• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi penerapan Balance Scorecard

Dalam dokumen Case Analysis - Unilever Tbk. (Halaman 47-56)

Secara teoritis, Balance Scorecard berfungsi mengukur kinerja dalam penerapan strategi perusahaan dalam empat sudut pandang yaitu finansial, konsumen, proses bisnis intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Faktor-faktor yang senantiasa harus diperhatikan oleh perusahaan adalah :

How well is the firm continually improving and creating value along measures such as innovation, technological leadership, product quality, operational process efficiencies How well is the firm sustaining and even improving upon its core competencies and competitive advantages

How satisfied are the firm’s customers

Contoh bagan Balance Scorecard yang biasa digunakan :

Area of Objectives Measure or Target Time Expectation Primary Responsibility Financial 1. 2. 3. Customers 1. 2. 3. Operation/Processes 1. 2. 3. Community/Social Responsibility 1. 2. 3.

Business Ethics/Natural Environment 1. 2. 3. Managers/Employee 1. 2. 3.

Berikut hasil analisis evaluasi kinerja empat unsur Balance Scorecard yaitu posisi keuangan; konsumen; proses bisnis intern; pertumbuhan dan perkembangan.

Posisi Keuangan

2007 2006 2005 2004 2003 average

Financial Position

Operating Income 2.777.360 2.435.370 2.030.402 2.035.750 1.749.120 2.205.600

Return on Equity 72,31 72,68 66,27 64,83 61,88 68

Earning per Share 257 226 189 192 170 207

Revenue from Sales 12.544.901 11.335.241 9.992.135 8.984.822 8.123.625 10.196.145

AKUN 2007 2006 2005 2004 2003 AKTIVA

Aktiva Lancar

Kas dan setara kas 437.224 1.014.379 705.369 784.455 1.136.579 Kas yang dibatasi penggunaannya: 447.686 - - - -Piutang Usaha: 771.174 685.570 476.662 523.275 485.471 Pihak Ketiga 665.952 615.939 415.466 453.869 423.701 Pihak hubungan istimewa 67.407 37.268 41.681 41.178 41.271 Piutang lain-lain 37.815 32.363 19.515 28.228 20.499 Persediaan 857.463 763.398 766.081 628.826 517.459 Pajak dibayar di muka 117.628 89.859 37.122 6.765 11.323 Biaya dibayar di muka 63.492 51.346 45.128 39.448 45.118

Jumlah aktiva lancar 2.694.667 2.604.552 2.030.362 1.982.769 2.195.950

Aktiva Tidak Lancar

Piutang lain-lain pada pihak yang mempunyai hubungan isitimewa 3.925 13.270 32.479 15.844 29.087 Aktiva pajak tangguhan, bersih 37.521 25.217 21.305 68.613 40.399 Aktiva tetap 2.199.810 1.724.663 1.495.659 1.348.402 876.480 Goodwill 81.263 - - - -Aktiva tidak berwujud 217.124 159.067 172.556 179.782 188.434 Aktiva lain-lain 64.689 64.088 60.827 39.571 35.360 Biaya pensiun dibayar di muka 34.407 35.143 29.163 12.117 50.566

Jumlah aktiva tidak lancar 2.638.739 2.021.448 1.811.989 1.664.329 1.220.326

Jumlah aktiva 5.333.406 4.626.000 3.842.351 3.647.098 3.416.276 KEWAJIBAN

Kewajiban Lancar

Hutang usaha:

Pihak ketiga 811.581 611.986 561.180 311.346 316.893 Pihak hubungan istimewa 52.568 90.158 53.106 69.840 15.472 Hutang pajak 163.921 304.013 67.815 197.076 122.784 Biaya yang masih harus dibayar 1.228.763 886.436 719.917 551.848 379.838 Hutang lain-lain 171.295 164.858 99.467 101.758 396.216

Jumlah kewajiban lancar 2.428.128 2.057.451 1.501.485 1.231.868 1.231.203

Kewajiban Tidak Lancar

Hutang lain-lain pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa 87.247 86.304 73.248 58.274 32.580 Kewajiban imbalan kerja 123.912 105.626 83.658 80.226 47.814

Jumlah kewajiban tidak lancar 211.159 191.930 156.906 138.500 80.644

Jumlah kewajiban 2.639.287 2.249.381 1.658.391 1.370.368 1.311.847 Hak Minoritas 1.978 8.092 10.434 18.283 8.750 EKUITAS

Modal saham 76.300 76.300 76.300 76.300 76.300 Agio saham 15.227 15.227 15.227 15.227 15.227 Selisih penilaian kembail aktiva tetap 287.593 287.593 287.593 287.593 154 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali 80.733 80.773 80.773 80.773 -Saldo laba yang dicadangkan 15.260 15.848 16.442 15.848 15.260 Saldo laba yang belum dicadangkan 2.216.988 1.892.786 1.697.191 1.782.706 1.988.718

Jumlah ekuitas 2.692.141 2.368.587 2.173.526 2.258.447 2.095.659 Jumlah kewajiban dan ekuitas 5.333.406 4.626.000 3.842.351 3.647.098 3.416.276

(dalam jutaan rupiah)

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Neraca per 31 Desember 2007

Akun 2007 2006 2005 2004 2003

Penjualan Bersih 12.544.901 11.335.241 9.992.135 8.984.822 8.123.625 Harga Pokok Penjualan -6.247.189 -5.704.438 -5.066.362 -4.316.027 -3.906.550

Laba Kotor 6.297.712 5.630.803 4.925.773 4.668.795 4.217.075

Beban Usaha: -3.520.352 -3.195.433 -2.895.371 -2.633.045 -2.467.955 Beban Pemasaran dan Penjualan -2.790.002 -2.559.943 -2.304.121 -2.115.464 -1.940.859 Beban Umum dan Administrasi -730.350 -635.490 -591.250 -517.581 -527.096

Laba Usaha 2.777.360 2.435.370 2.030.402 2.035.750 1.749.120

Penghasilan/(Beban) Lain-lain: 44.081 29.422 34.005 66.573 70.646 Keuntungan/(Kerugian) Pelepasan Aktiva Tetap 1.120 -6.160 -3.055 -3.748 -377 Keuntungan/(Kerugian) Selisih Kurs, Bersih 8.446 -3.956 8.360 34.199 -913 Pendapatan Bunga 41.291 39.538 28.700 36.122 72.234 Beban Lain-lain -6.776 - - - -298

Laba Sebelum Pajak Penghasilan 2.821.441 2.464.792 2.064.407 2.102.323 1.819.766

Beban Pajak Penghasilan -859.294 -743.754 -624.421 -639.458 -534.007

Laba Sebelum Hak Minoritas 1.962.147 1.721.038 1.439.986 1.462.865 1.285.759 Hak Minoritas Atas Bagian Rugi Bersih Anak Perusahaan 2.505 557 499 1.317 10.952 Laba Bersih 1.946.652 1.721.595 1.440.485 1.464.182 1.296.711 Laba Bersih per Saham Dasar 257 226 189 192 170

(dalam jutaan rupiah kecuali Laba Bersih per Saham Dasar)

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Laporan Laba Rugi

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007

Ratio 2007 2006 2005 2004 2003 average

Return on Equity (ROE) 72,31% 72,68% 66,27% 64,83% 61,88% 67,59%

DuPont Framework:

Return on Sales 15,52% 15,19% 14,42% 16,30% 15,96% 15,48%

Asset Turnover 2,35 2,45 2,60 2,46 2,38 2,45

Assets-to-equity Ratio 1,98 1,95 1,77 1,61 1,63 1,79

Efficiency:

Accounts Receivable Turnover 31,98 kali 43,32 kali 19,99 kali 15,46 kali 11,15 kali 24,38 kali Average Collection Period 11,4 hari 8,4 hari 18,3 hari 23,6 hari 32,7 hari 18,9 hari Inventory Turnover 13,86 kali 9,95 kali 7,26 kali 5,64 kali 4,82 kali 8,31 kali Number of Days Sales in Inventory 26,3 hari 36,7 hari 50,2 hari 64,7 hari 75,7 hari 50,7 hari Fixed Asset Turnover 15,47 kali 10,19 kali 7,03 kali 5,58 kali 4,14 kali 8,48 kali

Leverage:

Debt Ratio 49,49% 48,62% 43,16% 37,57% 38,40% 43,45%

Debt-to-equity Ratio 0,98 0,95 0,76 0,61 0,63 0,79

Others Financial Ratio:

Return on Assets 36,50% 37,22% 37,49% 40,15% 37,96% 37,86%

Current Ratio 1,11 1,27 1,35 1,61 1,78 1,42

Earning per Share 255 226 189 192 170 206

Dividend Payout Ratio 78,40% 95,30% 105,90% 104,20% 117,70% 100,30%

Price Earning Ratio 12,4 14,1 16,8 16,5 18,7 15,7

Rasio 2007 2006 2005 2004 2003

Rasio Usaha

Laba Usaha terhadap Ekuitas 103.2% 102.8% 93.4% 90.2% 84.8% Laba Bersih terhadap Ekuitas 73.0% 72.7% 66.2% 64.8% 61.9% Laba Usaha terhadap Jumlah Aktiva 52.1% 52.6% 52.8% 55.8% 52.0% Laba Bersih terhadap Jumlah Aktiva 36.8% 37.2% 37.5% 40.1% 38.0%

Rasio Keuangan

Aktiva Lancar terhadap Kewajiban Lancar 111.0% 126.6% 135.2% 161.0% 178.4% Kewajiban terhadap Ekuitas 98.0% 94.9% 76.3% 60.7% 62.6% Kewajiban terhadap Jumlah Aktiva 49.5% 48.6% 43.2% 37.6% 38.4%

Data keuangan :

Pertumbuhan penjualan sebanding 13% Pertumbuhan laba bersih di atas 14% Marjin laba bersih di atas 15%

Marjin laba kotor meningkat sebesar 0,5% menjadi 50,2% Marjin laba usaha tetap kuat di atas 22% naik sebesar 0.6%

Divisi Home and Personal Care mencapai pertumbuhan penjualan 11% Divisi Foods dan Ice Cream dengan pertumbuhan 19%

Arus kas bersih dari aktivitas operasi adalah Rp2.250 miliar tahun ini,

Pembagian dividen dengan seluruh pembayaran sebesar Rp1.640 miliar pada tahun 2007, Rp215 per saham, mengambil 83,5 persen dari laba bersih 2007.

Laba bersih 2007, yang mencapai Rp1,964 Triliun.

Capital Expenditure dialokasikan Rp677 miliar untuk pembelanjaan modal (capital expenditure)

Konsumen

Beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi di unsur konsumen adalah pangsa pasar, segmentasi pasar, tingkat kepuasan konsumen, serta tingkat loyalitas konsumen. Penjelasan selanjutnya akan mengevaluasi kinerja PT. Unilever Indonesia, Tbk. berdasarkan unsur-unsur di atas.

Pangsa pasar pada industri consumer goods yang dikuasai hamper seluruhnya oleh PT. Unilever Indonesia sebagai market leader. Selain itu, sebagai contoh, sebagai produk hasil akuisisi tahun 2000, pangsa pasar kecap Bango tetap stabil selama 2001-2005, yakni 32%; Buavita dan Gogo me memiliki pangsa pasar 30%. Kategori produk toiletris tampaknya kondisinya hampir serupa. Produk toiletries, terutama yang kuat dan memiliki pangsa pasar tinggi, pada umumnya tidak mengendurkan semangat iklan dan promosi. Hal ini membuat konsumen merasa tenang, tidak berpindah merek.

Keberhasilan tingginya market share PT. Unilever Indonesia, Tbk. tidak lepas dari keberhasilan segmentasi pasar dalam kinerjanya. Secara alami Unilever berusaha memuaskan konsumen di segala segmen. Sebuah merek akan mempunyai kontribusi kalau bisa menjangkau konsumen yang lebih banyak. Semua produknya diupayakan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Jika tidak membuat alternative piliha produk yang

berbeda, maka produksi produk dengan berbagai kemasan isi yang bervariasi (ukuran sachet, dsb).

Selain keberhasilan penguasaan segmentasi pasar, penilaian eksternal mengenai tingkat kepuasan konsumen menunjukkan hal yang positif. Dari hasil survei loyalitas konsumen kali ini pun terbukti, produk-produk yang memiliki hubungan intens dengan konsumen, seperti PT. Unilever Indonesia, Tbk. melalui strategi promosi iklan above the line dan below the line, yang meraih penilaian tertinggi, tidak peduli produk itu secara pangsa pasar menurun, ataukah merupakan produk baru. Tahun 2007, tercatat 12 merek Unilever yang berhasil mencapai indeks kepuasan konsumen prima di kategorinya, di antaranya : Blue Band (margarin); Bango (kecap); Sariwangi (teh celup); Clear (sampo); Rinso (detergen); Molto (pelembut); Lifebuoy (sabun mandi padat); Trika (pewangi dan pelembut pakaian); Citra (hand & body lotion); Pond’s (sabun pembersih wajah); Rexona (deodoran); dan sebagainya. Begitu pula perolehan Indonesia Customer Satisfaction Award 2007 untuk Molto, SariWangi dan Buavita bertengger di posisi nomor wahid. Adapun Super Pell di posisi kedua; sedangkan Wipol dan Domestos Nomos, keduanya masih di posisi ketiga. Sementara itu, berdasarkan survei kepuasan konsumen atau Indonesia Customer Satisfaction Index yang dilakukan SWA dan lembaga riset Frontier, Bango naik peringkat dari nomor dua pada 2006 menjadi nomor satu tahun 2007, menggeser ABC. Berdasarkan penelusuran riset SWA, penjualan Bango mencapai lebih dari Rp 400 miliar per tahun.

Faktor yang paling penting selanjutnya yang berpengaruh pada besarnya market share adalah tingkat kesetiaan (loyalitas) konsumen. Secara rata-rata Customer Loyalty Index (ICLI) yang diraih produk-produk PT. Unilever Indonesia, Tbk. lebih tinggi disbanding produk lainya di pasaran. Pembangunan loyalitas adalah usaha yang berlangsung secara terus-menerus oleh unit tertentu mulai dari survei pasar, perencanaan strategi, action plan-nya, implementasi di lapangan dan kemudian monitoring. Tidak banyak perusahaan yang menyadari langkah yang harus ditempuh guna mengikat loyalitas konsumen. Yang dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. dalam upaya menjaga loyalitas konsumennya adalah dengan mengenali dengan baik dan benar seberapa besar pengaruh loyalitas atas kontribusinya pada penjualan produk; tetap menjalin komunikasi dengan konsumen baik melalui promosi secara kontinyu maupun customer care (suara konsumen unilever); melakukan re-packaging bila diperlukan baik atas kemasan maupun inovasi konsep produk, melakukan konsep re-branding produk (hazeline ke citra, brisk ke clear), jika usia produk

atau merek sudah terlalu tua, tidak ada salahnya melakukan re-branding, bahkan memberikan point reward (memberikan hadiah) bagi konsumen setia. Hasil indeks loyalitas konsumen nasional di industri kebutuhan rumah tangga 85,4 dan toiletries 79,0. Hal ini mengindikasikan, konsumen produk di industry tersebut tidak akan gegabah berpindah merek produk belanjaannya. Pada detergen misalnya, konsumen ternyata loyal terhadap merek-merek yang sedari dulu dipakainya: Rinso, Attack, dan So Klin.

Proses bisnis intern

Beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi di unsur proses bisnis intern adalah strategi portfolio merek, inovasi produk, kapasitas produksi, serta peningkatan kualitas, produktivitas bahkan kuantitas pabrik. Penjelasan selanjutnya akan mengevaluasi kinerja PT. Unilever Indonesia, Tbk. berdasarkan unsur-unsur di atas.

Secara global PT. Unilever Indonesia, Tbk. hingga saat ini, masih tetap memproduksi 35 brand. Dalam strategi portfolio merek, setiap perusahaan umumnya sudah memiliki lanskap portofolio merek. Hanya saja, eksekusinya sering menunggu momentum yang tepat. pertimbangan tepat memanfaatkan momentum dan memilih saat eksekusi adalah penyumbang terbesar sukses sebuah merek. Yang dipertimbangkan atas eksistensi sebuah merk produk adalah kontribusi profit dalam periode maksimal tiga tahun (jika menggunakan periode payback tiga tahun); kalau dalam kurun itu tidak mampu balik modal, berarti harus dihilangkan serta tergantung pula pada strategi portofolio merek.

Persaingan di kategori produk consumer goods belakangan ini makin ketat. Untuk mempertahankan posisi, PT. Unilever Indonesia, Tbk. telah menyiapkan serangkaian strategi, seperti terus mencermati keinginan dan kebutuhan target konsumennya dan tidak behenti berinovasi menciptakan produk-produk dengan formulasi baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Sejauh ini suara konsumen tetap nomor satu. Inovasi produk berdasarkan suara konsumen contohnya yaitu Taro Blitz didasari oleh tujuan memenuhi kebutuhan anak-anak usia 10-12 tahun (kelas 5-6 Sekolah Dasar) yang biarpun masih kecil ingin diperlakukan dewasa, teh Sariwangi dengan tambahan lemon, madu, dan susu, ini untuk menjawab kebutuhan konsumen yang ingin minum teh dengan berbagai rasa, Royco cair untuk menjawab kebutuhan konsumen yang menginginkan adanya penyedap rasa masakan non-MSG.

Kapasitas produksi dua divisi bisnis yaitu Home and Personal Care dan Food and Ice Cream pada tahun tahun 2007 sekitar 700.000 ton. Setiap tahun terjadi penambahan

volume produksi sekitar 10 persen. Peningkatan kapasitas produksi juga untuk memenuhi permintaan dari pasar ekspor produk-produk Unilever. Untuk mempertahankan kapasitas produksi, perusahaan akan berupaya menjaga tingkat rata-rata utilisasi pabrik pada level 80 persen.

Untuk menjaga agar terpenuhinya kapasitas produksi, dibutuhkan peningkatan kualitas, produktivitas bahkan kuantitas pabrik. Setiap tahunnya perusahaan mengalokasikan capital expenditure yang bervariasi secara jumlahnya yang digunakan untuk melakukan pembelian mesin-mesin produksi untuk semua divisi perseroan, pembangunan pabrik, serta penambahan sarana, seperti komputerisasi ataupun pergudangan. Padat tahun 2007, dilakukan pembangunan pabrik produk "skin care" di wilayah Cikarang.

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi di unsur pembelajaran dan pertumbuhan adalah pendidikan, keahlian pegawai dan motivasi pegawai, serta system informasi manajemennya dalam rangka menjaga stabilitas pertumbuhan usaha. Penjelasan selanjutnya akan mengevaluasi kinerja PT. Unilever Indonesia, Tbk. berdasarkan unsur-unsur di atas.

Keberhasilan stabilitas pertumbuhan usaha PT. Unilever Indonesia, Tbk. secara moneter yang selalu menunjukkan angka positif, tidak terlepas dari komitmen dan kinerja yang tinggi para pegawainya. Tim personalia merekrut, mempekerjakan dan mengembangkan para karyawan hanya atas dasar kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan bagi pekerjaan yang harus dilakukan. Perusahaan memiliki komitmen untuk menyediakan kondisi kerja yang aman dan sehat, bertekad bekerja sama dengan karyawan demi mengembangkan dan memperkuat keterampilan dan kemampuan setiap individu.Untuk menjamin mutu pendidikan dan keahlian pegawai, terdapat Unilever Training Centre di Mega Mendung Bogor, yang merupakan pusat pelatihan semua pegawai Unilever terbesar di Asia. Selain pelatihan, secara periodic dilakukan event yang dapat mengeratkan hubungan antar pegawai, seperti perlombaan-perlombaan atau piknik bersama ke arena bermain keluarga, sehingga terjalin hubungan kekeluargaan yang bertujuan memudahkan kerjasama satu sama lain ke depannya. Misalnya pada tahun 2007, PT. Unilever Indonesia, Tbk. mengadakan acara “Sharing of Joy” untuk setiap divisi, Annual Conference, Family Days dan Pekan Olah Raga Unilever. Acara-acara dan pertemuan-pertemuan itu membantu meningkatkan semangat untuk menang di semua fungsi dan

divisi. Selain itu, PT. Unilever Indonesia, Tbk. memiliki komitmen yang baik dalam melindungi keselamatan kerja pegawainya.

Teknologi system informasi manajemen juga amat penting untuk memastikan pertumbuhan positif sebuah usaha. Investasi untuk pengadaan perangkat teknologi informasi berbasis teknologi SAP di seluruh lini bisnis yang telah dimulai tahun 2007 dan selesai tahun 2008. SAP dengan singkatan dari “Systeme Anwendungen und Produkte/System Applications and Products”, yaitu standard software atau ERP (Enterprise Resources Planning) yang merupakan market leader dari software untuk aplikasi kegiatan operasional perusahaan dari kota kecil Walldorf. Prinsipnya, dengan SAP semua transaksi perusahaan atau semua data yang berhubungan dengan perusahaan akan di-record, diproses serta dibuatkan laporannya untuk pengambilan keputusan di bidang Financial (Financial Accounting, Controlling, Enterprise Controlling, Treasury, Project System, dll), Logistik (Sales and Distribution, Material Management, Production Planning, Quality Management, Plant Maintenance), Human Resources, Cross solution (Workflow, Industry Solution), Advance Business Module (Strategic Enterprise Management, Supply Chain Management, Customer Relationship Management, dll). Module SAP yang paling primadona saat ini adalah Business Intelligent (BI) atau SAP BW (Business Information Warehouse). Ini modul sulit karena ini semacam modul integrasi dari data-2 yang ada di-platform business di-”manipulasi” sehingga menghasilkan gold information bagi pengambil keputusan. Cara kerja SAP BW kira-2 begini. Ini tools yang digunakan untuk mengelola data base dari program SQL, Oracle atau DB2 (IBM) untuk di-transfer menggunakan metoda (OLAP: Online Analitical Processing) menjadi informasi dalam bentuk Decision Support System, Executive Information System, Management Information System. Hasil akhir dari BW adalah laporan untuk kepentingan Manajemen dalam bentuk Excel Interaktif, Crystal Report, atau Web Explorer.

Conclusion

Tahapan strategi seperti formulasi, implementasi dan evaluasi sebenarnya merupakan bagian yang tidak terpisah atas pencapaian tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Long-term dan annual objectives milik PT. Unilever Indonesia, Tbk. tidak hanya ditujukan untuk menaikkan nilai bagi pemegang saham, namun lebih jauh lagi bertujuan mencapai beberapa hal seperti mendukung kebijakan pemerintah, melakukan pembayaran dividen dengan nominal yang semakin tinggi, pemenuhan kebutuhan masyarakat di berbagai segmen, sampai menjaga keterikatan loyalitas konsumen.

PT. Unilever Indonesia, Tbk. menunjukkan posisi keuangan yang stabil, positif dan cenderung menaik tiap tahunnya. Pada tahun 2007, terlihat adanya pertumbuhan penjualan secara keseluruhan sebesar 13%, pertumbuhan penjualan masing-masing divisi Home and Personal Care sebesar 11% dan Food and Ice Cream sebesar 19%. Pertumbuhan laba bersih menunjukkan angka 14%, marjin laba bersih 15%, marjin laba kotor 50,2%. Arus kas bersih dari aktivitas operasi Rp2.250 miliar, dengan pembayaran dividen Rp1.640 miliar yaitu Rp215 per lembar saham. Laba bersih Rp1,964 Triliun, laba bersih per saham Rp257. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam rangka melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang sahamnya. Kecenderungan pertumbuhan posisi keuangan positif juga menjadi faktor yang mengindikasikan optimism peningkatan kemampuan membayar dividen untuk jangka waktu selanjutnya.

Kebijakan Unilever secara global adalah adaptive terhadap lingkungan cakupan wilayah kerja, tidak hanya mencakup area bisnis namun budaya, sosial kemasyarakatan. Praktek bisnis yang dijalankan PT. Unilever Indonesia, Tbk. diarahkan untuk memberikan nilai tambah secara umum kepada masyarakat dan pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang menyangkut baik internal maupun eksternal selalu dipertimbangkan secara matematis analitis logis atas kesemua faktor-faktor terkait, sehingga tidak ada salah satu pihak yang berpotensi merasa dirugikan. Dalam rangka pemulihan kondisi ekonomi Indonesia, perusahaan berupaya meningkatkan kinerja sebaik mungkin, menciptakan kondisi

persaingan sesehat mungkin, mengupayakan iklim usaha yang dapat dinikmati semua pihak baik komisaris, manajemen, staf pegawai, buruh pekerja, masyarakat, pemasok, sampai pemerintah. Sehingga niat PT. Unilever Indonesia, Tbk. dalam mewujudkan iklim investasi bagi Indonesia dapat terwujud.

Kebijakan maupun strategi yang diterapkan PT. Unilever Indonesia, Tbk. selalu diupayakan consumer-based, memperhatikan selera, keinginan, kebutuhan, harapan, masukan, serta saran konsumen. Data konsumen tersebut diperoleh langsung baik melalui layanan konsumen (customer service : suara konsumen), survey pasar maupun pendekatan business intelligence. Konsumen yang dimaksud dalam hal ini adalah konsumen setia maupun potensial konsumen dari berbagai segmen dalam masyarakat, baik segmen lapisan masyarakat bawah, menengah maupun premium. Melihat kecenderungan positif dari sisi penjualan dan segmentasi portfolio produk, dapat dikatakan secara optimis bahwa PT. Unilever Indonesia dapat memenuhi setiap kebutuhan konsumen untuk segala segmentasi pasar.

PT. Unilever Indonesia, Tbk. tidak lagi berkutat dalam porsi besar pada strategi memperebutkan pangsa pasar dengan para pesaingnya. Yang lebih utama adalah membangun dan mempertahankan loyalitas atas produknya dipasaran industri consumer goods. Pembangunan loyalitas ini dilakukan secara intensif dan berkesinambungan dengan melakukan manuver melalui promosi above the line dengan iklan-iklan yang memiliki misi intelektualitas dan pengikutsertaan konsumen secara emosional serta promosi below the line melalui event-event baik on air mapun off air seperti pemberdayaan petani, ibu rumah tangga, layanan kecantikan gratis atau bahkan pemberian hadiah-hadiah tertentu dengan mekanisme yang tertentu pula. Sampai saat ini, strategi-strategi tersebut dinilai cukup berhasil.

Keempat tantangan jangka panjang di atas, berangsur-angsur terlihat hasilnya. Hasil tersebut diperoleh atas kerja keras semua pihak terkait, baik manajemen (di setiap lini), pegawai sampai tenaga buruh, pemasok, distributor semua tingkatan, pemerintah, sampai Unilever Internasional. Semoga perjalanan selanjutnya yang ditempuh PT. Unilever Indonesia, Tbk. sebagai market leader industri consumer goods dapat berjalan baik dan sesuai dengan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan.

Dalam dokumen Case Analysis - Unilever Tbk. (Halaman 47-56)

Dokumen terkait