• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online/Elektronik

5.2.1 Kelengkapan Data Digital

Kementerian ATR/BPN melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) mulai melakukan perubahan, sehingga pelayanan publik diharapkan semakin optimal, efektif dan efisien. Sumber data dan kelengkapan data yang diubah menjadi informasi digital perlu disiapkan sebaik mungkin agar tetap terjaga keaslian dan kerahasiaannya. Penyelenggaraan ini menjadi tantangan bagi Kantor Pertahanan dalam rangka mewujudkan pelayanan publik berbasis digital. Dalam ruang lingkup Pelayanan Pengecekan Hak Atas Tanah, beberapa kondisi data yang diperlukan untuk dilengkapi adalah Buku Tanah yang sudah dialih media digital dalam bentuk tekstual, Buku Tanah yang sudah dialih media digital dalam bentuk raster, kualitas tanah pertanahan baik (KW 1 dan 2), serta Buku Tanah yang sudah Valid.

Tabel 5.2. Buku Tanah Digital dalam Bentuk Tekstual dan Raster di Lokasi Sampel No. Kabupaten/Kota Buku Tanah Digital Tekstual (%) Buku Tanah Digital Raster (%)

1 Jakarta Utara 100,00 39,51

2 Jakarta Barat 97,87 23,21

3 Surabaya I 100,00 75,00

4 Kab. Bangkalan 99,91 0,00

5 Bandung 100,00 0,00

6 Kab. Garut 100,00 0,00

7 Banjarmasin 99,21 0,00

8 Kab. Hulu Sungai Selatan 98,92 0,00

9 Pekanbaru 100,00 0,00

10 Kab. Rokan Hulu 100,00 27,27

11 Ambon 90,36 8,42

12 Kab. Maluku Tengah 100,00 0,00

13 Mamuju 100,00 5,39

14 Kab. Mamuju Tengah 100,00 0,00

Rata-rata 99,02 12,77

Sumber : Olah Data Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), September 2019

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

55

Buku Tanah yang sudah dialih media dalam bentuk digital dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Bentuk digital dapat dibedakan secara tekstual dan raster. Secara tekstual, buku tanah terekam dalam aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), sedangkan secara raster, buku tanah tersebut dipindai dengan bantuan alat scanner untuk menyalin gambar Buku Tanah yang kemudian disimpan ke dalam memori komputer. Buku tanah yang sudah dialih media secara tekstual sudah terwujud rata-rata sebesar 99,02 %, sedangkan Buku Tanah yang sudah dialih media secara raster tersedia rata-rata sebesar 12,77% di lokasi sampel.

Buku Tanah digital dalam bentuk tekstual sudah dimiliki oleh hampir semua Kantor Pertanahan yang diwujudkan dalam aplikasi KKP. KKP dimulai sejak tahun 2009, dan hingga tahun 2015 sudah diimplementasikan di 430 Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia. Dalam perkembangannya, Kantor Pertanahan Jakarta Utara, Surabaya I, Bandung, Kabupaten Garut, Pekanbaru, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Maluku Tengah, Mamuju dan Kabupaten Mamuju Tengah sudah melakukan alih media Buku Tanah menjadi digital tekstual sebanyak 100%. Kantor Pertanahan lainnya belum mencapai 100%, akan tetapi sudah mencapai lebih dari 90%. Belum selesainya alih media Buku Tanah menjadi digital secara tekstual, dikarenakan masih dalam proses perapihan dan perhitungan fisik Buku Tanah di ruang arsip. Kegiatan perhitungan ulang Buku Tanah untuk mendapatkan informasi Buku Tanah yang sudah dimasukkan ke dalam sistem KKP dan yang belum, sehingga didapatkan kondisi yang lebih akurat. Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sangat membantu proses digitalisasi data pertanahan, karena secara tekstual data pertanahan produk PTSL sudah dalam bentuk digital. Selanjutnya, buku tanah tersebut akan dialihmediakan dalam bentuk raster.

Buku Tanah digital dalam bentuk raster belum sepenuhnya dimiliki oleh Kantor Pertanahan. Buku tanah sudah direncanakan sepenuhnya menjadi data yang terdokumen secara elektronik. Dengan memindahkan data buku tanah menjadi dokumen elektronik, maka diharapkan dapat lebih mudah dalam proses pencarian data pertanahan. Buku tanah yang ada dilakukan proses scanning, dan disimpan dalam bentuk file pdf.

Tabel 5.3. Pelaksana Pemindaian Buku Tanah di Kantor Pertanahan Sampel

No. Kabupaten/Kota Eksternal

Internal Seksi Pemeliharaan

Data Tim yang dibentuk Kepala Kantor

-Sumber : Olah Data Primer, 2019

56 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Proses yang tengah berlangsung adalah digitalisasi buku tanah yang dilakukan secara bertahap. Pelaksanaan digitalisasi dalam bentuk raster sudah dilaksanakan sebagian di Kantor Pertanahan Jakarta Utara, Jakarta Barat, Surabaya I, Kabupaten Rokan Hulu, Kota Ambon, dan Kabupaten Mamuju. Kantor Pertanahan yang dalam proses awal pelaksanaan pemindaian Buku Tanah pada saat penelitian dilaksanakan adalah Kota Bandung, Kota Banjarmasin, dan Kota Pekanbaru. Dasar pelaksanaan digitalisasi adalah dari Surat Edaran Nomor 5/SE-100.TU.02.01/VIII/2019 tanggal 5 Agustus 2019 tentang Standardisasi Digitalisasi Warkah. Berdasarkan Surat Edaran tersebut, pihak pelaksana digitalisasi adalah perusahaan sebagai pihak ketiga pelaksana kegiatan, namun beberapa Kantor Pertanahan juga menugaskan pegawai yang terdapat di Kantor Pertanahan untuk dapat melaksanakan proses alih media (Tabel 5.3).

Optimalisasi pegawai untuk melakukan kegiatan pemindaian dilaksanakan oleh Sub Seksi Pemeliharaan Data sesuai dengan tugas dan fungsinya, yang berada di bawah tanggung jawab Kepala Sub Seksi. Keterbatasan pegawai di Sub Seksi Pemeliharaan, dengan pekerjaan rutin dan ditambah dengan adanya program Pendaftaran tanah Sistematis Lengkap (PTSL), menjadikan pekerjaan pemindaian (scanner) belum menjadi pekerjaan yang diprioritaskan, sehingga hasilnya pun belum signifikan. Beberapa Kantor Pertanahan menjadikan pekerjaan pemindaian dikerjakan melalui kolaborasi antar berbagai seksi seperti di Kota Banjarmasin dan Kota Ambon. Kolaborasi di Kota Banjarmasin dikukuhkan dalam bentuk Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin Nomor 52/

SK-63.71/VIII/2019 tanggal 13 Agustus 2019 tentang Pembentukan Tim Alih Media Komprehensif Warkah pada Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin Tahun Anggaran 2019. Kolaborasi di Kota Ambon dikukuhkan dengan Surat Tugas kepada Kasi Hubungan Hukum Pertanahan, Kasi Infrastruktur Pertanahan beserta 3 orang pegawai PNS untuk melaksanakan kegiatan Data dan Informasi Penataan Hubungan Hukum Keagrariaan, yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh PPNPN dan vokasi.

Proses pemindaian dan penyimpanan digital berada dalam pengawasan Kasubsi Pemeliharaan Data. Kendala terbesar dalam proses digitalisasi buku tanah adalah tidak adanya anggaran khusus untuk proses digitalisasi, sehingga menggunakan pegawai dan waktu seadanya yang tersedia di Kantah. Ketersediaan server untuk menyimpan data dalam bentuk digital juga menjadi kendala di beberapa Kantor Pertanahan, sehingga proses digitalisasi belum dapat dilaksanakan. Keterbatasan anggaran dan SDM untuk melakukan digitalisasi dalam bentuk raster dibantu dengan pelaksana digitalisasi dari pihak ketiga. Sampai saat penelitian dilaksanakan, pelaksana dari pihak ketiga dalam proses pelaksanaan di Kota Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Bandung.

Surat Edaran Nomor 5/SE-100.TU.02.01/VIII/2019 tanggal 5 Agustus 2019 tentang Standardisasi Digitalisasi Warkah mengatur tentang pelaksanaan digitalisasi yang memuat persiapan oleh pihak ketiga, pemindaian warkah (scanning), pengkodean file (indexing), pengendalian mutu hasil (quality control), penyimpanan ke dalam server, dan pembuatan daftar arsip alih media. Berdasarkan Surat Edaran tersebut, seluruh dokumen yang sudah dialihmediakan dan sudah lulus quality control, maka seluruh perubahan data dilakukan secara elektronik. Namun, kondisi di Kantor Pertanahan sampai sekarang belum memahami ketentuan mengenai pencatatan secara elektronik, oleh karena sampai dengan penelitian dilaksanakan, pencatatan secara manual di sertipikat dan buku tanah masih tetap dilakukan.

PENELITIAN

Kesiapan Data Pertanahan Menuju Pelayanan Online

57

Kualitas data pertanahan yang baik harus menjadi prioritas Kantor Pertanahan.

Kementerian ATR/BPN membagi kualitas data pertanahan menjadi enam kualitas.

Kualitas yang dimasukkan dalam golongan baik adalah kualitas pertama (KW1) dan kualitas kedua (KW2). Kualitas Pertama (KW 1) adalah data dengan kondisi Buku Tanah telah dipetakan dan Surat Ukur telah tergambar. Ini diterangkan bahwa data pertanahan dari GS/SU tekstual ada, Buku Tanah ada, GS/SU spasial ada, dan Bidang tanah dalam peta pendaftaran ada. Kualitas Dua (KW 2) adalah data pertanahan dengan kondisi Buku Tanah telah dipetakan tetapi Surat Ukur belum tergambar. Ini diterangkan bahwa data pertanahan dari GS/SU tekstual ada, Buku Tanah ada, GS/SU spasial tidak ada, dan bidang tanah dalam peta pendaftaran ada.

Tabel 5.4. Kualitas Data Baik KW 1 dan KW 2 di Kantor Pertanahan Sampel

No. Kabupaten/Kota Kualitas Data Baik KW 1 dan 2 (%)

1 Jakarta Utara 98,63

2 Bandung 98,26

3 Jakarta Barat 94,43

4 Kab. Garut 85,94

5 Surabaya I 85,50

6 Kab. Bangkalan 76,87

7 Pekanbaru 76,62

8 Kab. Hulu Sungai Selatan 72,35

9 Banjarmasin 67,47

10 Ambon 59,05

11 Kab. Rokan Hulu 57,22

12 Kab. Maluku Tengah 52,28

13 Mamuju 47,79

14 Kab. Mamuju Tengah 35,30

Rata-rata 71,98

Sumber: Olah Data Primer, September 2019

Kualitas data pertanahan baik rata-rata sebesar 71,98% di lokasi sampel (Tabel 5.4).

Kualitas data baik tertinggi terdapat di Jakarta Utara (98,63%), Bandung (98,26%) dan Jakarta Barat (94,43%), sedangkan terendah terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah (35,30%), Kabupaten Mamuju (47,79%), dan Kabupaten Maluku Tengah (52,28%).

Kualitas Kantor Pertanahan yang berada di atas rata-rata sebesar 57,14% (8 kabupaten), sebagian besar berada di Pulau Jawa dan merupakan Kantor Pertanahan dengan volume pekerjaan yang tinggi. Hal ini didukung dengan sumber daya manusia yang terampil dan terlatih dengan baik, administrasi pertanahan yang cenderung lebih rapi, serta kondisi infrastruktur yang lebih baik. Kondisi tersebut berbanding lurus dengan kualitas pekerjaan dan kondisi data pertanahan yang juga lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi di luar Pulau Jawa. Peningkatan kualitas data pertanahan perlu didukung dengan sumber daya manusia pertanahan yang baik, infrastruktur pertanahan yang memadai, serta penguatan peraturan terkait administrasi pertanahan. Perbaikan kualitas data Geo-KKP di Kota Ambon diupayakan melalui pembuatan peta dasar dengan menunjuk beberapa pegawai yang dianggap mampu dan cakap melakukan perbaikan peta pendaftaran tanah dan pembuatan peta dasar, yang dikuatkan dengan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Ambon Nomor 171/SK-81.71/IX/2019 tentang Tim Perbaikan Kualitas Data Geo-KKP Kantor Pertanahan Kota Ambon.

58 Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Validasi data pertanahan dilaksanakan secara tekstual dan spasial untuk data yang terdapat di KKP. Kegiatan validasi dilakukan oleh beberapa staf di Kasubsi Pemeliharaan Data, dengan tanggung jawab dari Kepala Sub Seksinya. Oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia dan waktu, maka keyakinan atas validasi dari data tersebut belum sepenuhnya dapat diyakini. Waktu yang dibutuhkan secara khusus untuk melakukan validasi hanya di sisa-sisa waktu yang tersedia, sehingga kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Kegiatan validasi di beberapa kantor dilaksanakan oleh pihak ketiga dan tenaga bantuan yang sedang magang di Kantor Pertanahan, dimana proses quality control-nya belum berjalan dengan sempurna.

Tabel 5.5. Validasi Buku Tanah Digital Tekstual yang Telah Divalidasi di Kantor Pertanahan Sampel No. Kabupaten/Kota Buku Tanah Digital Sudah Validasi (%)

1 Surabaya I 94.57

2 Bandung 91.65

3 Jakarta Barat 82.49

4 Jakarta Utara 79.10

5 Banjarmasin 58.92

6 Kab. Maluku Tengah 47.39

7 Ambon 41.19

8 Kab. Hulu Sungai Selatan 36.37

9 Kab. Garut 35.12

10 Pekanbaru 31.94

11 Kab. Rokan Hulu 27.99

12 Kab. Bangkalan 23.42

13 Mamuju 18.37

14 Kab. Mamuju Tengah 15.23

Rata-rata 48,84

Sumber: Olah Data Primer, September 2019

Proses validasinya adalah dengan menyesuaikan apakah data-data pada buku tanah sudah termuat di dalam aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP). Jumlah buku tanah yang sudah tervalidasi secara tekstual di lokasi sampel penelitian rata-rata sebesar 48,84% dari Buku Tanah yang ada (Tabel 5.5). Validasi tertinggi terdapat di Kantor Pertanahan Kota Surabaya I (94,57%), Bandung (91,65%) dan Jakarta Barat (82,49%).

Validasi terendah terdapat di Kantor Pertanahan Kabupaten Mamuju Tengah (15,23%), Mamuju (18,37%), dan Bangkalan (23,42). Rendahnya validasi di Kantah tersebut dikarenakan keterbatasan anggaran dan SDM yang menjadi pelaksana validasi. Validasi dilakukan secara pasif jika terjadi proses layanan pertanahan saja, jika tidak maka Buku Tanah tidak divalidasi secara tekstual. Beberapa lokasi yang tinggi nilai validasinya dibantu pihak ketiga dalam proses validasi tekstual Buku Tanah.