan perhatian pribadi pada bawahan, memperlakukan setiap karyawan sebagai individu yang unik, dan melakukan

1. Avolio, B.J., Bass, B.M. and Jung, D.I.,1999, "Re-examining the components of

transformationaland transactional leadership using the multi-factor leadership questionnaire", Journal of Occupational and Organizational Psychology, Vol. 72, pp.

441-462.

2. Agustian, Ary Ginanjar, 2008, Visioner, ESQ Magazine, No. 9/Thn IV/Agustus 2008, PT.Arga Tilanta

3. Barling,J ,Weber,T and kelloway,EK, 1996,"Effect of transformational leadership training and

attitudinal and fiscal outcomes, S field experiment", Journal of Apllied Psychology, Vol.

81, pp 823-832

4. Barling,J ,Stater,F and Kelloway,EK, 2000, "Transformational leadership and emotional

intelligence : an exploratory study", Leadership and Organizational Development

Journal, Vol.21, pp 157-161

(14)

5. Bass,B.M., 1985, Leadership and performance Beyond Expectation, Free Press, New York,NY 6. Bass, BM, 1998, Transformational Leadership Indutrial. Military, and Educational Impact,

Lawrence Erlhaum Associates, Mahwah, NJ

7. Bass,B.M. and Avolio, BJ, 1997, Full Range Leadership Development, Manual for the

Multifactor Leadership Questionaire, Mind Garden, Palo Alto, CA.

8. Boyatzis,RE, 2008; "Competencies in the twenty-first century", Journal of Management Development, Vol. 25, No.7, pp 607-623.

9. ESQ Nebula, 2009, Peduli dan Empati, ESQ Nomor 11, Product Leader Pahami Suara Hati

Konsumen, PT Arga Tilanta, Jakarta

10.Hidayat, Riskin, 2008, Sinergi Parktek ESQ dan Budaya Organsiasi dalam mencapai kinerja

perusahaan yg tinggi dan berkelanjutan keunggulan Kompetitif, Jurnal Bisnis &

manajemen Vol. 8, No.1, 2008, 71-82

11. Howell,JM and Avolio,BJ, 1993, "Transformational leadership, transactional leadership, locus of

control and support for innovation : key predictors of consolidated business unit performance", Journal of Apllied Psychology, Vol. 78, pp 891-902

12.Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosional : mengapa Emotional Intelligence lrebih penting

daripada IQ, Penerbit Gramedia Pustaka Utama

13.Gunawan Samsu ,2008, , Visi Seorang Visioner, ESQ Magazine, No. 9/Thn IV/Agustus 2008, PT.Arga Tilanta.

14.Gunawan Samsu, 2009, Esensi Manajemen dan Kepemimpinan Spiritual, ESQ Nebula, Product Leader, Pahami Suara Hati Konsumen, PT. Arga Tilanta, Jakarta

15.Lowe,KB and Kroeck,KG, 1996, "Effectiveness.correlateds of transformational

andtransaktional leadership : a meta analytic review", Leadership Quarterly, Vol.7,

pp.385-426.

16.Masi, RJ and Cooke,RA, 2000, "Effect of transformational leadership on subordinate

motivation, empowering norms, and organizational procuctivity", International Journal of

Organizational Analysis, Vol. 8, pp.16-47

17.Polychroniou, PV, 2009, Relationship between emotional intelligence and transformational

leadership of supervisors : The impact on team effectiveness, Team Performance Management, Vol. 15 No. 7/8 2009, pp 343-356, Emerald Group Publishing Limited.

18.Riyadiningsih,H dan Ratna Pujiastuti, 2007, Analisis Tipe kepemimpinan dalam meningkatkan

Kinerja Organisasi, Jurnal Bisnis & Manajemen Vol.7, No.2, hal 147-156

19.Rost, JC, 1991,"Leadership for the Twenty-first Century", Greenwood, New York, NY

20.Sivanathan, Niroshaan dan G.Chinthia F, 2002, Emotiuonal Intelligence, moral reasoning, and

transformational leadership, Ledership & Organization Development Journal, 23/4 pp

198-204

21.Sosik,JJ and Megerian,LF, 1999, "Understanding leader emotional intelligence and

performance : the role of self other agreement on transformational leadership perceptions", Group and Organizational Management, Vol 24, pp 367-390.

22.Stein, SJ. Et al, 2009, Emotional intelligence of leaders : a profile of top executives, Leadership

& Organization Development Journal, Vol. 30 No. 1, 2009, pp 87-101, Emerald Group

Publishing Limited.

23.Stein, SJ and Book,HE, 2000,The EQ Edge : Emotional Intelligence and Your Succes, Stoddart Publishing, Toronto

24.Tanaka, 1998, "Plato on Leadership" Journal of Business Ethics, Vol 17,:pp 785-798.

25.Yammarino,FJ and Dubinsky,AJ, 1994, "Transformational leadership theory: using levels of

analysis to determine boundary conditions", Personnel Psychology, Vol.47, pp. 787-811.

(15)

A. Pendahuluan

Perguruan tinggi adalah satuan p e n d i d i k a n t i n g g i y a n g d a p a t menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi. Perguruan-perguruan tinggi tersebut didirikan sebagai sarana peningkatan intelektual, spiritual dan emosional mahasiswa dimana setelah lulus dapat melakukan pengabdian bagi kemajuan masyarakat.

Dewasa ini keinginan masyarakat semakin tinggi mengikuti perkembangan j a m a n y a n g m e n g i n g i n k a n s e g a l a sesuatunya lebih bermanfaat atau berdaya guna. Masyarakat sudah semakin cerdas dan cermat dalam mengambil keputusan untuk setiap pilihan. Masyarakat dalam hal ini adalah siswa sekolah menengah umum (SMU) di kota Surakarta juga memiliki banyak pertimbangan dalam memilih dan menentukan perguruan tinggi yang diinginkan. Di sisi lain, untuk memenuhi berbagai keinginan masyarakat tersebut, perguruan tinggi juga harus lebih pintar dalam menyediakan dan memenuhi apa yang diinginkan.

Saat ini pemilihan perguruan tinggi bagi lulusan SMU adalah sangat penting. Hal ini disebabkan karena banyaknya pilihan atau alternatif perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Perguruan tinggi negeri membatasi kapasitasnya dalam menerima calon mahasiswa, sehingga perguran tinggi swasta menjadi alternatif pilihan berikutnya.

Perguruan tinggi swasta sangat banyak bermunculan sehingga menyebabkan semakin ketat persaingan di antara mereka.

Hal ini menyebabkan perguruan tinggi swasta harus mengerti dan memenuhi apa yang diinginkan oleh pangsa pasar mereka dalam menawarkan jasa pendidikan tinggi.

B. Masalah Penelitian

Dari berbagai uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. F a k t o r - f a k t o r a p a k a h y a n g

melatarbelakangi pemilihan perguruan tinggi swasta bagi lulusan SMU di Surakarta.

2. D a r i b e r b a g a i f a k t o r y a n g melatarbelakangi pemilihan perguruan tinggi swasta tersebut faktor apakah yang paling dominan.

C. Tinjauan Pustaka

1. Peran Perguruan Tinggi Dalam Masyarakat

Perguruan tinggi mempunyai hampir semua peran untuk menuju kemandirian bangsa Indonesia. Sektor ekonomi, sebagai contoh bidang industri, perguruan tinggi seharusnya menjadi inkubator industri Negara Indonesia. Banyak hal bisa dilakukan, industri memerlukan teknologi dan perguruan t i n g g i l a h y a n g b i s a m e m e n u h i kebutuhan tersebut. Industri juga memerlukan manajemen dan di sisi lain perguruan tinggi juga yang menguasai ilmu manajemen. Semua itu bisa dilakukan terutama jika perguruan tinggi bersinergi dengan pemerintah.

College is a public institution that provides educational services to the community. Community preference in selecting colleges vary widely, because each individual has different desires in choosing a college. But in general, the level of public preference may be obtained based on the factors on which the consideration of the selection of a college.

Keyword : preference

PREFERENSI PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI SWASTA

DI SURAKARTA

Budi Istiyanto Rosita

Ida Ayu Kade Rachmawati Kusasih STIE Surakarta

(16)

Perguruan tinggi juga berperan dalam mencetak alumni-alumni yang tidak hanya ahli dalam hard skill untuk diri sendiri, tetapi juga alumni yang mempunyai kontribusi nyata demi k e m a n d i r i a n N e g a r a I n d o n e s i a . Disinilah salah satu letak optimalisasi peran perguruan tinggi. Negara Indonesia merupakan negara besar dan berpotensi namun saat ini masih tertinggal dengan negara-negara lain dan belum mampu menjadi mandiri. Permasalahan utama terletak pada sumber daya manusia yang ada. Untuk mencapai negara yang mandiri banyak faktor yang menjadi parameter, salah satunya adalah pendidikan terutama tingkat perguruan tinggi. Karena itu sumber daya yang ada dapat diarahkan guna mencapai kemandirian Negara Indonesia bila sumber daya yang ada di Indonesia berkualitas. Maka solusi yang paling mungkin adalah optimalisasi p e r a n p e r a n p e r g u r u a n t i n g g i . Perguruan tinggi dapat berperan secara optimal sesuai dengan tridharma perguruan tinggi, yaitu : pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

2. Preferensi

Prefensi masyarakat dalam memilih perguruan tinggi sangat bervariasi, karena setiap individu mempunyai keinginan berbeda-beda dalam memilih perguruan tinggi. Namun secara umum, tingkat prefensi masyarakat tersebut dapat diperoleh berdasarkan faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan suatu perguruan tinggi. P e n e l i t i a n i n i b e r t u j u a n u n t u k mengetahui prefensi masyarakat (siswa yang bersekolah di SMU) di kota S u r a k a r t a d a l a m m e m i l i h d a n menentukan perguruan tinggi. Serta mencari faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhi preferensi tersebut. Preferensi mengandung pengertian kecenderungan dalam memilih atau prioritas yang diinginkan. Jadi dalam studi ini ingin mengetahui k e c e n d e r u n g a n / p r i o r i t a s y a n g diinginkan dari masyarakat Kota Surakarta terhadap keberadaan perguruan tinggi disamping keberadaan perguruan tinggi lain yang juga berperan sebagai lembaga pendidikan di kawasan tersebut.

3. Biaya Pendidikan

B i a y a p e n d i d i k a n m e r u p a k a n sejumlah dana/uang yang harus disediakan untuk dapat masuk dan berkuliah di suatu perguruan tinggi hingga memperoleh gelar kesarjanaan. B i a y a t e r s e b u t m e l i p u t i b i a y a pendaftaran untuk dapat mengikuti tes seleksi penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi yang diinginkan. Setelah dinyatakan lolos/diterima di perguruan tinggi tersebut maka selanjutnya harus memenuhi biaya daftar ulang/her-registrasi ditambah dengan biaya-biaya lain seperti biaya u n t u k o r i e n t a s i m a u p u n b i a y a pengembangan perguruan tinggi. Setelah terdaftar menjadi mahasiswa, biaya yang harus dikeluarkan tiap semesternya minimal adalah biaya pendidikan tetap maupun variabel sesuai dengan besarnya sks mata kuliah yang diambil pada semester tersebut ditambah dengan biaya ujian baik ujian tengah semester maupun ujian akhir. Selain biaya-biaya tersebut masih ada biaya-biaya lain yang juga harus dipersiapkan selama masa studi di perguruan tinggi diantaranya adalah biaya saat mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang seperti seminar, study tour, dan magang. Di akhir masa studi saat gelar kesarjanaan sudah diraih masih ada biaya yang harus ditanggung yaitu biaya wisuda. Semua biaya tersebut tentunya akan berbeda baik jenis maupun besarannya antara perguruan tinggi yang satu dengan perguruan tinggi yang lain.

Ragam dan besar kecilnya biaya studi di suatu perguruan tinggi yang harus dipersiakan tentunya akan terkait d e n g a n k e m a m p u a n e k o n o m i masyarakat sebagai calon pengguna perguruan tinggi tersebut. Kebutuhan pendidikan seringkali masih dianggap kebutuhan sampingan atau masih dapat dikesampingkan walaupun masuk dalam kategori kebutuhan primer. Hal tersebut terjadi karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah, sehingga hanya mempu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.

(17)

4. Mutu Perguruan Tinggi

Setidaknya ada lima faktor yang menentukan kualitas sebuah perguruan tinggi, (1) sarana dan prasarana yang m e n d u k u n g ( g e d u n g , r u a n g perkantoran, ruang kuliah); (2) fasilitas y a n g m e m a d a i ( p e r p u s t a k a a n , laboratorium); (3) kualitas dosen dengan komitmen waktu yang cukup untuk mengajar; (4) kemampuan meneliti; dan (5) komitmen para dosen dan peneliti terhadap profesinya untuk terus berupaya meningkatkan kompetensi dan keahlian. Untuk itu, ada hal penting yang harus diperhatikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi yakni dengan menegaskan visi dan orientasi, bahwa perguruan tinggi adalah institusi publik yang memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Perguruan tinggi adalah lembaga pengembangan ilmu yang bertujuan m e l a h i r k a n m a s y a r a k a t b e r p e n g e t a h u a n , b e r k e a h l i a n , kompeten, dan terampil.

U p a y a m e n i n g k a t k a n m u t u pendidikan tinggi menjadi kian penting dalam rangka menjawab berbagai tantangan globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pergerakan tenaga ahli antar negara yang cukup tajam. Maka, persaingan antarbangsa pun berlangsung sengit dan intensif sehingga menuntut lembaga pendidikan tinggi, untuk mampu melahirkan sarjana-sarjana berkualitas, memiliki keahlian dan kompetensi profesional yang siap menghadapi kompetisi global.

5. Kualitas Lulusan

Lulusan merupakan produk dari serangkaian proses akademik yang b e r l a n g s u n g d a l a m s i s t e m pembelajaran di kampus. Kualitas suatu lulusan dapat dilihat dari (i) prestasi akademik mahasiswa; (ii) tingkat kelulusan, drop-out, dan kegagalan mahasiswa dalam menyelesaikan studi; ( i i i ) k e s e m p a t a n m e m p e r o l e h pendidikan lanjutan setelah lulus; dan (iv) cepat-lambatnya lulusan (sarjana) mendapatkan pekerjaan (duration of

searching jobs) dan prestasi mereka

selama bekerja.

Keempat indikator kualitatif tersebut merupakan barometer standar untuk

mengukur dan menilai lulusan dalam proses pendidikan di sebuah perguruan tinggi. Jika pencapaian prestasi akademik mahasiswa bagus, tingkat k e b e r h a s i l a n m a h a s i s w a d a l a m menyelesaikan studi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang drop-out atau gagal, para sarjana (lulusan) lebih cepat terserap di lapangan kerja, hal itu menandakan bahwa kualitas lulsan sebuah perguruan tinggi tersebut bagus.

D. Hipotesis

B e r d a s a r t e l a a h t e o r i t i s y a n g menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan perguruan tinggi maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Biaya pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan perguruan tinggi swasta

H2 : Mutu perguruan tinggi mempunyai pengaruh terhadap pemilihan perguruan tinggi swasta

H3 : K u a l i t a s l u l u s a n m e m p u n y a i pengaruh terhadap pemilihan perguruan tinggi swasta

H4 : Biaya pendidikan adalah faktor yang paling dominan terhadap pemilihan perguruan tinggi swasta

E. Hasil Penelitian dan Analisis Data

1. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN

Teknik regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Product Moment Pearson. Jumlah angket yang disebarkan sebanyak 200 buah, angket yang kembali dan bisa digunakan sebagai pengolahan data untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini sejumlah 182 buah. Tes validitas pada angket preferensi pemilihan perguruan tinggi swasta di surakarta menunjukkan bahwa tidak ada item yang gugur. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rxy > 0,3.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan uji keandalan tehnik Alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas angket menghasilkan ? yang hampir m e n d e k a t i a n g k a 1 , 0 0 y a n g menunjukkan bahwa derajat reliabilitas yang cukup tinggi. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa pengukuran

(18)

terhadap masing-masing butir angket memenuhi syarat reliabilitas dengan koefisien ? ? 0,5. Sehingga dapat ditarik k e s i m p u l a n b a h w a b u t i r - b u t i r pertanyaan tentang preferensi siswa dalam memilih perguruan tinggi swasta adalah reliable atau dapat dipercaya.

2. ANALISIS UJI HIPOTESIS i. Analisis Regresi Berganda

Untuk membuktikan hipotesis

y a n g t e l a h d i t e n t u k a n d a l a m penelitian ini digunakan uji regresi linear berganda. Hasil dari uji akan menunjukkan apakah ada pengaruh antara variabel biaya kuliah, mutu perguruan Tinggi, dan Kualitas L u l u s a n t e r h a d a p p r e f e r e n s i pemilihan PTS.

1. Tabel Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel

Unstandarized

Coefficients B

Std.

Error

t

hitng

Prob.

Konstanta Biaya Kuliah(X1)

Mutu Perguruan Tinggi(X2) Kualitas Lulusan (X3) 0,242 0,244 0,692 0,042 0,059 0,061 0,044 4,110 11,363 0,944 0,000 0,000 0,347 Fhitung Probabilitas R Square Adj. R Square 262,531 0,000 0,816 0,813

Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui hasil persamaan regresi sebagai berikut: Y = 2,242 + 0,244X1 + 0,692X2 + 0,042X3

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut: a = 2,242, artinya bahwa apabila

variabel biaya kuliah, mutu perguruan tinggi, dan kualitas lulusan dianggap nilainya adalah 0 (nol) maka preferensi pe bernilai pilihan PTS positif. b1 = 0,244, artinya bahwa terdapat

pengaruh yang positif antara biaya kuliah (X1) terhadap preferensi pemilihan PTS dimana variabel lainnya tetap. b2 = 0,692, artinya bahwa terdapat

pengaruh yang positif antara

variabel mutu pendidikan (X2) terhadap preferensi pemilihan PTS dimana variabel lainnya tetap.

b3 = 0,042, a r t i n y a b a h w a terdapat pengaruh yang positif antara variabel kualitas L u l u s a n ( X 3 ) t e r h a d a p preferensi pemilihan PTS dimana variabel lainnya tetap. Berdasarkan analisis regresi multiple tersebut dapat disimpulkan b a h w a b i a y a k u l i a h , m u t u pendidikan,dan kualitas lulusan artinya semakin naik biaya kuliah, mutu pendidikan,dan kualitas lulusan maka semakin tinggi atau meningkat pula preferensi pemilihan PTS.

(19)

ii. Uji t

Tabel 2. Rangkuman Nilai t-hitung dan t-tabel Variabel Biaya kuliah, Mutu Perguruan Tinggi dan Kualitas Lulusan

Variabel

t

hitung

t

tabel

Kesimpulan

Biaya Kuliah (X

1

)

4,110

1,984

Signifikan

Mutu Perguruan Tinggi (X

2

)

11,363

1,984

Signifikan

Kualitas Lulusan (X

3

)

0,944

1,984

Tidak Signifikan

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan di atas variabel biaya kuliah dan mutu perguruan tinggi secara individu mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap p r e f e r e n s i p e m i l i h a n P T S , sedangkan variabel kualitas lulusan tidak berpengarauh secara signifikan terhadap preferensi pemilihan PTS. Dari variabel independent diatas terbukti bahwa variabel mutu p e r g u r u a n t i n g g i m e m p u n y a i pengaruh yang paling dominan terhadap preferensi pemilihan PTS. Hal ini dibuktikan dengan besarnya koefisien regresi untuk variabel mutu pendidikan sebesar 0,692 dan lebih besar apabila dibandingkan dengan variabel biaya kuliah dan mutu lulusan.

iii. Uji F

Uji F ini digunakan untuk menguji a p a k a h s e k e l o m p o k v a r i a b e l independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dari hasil pengolahan data diketahui nilai F hitung = 262,531 > Ftabel = 2,60. Hal ini berarti bahwa variabel independen (biaya kuliah, mutu perguruan tinggi, dan kualitas lulusan) secara bersama-sama mempengaruhi preferensi pemilihan PTS.

iv. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Dalam penelitian ini, koefisien determinasi (R2) adalah untuk mengetahui besarnya proporsi (prosentase) sumbangan variabel biaya kuliah, mutu perguruan tinggi, dan kualitas lulusan mempunyai pengaruh terhadap preferensi pemilihan PTS yang dinyatakan dalam %. Berdasarkan koefisien determinasi diketahui bahwa variabel preferensi pemilihan PTS benar-benar dapat dijelaskan oleh variabel biaya kuliah, mutu perguruan tinggi, dan kualitas lulusan sebesar 0,816, artinya bahwa preferensi pemilihan PTS dijelaskan sebesar 81,60% oleh variabel independent, sedangkan sisanya (100% -81,600% ) =18,40% dipengaruhi oleh faktor yang lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Variabel biaya kuliah secara individu mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap preferensi pemilihan PTS.

b. Variabel mutu perguruan tinggi s e c a r a i n d i v i d u m e m p u n y a i pengaruh yang positif dan signifikan terhadap preferensi pemilihan PTS. c. Variabel kualitas lulusan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi pemilihan PTS.

(20)

d. Variabel mutu perguruan tinggi mempunyai pengaruh yang paling d o m i n a n t e r h a d a p p r e f e r e n s i pemilihan PTS.

e. Variabel independen (biaya kuliah, mutu perguruan tinggi, dan kualitas lulusan) secara bersama-sama mempengaruhi preferensi pemilihan PTS.

f. Variabel preferensi pemilihan PTS benar-benar dapat dijelaskan oleh variabel biaya kuliah, mutu perguruan tinggi, dan kualitas lulusan sebesar 81,60%, sedangkan sisanya 18,40% dipengaruhi oleh faktor yang lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

2. Saran

a. Mutu perguruan tinggi mempunyai peran penting dalam menentukan preferensi pemilihan Perguruan Tinggi swasta di Surakarta oleh masyarakat. Untuk itu hendaknya m u t u p e r g u r u a n t i n g g i l e b i h ditingkatkan melalui (1) sarana dan prasarana seperti gedung, ruang perkantoran, ruang kuliah yang mendukung; (2) fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium yang memadai; (3) kualitas dosen dengan komitmen waktu yang cukup untuk mengajar; (4) kemampuan meneliti;

dan (5) komitmen para dosen dan peneliti terhadap profesinya untuk terus berupaya meningkatkan kompetensi dan keahlian.

b. Perguruan tinggi swasta hendaknya juga memperhatikan besaran biaya kuliah yang dikenakan. Hal ini selaras dengan tujuan dunia pendidikan yang tidak hanya mengejar profit tetapi juga ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. c. Kualitas lulusan dari sebuah perguruan

tinggi sedikit banyak bisa memberi nama baik (citra) yang positif bagi perguruan tinggi yang bersangkutan. Penting bagi perguruan tinggi swasta khususnya agar dapat bersaing dengan Perguruan Tinggi Negeri maupun dengan perguruan tinggi swasta yang lain untuk menjaga k u a l i t a s l u l u s a n n y a d e n g a n menghindari praktek-praktek yang memang dilarang oleh pemerintah seperti mempermudah mendapatkan i j a s a h t a n p a k u l i a h a t a u p u n pembuatan tugas akhir (skripsi), mengadakan kuliah jarak jauh, dan sebagainya. Contoh kasus ijasah yang tidak diakui oleh instansi tertentu karena dianggap tidak layak, ataupun jual beli ijasah, akan membawa kerugian bagi perguruan tinggi itu sendiri.

Adiningsih, Sri, 1998. Statistik. Cetakan ke 2, BPFE-Yogyakarta.

Ad. Rooijakkers, 1991. Mengajar dengan Sukses, Petunjuk Untuk Merencanakan dan

Menyampaikan Pengajaran. Penerbit PT. Grasindo, Jakarta.

Beaver, William H, 1992. Challenges in Accounting Education, Issues in Accounting Education. Vol. 7 No. 2, American Accounting Association, p. 135-144.

Dwi Prastowo, 1993. LPTK Jurusan/Program Akuntansi, Tantangan dan Harapan. Makalah Seminar Regional Lemnaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Surakarta.

Djarwanto, PS, 1985. Statistik Induktif, BPFE-Yogyakarta.

Donald P, Warwick and Charles A Lininger, 1975. The Sample Survey: Theory and Practice, New York, Mc. Grow Hill Book Company, P. 111-125.

Harry A. King, 2000. A Monogram to Assist Planning Survey of Small Population. Research Journal, Vol. 49. p. 4

(21)

Haryono Yusuf, 1992. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi 4, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Imam Ghozali, 2001. Statistik Non-Parametrik. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Imam Ghozali, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Masri Singarimbun, Sofian Efendi, 1987. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi -Sosial, Yogyakarta.

Moorhead Griffien, 1986. Organizational for Public and Management. Houghton Miffin Company. Mosier, 1943. Reliability and Validity Analysis. Alih Bahasa Indonesia, 2001: Saifudin Azwar.

Penerbit Pustaka Pelajar.

Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Penerbit Rosda Karya, Bandung.

Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002. Penelitian Bisnis. BPFE-Yogyakarta.

Nunally, 1969. Handbook of Research on Teaching. Third edition, Now York, Mc. Milillian Publishing Company.

Suharsini Arikunto, 2003. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Winarno Surahmad, 1984. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik Metodologi

Pengajaran. Edisi IV, Penerbit Transito, Bandung.

Gambar

Diagram alir kerangka pemikiran disajikan dalam gambar berikut:
Tabel 1 meringkas statistik deskriptif dari  variabel  penelitian  untuk  perusahaan  secara keseluruhan.
Gambar Rata-rata Abnormal Return Perusahaan di Seputar Tanggal  Pengumuman Merger dan Akuisisi
Tabel 3.  Hasil Uji Beda Mean
+6

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga bagi mereka yang pernah beringat ketika ekonomi cemerlang sebelumnya, mereka dapati pelaburan mereka yang selama ini ‘tidur’ tiba-tiba bangkit menunjukkan belang,

Diharapkan penurunan vigor benih dapat diatasi dengan peningkatan kerapatan benih yang akan meningkatkan jumlah kecambah normal kuat yang akan digunakan untuk kegiatan

〔商法一ニ九〕手形金の一部に関する原因債務不存在といわゆる二重無権の抗弁東京地裁昭和四 六年ニ月一二日判決 倉沢, 康一郎Kurasawa,

Kemudian perangkat egress dipergunakan untuk mengendalikan paket data yang keluar dari kartu ethernet, sehingga trafik download oleh komputer klien

Pada penerapan algoritma Per Connection Queue sangat efektif dan bermanfaat di terapkan pada jaringan yang jumlah usernya tidak dapat ditentukan pasti dan bersifat

Djaman Satori (dalam Suhardan, 2010 hlm. 28) mengemukakan bahwa supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

Karena kondisi ini, pada kasus kecelakaan lalu lintas dengan cedera pada dada, seyogyanya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi pada otot jantung yang akan dapat