• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI Nomor

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Implementasi Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI Nomor

Elektronik

Harapan dari adanya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala BPN RI Nomor 5 tahun 2017 seperti tercantum dalam konsiderannya adalah agar pelayanan informasi pertanahan lebih mudah, cepat, dan biaya rendah. Asasnya adalah asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Pelayanan informasi pertanahan yang dimaksud dalam peraturan tersebut adalah: 1) pengecekan Sertipikat Hak atas Tanah;

2) Surat Keterangan Pendaftaran Tanah; 3) informasi data tekstual dan/atau spasial; 4) informasi Zona Nilai Tanah; 5) informasi titik koordinat; 6) informasi paket data Global Navigation Satellite System (GNSS)/Continuously Operating Reference System (CORS); 7) informasi peta pertanahan; 8) informasi tata ruang; dan 9) layanan informasi lainnya yang akan ditetapkan kemudian. Penelitian akan difokuskan pada kegiatan pengecekan tanah, dimana definisi dan urgensi pengecekan memiliki kesamaan substansi antara Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017, sebagaimana kutipan Gambar 5.1.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Pasal 39

PPAT menolak untuk membuat akta, jika : a. mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak

yang bersangkutan atau sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan.

Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997

Pasal 97

(1) Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau pembebanan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun PPAT wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di

Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertipikat asli.

Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017

Pasal 4

PPAT wajib melakukan Layanan Informasi Pertanahan berupa pengecekan Sertipikat Hak atas Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, sebelum membuat akta

perbuatan hukum tertentu terhadap Hak atas Tanah/Hak Milik Satuan Rumah Susun.

Gambar 5.1. Subtansi Peraturan terkait Pengecekan Hak Atas Tanah

Berdasarkan yang termaktub dalam tiga peraturan tersebut, kegiatan pengecekan sertipikat hak atas tanah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) sebelum membuat akta. Obyek yang dimohonkan pengecekan sudah jelas yakni sertipikat, dengan kejelasan urgensi yakni agar ada kesesuaian antara sertipikat dengan daftar-daftar di Kantor Pertanahan. Peraturan Menteri ATR/BPN No. 5 tahun 2017 menyebutkan bahwa layanan informasi pertanahan secara elektronik adalah proses memberikan informasi secara elektronik meliputi konfirmasi kesesuaian data fisik dan data yuridis sertipikat Hak atas Tanah serta informasi lainnya di pangkalan data.

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

45

Setelah diundangkan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017pada tanggal 27 April 2017, peraturan ini telah berlaku. Pelaksanaan layanan informasi pertanahan secara elektronik dan penetapan Kantor Pertanahan yang dapat menyelenggarakannya tidak serta merta dilaksanakan di semua Kantor Pertanahan, namun perlu mendasarkan pada penetapan Keputusan Menteri. Hingga pada 3 September 2019, ditunjuk 42 (empat puluh dua) Kantor Pertanahan lokasi pilot project layanan informasi pertanahan terintegrasi secara elektronik dengan Keputusan Menteri ATR/BPN Republik Indonesia Nomor 444/SK-DI.01.01/IX/2019. Layanan terintegrasi yang dimaksudkan meliputi: 1) layanan elektronik Hak Tanggungan; 2) Layanan Elektronik Informasi Nilai Tanah (Zona Nilai Tanah (ZNT), Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT), dan Pengecekan); 3) Modernisasi layanan permohonan surat keputusan pemberian hak atas tanah. Adapun Kantor Pertanahan yang ditunjuk adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pertanahan Kota Langsa

2. Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Timur 3. Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang 4. Kantor Pertanahan Kota Medan

5. Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru 6. Kantor Pertanahan Kota Batam 7. Kantor Pertanahan Kota Palembang 8. Kantor Pertanahan Kota Padang

9. Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung

10. Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Pusat 11. Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Barat 12. Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Timur 13. Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara 14. Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan 15. Kantor Pertanahan Kota Tangerang

16. Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan 17. Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang 18. Kantor Pertanahan Kota Cilegon

19. Kantor Pertanahan Kota Bandung 20. Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung 21. Kantor Pertanahan Kota Bogor

22. Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor 23. Kantor Pertanahan Kota Depok 24. Kantor Pertanahan Kota Bekasi 25. Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi 26. Kantor Pertanahan Kota Semarang 27. Kantor Pertanahan Kota Surakarta 28. Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta 29. Kantor Pertanahan Kota Surabaya I 30. Kantor Pertanahan Kota Surabaya II 31. Kantor Pertanahan Kabupaten Sidoarjo 32. Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik 33. Kantor Pertanahan Kabupaten Bojonegoro 34. Kantor Pertanahan Kota Denpasar

46 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 35. Kantor Pertanahan Kabupaten Badung 36. Kantor Pertanahan Kota Pontianak 37. Kantor Pertanahan Kota Samarinda 38. Kantor Pertanahan Kota Balikpapan 39. Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin 40. Kantor Pertanahan Kota Makasar 41. Kantor Pertanahan Kota Manado 42. Kantor Pertanahan Kota Mataram

Tindakan Kantor Pertanahan dalam Implementasi Layanan Informasi Pertanahan secara Elektronik

Kantor Pertanahan sebagai pelaksana layanan informasi pertanahan secara elektronik harus memenuhi beberapa ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017, mulai dari jangkauan pemohon dalam melakukan akses ke dalam aplikasi hingga proses pemberian informasi yang dilaksanakan secara elektronik.

Hasil penelitian dan pengamatan di lokasi sampel menghasilkan 3 (tiga) kategori Kantor Pertanahan (Kantah) dalam implementasi Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017, sebagaimana Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Implementasi Layanan Informasi Pertanahan Secara Elektronik

Sumber: Olah Data Penelitian, 2019

Kategori pertama terdiri dari Kantor Pertanahan Kabupaten Mamuju. Pada kategori pertama, pemberian layanan sebagian besar dilaksanakan secara elektronik, walaupun Kantah tersebut belum ditunjuk sebagai pelaksana pilot project layanan informasi pertanahan terintegrasi secara elektronik. Pemohon mengakses aplikasi layanan online yang bernama Mapaccing atau akronim dari Manajemen Aplikasi Cermat Pengecekan dalam Jaringan. Layanan ini merupakan inovasi yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan setempat untuk memudahkan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) melakukan pengecekan sertipikat secara online sebelum pembuatan akta. Latar belakang dari aplikasi ini adalah keinginan untuk mendapatkan pengelolaan warkah dan arsip tanah yang lebih teratur, yang kemudian berkembang menjadi aplikasi yang dapat melayani masyarakat. Alur kerja Mapaccing dapat dilihat pada Gambar 5.2.

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

47

Gambar 5.2. Alur Kerja Aplikasi Pertanahan Mapaccing

Pemohon yang dalam hal ini PPAT, dapat melakukan akses ke dalam aplikasi pelayanan elektronik melalui website http://ppatonline.ewarkah.com. Setelah masuk dan melakukan pendaftaran berkas layanan, PPAT menyampaikan persyaratan secara elektronik dengan melakukan input data yang dibutuhkan dan upload hasil scan dokumen data yang disyaratkan. Dokumen tersebut akan terkirim ke akun front office Kantor Pertanahan (Kantah) Kabupaten Mamuju. Petugas front office akan melakukan verifikasi data, apakah data yang dikirimkan sesuai dengan data yang terdapat di Kantah. Data dan warkah pertanahan di Kabupaten Mamuju telah tersimpan dalam Aplikasi e-manakarra.

PPAT memperoleh konfirmasi dari aplikasi secara Elektronik mengenai ketersediaan data dan memperoleh bukti pendaftaran permohonan yang diterbitkan oleh sistem.

Jika data tidak sesuai, maka akan dikembalikan ke pemohon untuk dilakukan perbaikan data. Namun, jika data sesuai, maka akan dilanjutkan ke aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) yang terdapat di Kantah, untuk kemudian dicetak Surat Perintah Setor (SPS). Setelah itu, PPAT menerima kode pembayaran biaya untuk dilakukan pembayaran berdasarkan SPS yang diterima melalui e-bangking pada menu pembayaran pada aplikasi Mapaccing. Setelah dibayarkan, maka akan terbit Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Berkas akan terkirim ke petugas back office untuk dilakukan verifikasi ulang data melalui aplikasi e-manakarra, pengolahan data, dan pembuatan draft kepada petugas validasi. Petugas validasi adalah Kepala Subseksi Pendaftaran Hak Tanah atau Kepala Seksi Hubungan Hukum Pertanahan atau Kepala Kantor Pertanahan. Setelah selesai divalidasi, sistem akan memberikan informasi secara elektronik dalam bentuk Surat Persetujuan Pengecekan Online (Gambar 5.3), yang berisikan tentang subyek dan obyek pemohon, serta daftar isian yang dibutuhkan (DI 303 dan DI 307). Waktu proses daftar hingga penyelesaian membutuhkan waktu rata-rata 5 menit.

Penyampaian syarat permohonan layanan pertanahan, perolehan konfirmasi mengenai ketersediaan data, bukti pendaftaran pemohon, penerimaan kode bayar, pembayaran biaya layanan, hingga proses pemberian informasi pertanahan dilaksanakan secara elektronik melalui aplikasi Mapaccing. Pada proses pemberian informasi, selain diberikan secara elektronik, juga diberikan secara manual pada saat melakukan kegiatan layanan berikutnya melalui proses pemberian tanda pada buku tanah dan sertipikat tanah.

48 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Kantor Pertanahan Kabupaten Mamuju dapat dikatakan cukup proaktif menjalankan substansi Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017 dalam kegiatan pengecekan.

Usaha untuk melayani PPAT agar tidak bolak-balik ke Kantor Pertanahan dan perlahan mengoreksi data pertanahan yang ada merupakan keuntungan bersama yang terwujud melalui layanan online.

Gambar 5.3. Contoh Pemberian Informasi Pertanahan secara Elektronik dari Aplikasi Pertanahan Mapaccing

Kategori kedua terdiri dari Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara, Administrasi Jakarta Barat, Surabaya I, Banjarmasin, Bandung, dan Pekanbaru. Pada kategori kedua, pemberian layanan belum melaksanakan elektronik secara keseluruhan, walaupun Kantah tersebut sudah ditunjuk sebagai pelaksana pilot project layanan informasi pertanahan terintegrasi secara elektronik. Pemohon mengakses aplikasi layanan online yang bernama Loket Online, sebagai aplikasi yang digunakan PPAT untuk mengakses layanan pertanahan secara elektronik atau biasa dikenal dengan aplikasi PPAT online.

Gambar 5.4. Tampilan Aplikasi Loket PPAT Online

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

49

Pemohon yang dalam hal ini PPAT, dapat melakukan akses ke dalam aplikasi pelayanan elektronik melalui website http://loket.atrbpn.go.id (Gambar 5.4). Setelah masuk ke loket layanan dan melakukan pendaftaran berkas layanan, PPAT menyampaikan persyaratan secara elektronik dengan melakukan input data yang dibutuhkan dan upload hasil scan dokumen data yang disyaratkan. Dokumen tersebut akan terkirim ke akun front office Kantor Pertanahan (Kantah). Setelah berkas berhasil diproses, kemudian dilanjutkan dengan input janjian datang ke BPN. PPAT dapat memilih tanggal janjian untuk datang ke Kantor Pertanahan. Petugas front office akan melakukan verifikasi data, apakah data yang dikirimkan sesuai dengan data yang terdapat di Kantah. PPAT memperoleh konfirmasi dari aplikasi secara Elektronik mengenai ketersediaan data dan memperoleh bukti pendaftaran permohonan sementara yang diterbitkan oleh sistem. Jika data tidak sesuai, maka akan dikembalikan ke pemohon untuk dilakukan perbaikan data. Namun, jika data sesuai, maka akan dilanjutkan ke aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP).

PPAT datang sesuai dengan tanggal janjian kedatangan dengan BPN, untuk kemudian menyerahkan bukti pendaftaran permohonan sementara ke loket. Petugas front office mencetak Surat Perintah Setor (SPS) dan memberikan ke PPAT. Setelah itu, PPAT menerima kode pembayaran biaya untuk dilakukan pembayaran berdasarkan SPS yang diterima.

Penerimaan kode bayar didapatkan secara manual di loket Kantor Pertanahan, setelah petugas front office mendapat kode pembayaran dari aplikasi KKP. Pembayaran biaya layanan dapat dilakukan secara elektronik pada bank yang telah ditunjuk, berdasarkan Surat perintah Setor (SPS) yang diterbitkan oleh aplikasi KKP. Proses pemberian informasi pertanahan masih dilaksanakan secara manual di loket Kantah, setelah PPAT menyerahkan berkas, terutama sertipikat aslinya. Pada halaman perubahan buku tanah yang bersangkutan dibubuhkan cap atau tulisan dengan kalimat: “PPAT …(nama PPAT ybs)…. telah minta pengecekan sertipikat” kemudian diparaf dan diberi tanggal pengecekan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 (Gambar 5.5). Layanan dengan menggunakan aplikasi ini lebih mempermudah dalam memeriksa berkas dan memberikan layanan karena data sudah dimasukkan oleh PPAT/

pegawai PPAT, sehingga durasi waktu yang dibutuhkan lebih cepat selesai dan tidak perlu ada antrian lagi di Kantah. Keunggulan lain dari aplikasi PPAT online adalah PPAT dapat mengetahui posisi alur perjalanan berkas layanannya. Kendala yang dirasakan adalah saat aplikasi offline, maka seluruh kegiatan pertanahan tidak dapat dilakukan.

Belum elektroniknya keseluruhan proses layanan informasi pertanahan pengecekan dikarenakan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017 belum menghapus ketentuan sebelumnya. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 menjelaskan bahwa pengecekan merupakan “pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertipikat hak atas tanah atau hak milik satuan rumah susun yang bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertipikat asli” Produk dari kegiatan yang disebut Peraturan Menteri Agraria No. 3 Tahun 1997 lebih spesifik. Pada Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017 hanya menyebut secara umum sebagai “Hasil Layanan Informasi Pertanahan secara Elektronik”. Penyebutan secara umum tersebut bisa dipahami untuk mengakomodir semua bentuk layanan informasi pertanahan selain pengecekan tanah, namun menjadi kurang jelas saat ada aturan lain yang lebih spesifik mengaturnya.

Setelah Peraturan Menteri ATR/BPN No. 5 tahun 2017 sudah terbit, tidak ada ketentuan

50 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

bahwa Peraturan Menteri Agraria No. 3/1997 tersebut sudah tidak berlaku (sebagian atau keseluruhannya), sehingga menjadikan adanya keambiguan dalam pelaksanaannya.

Pemikiran yang berlaku di masyarakat adalah hal yang berharga dari sertipikat tidak saja informasi yang terdapat di dalamnya, namun sertifikat secara fisik masih menjadi barang berharga. Hal ini menjadikan layanan pengecekan secara online masih berat untuk dilakukan oleh karena bukti fisik sertifikat masih dibutuhkan pada saat proses layanan informasi pertanahan.

Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 97

(3) Apabila sertipikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan, maka Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk membubuhkan cap atau tulisan dengan kalimat: “Telah diperiksa dan sesuai dengan daftar di Kantor Pertanahan” pada halaman perubahan sertipikat asli kemudian diparaf dan diberi tanggal pengecekan.

(4) Pada halaman perubahan buku tanah yang bersangkutan dibubuhkan cap atau tulisan dengan kalimat: “PPAT …(nama PPAT ybs)…. telah minta pengecekan sertipikat” kemudian diparaf dan diberi tanggal pengecekan.

(5) Apabila sertipikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ternyata tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan, maka diambil tindakan sebagai berikut: a. apabila sertipikat tersebut bukan dokumen yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan, maka pada sampul dan semua halaman sertipikat tersebut dibubuhkan cap atau tulisan dengan kalimat : “Sertipikat ini tidak diterbitkan oleh Kantor Pertanahan …………...”. kemudian diparaf.

Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2017 Pasal 10

3) Hasil Layanan Informasi Pertanahan secara Elektronik hanya dapat digunakan untuk kepentingan pemohon dan sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta tidak digunakan untuk kepentingan lainnya.

(4) Kantor Pertanahan bertanggung jawab atas informasi yang tercantum dalam hasil informasi pertanahan secara elektronik.

(5) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian hasil Layanan Informasi Pertanahan secara Elektronik dengan Sertipikat Hak atas Tanah maka pemohon dapat meminta klarifikasi secara elektronik atau menghubungi Kantor Pertanahan setempat dengan membawa bukti pendaftaran permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Gambar 5.5. Pengaturan mengenai Layanan Pengecekan Hak atas Tanah

Kategori ketiga terdiri dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bangkalan, Garut, Rokan Hulu, Hulu Sungai Selatan, Maluku Tengah, Mamuju Tengah dan Kota Ambon. Pada kategori ketiga, pemberian layanan belum dilaksanakan secara elektronik, dan Kantah tersebut juga belum ditunjuk sebagai pelaksana pilot project layanan informasi pertanahan terintegrasi secara elektronik. Hal ini dikarenakan jumlah permohonan masih sedikit sehingga lebih efisien jika PPAT melakukan permohonan dengan langsung datang ke Kantor Pertanahan. Kantor Pertanahan kategori ketiga perlu mendapat pemahaman dan motivasi lebih intensif mengenai urgensi layanan online. Layanan online tidak saja penting dari segi pelayanan kepada pemohon, namun juga dari segi integrasi data dengan data lain untuk perencanaan pembangunan, seperti pajak, perbankan dan lainnya.

Proses Implementasi Layanan Informasi Pertanahan secara Elektronik Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana dalam menyampaikan informasi. Penyampaian yang baik akan memudahkan implementasi peraturan yang tengah dijalankan, salah satunya mengenai Layanan Informasi Pertanahan Secara Elektronik yang diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala BPN RI Nomor 5 Tahun 2017. Pelaksanaan Layanan

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

51

Informasi Pertanahan secara Elektronik dan penetapan Kantor Pertanahan yang dapat menyelenggarakan layanan informasi pertanahan secara elektronik ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Hingga kini, belum sepenuhnya Kantor Pertanahan melaksanakan peraturan tersebut. Oleh karenanya, kepada informan di Kantor Pertanahan sampel diajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman mereka mengenai pentingnya komunikasi.

Kementerian ATR/BPN meluncurkan layanan pertanahan Hak Tanggungan Elektronik (HT-el) di Hotel Shangri La, Jakarta pada tanggal 4 September 2019. Tujuannya menurut Bagian Hubungan Masyarakat Kementerian ATR/BPN, yaitu untuk memudahkan pengurusan pertanahan sehingga cita-cita untuk meningkatkan Peringkat Kemudahan Berusaha atau Ease of Doing Business (EODB) di Indonesia dapat terpenuhi. Sebanyak 42 Kantor Pertanahan di Seluruh Indonesia ditunjuk sebagai Lokasi Pilot Project Layanan Informasi Pertanahan secara Elektronik. Layanan pertanahan yang terintegrasi secara elektronik terdiri dari Layanan Elektronik Hak Tanggungan/HT-el (Pendaftaran Hak Tanggungan, Roya, Cassie, Subrogasi). Layanan Elektronik Informasi Pertanahan, Zona Nilai Tanah (ZNT), Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) dan Pengecekan serta Modernisasi Layanan Permohonan Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah.

Sosialisasi mengenai layanan informasi pertanahan secara elektronik dilakukan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) kepada Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) BPN dan beberapa Kantor Pertanahan (Kantah) yang akan ditetapkan sebagai penyelenggara layanan informasi pertanahan secara elektronik.

Sosialisasi mengenai Peraturan Menteri tersebut belum disampaikan secara berjenjang ke bawah secara struktural.

“sosialisasi masih pada level pimpinan, level menengah masih meraba-raba”

Budaya organisasi yang masih konvensional menyulitkan sebuah perubahan menuju pelayanan secara elektronik. Sebagian besar pegawai masih belum yakin dengan proses pelaksanaan secara elektronik. Dengan kondisi demikian, bagaimana mereka dapat meyakinkan jajarannya dalam proses pelaksanaan layanan di Kantah. Pegawai masih meragukan sisi keamanan data pertanahan, baik dari sisi tanda bukti kepemilikan/

sertipikat maupun dari sisi penyimpanan datanya. Sertipikat hak atas tanah yang selama ini digunakan sebagai tanda bukti kepemilikan tanah masih mengalami pemalsuan, sehingga dapat merugikan pemilik tanah yang sah. Hal ini diperparah saat pegawai BPN dianggap turut terlibat pemalsuan, dan berdampak hukum bagi pegawai yang bersangkutan. Dalam hal ini, pegawai berpendapat masih lemahnya perlindungan hukum dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga layanan pertanahan secara elektronik masih ragu untuk dilaksanakan.

Budaya dalam mengoperasikan KKP di Kantor Pertanahan masih belum tertib. Kesesuaian perjalanan berkas dengan informasi perjalanan berkas terkadang masih belum sinkron, oleh karena banyaknya pemohon di Kantor Pertanahan, baik rutin maupun proyek. Dalam rangka pelayanan pertanahan secara elektronik, ketertiban dalam mengoperasikan aplikasi layanan pertanahan menjadi penting, agar tidak menjadi pekerjaan yang tertunda di kemudian hari. Hal ini terjadi karena sistem administrasi pertanahan belum sepenuhnya elektronik, masih dilaksanakan secara konvensional dalam bentuk digital, sehingga akan menyulitkan proses sinkronisasi antara data manual dan elektronik.

52 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Anggaran untuk pelaksanaan sosialisasi Permen juga belum memadai, sehingga proses penyampaian informasi menjadi tidak utuh ke jajaran di bawahnya. Pegawai mencari tau sendiri mengenai Permen tersebut mengakibatkan pemahaman yang berbeda-beda dalam implementasi.

“dapat informasi dari grup WhatsApp mengenai pengecekan online, HT online, tapi belum tau bagaimana teknisnya”

Beberapa pegawai di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan pegawai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) hanya mendapatkan informasi dari grup WhatsApp mengenai beberapa layanan pertanahan secara elektronik, kemudian mencoba memahami dengan membaca Permen yang mengaturnya. Informasi yang didapatkan hanya secara umum saja, belum menjelaskan secara rinci mengenai layanan yang dimaksud, sehingga menimbulkan persepsi yang tidak sama mengenai layanan informasi pertanahan secara elektronik. Dari aspek kejelasan, Permen tersebut masih belum dipahami dengan baik.

Bagaimana pelaksanaannya, bagaimana pencatatan di buku tanah dan sertipikat, serta bagaimana dengan pendeteksian sertipikat palsu, masih menjadi pertanyaan yang sering diajukan oleh informan yang diwawancarai.

Sumber Daya

Dalam rangka mewujudkan layanan informasi pertanahan secara elektronik, dibutuhkan dukungan sumberdaya, terutama dari segi pegawai, wewenang, dan fasilitas. Pegawai di Kantor Pertanahan tidak mengalami penambahan dengan adanya Permen tersebut.

Kantor Pertanahan mengoptimalkan pegawai yang ada di Kasubsi Pemeliharaan Data untuk melakukan persiapan layanan secara elektronik. Ada juga beberapa Kepala Kantah yang menugaskan pegawai dari berbagai seksi untuk meluangkan sebagian waktu untuk melakukan pekerjaan validasi buku tanah baik tekstual maupun raster (scan), dan melakukan validasi spasial. Pekerjaan tersebut dilakukan di tengah-tengah pengerjaan kegiatan layanan pertanahan baik rutin maupun proyek.

“pegawai seadanya saja, jika ada sisa waktu bisa dimanfaatkan untuk pengerjaan validasi tekstual atau scan buku tanah”

Gambar 5.6. Alat Pindai dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

53

Secara fasilitas, belum disediakan alokasi anggaran dalam rangka implementasi Permen tersebut. Kantah mendayagunakan fasilitas yang ada untuk memperbaiki data pertanahan, seperti penyediaan kardek untuk penyipanan arsip pertanahan, penyediaan alat scan, serta media penyimpanan data digital dengan kapasitas yang besar dan aman.

Pertengahan tahun 2019, Kementerian ATR/BPN membagikan 2 alat scan ke

Pertengahan tahun 2019, Kementerian ATR/BPN membagikan 2 alat scan ke