• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Quantitative Strategic Planning Matrix

Dalam dokumen Case Analysis - Unilever Tbk. (Halaman 33-36)

Setelah melakukan matching up atas beberapa faktor yang ada, tahap selanjutnya dalam memformulasikan strategi yang sebaiknya diterapkan sebuah perusahaan yaitu decision stage atau tahap memutuskan. Dalam tahap ini, dikenal sebuah pendekatan yang disebut dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Sesuai dengan namanya, matriks ini digunakan untuk mengkuantifisir segala kualitas atas kualifikasi sebuah strategi. Peng-kuantifisir-an ini memudahkan penilaian kelayakan strategi dalam perjalanannya memenuhi target pencapaian tujuan perusahaan.

Alternatif-alternatif strategi yang ditampilkan dalam matriks ini berasal dari tahap matching (SWOT Matrix, BCG Matrix, IE Matrix, SPACE Matrix hingga Grand Strategy Matrix)

dimana semua strategi di-generate sebanyak-banyaknya. Dari banyaknya alternatif strategi yang ada, kemudian dilakukan pemilihan berdasarkan intuitive professional judgment untuk kemudian dianalisis dalam QSPM. Kemudian dilakukan penilaian atas attractiveness atas masing-masing strategi. Penjumlahan nilai secara akumulasi-lah yang kemudian dijadikan acuan bagi para strategis dalam menentukan strategi apakah yang paling efektif dan efisien (faktor ekonomis akan dianalisis menggunakan perhitungan matematis).

Hasil dari Pemilihan strategi di matrik QSPM, menghasilkan strategi yang kami sarankan untuk dipilih adalah market penetration yang memiliki skor terbesar.

Promosi above the line(media), dengan lebih mengarah ke iklan yang bersifat lebih

emosional contoh yang paling populer adalah yang menggunakan jingle lagu Ada Band. “Pendekatan dengan slash of life memang lagi ngetren,”. Selain kegiatan promosi above the line (media) Unilever juga harus tetap gencar melakukan kegiatan below the line, melakukan edukasi pasar yang seperti yang telah dilakukan selama ini yaitu: kegiatan Piknik ala Bango. Pada kegiatan yang dimeriahkan dengan games dan lucky draw ini, koki yang disiapkan Unilever memeragakan cara memasak berbagai resep makanan yang menggunakan kecap Bango sebagai salah satu bahannya. Piknik ala Bango digelar di 50 kecamatan di 5 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar. Tujuannya tak lain untuk semakin mendekatkan merek kecap Bango kepada masyarakat.contoh lain adalah Petualangan TARO dan Edukasi pasar seperti kampanye bahwa makan es krim itu sehat, konsumen diperkenalkan dengan gaya hidup baru: menikmati kelezatan es krim.

Tetapi pemilihan strategi ini bukanlah sebuah zero option (memilih satu strategi dengan tidak menjalankan sama sekali strategi lain) hal ini ditunjukkan dengan skor masing-masing strategi (dalam Matriks QSPM) yang memilki selisih tidak terlalu jauh, jadi kami menyimpulkan selain melaksanakan strategi market penetration (above and bellow the line), PT. Unilever Indonesia, Tbk. Juga tidak boleh meninggalkan dua strategi yang lain yaitu:

Akuisisi perusahaan dengan merek yang sudah cukup mempunyai nama. Dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang potensial seperti itu, setidak-tidaknya Unilever bisa sedikit berhemat untuk biaya membangun merek. Selain itu, juga mengurangi resiko kegagalan (beberapa kali Unilever memang gagal mengorbitkan produk baru di kategori makanan dan minuman).

Inovasi produk dan multibrand untuk menutup semua segmen pasar yang ada selain itu dengan strategi ini perusahaan dapat melakukan substitusi silang sehingga dalam

melakukan segala manuver pemasaran sudah tidak lagi terpaku pada berapa profit margin yang harus dijaga.

PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. -- Quantitative Strategic Planning Matrix

Weight AS TAS AS TAS AS TAS

Opportunities :

1 Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan pertumbuhan yang menggembirakan bagi ekonomi Indonesia sebesar 6,3%

0,03 2 0,06 4 0,12 3 0,09 2 Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah pulau-pulau seperti Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Papua

0,08 2 0,16 3 0,24 4 0,32 3 Tingginya kepuasan konsumen terlihat dari predikat prima indeks kepuasan konsumen 0,06 - - - - - -4 Banyaknya pemain pasar nasional yang belum memiliki Cara Produksi Kosmetik yang

Baik

0,05 2 0,1 4 0,2 3 0,15 5 Luasnya potential market sekitar 250 juta tepatnya 122.527.186 laki-laki (49,9%) dan

122.922.553 (50.1%) perempuan

0,07 4 0,28 2 0,14 3 0,21 6 Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan jenis produk consumer goods 0,08 2 0,16 3 0,24 4 0,32 7 Rekomendasi investasi pada saham dengan level beta di bawah 1 0,05 - - - - - -8 Tinggi dan stabilnya tingkat kesetiaan masyarakat atas produk consumer goods 83% 0,07 - - - - -

-Threats :

1 Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan kemasan seperti minyak kelapa sawit, gula kelapa dan bahan berbahan dasar petroleum yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, bahan kimia dan komoditas lainnya

0,09 - - - - -

-2 Instabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing 0,03 - - - - - -3 Melemahnya daya beli konsumen 0,03 2 0,06 4 0,12 3 0,09 4 Maraknya pemalsuan dan penyelundupan produk dari Cina 0,07 4 0,28 2 0,14 3 0,21 5 Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang menyebabkan tingginya biaya

pemasaran produk

0,03 - - - - -

-6 Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri 0,02 - - - - - -7 Tidak konsistennya pasokan gas dari Pertamina 0,02 - - - - - -8 Adanya tren perubahan gaya hidup masyarakat dari produk tradisional-nasional menjadi

produk-produk luar negeri

0,09 - - - - -

-9 Adanya campaign against unilever oleh Greenpeace akibat penggundulan hutan yang membahayakan komunitas

0,05 - - - - -

-10 Produk pesaing dengan harga lebih rendah 0,08 3 0,24 4 0,32 2 0,16

TOTAL 1,00

Strenghts :

1

Kinerja keuangan perusahaan yang stabil dan cenderung menaik terlihat dari tetap meningkatnya pertumbuhan penjualan (13%; 11% dan 19%), pertumbuhan laba bersih (14%), marjin laba bersih (15%), marjin laba kotor (50,2%),arus kas bersih dari aktivitas operasi (Rp2.250 miliar), pembayaran dividen (Rp1.640 miliar; Rp215), laba bersih (Rp1,964 Triliun), Laba bersih per saham (Rp257), price to earning ratio (23,2 kali),

0,10 2 0,2 4 0,4 3 0,3

2 Adanya kenaikan pangsa pasar untuk kategori-kategori penting seperti Face Care, Savoury dan Ice Cream

0,05 3 0,15 2 0,1 4 0,2 3

Perencanaan baik dan kerja sama erat dengan para pemasok, pelanggan dan distributor untuk menghantar produk-produk dari pabrik ke tempat-tempat penjualan.

0,08 - - - - -

-4 Alokasi pembelanjaan iklan dan promosi yang tinggi yang cenderung menaik 0,06 3 0,18 2 0,12 4 0,24 5 Tingginya investasi sebesar Rp677 miliar untuk pembelanjaan modal 0,05 2 0,1 4 0,2 3 0,15 6 Memiliki tim yang terdiri orang-orang berdedikasi, terampil dan termotivasi di segenap

jajaran

0,08 - - - - -

-7

Tingginya alokasi Capital Expenditure yang berasal dari dana keuangan internal

0,05 2 0,1 4 0,2 3 0,15 8 Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia 0,10 2 0,2 3 0,3 4 0,4

9 Sahamnya memiliki level beta 0,7 0,07 - - - - -

-Weaknesses :

1 Growth omzet di Industrinya tahun 2007 lebih rendah 1 persen 0,05 - - - - -

-2 Jumlah karyawan yang tambun 0,07 3 0,21 1 0,07 2 0,14

3 Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang menyebabkan Unilever Indonesia tidak bisa begitu saja memutuskan sesuatu

0,04 - - - - -

-4 Mayoritas produk Unilever memiliki entry barrier yang rendah 0,05 3 0,15 2 0,1 4 0,2 5 Lambatnya konsolidasi intern dalam pengambilan keputusan 0,04 - - - - - -6 Struktur matriks yang menjadikan sulitnya koordinasi kegiatan antardepartemen,

komunikasi yang tidak efektif, resolusi konflik antar supporting depertemen dengen lini product

0,07 - - - - -

-7 Ketidakjelasan sertifikasi halal untuk produk tertentu 0,04 - - - - -

-TOTAL 1,00

Total Attractiveness Score 2,63 3,01 3,33

Key Factors

STRATEGIC ALTERNATIVES Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Inovasi Produk Akuisisi

Dalam dokumen Case Analysis - Unilever Tbk. (Halaman 33-36)

Dokumen terkait