• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISIS DATA

DAFTAR KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PONDOK PESANTREN EDI MANCORO

B. Implementasi Pendidikan Humanisme Religius di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Pelaksanaan sebuah konsep pendidikan merupakan upaya merealisasikan pemikiran kependidikan dalam sebuah lembaga pendidikan. Kajian ini menjelaskan pelaksanaan pendidikan pesantren ditinjau dari konsep pendidikan humanistik islami sehingga kegiatannya dipandang sebagai proses humanisasi. Pesantren, seperti diuraikan sebelumnya, diperlakukan sebagai objek penelitian yang memberikan fakta empiris untuk mendapatkan potret implementasi pemikiran humanisme dalam sistem pendidikannya. (Rahman, 2011:155)

Dalam kajian ini, humanisasi dimaksudkan sebagai implementasi konsep humanisme Islam dalam pesantren sebagai upaya memanusiawikan peserta didik (santri). Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pesantren memiliki tugas dan tanggungjawab merealisasikan hakikat pendidikan, yakni memanusiawikan manusia atau membantu peserta didik mencari manusia seutuhnya. Kegiatan pendidikan pesantren menjadi sarana humanisasi. Humanisasi pendidikan dimaksudkan sebagai proses yang memberikan jaminan terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini menjadi pijakan dalam sistem pendidikan pesantren. (Rahman, 2011: 155).

Sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren tidak dapat terlepas dari masyarakat dan karena realita yang ada menunjukkan sebagian besar pondok pesantren berada di daerah pedesaan. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Edi Mancoro. Dengan ragam yang ada dalam pondok tersebut penulis mencoba untuk memperhatikan bagaimana mengimplementasikan pendidikan humanisme religius di pondok pesantren tersebut.

Dalam mengimplementasikan pendidikan humanisme religius di Pondok Pesantren Edi Mancoro terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan tujuan pendidikan, metode pendidikan, materi, evaluasi, semua itu menjadi implementasi pendidikan humanisme religius di Pondok Pesantren.

Tujuan Pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro ditujukan untuk merealisasikan nilai-nilai religius Islam. Tujuan pendidikannya adalah pendamping umat yang sesungguhnya, untuk membina santri memiliki keilmuan baik keagamaan maupun keilmuan kebangsaan dan kemasyarakatan dan membentuk santri yang mempunyai wawasan keagamaan mendalam, berwawasan kebangsaan, dan kemasyarakatan dalam konteks ke-Indonesiaan yang plural. Serta membentuk santri yang peduli dan berkemampuan melakukan pendampingan masyarakat secara luas. Dengan sifat terbuka, non-profit, independen, serta mandiri dalam menentukan kebijakan dan garis perjuangan sampai saat ini pesantren Edi Mancoro tetap kukuh berdiri mengayomi masyarakat.

Menurut KH. Mahfudz Ridwan (pengasuh) sendiri mengenai Edi

Mancoro “Edi Mancoro memang mempunyai visi dan misi sudah jelas agak

berbeda dengan pesantren-pesantren lain, sebab visinya untuk mengembangkan pesantren ini lewat kegiatan-kegiatan masyarakat, bukannya di dalamnya pesantrennya itu sendiri tapi diluar pesantren ini, akarnya yang disebut ilmu untuk amali bukan hanya sekedar menuntut ilmunya dan di pesantren sendirikan mengajarkan ilmu agama bukan sekedar membaca tekstualnya saja tetapi pengasuh memberikan secara konstektual.” (diambil dari wawancara yang sudah di videokan dalam profil Edi Mancoro)

Pesantren membangun kehidupan keagamaan di bawah bimbingan kyai. Fenomena tersebut terlihat dari kegiatan pesantren sebagai model kehidupan masyarakat religius, seperti kegiatan membaca Al Quran sebelum

kajian malam dan pagi dimulai, shalat berjama‟ah, kegiatan malam Jumat bersama, ziarah pada Kamis sore dan sebagainya. Kegiatan yang bernilai ibadah tersebut berfungsi untuk mewujudkan sistem kehidupan berdasarkan nilai-nilai agama. Kiai dan para santrinya membangun suasana religius sehingga terbentuk suatu masyarakat pesantren.

Tujuan pendidikan di Pondok Pesantren adalah mengembangkan kehidupan spiritual. Tujuan ini dicapai melalui upaya membangun citra diri berdasar nilai-nilai pendidikan pesantren yang menjadi jiwa humanisme islam, yaitu : kesederhanaan, toleransi, kebersamaan, persaudaraan, kemandirian.

b) Materi Pendidikan

Pesantren ini mengkaji semua ilmu keislaman. Ilmu-ilmu ini meliputi : Tafsir (penjelasan isi Al Quran), Hadits (penjelasan isi hadits Nabi), Ilmu Hadits (ilmu tentang status hadits), tauhid (ilmu ketuhanan), akhlak (ilmu tentang tata cara berperilaku yang baik dan yang buruk), fiqh (hukum islam), usul fiqh (metode menggali hukum islam), dan tajwid (ilmu tentang cara membaca Al Quran).

Materi-materi tersebut bersumber dari kitab-kitab klasik yang lazim disebut dengan kitab kuning. Menurut Abdurrahman Wahid, kitab kuning berfungsi untuk memberikan informasi kepada para santri, bukan hanya mengenal warisan yurisprudensi di masa lampau atau tentang jalan terang mencapai hakikat ubudiyyah kepada Tuhan, melainkan juga mengenai

peran-peran kehidupan di masa depan bagi suatu masyarakat. Kitab kuning menjadi referensi standart keilmuan universal. Selain itu, kholashoh termasuk juga diajarkan di pondok pesantren ini, karena kisah Nabi Muhammad memberikan kisah keteladanan kepada kita bagaimana dalam berdakwah dan menegakkan agama Islam.

Selain itu kegiatan yang ada, seperti amalan membaca Al Quran setiap hari, berjanji, istighosah, shalat tasbih merupakan sarana kedekatan kita kepada Allah. Shalawatan yang dilantunkan bersama-sama diiringi dengan rebana memiliki nilai ibadah. Semua materi dalam KDII disusun berdasarkan kemampuan dalam jenjang kelasnya. Dalam hal ini, santri yang belum menguasai akan disendirikan untuk lebih menguasai dalam membaca Al Quran dan bahasa asing yang mencakup Bahasa Arab dan Inggris karena untuk menghadapi tantangan masa depan pastilah dibutuhkan penguasaan dalam hal tersebut.

Materi pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro dibuat oleh pengasuh, ustadz dan bidang kurikulum. Penentuan materi ini tidak melibatkan santri. Keterkaitan materi pendidikan dengan kitab kuning berhubungan langsung dengan masalah keagamaan misalnya dalam hal pergaulan dan tata cara bersuci dengan benar. Kurikulum yang menekankan pengkajian kitab kuning yang ditulis oleh ulama klasik menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan pesantren sejalan dengan pemikiran masa lalu namun masih tetap berlaku pada masa sekarang.

Pendidik dalam Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah kiai dan ustadz. Kiai berperan sebagai pengasuhnya. Baik kiai maupun ustadz adalah orang yang dianggap berilmu dan pewaris para nabi. Pendidik adalah orang yang ikhlash dalam mengajar dan agar santrinya dapat menjadi orang yang bermanfaat. Yang kelak bisa menjadi pendamping umat di masyarakat. Ustadz tidak menempatkan diri lebih tinggi, karena memang sama-sama dalam belajar. Pola hubungan kiai dan ustadz serta santrinya didasarkan pada kasih sayang merupakan aktualisasi nilai humanisme. Jarak yang jauh antara kiai dan ustadz dengan santri kurang mendukung humanisasi dalam proses pendidikan.

d) Peserta didik

Peserta didik di Pondok Pesantren Edi Mancoro dikenal dengan sebutan santri. Santri adalah individu yang belajar dan menuntut ilmu. Mencari ilmu dan belajar adalah tujuan santri dari rumah sehingga mereka sendiri yang harus belajar supaya berhasil. Tujuan ini dianggap dipandang sebagai bentuk ibadah karena mencari ridha Allah. Karena tujuan tersebut, kiai dan ustadz selalu belajar sehingga menjadi pandai. Atas dasar hal tersebut, santri dipandang sebagai mitra keilmuan kiai atau ustadz.

Hal penting yang perlu disoroti dari konsep pendidikan humanistik islami adalah masalah pandangan terhadap eksistensi santri, status, posisi, dan perilakunya. Eksistensi santri Pondok Pesantren Edi Mancoro seharusnya aktif belajar sendiri. Santri tidak hanya mendengar, mencatat pelajaran dari ustadz dan kyai.

e) Metode Pendidikan

Pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun, ini dilakukan dalam rangka untuk menuju tatanan yang lebih baik. Santri diwajibkan mengikuti semua kajian yang jadwalnya sudah dibuat oleh pengurus KDII. Serta ketika dalam tahun ajaran baru sudah mulai kajian jika ada santri baru yang masuk maka dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki.

Hal itu lalu berlanjut dengan penempatan kelas agar dapat mengikuti sesuai kemampuannya. Dalam kajian kitab kuning sistem yang diterapkan adalah bandongan, serta ada mata pelajaran tertentu yang dikaji dengan cara

sorogan. Namun yang lebih banyak digunakan adalah sistem bandongan. Hal ini berkaitan dengan keadaan santri yang nyantri di pondok pesantren ini adalah para pelajar dan mahasiswa yang masih belajar di lembaga formal. Sehingga waktu yang digunakan akan lebih efektif ketika menggunakan sistem bandongan.

Metode hukuman juga berlaku sesuai dengan tingkat kesalahannya. Hukuman ini berlaku untuk semua santri tanpa terkecuali. Hukuman ini dimaksudkan untuk mendorong santri agar lebih disiplin, dan mengikuti aturan pesantren. Jenis hukuman tersebut meliputi membersihkan pondok, dikenai denda, kehilangan hak izin menginap pada bulan tersebut.

Evaluasi pendidikan di Pondok Pesantren Edi Mancoro ditujukan untuk menilai kemampuan penguasaan materi yang telah diajarkan.Untuk mengetahui kemampuan santri dalam satu jenjangnya diadakan evaluasi pertengahan dan akhir. Untuk menilai kemampuan penguasaan isi dan menghafalkan sebagian teks materi pelajaran yang telah diajarkan di dalam kelas itu menekankan penguasaan materi pendidikan.

C. Peran Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam mewujudkan Humanisme